Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBACAAN & INTERPRETASI EKG PADA KASUS GAWAT


DARURAT & KRITIS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Kritis pada tahap Profesi NERS

Disusun Oleh:
Adam Zegy herlambang Putra (J230205035)
Aulia Hidayaning Tyas (J230205041)
Swastika Sekar Utami (J230205043)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam
mengidentifikasi adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST
elevasi pada infark miokard akut dapat memprediksi ukuran infark,
responnya terhadap terapi reperfus dan nemperkirakan prognosis
dari pasien. Distorsi temrinal komplek QRS pada infark miokard akut
inferior adalah jika J - point dibandingkan dengan tingginya
gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih
sadapan inferior (sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan
bahwa adanya distorsi QRS awal berhubungan dengan tingginya
angka kejadian high-degree AV block. Walaupun sebagian besar
bersifat transien, high-degree AV block berhubungan dengan
peningkatan angka kematian sehma perawatan di rumah sakit,
neskipun pasien nendapat terapi trombolitik. (Baltazar,2013)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana tata cara
pembacaan dan intepretasi ekg pada pasien gadar dan kritis?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui pembacaan & interpretasi EKG pada
kasus gawat darurat & kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari EKG
b. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pemasangan EKG
c. Mahasiswa mampu meengetahui indikasi dari pemasangan EKG
d. Mahasiswa mampu mengetahui pengelolan pasien yang terpasang
EKG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian EKG
Elektrokardiogram adalah sebuah mesin atau sebuah alat yang
berfungsi untuk merekam aktivitas jantung. Elektrocardiografi adalah
serangkaian grafik yang dihasilan dari hasil alat perekam ektivitas
listrik jantung (Lumbantorun & Nazmudin, 2016).
Elektrokardiogram merupakan sinyal fisiologi yang dihasilkan
oleh aktivitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam dengan perangkat
elektrokardiograf, alat ini merupakan perangkat keras yang berfungsi
mencatat aktifitas listrik dari sebuah jantung. Prinsip kerja
elektrokardiograf bekerja dengan mengukur perbedaan potensial
listrik pada tubuh manusia. Jantung memiliki parameter fisiologi
dengan tegangan 0.1-5.0 (mV) dan frekuensi maksimal pengamatan
300 Hz. Berbagai keadaan jantung dapat dideteksi dengan tepat oleh
alat ini, baik kelainan berupa kelainan elektris (Aritmia), kelainan
anatomis (Hipertropi bilik dan serambi), maupun kelainan lain atau
Perikarditis (Thaler, 2013).
Untuk pemeriksaan secara rutin biasanya dilakukan pengambilan
12 sandapan (lead) yaitu I, II, III, aVR, AVL, aVF, v1-6. Tetapi
kadang-kadang dilakukan cara lain untuk keperluan tertentu, mis.
Monitor terus menerus (24 jam sehari) yang digunakan untuk
mendeteksi adanya perubahan-perubahan di jantung penderita dalam
keadaan darurat (mis. Di ICCU dan bedah jantung). Untuk
mengetahui perubahan EKG pada kegiatan sehari-hari dilakukan
rekaman secara terus menrus dengan alat monitor holter. Serial EKG
untuk jangka waktu tertentu dapat untuk menegakkan diagnosis infark
miokard akut secara pasti.
B. Indikasi ekg
Pemeriksaan Elektrokardiografi dilakukan untuk mengetahui :
1. Adanya kelainan-kelainan irama jantung
2. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4. Gangguan-gangguan elektrolit
5. Adanya perikarditis
6. Pembesaran jantung
C. Pemasangan EKG
1. Persiapan alat :
a. kertas perekam
b. mesin EKG
c. gel
d. elektroda.
2. pembersihan kulit dan memberikan gel
Pembersih alkohol membantu menghilangkan minyak dari
permukaan kulit, meskipun ini lebih baik dihindari jika pasien
memiliki kulit yang rusak.
3. Penempatan elektroda EKG
Penempatan elektroda yang benar penting untuk memastikan bahwa
EKG 12 sadapan dapat diinterpretasikan dengan benar. Salah
penempatan elektroda adalah kejadian umum, dilaporkan dalam
0,4% EKG yang tercatat di klinik rawat jalan jantung dan 4,0% EKG
dicatat di Unit Perawatan Intensif.
Penempatan elektroda adalah sebagai berikut :
a. V1 : Ruang interkostal keempat, tepi sternum kanan
b. V2 :Ruang interkostal ke-4, tepi sternum kiri
c. V3 :Pertengahan di antara V2 dan V4
d. V4 :Ruang interkostal ke-5, garis mid-klavikula
e. V5 :Garis ketiak anterior kiri, level horizontal yang sama
dengan V4
f. V6 :Garis tengah-ketiak kiri, level horizontal yang sama
dengan V4 dan V5
g. Lengan kanan - Merah
h. Lengan kiri- Kuning
i. Kaki kanan- Hitam
j. Kaki kiri- Hijau

