DISUSUN OLEH:
Dian kurniasih
20136110016
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR NORMAL
A. DEFINISI
Bayi normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Kosim, 2007).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (DepKes RI, 2005).
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim seorang wanita
melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai umur satu bulan (FKUI,
1999).
B. KARAKTERISTIK NORMAL PADA BAYI BARU LAHIR
1.
Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang
cabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah
kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas
sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi
peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu,
yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system
kapiler paru-paru tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal Pernafasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi:
1.
Hipoksia pada akhir pernafasan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan diotak.
2.
Tekanan terhadapa rongga dada yang terjadi karena kompresi paru paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru paru
secara mekanis.
c.
2. SISTEM KARDIOVASKULER
a.
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium
kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional
akan menutup. Dengan pernafasan, kadar oksigen dalam darah akan
meningkat, mengakibatkan duktus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena
umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusatdiklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2 3 bulan.
b. Bunyi Dan Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan variasi
bekisar antara 120 dan 160 kali/menit. Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari
frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu, frekuensi denyut jantung bayi
kira kira 128 kali/menit saat tidur dan 163 kali/menit saat bangun. Pada usia satu
bulan, frekuensi 138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia
sinus (denyut jantung yang tidak teratur) pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai
suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung baik. Bunyi jantung
bayi setelah lahir mencerminkan suatu rangkaian kerja pompa jantung. Bunyi
jantung terdengar sebagai suara lub, dub, lub,dub. Bunyi lub dikaitkan dengan
penutupan katup mitral dan tricuspid pada permulaan sistol dan bunyidub
dikaitkan dengan penutupan katup aortic dan katup pulmoner pada akhir sistol.
Bunyi lub merupakan bunyi jantung pertama, sedangkan bunyi dub
merupakan bunyi jantung kedua. Siklus normal jantung bermula dari sistol. Bunyi
jantung selama periode neonatal bernada tinggi (high pitch), lebih cepat (short in
duration), dan memiliki intensitas yang lebih besar dari bunyi jantung orang
dewasa. Kebanyakan bunyi murmur yang terdengar pada periode neonatal tidak
bermakna patologis dan lebih dari separuhnya menghilang setelah bayi berusia
enam bulan.
c.
lebih banyak daripada orang dewasa. Akan tetapi darah bayi baru lahir
mengandung volume plasma sekitar 20% labih kecil bila dibandingkan dengan
kilogram berat badan orang dewasa.
3. SISTEM TERMOGENIK
a. Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas
kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin.
Perbedaan anatomi dan fisiologis antara bayi baru lahir dan orang dewasa adalah:
1) Insulasi (sekeliling tubuh yang dirancang untuk mencegah pemasukan dan
pengeluran energy radian atau listrik)suhu pada bayi kurang, jika
dibandingkan insulasi pada orang dewasa. Pembuluh darah lebih dekat ke
permukaan kulit. Perubahan temperature lingkungan akan mengubah
temperature darah, sehingga akan mempengaruhi pusat pengaturan suhu
tubuh di hipotalamus.
2) Rasio permukaan tubuh bayi baru lahir lebih besar terhadap berat badan.
Posisi fleksi bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai system pengaman untuk
mencegah pelepasan panas karena sikap ini mengurangi pemajanan
permukaan tubuh pada suhu lingkungan.
3) Control vasomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik,
kemampuan untuk mengkonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama
baik pada bayi premature dan pada orang dewasa.
4) Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya termogenesis
tanpa mengigil.
5) Kelenjar keringat bayi baru lahir hampIr tidak berfungsi sampai minggu
keempat setelah bayi lahir.
b. Stress Dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolism pada semua bayi
baru lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan
pernafasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika
konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stress dingin. Konsumsi
oksigen dan energy pada bayi baru lahir yang mengalami stress dingin dialihkan
dari fungsi untuk mempertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak, dan fungsi
jantung normal menjadi fungsi termogenesis agar bayi dapat tetap hidup.
4. SISTEM GINJAL
Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal dibentuk. Didalam rahim, urine sudah
terbentuk dan diekskresikan ke dalam cairan amnion. Pada kehamilan cukup bulan
ginjal menempati sebagian besar dinding abdomen posterior. Letak kandung kemih
dekat dinding abdomen anterior dan kandung kemih merupakan organ abdomen dan
orgn pelvis. Pada byi baru lahir, hamper semua massa yang teraba diabdomen berasal
dari ginjal. Fungsi ginjal, yang mirip dengan dengan fungsi yang dimiliki oleh orang
dewasa, belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. Bayi baru lahir memiliki
rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi diare, atau pola
makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema. Ketidakmaturan ginjal juga
membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengekskresi obat. Biasanya sejumlah
kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir. Tetapi bayi baru lahir
mungkin tidak mengeluarkan urine Selama 12 jam sampai 24 jam. Berkemih sering
terjadi setelah periode ini. Berkemih enam sampai sepuluh kali dengan warna urine
pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per hari. Kadang-kadang bercak
merah muda (debu batu bata) terlihat pada popok. Bercak ini muncul akibat Kristal
asam urat dan merupakan hal yang normal.
5. SISTEM PENCERCERNAAN
a. Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali
amylase pancreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah
ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Pada bayi baru lahir dengan
hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya lembab dan berwarna merah
muda. Umumnya, membrane mukosa tidak pucat atau sianosis. Pengeluran air liur
sering terlihat selama beberapa jam pertama setelah bayi lahir. Kista retensi, yaitu
daerah kecil berwarn putih dapat ditemukan pada tepi gusi dan pada pertemuan
antara palatum durum dan palatum molle. Palatum durum dan palatum molle utuh.
