STASE ANAK
“KDS”
( Kejang Demam Sederhana)
DI RSUD A.M PARIKESIT
RUANG ANAK PUNAI 2
Di Susun Oleh:
OCTAVIANI
2111102412121
2. Klasifikasi
Klasifikasi Kejang Demam
1. Kejang demam Sederhana (KDS)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% dari seluruh kejadian
kejang demam (Pusponegoro, 2006).
5. Komplikasi
a. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel ataupun ke membran sel yang yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobur temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi ‘matang’
dikemudian hari shingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
C. Kelainan anatomis di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelainan di otak yng lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4
bulan sampai 5 th.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejng
yang disertai demam,
e. Kemungkinan mengalami kematian. (PP.IDAI,2005;6)
6. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi degan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskular. Glukosa melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal
membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na++ rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
yang disebut potensial mambran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial mambrane ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion
diruang ekstravaskuler, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan
patofisiologis dari mambran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Dalam keadaan demam kenaikan suhu 1 dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na + C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahunsirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat eluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan bahan yang disebut “ neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 38C sebab anak dengan ambang kejang
yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40C atau lebih.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) bisanya seperti apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
yang disebaban makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otot meningkat. Rangkaian kejadian diatas
adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting dalam gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeablitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
(Ngastiyah, 2007)
7. PATHWAY
8. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
a. Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah
resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang meningkat
diatas suhu normal, resiko terjadi bahaya/komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
Kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah, sehingga aliran
tidak lancar dan peredaran O (anoksia) pada otak akan
mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan
sampai retardasi mental bila rusaknya berat. Oleh karena itu,
kejang harus segera dihentikan dan apnea dihindarlan.
Suhu yang meningkat diatas normal
Jika sudah diketahui suhu anak diatas normal anak akan menderita
kejang, maka anak akan menderita piretik (pemberian antipiretik
dan petunjuk bahwa anak menderita kejang demam didapat
setelah berobat ke dokter dan kejang sudah lebih dari 1 kali).
Resiko terjadi bahaya / komplikasi
Seperti pasien lain yang kejang akibatnya terjadi perlukaan misal
lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, oleh karena itu
setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang
mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, risiko akibat
komplikasi karena pemberian obat antikonvulsan (dapat terjadi
dirumah sakit), bila memberikan diazepam IV harus pelan sekali 1
ml selama 1 menit, karena memberikan diazepam secara intravena
terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan ini terjadi akibat penyakitnya sendiri dan tindakan
pertolongan selama kejang
Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit Jika pasien
didiagnosis kejang demam, orang tuanya perlu dijelaskan mengapa
anak dapat kejang terutama berhubungan dengan suhu tubuh,
kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh infeksi. Yang perlu
dijelaskan adalah: harus selalu tersedia obat penurun panas dari
resep dokter yang mengandung antikonvulsan, agar anak segera
diberikan obat antipiretik bila orangtua mengetahui anak mulai
demam. Apaila terjadi berulang atau lama segera bawa pasien
kerumah sakit.
b. Non Keperawatan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan
penunjang, memberikan pengobatan rumat dan mencari mengobati
penyebab.
Memberantas kejang secepat mungkin
Obat pilihan utama adalah diazepamyang diberikan secara
intravena keberhasilan menekan kejang 80 – 90 %, dosis sesuai
dengan berat badan : kurang dari 10 kg 0,5 – 0,75 mg/ kg
BB,diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Biasanya dosis rata – rata dipakai
0,3 mg/kg BB/ kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur
kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anka yang lebih besar.
Pengobatan penunjang
Fungsivital seperti kesadaran suhu, tekanan darah, pernapasan
dan fungsi jantung diaawasi secara ketat, jika suhu meningkat
sampai hiperpireksia dilakukan hipernasi denan kompres alkohol
dan es. Obat hibernasi adalah klorpromazin, prometazon.
Mencegah edema otak diberikan kortikosterooid.
Pengobatan Rumat
Obat fenobarbital sebagai dosis rumat, diberikan langsung setelah
kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal neonatus 30mg,
umur 1 bulan sampai 1 tahun 50mg dan umur 1 tahun keatas 75
mg, cara pemberian melalui IM.
Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovikasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuatperlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk
pertama kali sebaliknya dilakukan fungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi otak. Pada
pasien kejang lama pemeriksaan lebih itensif seperti fungsi lumbal,
darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium
dan faal hati. Bla perlu rongen foto tengkorak, ekg, ensefalografi,
dan lain – lain.
3. Aktivitas kejang
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang
4. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
5. Penilaian kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit < 45, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu 4
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5
Daftar Pustaka
American Academy of pediatrics. (2008). Breastfeeding and the Use of
Human Milk. Pediatrics. 129: e827- e841.
Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika
Berperadaban, yogyakarta: Pustaka Belajar.
Campbell, Neil. A. & Reece, Jane. B. (2012). Biologi. Edisi ke Delapan Jilid 2.
Hartono, dkk). Jakarta. EGC