4. Nyalakan Mesin EKG.


5. Lihat Monitor EKG, apabila grafik EKG sudah terlihat dengan jelas,
rekam/printsetiap lead 3-4 beat (setelan otomatis).
6. Apabila hasil print EKG sudah dapat dibaca dengan jelas lepaskan
seluruh electrode.13.
7. Bersihkan tubuh pasien dan rapikan kembali posisi pasien.
8. Beritahukan pada pasien bahwa perekaman telah selesai.
(Scherer, 2014)
D. Interpretasi ekg
1 Kalibrasi EKG

Ukuran kotak kecil: 1mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan
kertas pencatatan 25 mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04
detik. Amplitudo standar 1 milivolt (mV).
2 Interpretasi EKG
Parameter untuk mempelajari EKG normal dan patologis sebagai
berikut:
1) Denyut jantung dan ritme.
a. Irama Sinus Ritmis
 Irama reguler dengan frekuensi 60-100 kali per menit dan R ke R
reguler
 Morfologi gelombang P normal, tiap gelombang P diikuti satu
kompleks QRS
 Gelombang P defleksi positif di sadapan II
 Gelombang P dan kompleks QRS defleksi negatif di lead aVR

b. Sinus Aritmia
 Memenuhi kriteria irama sinus, tetapi sedikit ireguler
 Merupakan gambaran fisiologis normal, yang sering didapatkan pada
individu sehat usia muda
 Fenomena ini terjadi karena pengaruh respirasi

c. Atrial Fibrillation (AF)


 Ciri khas AF adalah tidak adanya gelombang P dan iramanya
irregularly irregular (betul-betul ireguler).
 Morfologi gelombang P berupa fibrilasi

d. Ventricular Tachycardia (VT)


 Terdapat >3 irama ventrikuler dengan frekuensi 100-250 kali per
menit (kebanyakan di atas 120 kali per menit)
 Kompleks QRS lebar (durasi QRS >0,12 detik)
 Kadang gelombang P nampak (tanda panah), tetapi tidak ada asosiasi
dengan kompleks QRS

e. Ventricular Fibrillation (VF)


 Gelombang nampak ireguler dengan berbagai morfologi dan
amplitudo
 Gelombang P, kompleks QRS, atau gelombang T tidak terlihat

f. Supraventricular Tachycardia (SVT)


 Takikardi reguler (frekuensi 140-280 kali per menit) 14
 Kompleks QRS sempit (durasi kompleks QRS <0,12 detik)
 gelombang P tidak telihat jelas

2) Frekuensi
Frekuensi jantung pada orang dewasa normal antara 60 sampai 100
kali/menit. Sinus takikardia ialah irama sinus dengan frekuensi
jantung pada orang dewasa lebih dari 100 kali/menit, pada anak-anak
lebih dari 120 kali/menit dan pada bayi lebih dari 150 kali/menit.
Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang
dari 60 kali/menit.
a. Cara menghitung frekuensi jantung bila teratur/reguler
Bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-
P interval.
 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P
interval.

b. Cara menghitung frekuensi jantung bila tidak teratur/irreguler


Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur
yaitu dengan cara mengitung jumlah kompleks QRS dalam 6
detik lalu dikalikan dengan 10.
Contoh: dalam 6 detik (30 kotak kecil, pada gambar di bawah
adalah antara 2 panah) didapatkan 13kompleks QRS lalu
dikalikan 10 sehingga frekuensi jantung adalah 130 kali/menit).

3) Gelombang P
a. Durasi dan amplitudo gelombang P normal
 Panjang atau durasi gelombang tidak lebih dari 0,12 detik
 tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3mm atau 0,3 mV
 biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aVL
dan V3-V6
 biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aVR, sering pula
pada V1 dan kadang-kadang V2
b. Gelombang P mitral dan P pulmonal
P mitral adalah gelombang P yang melebar (>0,12 detik) dengan
notch yang menandakan pembesaran atrium kiri. Pada kondisi ini
juga bisa ditemukan P bifasik di lead V1. P pulmonal adalah
gelombang P yang tinggi dengan amplitudo >3 kotak kecil yang
menandakan pembesaran atrium kanan. Bila ditemukan gelombang
P yang inversi (defleksi negatif pada lead yang seharusnya defleksi
positif) menandakan depolarisasi atrium dengan arah yang
abnormal atau pacemaker bukan nodus SA, melainkan pada bagian
lain atrium atau dextrocardia.