Pipi terisi penuh dengan organ bakal penghisap yang telah berkembang. Refleks
gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan
pada saat lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan
dan mencerna makanan (selain susu ) terbatas pada bayi. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas
lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai
pertumbuhan janin.
b. Tinja
Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang di
bentuk selama janin dalam kandungan berasal dari ciran amnion dan unsureunsurnya dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau
kehitaman, konsistensinya kental dan mengandung darah samar. Mekonium yang
pertama steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar
mengandung bakteri. Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama
minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.
c. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada bayi
baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1- 2 jam). Bayi baru lahir
yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan
glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah
dapat dilakukan dengan 3 cara:
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glukosa
3) Melalui penggunaan glukosa dan sumberlain terutama lemak.
6. SISTEM INTEGUMEN
Pada saat lahir kulit bayi yang sangat halus terlihat merah kehitaman karena
tipis, dan lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat
pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih
kemerahan ketika bayi menangis. Beberapa karakteristik yang umum pada kulit bayi
adalah sebagai berikut:
1) Verniks kaseosa
Selama berbulan-bulan kehidupan intrauterin janin berenang dalam cairan
amnion. Kulit dilindungi oleh sejenis pasta seperti keju, disebut verniks kaseosa,
yang diekskresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa
bayi dilapisi oleh verniks kaseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis
saja pada tubuhnya. Verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari.
2) Milia
Milia adalah bintik keputihan yang khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi baru
lahir. Bintik-bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah
sekitar 2 minggu, ketika kelenjar keringat mulai berekskresi, milia secara bertahap
tersapu dan menghilang.
3) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang melapisi janin berawal sekitar minggu ke-16
kehamilan dan berlanjut sampai minggu ke-32 saat mulai menghilang. Sehingga
makin prematur bayi tersebut, lebih banyak lanugo yang terdapat saat lahir.
Penyebaran lanugo pada bahu, bokong dan ekstrimitas. Lanugo cenderung
menghilang selama minggu pertama kehidupan.
4) Deskuamasi
Deskuamasi adalah pelepasan kulit yang secara normal terjadi selama 2 sampai 4
minggu pertama kehidupan. Hal ini mungkin berlebihan atau hanya sedikit dan
yang paling umum adalah pada bayi lahir dengan berat badan rendah.
5) Eritema toksikum
Ini adalah jenis dari alergi kemerahan yang terlihat sebagai bercak-bercak
kemerahan pada kulit bayi normal. Eritema toksikum mungkin terlihat pada saat
lahir dan bertahan sampai beberapa hari. Tidak diketahui penyebab atau
penyembuhannya. Eritema toksikum tidak menular dan kebanyakan mengenai
bayi yang sehat.
6) Bercak Mongolian
Terkadang terdapat area bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau bagian
bawah bayi dengan warna kulit kuning, coklat, atau hitam. Bercak mongolian
bukan merupakan tanda permanen karena bercak tersebut biasanya menghilang
selama kehidupan tahun pertama atau kedua.
7) Tanda lahir (nevi)
Terdapat berbagai tipe tanda lahir; beberapa diantaranya sementara, dan yang
lainnya permanen, sebagian diakibatkan karena trauma pada saat lahir. Yang
lainnya diakibatkan karena kelainan struktur pigmen, pembuluh darah, rambut
atau jaringan lainnya.
8) Ikterik
Ikterik adalah warna kekuningan yang mungkin terlihat pada kulit atau sklera
mata. Ikterik disebabkan karena bilirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan
jaringan. Enzim kompleks yang memproses di dalam hepar bertanggungjawab
terhadap pemeliharaan tingkat bilirubin dalam tubuh. Karena imaturitas bayi baru
lahir, terdapat jumlah bilirubin yang berlebihan dalam darah saat lahir. Selama
minggu pertama pemecahan hemoglobin lebih lanjut terjadi karena reduksi sel-sel
darah merah. Sebagai akibatnya, pada sekitar hari kedua atau ketiga, hampir 60%
semua bayi mulai memperlihatkan ikterik. Sampai hari ketujuh biasanya akan
menghilang. Hal ini disebut ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.
7. SISTEM IMUN
Sistem imunisasi bayi baru lahir belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. Fungsi jaringan saluran nafas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung,kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme
asing.
8. SISTEM REPRODUKSI
1. Hingga minggu ke-7 tidak ada perbedaan sex pada janin kemudian terjadi
pembentukan cromosomy pada laki-laki untuk pembentukan testis.
2. Pada minggu ke-28 testis mulai turun kearah skrotum dan setelah lahir terjadi
pembentukan testosteron tingkat rendah dan secara kontingen disekresi sampai
massa pubertas.
3. Pada janin perempuan, pada saat lahir ovarium sudah berisi ovum dan disuplai
sepanjang hidupnya.
4. Pseudomenstrusi atau hormon pengeluaran dari vagina dapat terjadi saat lahir, saat
hormon material hilang dan tingginya tingkat estrogen maternal juga merangsang
mammary engorgement dan pengeluaran cairan.
D. CARA MENILAI APGAR SCORE
1.
PENGERTIAN
Skor Apgar atau Nilai Apgar adalah suatu metode cepat untuk menilai status
neonatus, yang dirancang oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1952. Apgar yang
berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk
mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Sistem pengukuran ini handal dan sederhana untuk menilai derajat stress intrapartum
saat lahir. Kegunaan utama sistem skor ini adalah untuk memaksa pemeriksa
memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai faktor yang
mungkin berkaitan dengan masalah kardiopulmonal.
