Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

Di susun oleh :
Kelompok 1

Rani Anggriani (22205008)

Ayu Jelita (22205003)

Andi Tenri Dwinanda (22205001)

Siti Nabila Tatu (22205010)

Prodi S1 Kebidanan
STIK MAKASSAR Yapma
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan setitik cahaya


penerang sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diatasi dan
rahmatnya kami diberi kesehatan dan keselamatan untuk menyelesaikan
makalah yang berjudul ADAPTASI BAYI BARU LAHIR dapat terselesaikan.
Makalah ini tidak terlepas dari keikhlasan dan kesabaran hati dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing ASKEB
PERSALINAN Ibu NURUL HIKMAH ANNISA,M.Keb  yang telah banyak
memberikan bimbinganya.
Kami menyadari begitu banyak terdapat kesalahan pada penyusunan
makalah ini diluar dari kemampuan kami, kami memohon kritik dan saran
guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya dengan kerendahan
hati kepada semua pihak untuk memaafkan semua kesalahan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

                                                             

Makassar, 8 Mei  2023
                                                                   

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan luar uterus 5

2.2 Perlindungan ternal (termoregulasi)…………………………………………………………………….…..12

2.3 Pemeliharaan pernapasan 13

2.4 Pemotongan tali pusat 13

2.5 Evaluasi nilai APGAR 15

2.6 Resuita 16

2.7 Bounding attachment .....20

2.8 Pemberian ASI awal.............24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 27

3.2 Saran………………………………………….……………………………………………………………………………27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah
satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada
ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal
sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui
periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah
sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar
uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala
kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat
perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap
terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri
pada ibunya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja fisiologi BBL terhadap kehidupan di luar uterus ?
2. Apa itu termogulasi ?
3. Bagaimana cara pemeliharaan pernafasan ?
4. Bagaimana cara pemotongan tali pusat ?
5. Mengevaluasi nilai APGAR !
6. Bagian resusitasi !
7. Apa yang dimaksud Bounding attachment ?
8. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar ?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Pesalinan.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti Asuhan adaptasi bayi baru lahir.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus


Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus mendapatkan
oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral untuk
mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap penyakit
atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
A. Perubahan sistem pernafasan

Perkembangan paru-paru : paru-paru berasal dari titik yang muncul


dari pharynx kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah
bronchiolus untuk alveolus berkembang, awal adanya nafas karena terjadi
hypoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan rongga dada
menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan menyebabkan udara
masuk paru-paru secara mekanis.
Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan napfas
pertama bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

5
2. Tekanana terhadap orongga dada yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru-paru secara mekanis.
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O 2 dari pertukaran gas mill
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang
kemoreseptor karohd.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan
gerakan pernafasan.
d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik
setelah persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui
jalan lahir mengakibatkab cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari
jumlah cairan tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut
diganti dengan udara. Paru-paru mengembang menyebabkan
rongga dada troboli pada bentuk semula, jumlah cairan paru-paru
pada bayi normal 80 museum lampung -100 museum lampung.

B. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana
selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan
melalui section cesaria maka kehilangan keuntungan komresi dada ini tidak
terjadi maka dapat mengakibatkan paru-paru basah.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi
ruangan trakhea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan berkembang
terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

C. Perubahan sistem peredaran darah

6
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar
oksigen kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen ovale
dan penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunana volume dan tekanan
atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi
pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatanan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunana tekanan pada atrium kiri, foreman ovale secara
fungsional akan menutup.

D. Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks
gumog dan replek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir, kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan
antara asophagus bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan

7
menyebakan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat terbatas
kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai pertumbuhannya.

E. Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap


berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan
kekebalan alami atau didapat, berikut contoh kekebalan alami :
1. perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2. fungsi saringan-saringan saluran nafas.
3. pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
4. perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.
5.
F. Mekanisme kehilangan panas tubuh
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi
temperatur tubuh sehingga apabila penangan pencegahan kehilangan panas
tubuh dan lingkungan sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat
mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit atau
mengalami gangguan fatal.
 Evaporasi ( penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi )
 Konduksi ( tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan yang
temperaturnya lebih rendah )
 Konveksi ( tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan
bertemperatur dingin )

8
 Radiasi ( pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin
di dekat tubuh bayi )

G. Perubahan sistem ginjal

pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam rahim,


urin sudah terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion. Beban kerja
ginjal dimulai saat bayi lahir sehingga masukkan cairan meningkat, mungkin
urin akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabakan
oleh kadar urin yang tidak banyak berarti. Biasanya sejumlah kecil urin
terdapat dalam kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir
mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Berkemih sring terjadi
setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukkan

9
masukkan cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarka urin
15-60 ml/kg perhari.
Intake cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem
ginjal. Oleh karena itu, pemeberian ASI sesering mungkin dapat membantu
proses tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memebrikan konseling
kepada klien untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayi untuk
membantu adaptasi fisiologi bayi baru lahir pada lingkungan barunya.

H. Perubahan sistem reproduksi


anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi
anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.
Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara,
terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5 karna adanya
gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa
hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan
pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora
menutupi vestibulum.

I. Perubahan sistem muskuloskeletal


otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada waktu lahir
karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi.
Moulage ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan. Ubun-ubun
besar akan tetep terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan
berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang dari pada tungkai.

J. Perubahan sistem saraf


Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf belum
matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang
minimal oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan
aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun

10
sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas reflek yang terdapat
pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan
sistem muskuloskeletal.
Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut :
1) refleks moro
reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat seakan-
akan memeluk seseorang.
2) Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi
akan memutar kepala seakan mencari puting susu.
3) Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting susu
dan menelan ASI.
4) Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.
5) Reflek graps
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi lalu
bayi akan menutup tangannya.
6) Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan.
7) Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan
atau kekiri jika diposisiskan tengkurap.
8) Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari
kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
9) Reflek membengkokkan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok kesamping.
10)Reflek bauer/merangkak

11
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.

K. Perubahan sistem integumen


Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit
verniks kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang
dan banyak verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena
absorpasi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak
memerlukan memerlukan bedak atau cream karena zat-zat kimia dapat memengaruhi
pH kulit bayi.

2.2 Perlindungan termal ( Termoregulasi )


1. Mencegah kehilangan panas tubuh
 Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
 Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
 Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera menyusukan
bayinya,
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
 Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan
memandikan bayi.
2. Rekomendasi untuk memandikan bayi
 Tunggu (minimal) 6 jam sebelum memandikan bayi (tunggu lebih
lama untuk bayi asfiksia atau hipotermia),
 Lakukan setelah stabilnya temperatur tubuh bayi (36,5-37,5 ºc)
 Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak hembusan
angin
 Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
 Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering, dan
hangat)
 Segera kenakan pakaiannya
 Tempatkan di dekat ibunya
 Beri ASI sedini mungkin.

12
3. Stress dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme pada
semua bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi
lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon terhadap
kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat secara
bermaksa pada stres dingin.
Efek stres dingin. Ketika seorang bayi mengalami stres akibat
udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi vasokontriksi
perifer, dan vasokontriksi pulmoner sehingga ambilan oksigen oleh
paru dan kadar oksigen menutun dijaringan. Glikolisis anaerobik
meningkat dan terdapat peningkatan PO 2 dan pH yang mengakibatkan
asidosis metabolik.

2.3 Pemeliharaan pernafasan


1. Menjaga suhu tubuh
Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin dikeringkan.
Lepaskan dengan cepat kain yang basah dan bungkus bayi dalam selimut
yang hangat untuk mengurangi kehilangan panas. Atau dengan cara
meletakkan bayi yang kering di kulit dada atau perut ibu yang menggunakan
suhu panas dari tubuh ibu.
2. Pembebasan jalan nafas
Posisi bayi lahir adalah terlentang atau miring pada satu sisi dan kepala pada
posisi netral. Kemudian lendir dibersihkan dengan mengusap mulut dan
hidung dengan menggunakan kasa atau kain. Bila lendir banyak kepala bayi
dimiringkan ke samping dan lendir dihisap dari jalan nafas.
3. Rangsangan taktil
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan punggung,
jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang pernafasan spontan.
4. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis,
bradikardi, dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang bernafas
selama stabilisasi.

13
2.4 Pemotongan dan perawatan tali pusat
1. Pemotongan tali pusat
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa hingga bayi menghadap ke arah penolong, nilai bayi dengan
cepat, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan. (Bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat
yang memungkinkan). Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala
dan badan bayi kecuali bagian tali pusat, menjepit tali pusat menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi, melakukan urutan pada tali pusat ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama memegang tali
pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-
jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem.
2. Mengikat tali pusat
Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati, mengikat baik
tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya, melepaskan klem pada
tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan 0,5%,
membungkus kembali bayi.
3. Merawat tali pusat
Sementara menggunakan sarung tangan, bersihkan cemaran atau darah
dalam larutan klorin 0,5 %, bilas dengan air matang atau DTT kemudian
keringkan dengan handuk, ikat (dengan simpul kunci) tali pusat pada 1 cm
dari pusat bayi (dengan tali atau menjepit), lepaskan klem menjepit tali pusat
dan masuk pusat (pengolesan alkohol atau povidone iodine pada puntung tali
pusat masih dibolehkan selama tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab).
4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor, bersihkan
dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali secara seksama, warna
kemerahan atau ytimbulnya nanah pada pusar atau puntung tali pusat adalah
tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk untuk penanganan lebih lanjut)
5. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi, cuci tangan/gunakan
cairan dengan basisi alkohol, gunakan sarung tangan, pakai baju pelindugn,

14
bersihkan bila perlu lakukan DTT peralatan, bersihkan ruang perawatan
secara rutin, letakkan bayi yang mungkin mengkontaminasi lingkungan.
6. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, gunakan sarung
tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, semua peralatan
sudah di DTT dan jangan menggunakan alat dari bayi yang satu dengan
lainnya sebelum di proses dengan benar, pastikan
handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam keadaan bersih sebelum
dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan,pita
pengukur,stetoskop da peralatan lainnya.
7. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep
eritromisin 0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama kelahiran, setelah pemberian
tetes mata profilaksis, kembalikan bayi pada ibunya untuk disusukan dan
bergabung kembali.

2.5 Evaluasi nilai APGAR

No. Nilai APGAR 0 1 2


1 Appereance Seluruh tubuh Badan merah Seluruh tubuh
biru atau putih ektremitas biru kemerahan
2 Pulse (nadi) Tidak ada < 100 / menit >100 / menit
3 Greemace Tidak ada Perubahan mimic Bersin /
(menyeringai) mennagis
4 Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif /
(tonus otot) sedikit fleksi ektremitas fleksi
5 Respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis kuat /
(pernapasan) teratur keras
(Prawiroharjo, 2005:249)

Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir (menit ke 1 dan 5 sehingga
dapat menidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan pertolongan lebih
cepat.

15
1. Penilaian awal
Menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, warna kulit bayi (merah
muda,pucat atau kebiruan), gerakan, posisi ekstremitas atau tonus otot
bayi.
2. Penatalaksanaan awal BBL
Penilaian awal, mencegah kehilangan panas tubuh, rangsangan taktil,
merawat tali pusat, memulai pemberian asi, pencegahan infeksi, termasuk
profilaksis gangguan pada mata.
3. Mekonium pada cairan ketuban
Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin kesejahteraan bayi
terauma bila konsistensinya kental atau jumlahnya berlebihan,
menimbulkan masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam saluran nafas bayi
baru lahir, walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan pemantuan
terhadap kemungkinkan terjadinya penyulit.
4. Kondisi yang memerlukan rujukan
Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus, megakolom,
langit-langit terbelah, bibir sumbing), bayi dengan gejala dan tanda infeksi,
tidak dapat menyusui atau keadaan umumnya jelek, asfiksia dan tidak
memberi respons yang baik terhadap tindakan resusitasi.

2.6 Asfiksia dan resusitasi pada bayi baru lahir


1. Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering
menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia perinatal
di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa gestasi dan
berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5 %,sedangkan bayi
prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3 % kelahiran
(1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan keadaan
asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia
yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.

16
Klasifikasi : tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10), asfiksia ringan sedang
(nilai APGAR 4-7),asfiksia berat (nilai APGAR 0-3). Tujuan mengenali dan
mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir.
Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan pada bayi baru lahir, disebut sebagai asfiksia primer
bila bayi tidak bernafas sejak dilahirkan, disebut sebagai asfiksia sekunder
bila terjadi kesulitan bernafas setelah sebelumnya dapat bernafas pada saat
dilahirkan.
2. Resusitasi
a. Ventilasi
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif antara lain apnea atau
gasping, denyut jantung kurang dari 1000x/ menit. Pemberian ventilasi
berkisar 40-60 x pernafasan per menit (30 kali pernafasan bila disertasi
dengan pemijatan dada).
b. Pemijatan dada
Pemijatan dada diberikan pada daerah 1/3 dibawah starnum, teknik yang
digunakan adalah dengan :
 Dua ibu jari pada starnum saling bertumpu atau berdampingan
tergantung besar bayi dan jari lain melingkar dada dan menahan
punggung.
 Dua jari diletakkan disternum pada sudut kanan dada dan tangan
yang lain menahan punggung.
c. Medikasi
Obat-obat yang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir :
 Epineprim
Dosis yang direkomendasikan 0,1-0,3 ml / kg. BB dalam larutan 1 :
10.000 (0,01 mg-003 mg/ kg.BB) melalui i.v atau endotrakeal
diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
 Bikarbonat
Dosis yang digunakan 1-2 meq / kg.BB (0,5 meq / ml larutan).
Diberikan secara lambat i.v minimal lebih dari 2 menit bila ventilasi
dan perfusi baik.
d. Penatalaksanaan langkah awal resusitasi

17
Cegah kehilangan panas (keringkan dan selimuti tubuh bayi),
posisikan dengan benar dan bersihkan jalan nafas, kemudian lakukan
uapaya inisiasi atau perbaiki pernafasan, lakukan rangsangan taktil.
Bentuk rangsangan taktil yang tidak dianjurkan, bentuk
rangsangan seperti :
 Menepuk bokong
 Meremas atau memompa rongga dada
 Menekankan kedua paha ke perut bayi
 Mendilatasi sfinkter ani
 Kompres atau meredam di air panas dan dingin
 Mengundang-nguncang tubuh bayi
 Meniupkan oksigen
 Udara dingin ke tubuh bayi

Resiko : Trauma,fraktur,pneumotoraks,gawat nafas,kematian,repture


hati atau limpa, perdarahan dalam,sfinkter ani robek,
hipotermia,hipetermia,luka bakar,kerusakan otak,hipotermia.

Pembersihan jalan nafas : bila air ketuban jernih, hisap lendir


domulut, kemudian lendir dihidung, bila ada pewarnaan mekonium,
lakukan pengisapan lendir dari mulut dan hidung saat kepala lahir dan
bila setelah lahir bayi menangis dengan kuat, lakukan asuhan BBL
seperti biasa. Bila tidak,lakukan pembersihan jalan nafas ulangan.

Penilain segera : usaha bernafas atau menangis, warna kulit BBL,


denyut jantung bayi,temuan dan tindakan : bila bayi menangis,bernafas
teratur dan kulit kemerahan maka lakukan asuhanBBL normal, bila
tidak menangis, kulit pucat atau kebiruan dan denyut jantung kurang
dari 100x permenit, lakukan tindakan resusiatasi.

Memposisikan bayi : baringkan terlentang atau sedikit miring dengan


posisi kepala sedikit ekstensi, pastikan tali pusat telah dipotong agar
pengaturan posisi menjadi leluasa,hisap lendir dimulut dan hidung
yang mungkin dapat menyumbat jalan nafas, jangan menghisap terlalu
dalam karena dapat terjadi reaksi vaso-vagal.

