Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Asuhan Kebidanan Neonatus

Di susun oleh

1. Amaliah Arifah : (Nim : 4501.0319.A.001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
CIREBON

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
yang berjudul “Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir”.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
dalam kesempatan ini penulis juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:

1. M. Firman, MM selaku ketua STIKes Cirebon


2. Ika Choirin Nisa, SST., M. Kes selaku KA prodi DIII Kebidanan
3. Siti Nurdiyana, S.ST.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus
4. Teman-teman mahasiswa satu kelompok yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini
5. Serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-satu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu,saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan kesempurnaan makalah
ini. Semoga kehadiran makalah ini diharapkan mampu menjadi tambahan wawasan informasi
penting bagi kita semua.

Cirebon, 9 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan luar uterus

2.2 Perlindungan termal (termoregulasi)

2.3 Pemeliharaan pernapasan

2.4 Pemotongan tali pusat

2.5 Evaluasi nilai APGAR

2.6 Resusitasi

2.7 Bounding attachment

2.8 Pemberian ASI awal

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang(1)

Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis dari seluruh
siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal sebagai periode transisi
yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan
yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa minggu untuk
sistem organ tertentu.

Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus ke luar
uterus, prosesnya disebut periode transisi atau masa transisi. Secara keseluruhan, adaptasi
diluar uterus harus merupakan sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama
keseluruhan. Maka pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor
kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama
kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar mekunium,
penggunaan obat-obatan.

Bidan mempunyai tanggung jawab terhadap ibu dan bayi baru lahir, tidak hanya
melewati fase kehidupan dalam uterus menuju kehidupan luar uterus seaman mungkin, tetapi
juga adaptasi fisik terhadap kehidupan luar uterus. Oleh karena itu bidan harus mengetahui
bagaimana proses adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut sehingga
dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk melahirkan bayi baru lahir yang sehat.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja fisiologi BBL terhadap kehidupan di luar uterus ?


2. Apa itu termogulasi ?
3. Bagaimana cara pemeliharaan pernafasan ?
4. Bagaimana cara pemotongan tali pusat ?
5. Mengevaluasi nilai APGAR !
6. Bagian resusitasi !
7. Apa yang dimaksud Bounding attachment ?
8. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar ?

1.3 Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus.


2. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti Asuhan Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus


Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya kemudian
menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri,
mendpaatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh,
melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh
plasenta.
A. Perubahan sistem pernafasan
Perkembangan paru-paru : paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx
kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus untuk
alveolus berkembang, awal adanya nafas karena terjadi hypoksia pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernafasan di otak, tekanan rongga dada menimbulkan kompresi paru-paru selama
persalinan menyebabkan udara masuk paru-paru secara mekanis.

Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan napfas pertama
bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanana terhadap orongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis.
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill plasenta.
Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan gas melalui
paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang
kemoreseptor karohd.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan
pernafasan.
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah
persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir
mengakibatkab cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paru-
paru mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula,
jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum lampung -100
museum lampung.

B. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana selama lahir 1/3
cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan melalui section cesaria
maka kehilangan keuntungan komresi dada ini tidak terjadi maka dapat
mengakibatkan paru-paru basah.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi ruangan trakhea
untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai
dengan perjalanan waktu.

C. Perubahan sistem peredaran darah


Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar oksigen
kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen ovale dan
penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta aorta.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah adalah
sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunana volume dan tekanan atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi
ke paru-paru mengakibatkan peningkatanan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunana tekanan pada atrium kiri, foreman ovale secara fungsional
akan menutup.

D. Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks gumog dan
replek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir,
kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan antara asophagus
bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan menyebakan gumoh pada
bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat terbatas kurang dari 30 cc, dan akan
bertambah lambat sesuai pertumbuhannya.

E. Perubahan sistem kekebalan tubuh


Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan kekebalan alami atau
didapat, berikut contoh kekebalan alami :
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2. Fungsi saringan-saringan saluran nafas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.

F. Mekanisme kehilangan panas tubuh


Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperatur tubuh
sehingga apabila penangan pencegahan kehilangan panas tubuh dan lingkungan
sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat mengalami hipotermi
yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit atau mengalami gangguan fatal.
1. Evaporasi ( penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi )
2. Konduksi ( tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan yang
temperaturnya lebih rendah )
3. Konveksi ( tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan bertemperatur
dingin )
4. Radiasi ( pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di dekat
tubuh bayi )

G. Perubahan sistem ginjal


Pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam rahim, urin
sudah terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion. Beban kerja ginjal
dimulai saat bayi lahir sehingga masukkan cairan meningkat, mungkin urin akan
tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabakan oleh kadar
urin yang tidak banyak berarti. Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam
kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak
mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Berkemih sring terjadi setelah periode ini.
Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan masukkan cairan yang
cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg perhari.
Intake cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal.
Oleh karena itu, pemeberian ASI sesering mungkin dapat membantu proses
tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memebrikan konseling kepada klien
untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayi untuk membantu adaptasi
fisiologi bayi baru lahir pada lingkungan barunya.

H. Perubahan sistem reproduksi


Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi anak
perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis
kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara, terkadang disertai
sekresi cairan pada putting pada hari 4-5 karna adanya gejala berhentinya
sirkulasi hormon ibu.

Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti
dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran suatu cairan
mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah melalui vagina. Pada bayi baru
lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum.

I. Perubahan sistem muskuloskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses
hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada waktu lahir karena
tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi. Moulage
ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ubun besar akan
tetep terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang
tubuh. Lengan sedikit lebih panjang dari pada tungkai.

J. Perubahan sistem saraf


Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf belum matang
secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minimal oleh
korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks tulang
belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi sosial.
Adanya beberapa aktivitas reflek yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan
adanya kerja sama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.
Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut :
1. Refleks moro
Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat seakan-akan
memeluk seseorang.
2. Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu.
3. Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap putting susu
dan menelan ASI.
4. batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.
5. Reflek graps
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi lalu
bayi akan menutup tangannya.
6. Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan.
7. Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau
kekiri jika diposisiskan tengkurap.
8. Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari
kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
9. Reflek membengkokkan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok kesamping.
10. Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.

K. Perubahan sistem integumen


Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang dan banyak
verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena absorpasi oleh
kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan
memerlukan bedak atau cream karena zat-zat kimia dapat memengaruhi pH kulit
bayi.

2.2 Perlindungan termal ( Termoregulasi )


1. Mencegah kehilangan panas tubuh
 Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
 Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
 Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera menyusukan
bayinya,
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
 Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan
memandikan bayi.
2. Rekomendasi untuk memandikan bayi
 Tunggu (minimal) 6 jam sebelum memandikan bayi (tunggu
lebih lama untuk bayi asfiksia atau hipotermia),
 Lakukan setelah stabilnya temperatur tubuh bayi (36,5-37,5 ºc)
 Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak
hembusan angin
 Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
 Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering, dan
hangat)
 Segera kenakan pakaiannya
 Tempatkan di dekat ibunya
 Beri ASI sedini mungkin.
3. Stress dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme
pada semua bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan
kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon
terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat
secara bermaksa pada stres dingin.
Efek stres dingin. Ketika seorang bayi mengalami stres akibat
udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi
vasokontriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner sehingga
ambilan oksigen oleh paru dan kadar oksigen menutun dijaringan.
Glikolisis anaerobik meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan
pH yang mengakibatkan asidosis metabolik.
2.3 Pemeliharaan pernafasan
1) Menjaga suhu tubuh
Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin
dikeringkan. Lepaskan dengan cepat kain yang basah dan bungkus
bayi dalam selimut yang hangat untuk mengurangi kehilangan
panas. Atau dengan cara meletakkan bayi yang kering di kulit dada
atau perut ibu yang menggunakan suhu panas dari tubuh ibu.
2) Pembebasan jalan nafas
Posisi bayi lahir adalah terlentang atau miring pada satu sisi dan
kepala pada posisi netral. Kemudian lendir dibersihkan dengan
mengusap mulut dan hidung dengan menggunakan kasa atau kain.
Bila lendir banyak kepala bayi dimiringkan ke samping dan lendir
dihisap dari jalan nafas.
3) Rangsangan taktil
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan
punggung, jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang
pernafasan spontan.
4) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis,
bradikardi, dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang
bernafas selama stabilisasi.

2.4 Pemotongan dan perawatan tali pusat


1. Pemotongan tali pusat
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu
pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi
menghadap ke arah penolong, nilai bayi dengan cepat,
kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan. (Bila tali pusat terlalu
pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian tali pusat, menjepit tali pusat
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi,
melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama memegang
tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali
pusat di antara kedua klem.
2. tali pusat
Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul
mati, mengikat baik tali pusat dengan simpul mati untuk
kedua kalinya, melepaskan klem pada tali pusat dan
memasukkannya dalam wadah berisi larutan 0,5%,
membungkus kembali bayi.
3. Merawat tali pusat
Sementara menggunakan sarung tangan, bersihkan cemaran
atau darah dalam larutan klorin 0,5 %, bilas dengan air
matang atau DTT kemudian keringkan dengan handuk, ikat
(dengan simpul kunci) tali pusat pada 1 cm dari pusat bayi
(dengan tali atau menjepit), lepaskan klem menjepit tali
pusat dan masuk pusat (pengolesan alkohol atau povidone
iodine pada puntung tali pusat masih dibolehkan selama
tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab).
4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya
kotor, bersihkan dengan air matang/DTT kemudian
keringkan kembali secara seksama, warna kemerahan atau
ytimbulnya nanah pada pusar atau puntung tali pusat adalah
tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk untuk
penanganan lebih lanjut)
5. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi,
cuci tangan/gunakan cairan dengan basisi alkohol, gunakan
sarung tangan, pakai baju pelindugn, bersihkan bila perlu
lakukan DTT peralatan, bersihkan ruang perawatan secara
rutin, letakkan bayi yang mungkin mengkontaminasi
lingkungan.
6. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi,
gunakan sarung tangan bersih saat menangani bayi yang
belum dimandikan, semua peralatan sudah di DTT dan
jangan menggunakan alat dari bayi yang satu dengan
lainnya sebelum di proses dengan benar, pastikan
handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam
keadaan bersih sebelum dipakaikan pada bayi, termasuk
penggunaan timbangan,pita pengukur,stetoskop da
peralatan lainnya.
7. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1%
atau salep eritromisin 0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama
kelahiran, setelah pemberian tetes mata profilaksis,
kembalikan bayi pada ibunya untuk disusukan dan
bergabung kembali.
2.5 Evaluasi nilai APGAR
Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir (menit ke 1 dan 5 sehingga
dapat menidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan pertolongan lebih
cepat.
1) Penilaian awal
Menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, warna kulit bayi
(merah muda,pucat atau kebiruan), gerakan, posisi ekstremitas atau
tonus otot bayi.
2) Penatalaksanaan awal BBL
Penilaian awal, mencegah kehilangan panas tubuh, rangsangan
taktil, merawat tali pusat, memulai pemberian asi, pencegahan
infeksi, termasuk profilaksis gangguan pada mata.
3) Mekonium pada cairan ketuban
Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin kesejahteraan bayi
terauma bila konsistensinya kental atau jumlahnya berlebihan,
menimbulkan masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam saluran
nafas bayi baru lahir, walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan
pemantuan terhadap kemungkinkan terjadinya penyulit.
4) Kondisi yang memerlukan rujukan
Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus,
megakolom, langit-langit terbelah, bibir sumbing), bayi dengan
gejala dan tanda infeksi, tidak dapat menyusui atau keadaan
umumnya jelek, asfiksia dan tidak memberi respons yang baik
terhadap tindakan resusitasi.
2.6 Asfiksia dan resusitasi pada bayi baru lahir
1. Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi
dan sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology.
Inside asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 %
tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada
bayi matur berkisar 0,5 %,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %.
Diindonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3 % kelahiran (1998) atau
setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan keadaan
asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan
hipoksia yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.

Klasifikasi : tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10), asfiksia ringan


sedang (nilai APGAR 4-7),asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
Tujuan mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada
bayi baru lahir.

Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan


melanjutkan pernafasan pada bayi baru lahir, disebut sebagai
asfiksia primer bila bayi tidak bernafas sejak dilahirkan, disebut
sebagai asfiksia sekunder bila terjadi kesulitan bernafas setelah
sebelumnya dapat bernafas pada saat dilahirkan.
2. Resusitasi
a. Ventilasi
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif antara lain
apnea atau gasping, denyut jantung kurang dari 1000x/
menit. Pemberian ventilasi berkisar 40-60 x pernafasan per
menit (30 kali pernafasan bila disertasi dengan pemijatan
dada).
b. Pemijatan dada
Pemijatan dada diberikan pada daerah 1/3 dibawah
starnum, teknik yang digunakan adalah dengan :
 Dua ibu jari pada starnum saling bertumpu atau
berdampingan tergantung besar bayi dan jari lain
melingkar dada dan menahan punggung.
 Dua jari diletakkan disternum pada sudut kanan
dada dan tangan yang lain menahan punggung.
c. Medikasi
Obat-obat yang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir :
 Epineprim
Dosis yang direkomendasikan 0,1-0,3 ml / kg. BB
dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-003 mg/ kg.BB)
melalui i.v atau endotrakeal diulang setiap 3-5
menit bila perlu.
 Bikarbonat
Dosis yang digunakan 1-2 meq / kg.BB (0,5 meq /
ml larutan). Diberikan secara lambat i.v minimal
lebih dari 2 menit bila ventilasi dan perfusi baik.
d. Penatalaksanaan langkah awal resusitasi
Cegah kehilangan panas (keringkan dan selimuti tubuh
bayi), posisikan dengan benar dan bersihkan jalan nafas,
kemudian lakukan uapaya inisiasi atau perbaiki pernafasan,
lakukan rangsangan taktil. Bentuk rangsangan taktil yang
tidak dianjurkan, bentuk rangsangan seperti :
 Menepuk bokong
 Meremas atau memompa rongga dada
 Menekankan kedua paha ke perut bayi
 Mendilatasi sfinkter ani
 Kompres atau meredam di air panas dan dingin
 Mengundang-nguncang tubuh bayi
 Meniupkan oksigen
 Udara dingin ke tubuh bayi

Resiko : Trauma,fraktur,pneumotoraks,gawat
nafas,kematian,repture hati atau limpa, perdarahan
dalam,sfinkter ani robek, hipotermia,hipetermia,luka
bakar,kerusakan otak,hipotermia.

Pembersihan jalan nafas : bila air ketuban jernih, hisap


lendir domulut, kemudian lendir dihidung, bila ada
pewarnaan mekonium, lakukan pengisapan lendir dari
mulut dan hidung saat kepala lahir dan bila setelah lahir
bayi menangis dengan kuat, lakukan asuhan BBL seperti
biasa. Bila tidak,lakukan pembersihan jalan nafas ulangan.

Penilain segera : usaha bernafas atau menangis, warna


kulit BBL, denyut jantung bayi,temuan dan tindakan : bila
bayi menangis,bernafas teratur dan kulit kemerahan maka
lakukan asuhanBBL normal, bila tidak menangis, kulit
pucat atau kebiruan dan denyut jantung kurang dari 100x
permenit, lakukan tindakan resusiatasi.

Memposisikan bayi : baringkan terlentang atau sedikit


miring dengan posisi kepala sedikit ekstensi, pastikan tali
pusat telah dipotong agar pengaturan posisi menjadi
leluasa,hisap lendir dimulut dan hidung yang mungkin
dapat menyumbat jalan nafas, jangan menghisap terlalu
dalam karena dapat terjadi reaksi vaso-vagal.

Rangsanga taktil dan upaya bernafas : gosok dengan lembut


punggung,tubuh,kaki atau tangan bayi atau tepuk/sentil
telapak kaki bayi,pengeringan tubuh,menghidap lendir dan
rangsangan taktil sebaiknya tidak melebihi dari 30-60 detik,
jika setelah waktu tersebut bayi masih sulit
bernafas,lakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi
positif.

e. Langkah resusitasi

Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik,telah mencuci


tangan dan memakai sarung tangan, selimuti bayi dengan
kain kering dan hangat (kecuali muka dan dada) letakkan
dilingkungan yang hangat, posisikan tubuh dan kepala bayi
denganbenar,pasang sungkup melingkupi dagu,mulut dan
hidung,tekan balon dengan dua ajri atau seluruh jari
(tergantung ukuran yang tersedia),periksa pertautan
sungkup dengan bayu dan gerakan ventilasi dengan oksigen
atau udara ruangan,kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per
30 detik dan perhatikan gerakan dada,bila dada tidak
bergerak naik-turun, periksa kembali pertautan sungkup
bayi atau fungsi balon.

Setelah ventilasi 30 detik,lakukan penilaian


pernafasan,warna kulit dan denyut jantung, bila bayi
bernafas normal, lakuka asuhan BBL seperti biasa,bila
belum normal, ulangi ventilasi positif selama 30 detik
kedua dan nilai kembali, bila masih megap-megap dan
terdapat retraksi diding dada,ulangi kembali ventilasi
positif dengan oksigen murni,bila setelah 20 menit bayi
masih kesulitan dengan oksigen,pasang pipa nasogastrik
untuk mengurangi atau mengosongkan udara dalam
lambung. Kemudian rujuk ke fasilitas rujukan,bila setelah
20 menit ventilasi positif ternyata bayi tetap tidak bernafas
maka resusitasi dihentikan.bayi dinyatakan meninggal dan
beritahukan pada keluarga bahwa upaya penyelamatan
gagal dan beri dukungan emosional kepada mereka.

Pemasangan pipa lambung : untuk mengeluarkan udara


yang masuk ke dalam lambung saat dilakukan bantuan
pernafasan dengan ventilasi positif,timbunan udara
dilambung dapat menekan diafragma dan menghalangi
upaya bernafas atau pengembangan paru, dapat
menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung ke
dalam paru-paru.

Asuhan pascaresusitasi : jaga temperatur tubuh bayi, baik


dengan selimut ataupun didekap oleh ibunya,minta ibunya
untuk segera menyusukan bayinya, cegah infeksi ikutan
atau paparan bahan tidak sehat,pantau kondisi kesehatan
bayi secara berkala, termasuk kemampuan menghisap
ASI,rujuk bila terdapat tanda-tanda gawat darurat (demam
tinggi,ikterus,lemah,tidak dapat menghisap asi,kejang-
kejang).

2.7 Bounding Attachment


1. Bounding attachment

Sejak awal konsepsi,proses ikatan (attachment) antara bayi dan orang


tuanya dilanjutkan hubungan kasih sayang (bounding relationship) antara
ibu dan bayi segera setelah lahir.

Menurut Nerson dan May (1986), bonding adalah dimulainya interaksi


emosi,fisik dan personal antara orang tua dan bayi setelah lahir.

Menurut Sherwan mendefinisikan Bounding adalah hubungan yang unik


antara dua orang yang khusus dan berlanjut sepanjang waktu.
Sedangkan Attachment menurut Nerson dan May adalah ikatan perasaan
yang terjadi antara ibu dan bayi meliputi curahan perhatian serta adanya
hubungan emosi dan fisik yang sangat akrab, ikatan ini dimulai sejak
kehamilan ibu 20 minggu (biasanya terjadi pada pertengahan trimester).

Bounding Attachment merupakan peningkatan tali kasih dan keterikatana


ikatan batin antara orang tua dan bayi.

Tujuan Bounding Attachment adalah untuk membantu tumbuh kembang


fisik,emosi dan intelektual seorang anak dari awal kehidupan hingga
dewasa.

Menfaat dilakukan Bounding Attachmen adalah bayi merasa dicintai dan


diperhatikan,bayi merasa aman karena mendapat dekapan dari
ibunya,merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang
positif, contoh : perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang lain.

Faktor-faktor penghambat dilakukannya Bounding Attachment :

 Kurang support dari keluarga,orang tua, dan tenaga kesehatan


 Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
 Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
 Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)

Upaya untuk meringankan Bounding Attachment, membantu orang


tua/keluarga beradaptasi untuk ibu dengan memberikan perawatan dasar,
mendiskusikan pengalaman persalinannya, ijinkan ibu memeriksa bayinya,
ajak ibu berkomunikasi dengan bayinya, ayah : ijinkan ayah kontak sedini
mungkin dengan bayi, ijinkan ayah mengekspresikan perasaannya, ijinkan
ayah memeriksa bayinya.

2. Rawat gabung
a) Definisi
Rawat gabung (Rooming in) adalah penempatan buaian bayi baru
lahir dalam satu kamar dengan ibunya.biasanya disamping tempat
tidur ibunya hal ini lanjutan dari early ambulatio dimaksud kan
untuk memungkina ibu memelihara anaknya dan menguntungkan
karena kash sayang ibu dan anak akan terjalin membuat ibu lebih
pandai memeilihara anaknya jika sudah keluar dari tempat
bersalin,cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan/kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
dalam sehariannya.
b) Tujuan
1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan
saja, dimana saja ia membutuhkan.
2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
secara benar yang dilakukan oleh petugas
3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat baynya
sendiri selagi ibu masih dirumah sakit.
4. Dapat melibatkan suami sevara aktif untuk membantu ibu
dalam menyusui bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dapat kehangatan emosional/ batin karena selalu kontak
dengan bayinya.
c) Sasaran dan syarat rooming in
1. Lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong,
2. Bila lahir dengan tindakan,maka rawat gabung dilakukan
setelah bayi cukup sehat,
3. Refleks menisap baik,tidak ada tanda-tanda infeksi,
4. Bayi lahir sectio cesaria dengan pembiusan umum,
5. Rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, misal 4-6 jam setelah operasi,
6. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (A/S ≥7),
7. Umur kehamilan ≥37 minggu
8. Berat badan lahir ≥2500 gram,
9. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
10. Bayi dan ibu sehat.
11. Rawat gabung tidak diperbolehkan pada :
12. Bayi sangat prematur,
13. Berat badan lahir kurang 2000 gram,
14. Bayi sepsis
15. Gangguan nafas
16. Cacat bawaan
17. Ibu dengan infeksi berat.
d) Manfaat rawat gabung
a. Asfeksi fisik : mengurangi kemungkinan infeksi
silang dari pasien lain atau petugas, dengan
menyusui dini kolostrum dapat memberikan
kekebalan,ibu setiap saat dapat melihat bayinya
maka dapat dengan mudah mengetahui perubaha-
perubahan yang terjadi pada bayinya.
b. Asfek fisiologis : bayi akan dapat ASI lebih sering
sehingga bayi akan lebih banyak mendapatkan
nutrisi secara fisiologis.seringnya bayi menetek
maka akan timbul refleks oksitosin/let down
refleks yang lebih baik hal ini akan membantu
proses fisiologis involusi rahim dan membantu
memeras/memancarkan ASI keluar serta refleks
prolaktin memacu proses produksi ASI keluar
serta refleks prolaktin memacu proses produksi
ASI, dengan menyusui teratur merupakan alat
kontrasepsi alamiah.
c. Aspek psikologis : terjalin proses lekat (early
infant mother bonding) akibat sentuhan badaniah
antara ibu dan bayinya, refleks let down bersifat
psikosomatis, dan bayi akan mendapatkan rasa
aman dan terlindung merupakan dasar bagi
terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
d. Asfek ekonomi : adanya penghematan anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula,botol
susu,dot,serta peralatan lainnya, beban perawat
menjadi lebih efisien waktu,lama perawatan ibu
menjadi lebih pendek,involusi rahim lebih cepat.
e. Asfek edukatif : ibu mempunyai pendidikan dan
pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya.
f. Asfek medis : menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial,menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas.
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Peranan sosial budaya : kemajuan teknologi,perk
industri,urbanisasi dan pengaruh kebudayaan barat
sehingga menimbulkan pergeseran sosial budaya
masyarakat.
2. Faktor ekonomi, ekonomi tinggi menyebabkan mudah
membeli susu formula
3. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin : bayi
dipuasakan beberapa hari, memberikan makanan pre-lak-
teal sehingga bayi malas menyusu, ibu dan bayi dirawat
terpisah.
4. Rumah sakit atau rumah bersalin yang memberikan susu
formula
5. Faktor dalam diri ibu sendiri : keadaan gizi ibu,
pengalaman/sikap ibu terhadap penyusun,keadaan emosi
ibu,keadaan payudara ibu.
f) Peran masyarakat dan pemerintah
a. Impres no 14 1975 menteri ekonomi dan
kesejahteraan rakyat selaku koordinator pelaksana
menetapkan bahwa salah satu program perbaikan
gizi yakni peningkatan penggunaan ASI.
b. Permenkes 240/1985 melarang para produsen
susu buatan / formula mencantumkan kalimat
susu formula sama dengan ASIatau lebih baik dari
ASI.
c. Permenkes 76/1975 untuk mencatumkan label
tidak cocok untuk bayi pada susu kental manis.
d. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI oleh
bapak presiden secara nasional pada hari ibu ke
62 (desember 1990).
e. Melarang promosi susu buatan / formula sebagai
pengganti ASI.
f. Menganjurkan menyusui secara ekslusif.
g. Melaksanakan rawat gabung dirumah sakit
bersalin
h. Upaya penerapan 10 langkah untuk keberhasilan
menyusui bayi di semua rumah sakit, rumah sakit
bersalin, rumah bersalin dan puskesmas.
2.8 Pemberian ASI awal
Pastikan pemberikan ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi lahir,lakukan
insiasi menyusu dini (IMD), anjurkan ibu memeluk dan menyusukan bayi
setelah tali pusat dipotong, lanjutkan pemberian ASI setelah plasenta lahir
dan tindakan lain yang diperlukan, telah selesai dilaksanakan, minta
anggota keluarganya membantu ibu menyusukan bayinya.

Pedoman umum menyusui : mulai dalam 1 jam setelah bayi lahir,jangan


berikan makanan atau minuman lain selain ASI, pastikan ASI diberikan
hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi, berikan asi setiap saat (siang
malam) bila bayi membutuhkannya, pemberian ASI secara dini,
merangsang produksi ASI, memperkuat refleks isap bayi,promosi
keterikatan ibu-bayi, memberi kekebalan pasif melalui
kolostrum,merangsang kontraksi uterus (untuk involusi).

Cara menyusui : peluk tubuh bayi dan hadapkan mukanya ke payudara ibu
sehingga hidungnya berada di depan putting susu,dekatkan mulut bayi ke
payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusu, cara menempelkan mulut
pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada payudara, tempelkan mulutnya
(yang terbuka lebar) pada putting susu sehingga melingkupi semua areola
mamae (bibir bawahnya melingkupi putting susu)

Perhatikan gerakan menghisap dan jaga agar hidung bayi tidak tertutup
oleh payudara.

Perawatan payudara : pastikan putting susu dan areola mamae sellau


dalam keadaan bersih, gunakan kain bersih untuk menyeka putting susu
dan gunakan sedikit ASI sebagai pelembab,lecet dan retak bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI, ajarkan cara menyusukan yang benar
untuk menghindarkan lecet/retak dan kurangnya asupan untuk bayi,
ajarkan cara untuk mengenali dan mencari pertolongan bila terjadi
bendungan ASI atau mastitis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap ibunya kemudian
menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan
nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap penyakit atau
infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.

Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan
mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia
perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insidensi
asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5 %,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi
asfiksia sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan
keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang
progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumbarsehat.com: Adaotasi bayi baru lahir. Dikutip dari


http://www.sumbarsehat.com/2012/08/adaptasi-bayi-baru-lahir.html?m=1
2. Agustina Elisa, makalah adaptasi bayi baru lahir . Dikutip dari
https://www.academia.edu/29974256/MAKALAH_ADAPTASI_BAYI_BARU_LAHIR

Anda mungkin juga menyukai