2.
CARA PENILAIAN
1.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan
lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai
kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga
10. Penilaian dengan menggunakan skor Apgar dilakukan pada 1 dan 5 menit
setelah lahir, dan dapat diulangi jika skor masih rendah. Nilai Apgar menit
pertama menentukan perlunya resusitasi segera.
2.
Tidak ada
1
Dibawah 100x/menit
2
Diatas 100x/menit
jantung
Usaha bernafas
Tidak ada
Menangis kuat,
pernapasan baik
Flasid (lemah)
Ekstrimitas sedikit
dan teratur
Gerak aktif
Iritabilitas reflex
fleksi
Meringis
Menangis kuat
Warna
terhadap stimulasi
Seluruhnya biru, pucat
Seluruhnya merah
ekstrimitas biru
Tonus otot
sianosis
3.
INTERPRETASI HASIL
1.
Skor 10 berarti bahwa seluruh tubuh bayi berwarna merah muda dan memiliki
tanda vital normal. Sedangkan skor 0 berarti bahwa bayi apnea dan tidak
memiliki denyut jantung. Terdapat hubungan terbalik antara skor Apgar dengan
derajat asidosis serta hipoksia. Skor 4 atau kurang pada usia 1 menit
berhubungan dengan peningkatan insidensi asidosis. Sedangkan skor 8-10
biasanya berhubungan dengan ketahan hidup yang normal.
2.
4.
Jumlah skor
Interpretasi
7-10
Bayi normal
Catatan
Jarang membutuhkan tindakan medis atau resusitasi,
kecuali penghisapan jalan napas
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
4-6
Agak rendah
0-3
Sangat rendah
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka
ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang.
Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak.
LAPORAN PENDAHULUAN
RAWAT GABUNG
A. DEFINISI
Rawat gabung atau rooming in merupakan suatu cara perawatan di mana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Ada
dua jenis rawat gabung:
1.
2.
saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan
dan tidak dipakai lagi.
B. TUJUAN RAWAT GABUNG
Tujuan rawat gabung adalah:
3. Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi
4. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan
5. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang
dilakukan oleh petugas
6. Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah
sakit
7. Ibu memperoleh bekal ketrampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah
pulang
dari rumah sakit
8. Mencegah terjadinya infeksi silang
9. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.
C. MANFAAT RAWAT GABUNG
Dalam rawat gabung suami dan keluarga dapat membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar,
emosional karena
ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya,
rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun
dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung di dekap ibu sehingga bayi akan
tenang mendengrakan detak jantung ibu.
Adanya rawat gabung sangat menguntungkan bagi ibu karena dapat menurunkan
angka kesakitan pada bayi seperti ibu dapat memberi ASI eksklusif kepada bayinya yang
dapat memberikan system kekebalan tubuh pada bayi. Rooming in juga akan membantu
menurunkan angka kematian ibu, dengan dilakukannya rooming in akan menurunkan
terjadinya perdarahan post partum yaitu dengan cara ibu memberikan ASI eksklusif.
Dalam sumber lain juga disebutkan manfaat rawat gabung baik bagi ibu, bayi,
keluarga dan petugas, yaitu:
1. Bagi ibu
a.
Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya
3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan
rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa
sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
b.
Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi
kontraksi rahim yang baik
2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi
c.
Bagi bayi
a. Aspek psikologi
1) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
2) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan
dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
b. Aspek fisik
1) Bayi
segera
mendapatkan
kekebalan/antibodi
ASI
yang
dapat
memberikan
Bagi keluarga
a. Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan
support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi.
b. Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak
menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
e.
Bagi petugas
1.
Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan
dapat melakukan pekerjaan lainnya.
2.
Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil
oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
b.
Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2. Kerugian
a.
b.
Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain
c.
a.
Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
b.
c.
2. Ibu
a.
b.
Tinggi 90 cm
3. Ruang
a.
b.
Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan).
4. Sarana
a.
Lemari pakaian
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5. Petugas
a.
b.
a.
b.
4-5 orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yg lain bersebelahan dan
bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
c.
Beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yg
kedap udara
d.
Model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
e.
3. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, rawat gabung
dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk) misalnya 4-6
jam setelah operasi.
4. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
8. Bayi dan ibu sehat.
b.
Pasca eklamsi
c.
d.
e.
Karsinoma payudara.
2. Bayi
a.
Bayi kejang
b.
c.
d.
MANAJEMEN LAKTASI
A. DEFINISI
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya
sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan
keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009).
B. FISIOLOGI LAKTASI
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
a.
b.
Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna
kuning putih susu.
c.
d.
2.
Refleks Menghisap
Timbul jika langit-langit mulut bayi tersentuh puting. Puting harus menyentuh langitlangit mulut bayi, sinus laktiferus --- tertekan antara gusi, lidah dan palatum --- ASI
terperas keluar
3.
Refleks Menelan
Jika mulut bayi terisi ASI maka bayi akan secara reflek menelan ASI.
b.
Masa Neonatus
1) Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
2) Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.
3) Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
4) Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.
5) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi
ASI tetap lancar.
6) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang
dari 30 hari setelah melahirkan.
d.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Mengoptimalkan perkembangan
8)
9)
10)
b.
2)
3)
Mengurangi anemia
4)
5)
6)
7)
c.
d.
Menghemat biaya
2)
3)
Mudah pemberiannya
2)
mengurangi
mengurangi
biaya
Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien di dalam ASI yang sesuai
dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi menjadi baik serta kesakitan
dan kematian anak menurun.