18
Rangsanga taktil dan upaya bernafas : gosok dengan lembut
punggung,tubuh,kaki atau tangan bayi atau tepuk/sentil telapak kaki
bayi,pengeringan tubuh,menghidap lendir dan rangsangan taktil
sebaiknya tidak melebihi dari 30-60 detik, jika setelah waktu tersebut
bayi masih sulit bernafas,lakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi
positif.

e. Langkah resusitasi
Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik,telah mencuci
tangan dan memakai sarung tangan, selimuti bayi dengan kain kering
dan hangat (kecuali muka dan dada) letakkan dilingkungan yang
hangat, posisikan tubuh dan kepala bayi denganbenar,pasang
sungkup melingkupi dagu,mulut dan hidung,tekan balon dengan dua
ajri atau seluruh jari (tergantung ukuran yang tersedia),periksa
pertautan sungkup dengan bayu dan gerakan ventilasi dengan oksigen
atau udara ruangan,kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 30 detik dan
perhatikan gerakan dada,bila dada tidak bergerak naik-turun, periksa
kembali pertautan sungkup bayi atau fungsi balon.
Setelah ventilasi 30 detik,lakukan penilaian pernafasan,warna
kulit dan denyut jantung, bila bayi bernafas normal, lakuka asuhan BBL
seperti biasa,bila belum normal, ulangi ventilasi positif selama 30 detik
kedua dan nilai kembali, bila masih megap-megap dan terdapat
retraksi diding dada,ulangi kembali ventilasi positif dengan oksigen
murni,bila setelah 20 menit bayi masih kesulitan dengan
oksigen,pasang pipa nasogastrik untuk mengurangi atau
mengosongkan udara dalam lambung. Kemudian rujuk ke fasilitas
rujukan,bila setelah 20 menit ventilasi positif ternyata bayi tetap tidak
bernafas maka resusitasi dihentikan.bayi dinyatakan meninggal dan
beritahukan pada keluarga bahwa upaya penyelamatan gagal dan beri
dukungan emosional kepada mereka.

Pemasangan pipa lambung : untuk mengeluarkan udara yang masuk


ke dalam lambung saat dilakukan bantuan pernafasan dengan ventilasi
positif,timbunan udara dilambung dapat menekan diafragma dan

19
menghalangi upaya bernafas atau pengembangan paru, dapat
menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung ke dalam paru-
paru.

Asuhan pascaresusitasi : jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan


selimut ataupun didekap oleh ibunya,minta ibunya untuk segera
menyusukan bayinya, cegah infeksi ikutan atau paparan bahan tidak
sehat,pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala, termasuk
kemampuan menghisap ASI,rujuk bila terdapat tanda-tanda gawat
darurat (demam tinggi,ikterus,lemah,tidak dapat menghisap asi,kejang-
kejang).

2.7 Bounding Attachment


1. Bounding attachment
Sejak awal konsepsi,proses ikatan (attachment) antara bayi dan orang
tuanya dilanjutkan hubungan kasih sayang (bounding relationship) antara ibu
dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nerson dan May (1986), bonding adalah dimulainya interaksi
emosi,fisik dan personal antara orang tua dan bayi setelah lahir.
Menurut Sherwan mendefinisikan Bounding adalah hubungan yang
unik antara dua orang yang khusus dan berlanjut sepanjang waktu.
Sedangkan Attachment menurut Nerson dan May adalah ikatan
perasaan yang terjadi antara ibu dan bayi meliputi curahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang sangat akrab, ikatan ini dimulai sejak
kehamilan ibu 20 minggu (biasanya terjadi pada pertengahan trimester).
Bounding Attachment merupakan peningkatan tali kasih dan
keterikatana ikatan batin antara orang tua dan bayi.
Tujuan Bounding Attachment adalah untuk membantu tumbuh
kembang fisik,emosi dan intelektual seorang anak dari awal kehidupan hingga
dewasa.

