Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI NY.

M DENGAN TTN ( Transient


Tachypnea Of The Newborn ) DI RUANG PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT
UMUM TARAKAN DAERAH JAKARTA

OLEH:

Novi Melpriyana Veronika

20220305041

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI NERS

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2023


Pengertian
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang
biasanya berlangung short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited
serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran,
baik pada bayi yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir
aterm). (Brooker, 2008).
Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi
baru lahir (newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh
usaha tambahan dari normal karena kondisi di paru-paru. Sekitar
1% dari bayi baru lahir mengalami hal ini dan umumnya
menghilang setelah beberapa hari dengan tatalaksana yang optimal.
(Stefano, 2005).
Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu pernapasan cepat
(frekuensi nafas > 60 x/menit) sementara yang terjadi pada bayi
waktu lahir umunya cukup bulan dan biasanya ringan serta dapat
sembuh sendiri dengan perawatan yang baik. (Stuart and Sunden,
2001).

Anatomi Fisiologi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir adalah salah satunya system pernafasan. Selama dalam
uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang-cabang membentuk struktur percabangan bronkus.
Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai usia 8 tahun,
sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan
nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan
paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi
baru, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak
mencukupinya jumlah surfaktan. Dua faktor yang berperan
pada rangsangan pertama nafas bayi :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan dua rahim yang merangsang pusat pernafasan
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru paru selama persalinan yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekani
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi
sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan


cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan
dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40
minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan
permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir
pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah
akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas Bayi cukup
bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar
paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa
cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti
tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang
berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan
memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar Rahim

Etiologi
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau
respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa
jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN
dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup
matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan
dengan
beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi
baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
a. Lahir secara secar
b. Lahir dari ibu dengan diabetes
c. Lahir dari ibu dengan asma
d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).

Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan,
tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru
untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada
penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau
yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar
tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan
hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko
mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik
napas untuk pertama kali.

Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam
kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas.
Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati
kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari
perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir
melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir
bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan
cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa
kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui
sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN
mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau
pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi
mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal
kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat
cukup oksigen ke paru-paru.
Tanda dan Gejala
a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
b. Napas cuping hidung (nasal flare)
c. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan
napas Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak
seperti bayi lainnya
Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti :
a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi
kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru,
ginjal.
b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).

Test Diagnostik
c. Pemeriksaan Laboratorium
i Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan
hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika
ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg).
Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi,
merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
ii Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi
sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan
polisitemia.
iii Urine and serum antigen test dapat membantu
menyingkirkan infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan Radilogi
Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN:
i. Hiperexpansi paru, khas pada TTN.
ii. Garis prominen di perihiler.
iii. Pembesaran jantung ringan hingga sedang.
iv. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.
v. Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di
ruang pleura.
vi. Prominent pulmonary vascular markings.

Penatalaksanaan Medis
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat
diawasi di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir).
Pemantauan frekuensi
jantung, pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi
dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen
tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan
melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen
(headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas
meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive
airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan
aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan
selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan
memberikan udara
bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap
terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat
membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi.
Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas
terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan
bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui
pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan
kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses
pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan
kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak
ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus
mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin
menyertai. Setelah bayi
pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah
syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan
edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan
memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan
bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini
muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung
singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam).
b. Riwayat Penyakit
Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari
ibu dengan asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for
gestational age).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis
sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi.
Pernapasan >60x/m.
2) Palpasi
Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi)
3) Perkusi
4) Auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum
terbentuknya zat surfaktan dalam tubuh.
b. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum
terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh.
3. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan pola Tujuan: a. Posisikan pasien a. Posisi semi powler
nafas berhubungan Kriteria hasil: semi powler dapat
dengan belum a. Tidak ada b. Auskultasi suara memaksimalkan
terbentuknya zat sianosis dan napas, catat ventilasi
surfaktan dalam disipnea, adanya suara b. Suara napas
tubuh. mendemonstrasi napas tambahan tambahan dapat
kan batuk efaktif c. Monitor menjadi sebagai
dan suara nafas respirasi dan tanda jalan napas
yang bersih status O2,TTV yang tidak adekuat
b. Menunjukan d. Berikan c. Pada sepsis
jalan nafas yang pelembab udara terjadinya
paten(pelayan kasa basah Nacl gangguan respirasi
tidak merasa lembab dan status O2
tercekik,tidak sering ditemukan
ada suara nafas yang menyebabkan
abnormal) TTV tidak dalam
c. Tanda-tanda vital rentan normal
dalam rentang Mengurangi jumlah
normal lokasi yang dapat
menjadi tempat
masuk organisme