4)
Sebelum menyusui, keluarkan ASI dan oleskan di sekitar areola dan puting susu. Ini
dilakukan sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2.
3.
Pegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
menekan puting susu (hanya areolanya saja).
4.
Merangsang bayi agar membuka mulut dengan cara menyentuh sisi mulut bayi dengan
puting susu atau rooting reflex.
5.
Setelah bayi membuka mulut dengan cepat masukkan payudara ke dalam mulut bayi,
dan usahakan semua areola dan puting masuk kedalam mulut bayi. Setelah bayi
mulai menghisap tidak perlu menyangga payudara lagi.
6.
7.
Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke puting dan areola, biarkan kering sendiri lalu
sendawakan bayi. Bersendawa dilakukan dengan cara memegang bayi tegak lurus
pada bahu atau dengan memegang bayi dalam posisi duduk di pangkuan ibu, dengan
dagu ditopang dengan satu tangan. Punggung bayi kemudian dipukul atau ditepuktepuk dengan perlahan.
LAPORAN PENDAHULUAN
NIFAS FISIOLOGIS
A. DEFINISI
Nifas adalah puerpurium berlangsung selama 6 Minggu sampai 48 hari
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan pada keadaan
normal (Manuaba, 2007).
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu ( Sulaiman, 2005).
Masa nifas adalah masa pulihnya kembali dari masa persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama nifas yaitu 6-8 Minggu (Rustam
Moochtar, 1998).
B. PERIODE NIFAS
Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu (Mochtarr, 1998):
1. Puerperium Dini / Early Puerperium
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap
bersih dan boleh bekerja ( setelah 40 hari ).
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggui.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa berminggu-minggu, bulanan,
tahunan).
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi Uterus
Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera
keluar
akibat
setelah
plasenta
uterus kira-kira sama dengan besarnya pada usia kehamilan 16 minggu dengan
berat sekitar 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilicus. Beberapa hari kemudian, involusi berlangsung lebih cepat. Fundus
turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 post partum, fundus akan
berada pada pertengahan umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak dapat
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post partum. Pada 1 minggu post partum,
berat uterus yaitu sekitar 500 gram, kemudian berkurang menjadi 350 gram pada
2 minggu post partum, dan menjadi 50-60 gram pada minggu ke-6 post partum
(Bobak, et al., 2005). Perubahan-perubahan normal pada uterus selama masa post
partum dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Lusa, 2009).
Involusi Uteri
Plasenta lahir
Satu minggu
Dua minggu
TFU
Setinggi pusat
Pertengahan pusat dan
simpisis
Tidak teraba
Enam minggu
Normal
b) Kontraksi Uterus
Berat Uterus
Diameter Uterus
1000 gram
12,5 cm
500 gram
7,5 cm
350 gram
5 cm
60 gram
2,5 cm
Waktu
1-3 hari
Warna
Merah
kehitaman
Ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Putih
Sanguilenta
3-7 hari
bercampur
merah
Lebih sedikit darah dan lebih
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/
kecoklatan
Alba
>14 hari
Putih
lendir
leukosit,
serviks
dan
selaput
serabut
f) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam post partum,
serviks memendek dan konsistensinya lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol
ke vagina) terlihat memar dan terdapat sedikit laserasi. Muara serviks, yang
berdilatasi 10 cm pada saat melahirkan, menutup secara bertahap. Muara serviks
eksterna akan terlihat memanjang seperti suatu celah dan tidak dapat berbentuk
lingkaran seperti pada saat sebelum melahirkan.
g) Vagina dan Perineum
Segera setelah persalinan, vagina masih dalam keadaan meregang disertai
oedem dan memar pada area episiotomy (Sari, 2006). Dalam satu atau dua hari
oedem vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus dengan ukuran
yang lebih luas dari biasanya. Ukurannya akan mengecil dengan terbentuknya
kembali ruggae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) pada 3 minggu setelah
persalinan. Vagina akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum
melahirkan pertama kali. Latihan untuk mengencangkan otot perineum akan
memulihkan tonus vagina. Selaput dara yang robek akan sembuh dengan
terbentuknya parut dan meninggalkan beberapa jaringan bekas ujung yang
dinamakan myrtiform caruncles (carun culae myrtiform). Abrasi dan lacerasi
vulva dan perineum dapat sembuh dengan mudah termasuk laserasi-laserasi yang
memerlukan jahitan (Sari, 2006).
h) Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ organ pelvis,
payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika laktasi
disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mulamula lebih
nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya
laktasi.
2. Sistem Gastrointestinal
a)
Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan karena banyaknya energi
yang telah dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan. Selain itu, ibu juga
akan merasa haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar
selama proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan
pernafasan.
b) Motilitas
Secara
khas,
penurunan
tonus
dan
motilitas
otot-otot
pada
traktus
Defekasi
Defekasi dapat tertunda selama 2 atau 3 hari setelah ibu melahirkan. Hal ini
terjadi karena tonus otot usus menurun selama masa persalinan dan pada awal
masa postpartum, penurunan tekanan intra abdominal, nyeri akibat luka
perineum, serta hemoroid.
3. Sistem Kardiovaskular
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, seperti banyaknya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler (edema fisiologis). Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir,
volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum hamil.
b) Tanda-tanda vital
Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C disebabkan
oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila suhu lebih dari 380C setelah 24 jam pertama
sampai dengan hari ke-10, kemungkinan terjadi infeksi.
c) Bradikardi, dengan frekuensi 50 70 kali/menit normal untuk 610 jam pertama,
hal ini mungkin disebabkan Karena penurunan aliran darah dari jantung.
d) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan persalinan lama
atau sulit.
4. Sistem Endokrin
Beberapa perubahan terjadi pada sistem endokrin selama masa puerperium, seperti
penurunan hormon estrogen dan progesterone, peningkatan prolaktin. Hormone
prolaktin mengalami peningkatan sehingga merangsang pengeluaran air susu. Bila ibu
tidak menyusui, maka akan lebih cepat mengalami menstruasi, yaitu kurang lebih 12
minggu post partum, hormon estrogen akan meningkat dan akan terjadi ovulasi. Bila
ibu menyusui bayinya, menstruasi akan terjadi lebih lama, yaitu kurang lebih 36
minggu post partum dan tidak terjadi ovulasi.
5. Sistem Hematologi
Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali pada keadaan
semula. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama10
sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan
25.000/mm3. ( Bobak, 2001). Haemoglobin dan nilai eritrosit bervaraiasi selama
masa nifas dini, tetapi harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum.
6. Sistem Muskuloskeletal
Menurut Lusa (2009), perubahan sistem musculoskeletal pada masa nifas antara lain :
a) Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali
dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit dan abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur
hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal
kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
c) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen.
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis
pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan
jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus
otot menjadi normal.
d) Perubahan ligament
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala.
7. Sistem Neurologis
Perubahan pada sistem neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari adaptasi
menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah proses melahirkan. Rasa
tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita
melahirkan.
8. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan berlalu.
Terjadinya hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin akan hilang setelah
melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada yang menetap pada daerah daerah
tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang abnormal akan menimbulkan nyeri,
kemerahan dan epulis, yang merupakan respon dari penurunan estrogen setelah
selesai melahirkan. Namun tanda nyeri pada wanita ada yang menetap dan ada yang
hilang.
9. Sistem Imun
Ig A merupakan antibodi yang terdapat pada colostrums dan air susu yang berfungsi
imunitas mukosa.
10.
Sistem Urinaria
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan akan kembali
normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Segera setelah melahirkan
kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung dan hipotonik dimana hal ini
dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa
urin yang berlebihan kecuali bila dilakukan kateterisasi. Efek dari trauma selama
persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan (Sari, 2006). Setelah proses persalian akan terasa pedih saat buang
air kecil, kemungkinan disebabkan iritasi pada uretra sebagai akibat dari persalinan,
sehingga ibu dapat merasa takut buang air kecil.
Diuresis yang normal terjadi segera setelah persalinan sampai hari kelima setelah
persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per harinya. Hal ini
merupakan salah satu cara tubuh untuk menghilangkan peningkatan cairan
ekstraseluler (cairan interstisial) yang merupakan bagian normal dari kehamilan.
Selain itu, juga didapati adanya keringat yang hanya pada beberapa hari pertama
setelah persalinan (Sari, 2006).
2) Mengatasi anemia
3) Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
4) Mengembalikan
kesehatan
umum
dengan
pergerakan
otot
untuk
c.
d.
e.
b.
Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau penyembuhan luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi
dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Hal ini
berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea). Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu
dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari
ranjang.
c.
Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat hamil. Pedoman
umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4 kelompok makanan dasar yaitu
makanan harian, daging dan makanan yang mengandung protein, buah dan
sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein,
mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah
lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi
multivitamin dan suplemen zat besi. Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat
25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat
3x dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui yaitu sebanyak 500
kkal tiap hari.
d.
Miksi
Kebanyakan wanita mengalami kesulitan BAK selama 24 jam pertama setelah
melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam
selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika sudah penuh tidak
mampu untuk mengirim sinyal agar mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum
bisa menyebabkan ketegangan pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema
perineum juga bisa mengganggu BAK. Memperbanyak minum, bangun dari
tempat tidur, dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu
mengosongkan kandung kemih.
Sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita sering BAK dalam
jumlah banyak karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai
dikeluarkan. Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu
mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih.
e.
Defekasi
Menurut Mochtar (1998), pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-4 hari
setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini terjadi
karena
sewaktu
melahirkan
alat
pencernaan
mendapat
tekanan
yang
Perawatan Payudara
Pada 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan mengeluarkan
kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang merupakan susu pertama untuk
bayi. Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari ke-2 sampai ke-5.
Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang
dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu
yang sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu
meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan hal yang
sangat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama
mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini dilakukan untuk
membersihkan kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah
akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting susu maupun ke mulut bayi.
3. Penatalaksanaan Medis
a.
Analgetik
Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang dapat diakibatkan oleh
episitomi.
b.
Antipiretik.
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal dari
tanda-tanda infeksi.
c.
Antibiotik
Digunakan bila ada inflamasi dan infeksi.
d.
Pengobatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita, infus dan transfusi
darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. Pemeriksaan yang
lain dilakukan pada masa nifas atau post partum, yaitu hemoglobin dan
hemotrokit. Selain itu, dilakukan juga pemerikasaan urin pada ibu post partum
yang mengalami infeksi pada saluran kemih.
e.
Obat uterotonik
Obat ini digunakan pada penanganan aktif stadium ke-3 proses kelahiran, atonia
(tidak adanya tegangan atau kekuatan otot)/perdarahan rahim, perdarahan dalam
masa nifas, subinvolusi (mengecilnya kembali rahim sesudah persalinan hampir
seperti bentuk asal), lokiometra (pembendungan getah nifas di dalam rongga
rahim).
b.
c.
Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya: susu, keju, kacang-kacangan dan
sayuran berwarna hijau.
b.
Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya :
susu, keju, dan daging.
c.
Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena
dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel
darah
merah
(Hb)
sehingga
daya
angkut
oksigen
mencukupi
kebutuhan. Sumber zat besi antara lain: kuning telur, hati, daging,
kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
d.
Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan
kekerdilan fisik yang serius, sumbernya: minyak ikan, ikan laut dan
garap beryodium.
e.
Kalsium
Ibu menyusui membutuhan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak,
sumbernya: susu dan keju.
Jenis-jenis vitamin:
a.
Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel , jaringan, gigi, dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Sumber: kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna
hijau dan buah berwarna kuning (wortel, tomat, dan nangka). Selain itu
ibu menyusui juga mendapat tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000
IU)
b.
Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja saraf dan jantung normal, membantu metabolisme
karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu
proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya: hati, kuning telur, susu,
kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar.
c.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,
pencernaan, system urat syaraf, jaringan kilit dan mata. Sumber : hati,
kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan,dan sayuran berwarna hijau.
d.
Vitamin B3 (Niacin)
Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan
gusi. Sumber: gandum jagung, hati dan daging.
f.
g.
Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukan sel darah
merah dan produksi inti sel. Sumber: hati,daging, jeroan, dan sayuran
hijau.
h.
Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat ( untuk
penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan
terhadap
infeksi
serta
memberikan
kekuatan
pada
pembuluh
darah. Sumber: jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu, mangga, pepaya, dan
sayuran.
i.
Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, serta
penyerapan kalsium dan fosfor. Sumber: minyak ikan, susu, margarin,
dan penyinaran kulit dengan sinar matahari sebelum pukul 09 00.
j.
Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah
normal. Sumber vitamin kuning telur, hati, brokoli, asparagus, dan
bayam. Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada 6 bulan pertama
kira-kira 700 kkal/hari dan 6 bulan kedua 500kkal/hari sedangkan ibu
menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400kkal/ hari.
Tabel perbandingan angka kecukupan energi dan zat gizi wanita dewasa
dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui :
No.
1.
Zat Gizi
Energi (kkal)
Wanita Dewas
2200
Ibu Hamil
285
Ibu Menyusui
0-6 bulan
7-12 bulan
700
500
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Protein (g)
Vitamin A (RE)
Vitamin D (mg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (mg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam Folat (mg)
Piidoksin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Yodium (mg)
Selenium (mg)
48
500
5
8
6,5
1,0
1,2
9
150
1,6
1,0
60
500
450
26
15
150
55
12
200
5
2
6,5
0,2
0,2
0,1
150
0,6
0,3
10
400
200
20
5
25
15
16
350
5
4
6,5
0,3
0,4
3
50
0,5
0,3
25
400
300
2
10
50
25
12
300
5
2
6,5
0,3
0,3
3
40
0,5
0,3
10
400
200
2
10
50
20
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan . jika dikemas dalam
kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok atau karatan.
i.
j.
2. Ambulasi Dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas
mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan early ambulation adalah:
a.
b.
c.
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal apabila dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan
dengan tindalkan:
1).
2).
b. Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari
ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan
minum air hangat. Agar buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan
diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga.
4. Kebersihan Diri
Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi,
yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan
perineum.
a. Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar atau buanga air kecil perineum dibersihkan
secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali
sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas,
juga merasa sakit sehingga pineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun
atau sejenisnya sebaiknya di pakai setelah buang air kecil atau buang air besar.
Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
Ibu diberi tahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
samapai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti
paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberi tahu tentang jumlah, warna, dan bau
locea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
memebersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomy
atau laserasi sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b. Perawatan payudara
1).
Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama ptting susu dengan
menggunakan BH yng menyokong payudara.
2).
Apabila puting susu lecet oleskan kolosterum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
3).
4).
5. Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan
cemas apakan ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan
sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu
harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya tidak
pernah dilakukan. Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara
berlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
6. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa
dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan
berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan menurun
ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas
berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses
penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukan 1 atau 2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk
melakukan hubungan suami istri.
7. Latihan Senam Nifas
a. Pengertian
Senam yang dilakukan oleh ibu pasca persalinan supaya otot-otot dan tubuhnya
cepat kembali segar.
b. Tujuan
Tujuan dilakukan senam nifas adalah:
1) Membantu memperlancar sirkulasi darah
2) Membantu mengembalikan kedudukan otot kandungan
3) Menguatkan otot-otot perut, otot dasar panggul, dan pinggang
4) Membantu memperlancar asi
5) Membantu membentuk tubuh yang bagus dan seimbang
6) Mencegah prolaps uteri dan keluhan wasir/ ambeien
c. Persiapan
1) Sebelum melakukan senam, baik pre atau post natal care sebaiknya
diberikan penjelasan secara teori supaya dalam melaksanakan senam tidak
salah
2) Untuk tempat dipilih yang tenang dan cukup ventilasi
Alat :
a)
Matras
b)
c)
d)
e)
Gambar anatomi
f)
Tape recorder
g)
Handuk kecil
d. Pelaksanaan
1) Dilakukan secara teratur dan intensif
2) Dilakukan sebelum mandi pagi, sebelum tidur siang atau sore dan sebelum
tidur malam
3) Gunakan pakaian longar dan nyaman saat melakukan senam nifas
4) Bila ada keluhan sebelum dan saat melakukan senam nifas segera
konsultasikan dengan dokter
5) Bila merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar
bertambah banyak, sebaiknya berhenti senam. Mulai lagi senam beberapa
hari kemudian dan membatasi pada olahraga yang dirasakan tidak terlalu
melelahkan.
