Anda di halaman 1dari 18

A.

DEFENISI
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) adalah kondisi saat
janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi paru yang mengakibatkan
peningkatan tekanan hidrolik yang menyebabkan cairan berpindah ke
Interstitial. Volume darah paru juga meningkat pada saat bayi menarik napas,
tetapi cairan dalam paru belum mulai berkurang sampai 30-60 menit post
natal dan lengkap diabsorbsi dalam 24 jam. (Emory P, 2015).

B. ETIOLOGI
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs
atau respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa
jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat
terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang)
ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa
faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor
risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
a. Lahir secara secar
b. Lahir dari ibu dengan diabetes
c. Lahir dari ibu dengan asma
d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan,
tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk
keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan
cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui
jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami
penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran
normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di
paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Pusdiknakes (2014) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
adalah salah satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin
mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-
cabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut
setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan
paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Dua
faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua
rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paruparu
selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-
paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-
sistem harus berfungsi secara normal. Upaya pernafasan pertama seorang
bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan
mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan.
Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan
membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah
akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat
bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan
diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama,
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa
cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim

D. PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan
bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat
oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di
paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal.
Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan
mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya
dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan
yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap
melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN
mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran
cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk
menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan
lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
Pola Napas
Tidak Efektif

Defisit Nutrisi

Resiko
Infeksi Hipotermi
E. TANDA DAN GEJALA
a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
b. Napas cuping hidung (nasal flare)
c. Sela iga cekung saat b ernapas (retraksi interkostal)
d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas
f. Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi
lainnya

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi
di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung,
pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan
frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya
mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah
hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk
bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway
pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-
paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin
secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi
untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat
maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi.
Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat
sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan.
Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi
tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga.
Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan
membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah
tidak ada. Jika keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari
kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih
dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi
boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar
melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan
pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat
bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat
terdekat.

G. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat
yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam).
b. Riwayat Penyakit
Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari ibu dengan
asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
c. Riwayat Maternal
 Usia Gestasi
 Kehamilan Ganda
 Status ekonnomi rendah, mal nutrisi, ANC rendah
 Adanya riwayat TTN pada kehamilan sebelumnya
 Infeski TORCH
 Kondisi kehamilan : tousemia gravidarum, KPD
 Pengoonaan narkoba, rokok, obat.
d. Riwayat Kelahiran
 Gestasi (aterm / premature)
 BB (Berat Badan)
 Apgar Score
e. Sistem Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120
sampai 160 kali / permenit)
f. Neurosensori
Tubuh panjang kurus, lemas dengan perut gendut, adanya edema
g. Sistem Pernafasan
Afgar score mungkin rendah, pernfasasan cepat (takipnea), pernfasan
dalam, pernafasan menggunakan cuping hidung, adaya retraksi
dinding dada, retraksi dinding perut.
h. Makanan dan Cairan
Secara oral atau dengan menggunakan OGT
i. Keamanan
Suhu berflukstuasi dengan mudah, mudah menangis / rewel, tampan
gelisah
j. Sistem Pencernaan
Adanya refleks menghisap dan menelan, jika tidak ada gunakan OGT
k. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis
sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi.
Pernapasan >60x/m.
2) Palpasi
Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi)
3) Perkusi
4) Auskultasi
H. TES DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan.
Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan
(PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika
terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan
untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit
akan menyingkirkan polisitemia.
3. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi
bakteri.
b. Pemeriksaan Radilogi
Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN:
1. Hiperexpansi paru, khas pada TTN.
2. Garis prominen di perihiler.
3. Pembesaran jantung ringan hingga sedang.
4. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.
5. Cairan di fisura minor dan perlahan akan te rdapat di ruang pleura.
6. Prominent pulmonary vascular markings.
NO Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS : Partus lama, Sedasi ibu Pola Napas Tidak Efektif


- Dispnea berlebihan skor Apgar
- Ortopnea rendah (1 menit : < 7),
DO : Bayi yang lahir secara
- Penggunaan Caesar
otot bantu
pernapasan Gangguan penyerapan
cairan paru janin dan
- Fase ekspirasi
gangguan mekanik
memanjang
Pola napas
Kurangnya pemerasan
abnormal (takipnea,
toraks yang normal
bradipnea,
pervagina, yang
hiperventilasi,
memaksa cairan paru
kussmaul, cheyne-
keluar
stokes

Volume cairan di paru


meningkat

Takipnea, retraksi diding


dada

Bayi tidak dapat


mengisap menelan
secara bersamaan

Pola Napas Tidak


Efektif

2 DS : Partus lama, Sedasi ibu Defisit Nutrisi


-Cepat kenyang berlebihan skor Apgar
setelah makan rendah (1 menit : < 7),
-Nyeri Abdomen Bayi yang lahir secara
-Nafsu makan Caesar
menurun
DO : Gangguan penyerapan
- Otot menelan cairan paru janin dan
lemah gangguan mekanik
4. Diagnosa Keperwatan
1)Pola Napas Tidak Efektif
2)Defisit Nutrisi
3)Risiko Infeksi
4)Hipotermia
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