20
Menfaat dilakukan Bounding Attachmen adalah bayi merasa dicintai
dan diperhatikan,bayi merasa aman karena mendapat dekapan dari
ibunya,merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang
positif, contoh : perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang lain.
Faktor-faktor penghambat dilakukannya Bounding Attachment :
 Kurang support dari keluarga,orang tua, dan tenaga kesehatan
 Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
 Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
 Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)

Upaya untuk meringankan Bounding Attachment, membantu orang


tua/keluarga beradaptasi untuk ibu dengan memberikan perawatan dasar,
mendiskusikan pengalaman persalinannya, ijinkan ibu memeriksa bayinya,
ajak ibu berkomunikasi dengan bayinya, ayah : ijinkan ayah kontak sedini
mungkin dengan bayi, ijinkan ayah mengekspresikan perasaannya, ijinkan
ayah memeriksa bayinya.

2. Rawat gabung
a. Definisi
Rawat gabung (Rooming in) adalah penempatan buaian bayi baru lahir
dalam satu kamar dengan ibunya.biasanya disamping tempat tidur ibunya
hal ini lanjutan dari early ambulatio dimaksud kan untuk memungkina ibu
memelihara anaknya dan menguntungkan karena kash sayang ibu dan
anak akan terjalin membuat ibu lebih pandai memeilihara anaknya jika
sudah keluar dari tempat bersalin,cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam
sebuah ruangan/kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
dalam sehariannya.
b. Tujuan
1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja, dimana
saja ia membutuhkan.
2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara
benar yang dilakukan oleh petugas

21
3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat baynya sendiri
selagi ibu masih dirumah sakit.
4. Dapat melibatkan suami sevara aktif untuk membantu ibu dalam
menyusui bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dapat kehangatan emosional/ batin karena selalu kontak dengan
bayinya.
c. Sasaran dan syarat rooming in
 Lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong,
 bila lahir dengan tindakan,maka rawat gabung dilakukan setelah
bayi cukup sehat,
 refleks menisap baik,tidak ada tanda-tanda infeksi,
 bayi lahir sectio cesaria dengan pembiusan umum,
 rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, misal 4-6 jam setelah operasi,
 bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (A/S ≥7),
 umur kehamilan ≥37 minggu
 berat badan lahir ≥2500 gram,
 tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
 bayi dan ibu sehat.
Rawat gabung tidak diperbolehkan pada :
 bayi sangat prematur,
 berat badan lahir kurang 2000 gram,
 bayi sepsis
 gangguan nafas
 cacat bawaan
 ibu dengan infeksi berat.
d. Manfaat rawat gabung
a. Asfeksi fisik : mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain
atau petugas, dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan
kekebalan,ibu setiap saat dapat melihat bayinya maka dapat dengan
mudah mengetahui perubaha-perubahan yang terjadi pada bayinya.
b. Asfek fisiologis : bayi akan dapat ASI lebih sering sehingga bayi akan
lebih banyak mendapatkan nutrisi secara fisiologis.seringnya bayi

22
menetek maka akan timbul refleks oksitosin/let down refleks yang lebih
baik hal ini akan membantu proses fisiologis involusi rahim dan
membantu memeras/memancarkan ASI keluar serta refleks prolaktin
memacu proses produksi ASI keluar serta refleks prolaktin memacu
proses produksi ASI, dengan menyusui teratur merupakan alat
kontrasepsi alamiah.
c. Aspek psikologis : terjalin proses lekat (early infant mother bonding)
akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, refleks let down
bersifat psikosomatis, dan bayi akan mendapatkan rasa aman dan
terlindung merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri
anak.
d. Asfek ekonomi : adanya penghematan anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula,botol susu,dot,serta peralatan lainnya, beban
perawat menjadi lebih efisien waktu,lama perawatan ibu menjadi lebih
pendek,involusi rahim lebih cepat.
e. Asfek edukatif : ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang
berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.
f. Asfek medis : menurunkan terjadinya infeksi nosokomial,menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Peranan sosial budaya : kemajuan teknologi,perk industri,urbanisasi
dan pengaruh kebudayaan barat sehingga menimbulkan pergeseran
sosial budaya masyarakat.
2. Faktor ekonomi, ekonomi tinggi menyebabkan mudah membeli susu
formula
3. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin : bayi
dipuasakan beberapa hari, memberikan makanan pre-lak-teal
sehingga bayi malas menyusu, ibu dan bayi dirawat terpisah.
4. Rumah sakit atau rumah bersalin yang memberikan susu formula
5. Faktor dalam diri ibu sendiri : keadaan gizi ibu, pengalaman/sikap ibu
terhadap penyusun,keadaan emosi ibu,keadaan payudara ibu.
f. Peran masyarakat dan pemerintah

23
a. Impres no 14 1975 menteri ekonomi dan kesejahteraan rakyat selaku
koordinator pelaksana menetapkan bahwa salah satu program
perbaikan gizi yakni peningkatan penggunaan ASI.
b. Permenkes 240/1985 melarang para produsen susu buatan / formula
mencantumkan kalimat susu formula sama dengan ASIatau lebih baik
dari ASI.
c. Permenkes 76/1975 untuk mencatumkan label tidak cocok untuk bayi
pada susu kental manis.
d. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI oleh bapak presiden
secara nasional pada hari ibu ke 62 (desember 1990).
e. Melarang promosi susu buatan / formula sebagai pengganti ASI.
f. Menganjurkan menyusui secara ekslusif.
g. Melaksanakan rawat gabung dirumah sakit bersalin
h. Upaya penerapan 10 langkah untuk keberhasilan menyusui bayi di
semua rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah bersalin dan
puskesmas.

2.8 Pemberian SI awal


Pastikan pemberikan ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,lakukan insiasi menyusu dini (IMD), anjurkan ibu memeluk dan
menyusukan bayi setelah tali pusat dipotong, lanjutkan pemberian ASI
setelah plasenta lahir dan tindakan lain yang diperlukan, telah selesai
dilaksanakan, minta anggota keluarganya membantu ibu menyusukan
bayinya.
Pedoman umum menyusui : mulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI, pastikan ASI
diberikan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi, berikan asi setiap saat
(siang malam) bila bayi membutuhkannya, pemberian ASI secara dini,
merangsang produksi ASI, memperkuat refleks isap bayi,promosi keterikatan
ibu-bayi, memberi kekebalan pasif melalui kolostrum,merangsang kontraksi
uterus (untuk involusi).
Cara menyusui : peluk tubuh bayi dan hadapkan mukanya ke payudara
ibu sehingga hidungnya berada di depan puting susu,dekatkan mulut bayi ke

24
payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusu, cara menempelkan mulut
pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada payudara, tempelkan mulutnya
(yang terbuka lebar) pada puting susu sehingga melingkupi semua areola
mamae (bibir bawahnya melingkupi puting susu)
Perhatikan gerakan menghisap dan jaga agar hidung bayi tidak
tertutup oleh payudara.
Perawatan payudara : pastikan puting susu dan areola mamae sellau
dalam keadaan bersih, gunakan kain bersih untuk menyeka puting susu dan
gunakan sedikit ASI sebagai pelembab,lecet dan retak bukan alasan untuk
menghentikan pemberian ASI, ajarkan cara menyusukan yang benar untuk
menghindarkan lecet/retak dan kurangnya asupan untuk bayi, ajarkan cara
untuk mengenali dan mencari pertolongan bila terjadi bendungan ASI atau
mastitis.

Dukungan suami selama ibu menyusui

cara menyusui yang benar

25
Inisiasi menyusui dini

Rawat gabung

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap


ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral
untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering
menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia perinatal
di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa gestasi dan
berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5 %,sedangkan bayi
prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3 % kelahiran
(1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi dilahirkan dengan keadaan
asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia
yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.

27
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga
bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi
banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009). “Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans


Info Media.

Sari Eka Puspita & Rimandini dwi kurnia (2014). “ Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care)”. Jakarta,Trans Info Media.

Rohani,dkk (2011). “Asuhan kebidanan pada masa persalinan”. Jakarta Salemba


Medika.

file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/72-144-1-SM.pdf

http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195

28

Anda mungkin juga menyukai