6) Minimal dua kali sehari, kurang lebih selama tiga bulan pasca persalinan.
Cara latihan senam :
1. Latihan untuk memperlancar sirkulasi darah, memperkuat otot kaki
kiri
kanan
Duduk dengan lutut agak ditekuk, lalu badan dicondongkan, lengan lurus
ke depan
5. Latihan untuk menguatkan otot perut dasar panggul
Posisi push up dengan bertekan pada lutut. Latihan ini untuk menguatkan
otot perut.
7. Latihan untuk melatih postur dan menguatkan otot tungkai.
Salah
Benar
b.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan
c.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaiman
mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri
d.
e.
f.
2.
b.
c.
d.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.
b.
c.
d.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4.
b.
Demam
Suhu tubuh ibu yang baru saja melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi dibanding
suhu normal, khususnya jika cuaca sangat panas, namun jika suhu ibu lebih dari 380C
dalam 2 hari lebih itu kemungkinan terjadi infeksi. Penanganan awal yaitu
(Prawirohardjo, 2002) :
a.
Istirahat, berbaring
b.
Perbanyak minum
c.
d.
Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan
cepat.
2.
Perdarahan Aktif
b.
3.
4.
b.
c.
d.
e.
Penanganan awalnya yaitu jagalah selalu kebersihan vagina dengan baik, jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan.
5.
6.
Makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
b.
7.
Nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
9.
orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya
bayi, terutama pada ibu primipara.
Pathway
Post partum
Perubahan Fisiologis
Sistem
Reproduksi
v Involusi dan
kontraksi uterus
Perubahan Psikologis
Sistem
Kardiovaskular
Sistem Endokrin
Sistem
Integumen
Sistem GI
Letting
Taking
go
Taking
in
hold
Penurunan
volume darah
Estrogen
Peregangan kulit
akibat kehamilan
Tonus otot
pasif &
usus Ibu
Mampu
Adaptasi
tergantung
menjadi
perubahan
orang
tua
Sistemperan
Produksi prolaktin
Pelepasan
jaringan
endometrium
Pelepasan
lochea
Perubahan
perfusi jaringan
Kurang
pengetahuan ttg
manajemen
laktasi
Isapan bayi
tidak adekuat
ASI tidak
keluar
Pembendungan ASI
Risiko ketidakadekuat
an proses
laktasi
Nyeri
Oksitosin
Luka laserasi
Port de entry
bakteri
Perubahan
body image
Isapan bayi
adekuat
Volume cairan
menurun
Afterpain
Produksi ASI
Risiko
infeksi
Striae
gravidarum
Kontraksi
duktus&
alveoli
muskuloskeletal
Perubahan
Kurang pengemenjadi
Ketegangan
tahuan tentang
orang tua
postural
akibat
perawatan
bayi
posisi persalinan
Ansietas
Nyeri
Sistem urinaria
Penekanan uretra oleh
bag terbawah janin
saat persalinan
Payudara
bengkak
Edema
uretra
Retensi
urine
ASI keluar
Gangguan rasa
nyaman, Nyeri
I.
2) Wajah
Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata yang
bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.
3) Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarana merah dan basah berarati normal,
sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika
konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
4) Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kaji kondisi
putting, kebersihan putting, adanya Asi.
5) Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut. Palpasi juga
tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
6) Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang keluar dari
baunya.
7) Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya
distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.
8) Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi sinus
inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes atau kemerahan, echymosis atau
perdarahan bawah kulit, edeme atau bengkak, discharge atau perubahan lochea,
approximation atau pertautan jaringan).
9) Ektremitas bawah
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan oedema,
varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan
aktivitas dan reflek patella baik.
10) Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah selama
24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kondisi uterus:
palpasi
Hasil:
fundus, Kontraksi miometrium, tingkat involusi uteri.
kontraksi, TFU.
2.
Jumlah
perdarahan:
Pengeluaran lochea.
Kompensasi
kardiovaskuler
TD
sistolik
menurun 20 mmHg.
4.
5.
Tanda-tanda
vital:
Suhu
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
2.
Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
4.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
5.
6.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
7.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan
dan
Rencana Intervensi
Keperawatan
Resiko defisit
Kriteria Hasil
Pasien dapat
volume cairan
mendemostrasikan
b/d pengeluaran
status cairan
yang
membaik.
Warna urine.
berlebihan;
Kriteria evaluasi:
yang diharapkan.
perdarahan;
diuresis;
dehidrasi, resolusi
keringat
oedema, haluaran
berlebihan.
urine di atas 30
1. Pantau:
-
Tanda-tanda vital
setiap 4 jam.
1. Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan atau
2. Temuan-temuan ini
hari.
-
Rasional
mennadakan hipovolemia
dan perlunya peningkatan
cairan.
ml/jam, kulit
kenyal/turgor kulit
baik.
gelisah, TD di bawah
4. Mengidentifikasi
keseimbangan cairan
manifestasi kelebihan
cairan terjadi
teratur.
Perubahan pola
Pola eleminasi
eleminasi BAK
(BAK) pasien
penyimpangan dalam
(disuria) b/d
teratur.
pola berkemih.
trauma
Kriteria hasil:
perineum dan
eleminasi BAK
melakukan ambulasi
memberikan rangsangan
saluran kemih.
lancar, disuria
dini.
2. Anjurkan pasien
kosong, keluhan
membasahi perineum
1. Mengidentifikasi
2. Ambulasi dini
dan pengosongan
bladder.