1 Pola Napas Tidak Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
Efektif Setelah dilakukan tindakan (I.01014) (I.01014)
asuhan keperawatan selama  Observasi  Observasi
3x24 jam masalah pola napas - Monitor frekuensi, irama, - Untuk memantau kondisi
tidak efektif dapat teratasi kedalaman dan upaya perkembangan pernapasan
dengan kriteria hasil : napas pada klien
- Penggunaan otot bantu - Monitor pola napas - Untuk mengetahui pola
napas menurun (seperti bradipnea, napas (seperti bradipnea,
- Frekuensi napas takipnea, hiperventilasi, takipnea, hiperventilasi,
membaik Kedalaman napas kussmaul, cheyne –stokes, kussmaul, cheyne –stokes,
membaik Biot, ataksik) Biot, ataksik)
 Teraupetik  Teraupetik
- Atur interval pemantauan - Agar pasien dapat
respirasi sesuai kondisi terpantau respirasi sesuai
pasien kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil - Untuk sebagai bukti
pemantauan pemantauan
 Edukasi  Edukasi
- Jelaskan tujuan dan - Agar pasien mengetahui
prosedur pemantauan tujuan dari pemantauan
- Infromasi hasil respirasi
pemantauan, jika perlu - Agar pasien mengetahui
kondisi respirasinya.

2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi


keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi Observasi
nutrisi membaik dengan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status asupan
Kriteria Hasil: makanan yang diberikan
2. Identifikasi alergi dan
1. Nafsu makan membaik 2. Mengetahui adanya alergi dan
intoleransi makanan
2. Frekuensi makan membaik intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang
3. BB membaik 3. Untuk meningkatkan nafsu
disukai
4. Bising usus membaik makan dan memberi asupan
4. Identifikasi kalori dan makanan sesuai kesukaan
jenis nutrisi 4. Mengetahui kebutuhan kalori
dan jenis asupan

5. Monitor asupan makanan 5. Mengetahui asupan makanan


yang diperlukan
6. Dapat menentukan intervensi
6. Monitor hasil pemeriksaan
selanjutnya
laboratorium
Terapeutik
7. Terapeutik
7. Untuk menarik keinginan
8. Sajikan makanan secara makan klien
menarik dan suhu yang 8. Untuk mengganti elektrolit
sesuai tubuh yang hilang
9. Berikan makanan yang 9. Dapat meningkatkan nafsu
tinggi kalori dan tinggi makan
protein Edukasi

10. Berikan suplemen 10. Mengatur pola makan


klien
makanan, jika perlu
Kolaborasi
11. Edukasi
Diet sesuai kebutuhan nutrisi
12. Ajarkan diet yang di
programkan
13. Kolaborasi
14. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan.

3 Resiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Setelah dilakukan tindakan  Observasi  Observasi
asuhan keperawatan selama - Monitor tanda dan - Untuk menghindari
3x24 jam masalah pola napas gejala infeksi lokal dan terjadinya infeksi yang dapat
tidak efektif dapat teratasi sistemik memperparah keadaan pasien
dengan kriteria hasil :  Teraupetik  Teraupetik
- Kebersihan tangan - Batasi jumlah pengunjung - Untuk mengurangi
meningkat - Cuci tangan sebelum dan resiko kontak infeksi dari
Sputum berwarna hijau sesudah kontak dengan pasien orang lain
dan lingkungan pasien - Untuk Mengurangi
- Pertahankan teknik aseptic penyebaran bakteri
pada pasien berisiko tinggi - Untuk mencegah
 Edukasi penyebaran mikroorganisme
- Jelaskan tanda dan gejala penyebab infeksi
infeksi  Kolaborasi
- Ajarkan mencuci tangan - Agar pasien dan
dengan benar keluarga pasien mengetahui
 Kolaborasi tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian - Agar mengurangi
imunisasi, jika perlu penyebaran bakteri
 Kolaborasi
Pemberian terapi yang benar
dapat mengurangi resiko
infeksi

4 Hipotermia Termoregulasi membaik Manajemen Hipotermia Observasi


L.12134 I. 14507 1. Untuk mengetahui suhu
Setelah dilakukan tindakan Observasi tubuh pasien
asuhan keperawatan selama 1. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
3x24 jam masalah 2. Identifikasi penyebab penyebab hipotermia
termoregulasi membai dengan hipotermia Terapiutik
kriteria hasil : Terapeutik 3. Agar pasien tidak merasa
1. Menggigil menurun 3. Ganti Pakean dan atau kedinginan
2. Suhu Tubuh Membaik linen yang basah 4. Agar pasien tetap merasa
3. Suhu Kulit Membaik 4. Lakukan penghangatan hangat dan nyaman
aktif Edukasi
Edukasi 5. Agar suhu tubuh pasien
Anjurkan makan atau minum meningkat dengan bantuan
makan dan minum
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
World Health Organization (WHO). (2020). WHO Report on Cancer. Die
Gynäkologie. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai