BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka
individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Adaptasi adalah
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)
ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Jadi dapat disimpulkan adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu
(BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim
ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi,
dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan hidupnya secara
mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
2.1 ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
2.2.1 Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama
di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa
tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang
lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan
reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti
pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini
serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score).
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan
kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat
dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit
ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan
dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong
persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan
dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang
berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
SKOR APGAR :
SCORE
APGAR
0 1 2
Appearance Biru pucat Badan pucat, Semuanya merah
tungkai biru muda
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/ Aktif/fleksi
fleksi tungkai tungkai
baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik menangis
teratur kuat
Penilaian :
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi
Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai
ventilasi
2.1 PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR
Dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir lakukan pemeriksaan fisik pada bayi. Ketika
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi lahir normal hal- hal yang harus diperhatikan oleh
petugas adalah informasikan prosedur terlebih dahulu pada orang tua, gunakan tempat yang
hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan
sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi, lepaskan pakaian hanya pada area
yang diperiksa, untuk mencegah kehilangan panas, lakukan prosedur yang mengganggu seperti
menguji refleks pada tahap akhir, lakukan secara cepat untuk menghindari stress pada bayi.
Petugas dapat melihat, mendengarkan dan merasakan tiap – tiap daerah yang akan
diperiksa yang dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju kaki. Jika ditemukan
faktor resiko atau masalah, petugas dapat meminta bantuan yang memang diperlukan. Rekam
dan catatlah hasil pengamatan setiap hasil pemeriksaan dan setiap tindakan yang diperlukan lebih
lanjut.
(b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena
adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi yang
normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
(c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh
aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
(b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian
atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
(c) Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus mata
bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya strabismus
yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya
akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
terjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
(e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom.
Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya
lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan
trisomi 21.
(f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada
laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone wanita dari darah
ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada
saat bernapas perlu diperhatikan.
(h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat. Perut
harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji
adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan terdapat hernia diafragmatika,
perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus
persisten.
(i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer kecil
yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia
mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi
palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya
terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua
testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
(l) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo,
jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(m) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan
imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya
refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)
ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim
ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi,
dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim
pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran darah, Pengaturan Suhu, Metabolisme
Glukosa, Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/ imun.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks
untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks –
refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30
menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score).
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan
kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat
dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit
ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan
dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong
persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan
dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang
berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi
1. Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran Anthopometri yaitu
pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar 33 – 35 cm, lingkar dada 30,5 –
33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan bayi 2500 gram – 4500 gram.
2. Pemeriksaan tanda – tanda vital : Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi
dalam berespon terhadap lingkungan.
3. Suhu tubuh, Nadi, Pernapasan dan Tekanan darah
4. Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari : Kepala, Telinga,
Mata, Hidung dan mulut, Leher, Dada, Bahu, lengan dan tangan, Perut, Kelamin, Ekstremitas
atas dan bawah, Punggung, Kulit dan Refleks BBL
3.1 SARAN-SARAN
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik
untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat
menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang
benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA