Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Air merupakan unsur vital untuk makhluk hidup. Kira-kira 50-60% dari
berat badan orang dewasa terdiri atas air, dan pada bayi dan anak total air
tubuh lebih tinggi lagi yakni 80% pada bayi baru lahir dan 70% pada anak.
Maka dari itu, gangguan keseimbangan air sangat berpengaruh pada kondisi
tubuh.
Dalam keadaan sehat, tubuh memiliki mekanisme homeostatis yang
mengatur asupan dan pengeluaran air.
Pada keadaan-keadaan di mana asupan air sangat berkurang dengan cepat,
tubuh tidak bisa melakukan kompensasi dengan adekuat. Sehingga muncullah
dehidrasi, dimana air dan elektrolit serta zat pembangun tubuh yang lain
hilang. Selain dari asupan yang kurang, kekurangan air dan elektrolit juga
dapat berasal dari intake makanan yang kurang akibat mual muntah, keadaan
demam, sehingga tidak jarang kita melihat pasien diberikan infus yang
men4gandung asam amino dan karbohidrat untuk dukungan nutrisi.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum :
Mahasiswa mengetahui dan memahami indikasi, komposisi, serta
kegunaan dari terapi parenteral.
B. Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya definisi terapi parenteral.
2. Diketahuinya indikasi dan kontraindikasi dari terapi intravena.
3. Diketahuinya komposisi yang terkandung dalam terapi intravena.
4. Diketahuinya kegunaan dari terapi intravena.

1
Bab 2
Tinjauan Teori
2.1 Definisi
Parenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu para dan enetron yang
berarti disamping atau lain dari usus. Oleh karena itu, terapi parenteral
adalah salah satu terapi yang meliputi injeksi, tetes mata, telinga, atau
hidung, salep, dan krim. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan
obat dibawah atau melalui sat u atau lebih lapisan kulit atau membran
mukosa.
Menurut Behrman.,dkk (2000). Terapi cairan parenteral digunakan
untuk mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi
normal cairan tubuh. Cairan harus diberikan dengan cara yang efisien dan
aman untuk memaksimalkan kemampuan mekanisme fisiologis normal
dalam tubuh. Tujuannya adalah untuk menormalkan lingkungan kimiawi
intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi hati dan organ.
Dikemukakan juga oleh Behrman.,dkk (2000), bahwa terapi cairan
parenteral pertama kali dicoba pada abad ke 19 oleh Latta, dia baru tmbul
sebagai satu kesatuan keilmuwan dan teraupetik pada abad ini setelah
ditemukannya metode untuk mengukur elektrolit, seperti natrium, kalium,
dan klorida.
Terapi parenteral mempunyai 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1. Terapi inisial, digunakan secara cepat mengembangkan volume cairan
ekstraseluler dan memperbaiki sirkulasi serta fungsi ginjal;
2. Terapi selanjutnya ditujukan untuk mengganti defisit sambil
memberikan kebutuhan air dan elektrolit rumatan, serta kehilangan
yang terus menerus berlangsung. Selama fase ini, kehilangan natrium
dan air biasanya hampir sepenuhnya terkoreksi;
3. Fase akhir adalah mengembalikan penderita ke komposisi normal,
yang biasanya disertai kembali ke pemberian makanan peroral dan
dengan koreksi defisit kalium total dengan lebih bertahap.

2
Salah satu bentuk terapi parenteral adalah terapi intra vena (IV). Terapi
intra vena adalah jenis terapi yang menepatkan cairan secara langsung
ke dalam vena pasien, cairan yang digunakan harus dalam keadaan
steril dan biasanya mengandung elektrolit seperti natrium, kalsium,
kalium, nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner &
Suddarth, 2002)., terapi ini digunakan dengan tujuan untuk
menggantikan kehilangan cairan ( Darmadi, 2010), dan juga untuk
memberikan cairan dengan indikasi pasien yang tidak dapat menelan,
tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang perlu
dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit (Potter & Perry,
2006).
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Cairan Intravena
Ada beberapa indikasi dalam pemberian terapi intravena yang
dikemukakan oleh Potter & Perry (2006).
a. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui
intravena langsung masuk ke dalam jalur perearan darah.
b. Jika obat yang diberikan melalui oral keefektifannya dalam darah
terbatas (biovailabilitas oral). Atau hanya ada obat dalam sediaan
intravena.
c. Pada pasien yang tidak dapat minum obat karena muntah, atau
memang tidak dapat menelan obat dalam sediaan oral.
d. Pada pasien dengan penurunan kesadaran, dan resiko terjadinya
aspirasi. Waktu paruh obat dalam darah harus segera dicapai, sehingga
pemberian intraena sangat dipertimbangkan.
Sedangkan kontraindikasi pada pemberian intravena menurut Darmadi
(2008) salah staunya adalah adanya tanda tanda inflamasi dan infeksi di
lokasi pemasangan infus.
2.3 Tipe-tipe Cairan Intravena
Potter & Perry (2006) mengklasifikasikan cairan intravena
berdasarkan tonisitas cairan dan kelompoknya :

3
A. Berdasarkan tonisitas cairan
1. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion
Na+ lebih rendah dibandingkan serum (sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel
“mengalami” dehidrasi. Contohnya, yaitu NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
2. Cairan isotonik
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari kompartemen darah), sehingga terus berada di
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum, sehingga
terus berada di dalam pembuluh darah. Contohnya adalah cairan
Ringer Laktat (RL), dan normalsaline/ larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%).
3. Cairan hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Misalnya : Dextrose 5%. NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%,
dan albumin ( Potter & Perry, 2006).
B. Berdasarkan kelompoknya
1. Cairan kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera, misalnya Ringer Laktat dan garam fisiologis.

4
2. Cairan koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein ) cukup besar sehingga
tidak akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan
dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
2.4 Komposisi Cairan Terapi Intravena
Cairan intravena yang digunakan dalam terapi, mengandung beberapa
komposisi yang berbeda-beda, komposisi ini nantinya akan menjadi
pertimbangan dalam pemberian terapi sesuai dengan indikasi. Menurut
Smeltzer & Bare (2002) komposisi yang terkandung dalam cairan
intravena adalah sebagai berikut :
a. Larutan NaCl, larutan fisiologis ini berisi air dan elektrolit yaitu Na+
dan Cl-.
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori.
c. Ringer Laktat, berisi air (Na+ , K+ , Cl-, Ca+++, dan laktat).
d. Balans isotonic berisi (air, elektrolit, kalori (Na +, K+, Mg++, Cl-, HCO,
glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders (berisi albumin, dextra, fraksi protein plasma 5%,
hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan
dari interstisial, ke dalam sirkulasi meningkatan volume darah
sementara).
g. Hiperelimentasi parenteral (berisi cairan, elektrolit, asam amino, dan
kalori).
2.5 Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Intravena ( IV) push (IV bolus)
Adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung ke
dalam saluran/jalan infus. Dengan indikasi pada keadaan emergency
resusitasi jantung paru, untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien
akibat pemberian injeksi obat yang berulang, untuk mencegah masalah
yang timbul bila beberapa obat yang dicampur.

5
b. Continous Infusion (infus berlanjut)
Dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena,
intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan
menggunakan pompa yang khusus yang ditanam maupun eksternal.
Keuntungannya mampu untuk menimpus cairan dlaam jumlah besar
dan kecil dengan akurat, adanya alarm menandakan adanya maslaah
seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan,
keuntungan lainnya adalah, dengan adanya alat ini mengurangi waktu
perawatan memastikan kecepatan aliran infus. Di samping
keuntungannya, alat ini juga memiliki kekurangan yaitu selang yang
khusus dan biaya yang mahal.
c. Intermitten Infusion (infus sementara)
Dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk infus
yang kontinu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.
2.6 Kegunaan Terapi Cairan Intravena
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh.
d. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
e. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahkan.

6
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
a. Terapi parenteral berasal dari bahasa Yunani, yaitu disamping atau
lain dari usus. Terapi cairan parenteral merupakan terapi yang
diberikan melalui vena (intravena).
b. Terapi intravena diindikasikan pada pasien dengan penurunan
kesadaran yang beresiko aspirasi, pada pasien dengan penyakit
berat, pasien yang tidak dapat minum obat secara oral.
c. Cairan intraven ayang digunakan dalam terapi memiliki komposisi
yaitu air, elektrolit (Na+, K+, Cl-, Cl+++), kalori, laktat, plasma
expanders yang berisi albumin, dan whole blood.
d. Kegunaan dari terapi intravena adalah untuk memberikan atau
menggantikan cairan, elektrolit, dan zat-zat, serta vitamin yang
tidak adekuat secara oral, juga kegunaan dalam pemberian obat.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah sengan sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai