MAKALAH PASIEN
TERMINAL & PERAWATAN
JEAZAH
TINDAKKAN KEPERAWATAN
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Pasien Terminal & Perawatan
Jenazah. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Tindakkan Keperwatan. Tujuan yang
lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang apa itu Pasien
terminal dan bagaiman penanganan perawatan jenazah yang saya sajikan berdasarkan
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Guru yang telah memberikan tugas untuk
menulis makalah ini, serta kepada teman-teman yang juga sudah mengingatkan dan membantu
atas tugas yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa SMK NUSANTARA PALU.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Palu, 23 Februari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnyasetiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat
untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa
menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse is
to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to
health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the
necessary strength will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian
khusus. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah
akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan
untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun
harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan
yang kekal.
Rumusan masalah
1. Arti keadaan terminal?
2. Perawatan pasien yang akan meninggal?
3. perawatan jenazah dengan penyakit menular?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perawatan pasien yang akan meninggal.
Pengertian:
Memberi pelayanan khususjasmaniah dan rohaniah kepada pasien yang akan meninggal.
2.
a.
b.
c.
d.
untuk melihat orang yang telah anda rawat meninggal. Khususnya sulit bila anak
atau orang muda yang meninggal. Maka dari itu kita sebgai perawat perlu saling
memberi kenyamanan dan mendukung dalam perawatan terhadap orang
menjelang ajal.
4) Indikasi
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang
semakin mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan
sembuh.
Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu
untuk meninggal. Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan
perkataan lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung,
paru-paru, dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki
proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka.
Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
5) Tahapan Menjelang Ajal
Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan
secara mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara umum ia
membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu penyangkalan dan isolasi,
marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan. Berdasarkan pandangannya,
Kubler-Ross menyatakan bahwa respon tersebut.
Tidak selamanya berurutan secara tetap
Dapat tumang tindih
Lama tiap tahap bervariasi
Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.
Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
b. Cara kerja:
a) Persiapan alat-alat:
a. Disediakan tempat tersendiri
b. Alat-alat pemberian O2.
c. Alat resusitasi.
d. Tensi meter.
e. Stetoskop.
f. Pinset.
g. Kasa penekan & air matang dalam kom kecil atau gelas untuk membasahi
bibir.
h. Kertas tissue(kertas lap).
i. Kapas.
j. Handuk kecil atau lap pembasuh(waslap) untuk menyeka keringat pasien.
k. Alat tenun secukupnya:
1. Sprei.
2. Baju.
3. Selimut.
b) Persiapan pasien:
a. Pasien disiapkan menurut agama dan kepercayaan masing masing.
b. Memberitahukan keluarga. catatan untuk menulis pesan atau amanat dan lainlain yangdiperlukan.
c) Pelaksanaan:
a. Pasien disendirikan/dipisahkan dari pasien lain.
b. Pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri.
c. Keluarga diizinkan menunggu dan diberitahu keadaan pasien dengan cara
yang bijaksana oleh dokter/perawat.
d. Pasien harus selalu dalam keadaan bersih,keringat diseka.
e. Usahakan keadaan sekitarnya dalam keadaan tenang.
f. Bila bibir kering dibasahi dengan kasa yang dibasahkan dengan air
matang,diambil dengan pinset.
g. Membantu melayani dalam upacara keagamaan.
h. Mengamati tanda-tanda kehidupan (vital signs) terus-menerus.
d) Perhatian:
a) Berbicaralah dengan suara yang lembut dengan penuh perhatian.
b) Jangan tertawa dan bergurau disekitar tempat pasien yang akan meninggal
c. Perawatan Jenazah Dengan Penyakit Menular.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan
kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut
keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga
jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah
risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan
dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah
sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup
dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksiHIV meninggal, virus pun akan mati.
Beberapa pedoman perawatan jenazah adalah seperti berikut:
A. Tindakan di Luar Kamar Jenazah.
1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan.
2. Memakai pelindung wajah dan jubah.
3. Luruskan tubuh jenazah dan letakkan dalam posisi terlentang dengan tangan di
sisi atau terlipat di dada.
4. Tutup kelopak mata dan/atau ditutup dengan kapas atau kasa; begitu pula mulut,
hidung dan telinga.
5. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah
atau cairan tubuh lainnya.
6. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
7. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut dalam wadah
yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan universal.
8. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.
9. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh
keluarga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang
komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).