2 Resiko tinggi Tujuan. : a. Tempatkan bayi a. Mencegah


gangguan Setelah dilakukan pada tempat terjadinya
termoregulasi : tindakan yang hangat hipotermi
hipotermi b.d keperawatan selama Rasional : b. Menjaga kestabilan
belum 3 x 24 jam b. Atur suhu suhu tubuh
terbentuknya diharapkan suhu incubator c. Memonitor
lapisan lemak pada tubuh tetap normal. Rasional : perkembangan
kulit. Kriteria hasil : c. Pantau suhu Resiko tinggi
a. Suhu 37 °C tubuh setiap 2 gangguan
b. Bayi tidak jam termoregulasi :
kedinginan hipotermi b.d
belum terbentuknya
lapisan lemak pada
kulit.

3 Ketidakseimbangan Tujuan : a. Berikan cairan a. Glukosa digunakan


nutrisi kurang dari Mempertahankan IV dengan sebagai pengganti
kebutuhan tubuh dan mendukung kandungan cadanngan energi
berhubungan intake nutrisi glukosa sesuai dalam tubuh
dengan Kriteria hasil: kebutuhan b. Indikasi
ketidakmampuan a. Klien neonatus. pemangsangan
menerima nutrisi mendemonstrasi b. Mengidentifikasi OGT
kan intake factor yang c. Membantu
makanan yang menyebabkan memperbaiki gizi
adekuat dan sulit menelan. pada bayi
metabolismetubu c. Rujuk kepada
h. ahli diet untuk
b. Intake makanan membantu
meningkat, tidak memilih cairan
ada penurunan yang dapat
BB lebih lanjut, memenuhi
menyatakan kebutuhan gizi.
perasaan
sejahtera.

4 Risiko tinggi Tujuan. : a. Berikan isolasi a. Isolasi/pembatasan


infeksi Setelah dilakukan atau pantau pengunjung
berhubungan tindakan pengunjung dibutuhkan untuk
dengan penurunan keperawatan selama sesuai indikasi melindungi pasien
daya tahan tubuh. 3 x 24 jam b. Cuci tangan imunosupresi dan
diharapkan tidak ada sebelum dan mengurangi risiki
terdapat injeksi sesudah kemungkinan
dengan kriteria hasil: melakukan infeksi
a. Suhu dalam aktivitas b. Mengurangi
batas normal walaupun kontaminasi silang
b. Perkembangan menggunakan c. Bersihan paru yang
status klien sarung tangan baik mencegah
membaik selama steril. pneumonia
masa terapi c. Dorong sering d. Mencatat tanda-
menggati posisi, tanda inflamasi
napas atau infeksi lokal,
dalam/batuk perubahan pada
d. Batasi karakter drainase
penggunaan luka atau sputum
alat/prosedur dan urine.
invasif jika Mencegah infeksi
memungkinkan yang berkelanjutan

C. KONSEP TUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0-1BULAN

1. Pertumbuhan
Jenis Kelamin Tinggi Badan Berat Badan

Laki-laki 51-59 cm 3,4 5,8 kg



Perempuan 50-59 cm 3,2- 5,8 kg

2. Perkembangan

a. Mental/ Bahasa
1) Mengenali wajah, mainan, dan suara yang familiar.
Menggunakan mata dan keplah untuk menikuti
2)
benda bergerak
3) Membuat suara yang nyaring b.
Fisik/Motorik/Sensorik
1) Merespon secara spontan ketika disentuh diarea
terntentu , contohnya mengisap sesuatu yang
menyentuh mulut.
2) Membuat sekpresi wajah yang berbeda sebagai respon
dari stimulasi yang berbeda
3) Meletakkan jari dan tangan ke dalam mulut atau
menggunakannya untuk menyentuh mainan
c. Sosial/Emosional
1) Kadang-kadang tersenyum ketika berinteraksi dengan
orang lain.
2) Memiliki cara menangis yang berbeda ketika kesakitan,
mengantuk atau lapar.
3) Lebih lama memandang wajah orang dari pada
memandang mainan atau objek lain.

Anda mungkin juga menyukai