NIM : 5023031140
B. Etilogi
Transient tachypnea of the newhom (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN
tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur
(paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan.
Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan
kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di
antaranya:
1. Lahir secara secar
2. Lahir dari ibu dengan diabetes
3. Lahir dari ibu dengan asma
4. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
5. Makrosomi
6. Sedasi ibu berlebihan
7. Partus lama
8. Skor apgar rendah (1 menit < 7)
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan
hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru.
Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi
singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan
perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko
mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk
pertama kali.
C. Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi
tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari
pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi
mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas
keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks).
Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya paru-paru terisi udara dan cairan
di paru-paru didorong keluar.
Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara
bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN
mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran cairan
dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup
oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk
mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
D. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala
1. Bernafas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit.
2. Nafas cuping hidung (nasal flare)
3. Sela iga cekung saat bernafas (retraksi interkosta)
4. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
5. Gruting (merintih)
6. Desaturasi
E. Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti:
1. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi
pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal.
2. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia)
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan.
Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan
(PCO2>55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun
jikaterjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan
untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan
menyingkirkan polisitemia.
3. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi
bakteri.
Pemeriksaan Radilogi
1. Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN
2. Hiperexpansi paru, khas pada TTN.
3. Garis prominen di perihiler.
4. Pembesaran jantung ringan hingga sedang.
5. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral Cairan di fisura minor dan perlahan
akan te rdapat di ruang pleura.
6. Prominent pulmonary vascular markings.
7. Tes darah lengkap, IT ration CRP, kultur, DPL.
8. Glukosa darah untuk mengetahui hiperglikemia
G. Penatalaksanaan Medis
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU
(perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung. pernapasan
dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pemapasan
menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen
tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox).
Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan,
maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk
memberikan aliran udara ke paru- paru.
Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara
berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu
paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat
membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi
masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat schingga bayi tidak dapat
mengisap.menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus
melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula
darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TIN
biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN
sudah tidak ada.
Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan
penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN
umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh
dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan
observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti
kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul
segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. pola napas tidak efektif berhubungan dengan belum terbentuknya zat
surfaktan dalam tubuh.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
1. Analisa data
No. Data Etiologi Diagnosis
Nafas dibantu
capap. Fio2 21%,
Adanya
PPEEP7, spo2 95-
cairan di alveoli
98% cyanosis (+),
hilang dengn
oksiegen.
Kadar oksigen
berkurang 02
meningkat
Nafas cepat
2 DS Resiko infeksi
TTN
DO
Terpasang
tindakan invasive
Adanya
mikroorganisme di
tubuh
Resiko infeksi
2. Intervensi keperawatan
No. Diagnosis keperawatan Outcome Intervensi
Edukasi:
Kolaborasi:
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, lowdermik. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta: EGC
Greenberg, M.I. 2008. Teks Atlas Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hasal, R. 2005.
Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Jakata: FKUI,
Jakarta Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNL (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Jakarta Selatan
Leifer, Gloria. 2007. Introduction to maternity dan pediatric nursing. Suanders Elswvier:
St Louis Missouri
Mansjoer. 2002. Kapita selecta kedekteran edisillI. Jakarta: FKUI: EGC Suriadi dan
Yuliani, R. 2001. Asuhan keperawatan pada anak edisi 1. Jakarta: CV Sagung Seto.
Rahajoe, N. Supriyanto, dkk.2012. Buku Ajar Respirasi Anak Edisi I. IDAI Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.
Twisti ayani, R., & Wintari, H. R. (2017). Hubungan Kadar Hemoglobin dan Leukosit
dengan Kejadian Febris (Demam) pada Anak Usia 6-12 Tahun, Jurnal Sains,
7(14), 37-42. http://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/view/613