3. Membasahi bladder
dengan air hangat dapat
mengurangi ketegangan
akibat adanya luka pada
bladder.
melakukan kateterisasi
pengosongan bladder
secara teratur.
berkemih.
5. Minum banyak
mempercepat filtrasi
pada glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
6. Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
Perubahan pola
Pola eleminasi
eleminasi BAB
(BAB) teratur.
penyimpangan serta
(konstipasi) b/d
kurangnya
eleminasi teratur,
mobilisasi; diet
yang tidak
merangsang pengosongan
seimbang;
trauma
persalinan.
jam.
5. Pantau berat badan setiap
hari.
6. Anjurkan pasien makan
eleminasi (BAB).
2. Ambulasi dini
cepat.
3. Cairan dalam jumlah
cukup mencegah
terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum
sayuran hijau.
4. Bising usus
mengidentifikasikan
pencernaan dalam
kondisi baik.
5. Mengidentifiakis adanya
penurunan BB secara
dini.
6. Meningkatkan
pengosongan feses dalam
rektum.
Gangguan
ADL dan
pemenuhan
kebutuhan
ADL b/d
beraktifitas pasien
menggunakan parameter
immobilisasi;
terpenuhi secara
kelemahan.
adekuat.
Kriteria hasil:
jantung.
1.
Menunjukk
2. Menurunkan kerja
kelelahan berat,
miokard/komsumsi
dalam
kelemahan, berkeringat,
oksigen, menurunkan
beraktifitas.
resiko komplikasi.
Kelemahan 2.
Tingkatkan
dan kelelahan
berkurang.
menunjukkan tingkat
hemodinamik, berikan
aktifitas individu.
Kebutuhan
ADL terpenuhi
secara mandiri
tidak berat.
3.
4. Komsumsi oksigen
miokardia selama
berbagai aktifitas dapat
meningkatkan aktifitas
meningkatkan jumlah
contoh: penurunan
jantung/irama
kelemahan/kelelahan,
Kemajuan aktifitas
dan Td dalam
TD stabil/frek nadi,
bertahap mencegah
batas normal.
peningaktan perhatian
peningkatan tiba-tiba
bantuan.
1. Parameter menunjukkan
an peningkatan
atau dengan
-
Kaji toleransi
frekuensi
kulit
perawatan diri.
hangat, merah
muda dan
4.
Dorong memajukan
5. Teknik penghematan
energi menurunkan
kering
5.
aktifitas/toleransi
perawatan diri.
membantu keseimbangan
Anjurkan keluarga
untuk membantu
pemenuhan kebutuhan
ADL pasien.
6.
Jelaskan pola
peningkatan bertahap
aktifitas berlebihan.
Gangguan rasa
Pasien
nyaman (nyeri)
mendemonstrasika
b/d peregangan
n tidak adanya
perineum; luka
nyeri.
episiotomi;
penyimpangan dan
involusi uteri;
membasahi perineum
kemajuan berdasarkan
hemoroid;
normal, pasien
involusi uteri.
pembengkakan
menunjukkan
sebelum berkemih.
payudara.
peningkatan
pasien.
2. Kaji kontraksi uterus,
proses involusi uteri.
aktifitas, keluhan
nyeri terkontrol,
payudara lembek,
tidak ada
bendungan ASI.
perineum dan
1. Menentukan intervensi
keperawatan sesuai skala
nyeri.
2. Mengidentifikasi
3. Mengurangi ketegangan
pada luka perineum.
4. Melatih ibu mengurangi
bendungan ASI dan
memperlancar
pengeluaran ASI.
5. Mencegah infeksi dan
perineum.
6. Mengurangi intensitas
6. Kolaborasi dokter
tentang pemberian
nosiseptor.
Infeksi tidak
terjadi.
lahir.
Kriteria hasil:
skala 7 ke atas.
1. Pantau: vital sign, tanda 1. Mengidentifikasi
infeksi.
2. Kaji pengeluaran
penyimpangan dan
kemajuan sesuai
intervensi yang
ada, luka
jumlah.
dilakukan.
episiotomi kering
keadaan jahitan.
berkemih dan
BAB tidak ada.
4. Anjurkan pasien
2. Mengidentifikasi
kelainan pengeluaran
lochea secara dini.
berdekatan dengan
daerah basah
mengakibatkan
kecenderunagn luka
banyak.
5. Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
1. Beri kesempatan ibu
Resiko
Gangguan proses
gangguan
parenting tidak
untuk melakuakn
proses parenting
ada.
perawatan bayi.
b/d kurangnya
mandiri.
pengetahuan
dapat merawat
tentang cara
bayi secara
merawat bayi.
mandiri
(memandikan,
1. Meningkatkan
2. Keterlibatan bapak/suami
dalam perawatan bayi
akan membantu
meningkatkan
keterikatan batih ibu
menyusui).
dengan bayi.
3. Perawatan payudara
secara teratur akan
meningkatkan intake
mempertahankan
kontinyu sehingga
tidak terdapat
tercukupi.
4. Meningkatkan produksi
ASI.
5. Meningkatkan hubungan
ibu dan bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati
EW,
Dyah.
2009. Asuhan
Kebidanan
Nifas.
Yogyakarta:
2009.
Perubahan
Fisiologis
Masa
Nifas
Pada
Sistem
Muskuloskeletal.http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifaspada-sistem-muskuloskeletal/
Lusa. 2009. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1).
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistemreproduksi-part-1/
NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.
Jakarta. EGC.
Sari, Puspita Sari. 2006. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Malang: Universitas
Tribuana Tunggadewi.
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. YBPSP.Jakarta.