4) Interval PR
Interval P-R atau lebih disebut P-Q interval, diukur dari permulaan
timbulnya gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Nilai
interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.
5) Segmen PR
Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan
kompleks QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam
garis isoelektrik atau sedikit 20 depresi dengan panjang tidak lebih
dari 0,8 mm. Segmen P-R ini menggambarkan delay of exitation pada
nodus AV (atau kelambatan transmisi impuls pada nodus AV).
6) Kompleks QRS
a. Durasi kompleks QRS
Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel (total ventricular
depolarization time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau
permulaan R bila Q tak tampak), sampai akhir gelombang S. Nilai
normal durasi kompleks QRS adalah 0,08-0,10 detik. V.A.T atau
disebut juga intrinsic deflection ialah waktu yang diperlukan bagi
impuls melintasi miokardium atau dari endokardium sampai
epikardium, diukur dari awal gelombang Q sampai puncak
gelombang R. V.A.T tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V1dan
V2, dan tidak boleh lebih dari 0,05 pada V5 dan V6.
b. Gelombang Q patologis
Gelombang Q patologis merupakan tanda suatu infark miokard
lama. Karakteristik gelombang Q patologis yaitu lebarnya
melebihi 0,04 detik dan dalamnya melebihi sepertiga dari tinggi
gelombang R pada kompleks QRS yang sama. Karena gelombang
Q patologis menunjukkan letak infark miokard, maka untuk
mendiagnosis infark miokard lama harus melihat gelombang Q
patologis sekurang-kurangnya pada dua lead yang berhubungan.
7) Segmen S-T
Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari
akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T. Panjang segmen S-T
normal antara 0,05-0,15 detik (interval ST).
8) Gelombang T
Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses
repolarisasi ventrikel jantung. Panjang gelombang T biasanya 0,10-
0,25 detik. Pada EKG yang normal maka gelombang T adalah :
a. Positif (upward) di lead I dan II; dan mendatar, bifasik atau
negatif di lead III
b. Negatif (inversi) di avr; dan positif, negatif atau bifasik pada avl
atau avf.
c. Negatif (inversi) di V1;dan positif di V2 sampai V6
9) Gelombang U
Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, dihasilkan oleh
proses repolarisasi lambat ventrikel. Gelombang U adalah defleksi
yang positif dan kecil setelah gelombang T sebelum gelombang P,
juga dinamakan after potensial. Gelombang U yang negatif (inversi)
selalu abnormal.
10) Interval Q-T
Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada
akhir gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat
sistolik ventrikel (duration of electrical systole) atau depolarisasi
ventrikel dan repolarisasinya. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh
lebih dari 0,42 detik dan pada wanita tidak boleh lebih dari 0,45 detik.
(Antoni Bayés de Luna, 2014; Sulastomo et al., 2019).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Elektrokardiogram adalah sebuah mesin atau sebuah alat yang
berfungsi untuk merekam aktivitas jantung yang digunakan untuk
mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung, kelainan-kelainan
miokard seperti infark, pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis,
gangguan-gangguan elektrolit, adanya pericarditis dan pembesaran
jantung. Terdapat irama denyut nadi yang merupakan kelainan seperti
Ventricular Fibrillation (VF), Sinus Aritmia, Atrial Fibrillation (AF),
Ventricular Tachycardia (VT), Supraventricular Tachycardia (SVT).

DAFTAR PUSTAKA
Antoni Bayés de Luna. (2014). ECGs for Beginners. Willey Blackwell.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Baltazar, R. F. (2013). Basic and Bedside Electrocardiography. Baltimore:
Lippincott Williams Wilkins.
Lumbantorun, P., & Nazmudin. (2016). BTCLS and DISASTER
MANAGEMENT. Semarang: PENERBIT MEDHATAMA
RESTYAN.
Scherer, M. (2014). Making sense of the ECG. In Educational Leadership
(Vol. 64, Issue 2).
Sundana, K. (2013). Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. EGC:
Jakarta
Sulastomo, H., Kusumawati, R., Suselo, Y. H., Purwaningtyas, N., Indarto,
D., Sinu Andhi, J., & Myrtha, R. (2019). Buku Manual Keterampilan
Klinis Interpretasi Pemeriksaan Elektrokardiografi ( Ekg ). 1–30
Tim Kedokteran Universitas Hasanudin. (2017). Buku Manual Interpretasi
Elektrokardiografi.
Thaler, M.S. (2013). Satu satunya Buku Ekg yang Anda Perlukan. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai