Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
2.1. PENGERTIAN
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu
baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Adaptasi adalah penyesuaian diri
seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) merupakan penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling
nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan
dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai
sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
· Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
· Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
· Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2
akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
· Perubahan suhu
Ø Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran
gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
1.1.3 Pengaturan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh
tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
a. Evaporasi, kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh menguap
b. Konduksi, kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin
c. Konveksi, kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin
d. Radiasi, kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Upaya Mencegah Kehilangan Panas :
1.1.4.Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan
mencegah hipotermia.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa
dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak
dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi
yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
1.1.5 Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar
b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan
sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke
dalam ventriculus sinistra
d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta.
Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus
arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.
2) Sistem sirkulasi fetus
a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam
hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah
besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior
dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke
atrium dextrum
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi
dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula
mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya
untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium
dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula
tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam
aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari
peredaran darah maternal
4. Fibrosis
o Vena umbilicalis
o Ductus venosus
o Arteriae hypogastrica
Ductus arteriosus
1.1.6 Perubahan keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak dari air dan kadar natrium relative lebih besar
dari kalium karena ruangan ektraseluler luas, fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron
masih belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomelurus dan
volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks.
Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada bayi
baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta
karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melaui plasenta ( lues,
toksoplasma, herpes simpleks dan lain- lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A,G dan M.
Pada traktus digestivus neonatus,mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut mekonium.Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam
pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.Enzim dalam
traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali anzim amilase pankreas.
1.1.9 Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar
protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol
dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, k arena glikolisis anaerobik. Dalam 24
jam neunatus telah mengkompensi asidosis.
2. Melaksanakan konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Pengertian
A. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran sel secara kuantitatif,
dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan pertambahan
seperti umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan gigi.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas) dan merupakan
aspek tingkah laku pertumbuhan. Contohnya : Kemampuan berjalan, berbicara dan berlari.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi aiing berkatan dan
sulit untuk dipisahkan, yaitu petumbuuh dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ mauun
individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium, dan nitrogen
dalam tubuh).
Menurut Depkes RI pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek
sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
B. POLA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural, limfoid,
serta reproduksi. Organ-organ yang mengikuti pola umum adalah tulang panjang, otot skelet,
sistem percernaan, pernafasan, peredaran darah, volume darah. Perkembangan otak bersama
tulang-tulang yang melindunginya, mata dan telinga berlangsung lebih dini. Otak bayi yang baru
dilahirkan telah mempunyai berat 25% berat otak dewasa, 75% berat otak dewasa pada umur 2
tahun, dan pada umur 10 tahun telah mencapai 95% berat otak dewasa. Pertumbuhan jaringan
limfoid agak berbeda dengan dari bagian tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum
sebelum remaja kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa. Sedangkan organ-organ
reproduksi tumbuh mengikuti pola tersendiri, yaitu pertumbuhan lambat pada usia pra remaja,
dan pertumbuhan pesat pada usia remaja.
Usia dini merupakan fase awal perkembangan anak yang akan menentukan
perkembangan pada fase berikutnya. Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek
kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus, dan penglihatan, berbicara dan
bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan pada salah satu aspek
kemampuan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain.
Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola
batas pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan
harus di capai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting padaa penilaian perkembangan,
apabila anak gagal mencapai dapat memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian
yang lebih terperinci dan intervensi yang tepat.
Pola perkembangan dan pertumbuhan yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan
dan perkembangan pada anak.
a. Chepalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari kepala
yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang
kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan
kebagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki.
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah yang
lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya
melambaikan tangan kemudian memainkan jari.
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahap perkembangan. Pola ini mencerminkan
ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
perkembangan selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :
a. Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh
b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengna kehidupan diluar rahim dan
hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan
d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat dan
cara penyesuaian dengan lingkungan
e. Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada tanda-
tanda pubertas
4. Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar. Terdapat saat
yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan dan kematangan
yang dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat. Masa ini merupakan masa
kritis yang harus dirangsang agar mencapai perkembangan selanjutnya melalui proses belajar.
1. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow,
1998 dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak laki-laki
setelah lahir cenderung lebih besar dan lebih tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan
nampak saat anak sudah mengalami masa pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek
dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat
asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes melitus), ibu yang mendapatkan
terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubella, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor
lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
. Lingkungan post-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah
:
1. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga
berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan
dalam sel dan jaringan bahkan pada pembuluh darah.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi
makanan tidak adekuat
2. Budaya Lingkungan
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi
akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan status pendidikan orangtua, keluarga
dengan pendidikan tinggi juga akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang penigkatan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dan lain-lain
dibandingkan dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim penghujan akan
menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan bahan
makanan, timbul penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-
anak. Anak yang tinggal di daerah endemik, misalnya endemik demam berdarah akan
meningkat.
Manfaat olahraga atau latihan fisik yang teratur akan menigkatkan sirkulasi darah
sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.
6. Status Kesehatan
7. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi tinggi badan, hormon tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi peetumbuhan sel
interstisial dari testis untuk memproduksi testoteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laiki-laki
maupun perempuansesuai dengan peran hormonnya.
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan
dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi, namunn setiap anak akan
melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya ( 2003 ) memaparkan tentang tahapan tumbuh
kembang anak yang terbagi menjadi 2, yaitu masa pranatal dan postnatal. Setiap masa tersebut
memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biomika, dan karakternya.
Orang tua pengasuh dan pendidik perlu mengetahui tahapan perkembangan anak (anak didik),
apakah perkembangannya berlangsung normal atau ada penyimpangan. Bila mana pendidik
mencurigai anak didiknya mengalami penyimpangan perkembangan atau terlambat berkembang
dibandingkan dengan usianya maka dapat memberitahukan orang tua agar segera memeriksakan
anaknya ke pasilitas kesehatan sehingga dapat ditanggulangi secara dini.
Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak dan balita
yang dapat dijadikan acuan bagi orang tua, pengasuh maupun pendidik untuk mengetahui
kenormalan atau penyimpangan berdasarkan departemen kesehatan RI (2006);
d. menggenggam pensil
j. tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat bermain sendiri
d. memanggil ayah dengan kata “ papa “, memanggil ibu dengan kata “mama”.
f. menunjuk apa yang di inginkan tanpa menagis atau merengek, anak bisa mengeluarkan
suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.
i. mendengarkan cerita
b. melompat-lompat 1 kaki
c. menari
e. menggambar lingkaran
a. Berjalan lurus
b. berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
j. mengenal warna-warni
k. mengungkapkan simpati
A. Pengukuran antropometrik
Pengertian istilah nutrisional anthoropometry mula-mula muncul dalam ‘bosy measurements and
human nutrition’ yang ditulis oleh brozek (1996),dan telah didefinisikan oleh jelliffe pada tahun
1996 sebagai;pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komponen besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan
masa tubuh yang bebas lemak.penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam
surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan
fisiologi,interpersonal dan domain sosial dapat memberikan efek buruk pada pertumbuhan
anak.alat yang sangat penting untuk penilaian pertuymbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth
chart),yang dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat,papan pengukur,stadiometer ,dan pita
pengukur.
1) Berat badan
Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh(tulang,otot,lemak,cairan tubuh)sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh
kembang anak.BB dapat juga sebagai menghitung dosis obat.penilaian berat badan berdasarkan
umur menurut WHO dengan baku NCHS,berdasarkan tinggi badan menurut WHO,dan NCHS
yaitu;persentil ke 75-25 dikatakan normal,persentil 10-5 malnutrisi sedang dan kurang.
Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.
2) Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik.penilaian
TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak .penilaian TB dapat berdasarkan menurut WHO dengan baku NCHS yaitu
dengan cara presantase dari median dengan penilain :lebih kurang 90 dan adalah normal,TB
meningkat sampai tinggi maksimal dicapai,meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan
berhenti pada usia 18-20 tahun.
a) Lahir =50 cm
2
3) Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak.penilaian ini dapat dilihat apabila
pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)maka menunjukkan adanya retardasi mental,sebaliknya
apabila (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebroshpinalis.
Peningkatan volume
Digunakan untuk menulai jaringan lemak dan otot,tetapi penilaian ini banyak berpengaruh pada
keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB.penilaian ini juga dapat dipakai untuk
menilai status gizi pada anak usia prasekolah.
Penggunaan kurva pertumbuhan (growth charth)atau tabel NCHS sebagai baku secara teratur
merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada pertumbuhan anak.perlu
dipahami akan pengertian persentil dan standar deviasi,sebagai patokan sebelum
menggunakannnya dilapangan.
Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi badan anak pada kurva NCHS
perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur pertumbuhannnya menyimpang atau tidak.bukan
dimana posisis titik plot itu saja tetapi bagaiman hubungan titik-titik tersebut selama kurun watu
tertentu.
Pertumbuhan tidak statis akan tetapi suatu proses perubahan.seorang bayi pada persentil 5 berat
badan terhadapnya umurnya bisa tumbuh normal,atau gagal tumbuh atau baru sembuh dari
gangguan pertumbuhan ,tergantung kurva petumbuhannya.bayi dan anak-anak umumnya akan
tumbuh dalam 1-2 jalur pertumbuhan kanalisasi yang dikendalikan oleh faktor genekit terhadap
ukuran tubuhnya.
- Pada bayi prematur dengan mengkoreksi dan maturitas usia sejak lahir dikurangi berapa
minggu usia sejak lahir dikurangi berapa minggu prematuritasnya,pada lingkaran kepala sampai
usia 18 bulan ,berat badan sampai usia 24 bulan sedangkan panang badan sampai usia 40 bulan.
- Adolesensi dengan mempertimbangkan ukuran antropometri orangtua (mean parental
heigh)terdapat kurva khusus untuk downs syndrome dan achondroplasia yang diusulkan untuk
digunakan dalam tatalaksana diklinik tumbuh kembang.
- Untuk kurva pertumbuhan diindonesia sebenarnya tergantung referensi yang mana yang
akan dipakai rata-rata tinggi badan tidak berbeda banyak dan kadang-kadang melebihi batas 160
-165 cm.umumnya terdapat tinggi badan yang lebih pendek pada suku malaysia,peninsula dan
filipina (suku negrito),begitu pula dipedalaman kalimantan dan sumatera predominan
pendek.secara umumdikepulauan sunda seperti jawa,bali,flores,timur dan kepada kepulauan
luzon difilipina orang-orang agak lebih tinggi.
Milestones perkembangan merupakan suatu parameter dalam manajemen tumbuh kembang yang
tidak terpisahkan dari pemeriksaan antropometri.akantetapi hal ini masih harus dibudayakan
secara bertahap mengingat adanya faktor waktu dan beban kerja diunit pelayanan kesehtan anak
di masyarakat dan klinik-klinik.terdapat beberapa metode skirining yang dikembangkan dari
referensi luar negeri,misalnya DDST yang sudah dimodifikasi dan dipakai dalam buku deteksi
dini dan stimulasi balita oleh depkes R.I.
Milestones merupakan kartu tumbuh kembang anak yang dikembangkan oleh satoto pada tahun
1990.maturitas tulang dengan penilaian umur tulang (bone age),yaitu membandingkan dengan
baku greulich pyle atau TW2 dari tanner.maturitas tulang (bone age)berkaitan dengan tingkat
pubertas,biasanya bila diperkirakan ada kelainan endokrin (perawatan pendek dan kelainan
tulang tulang laninnya).
Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit diajukan oleh
behrman dan kliegman dalam buku essentias nelson’s texbook of pediatrics,selain berisi data-
data tentang masalah makanan,antropometri,keadaan klinis anak juga dipaparkan secara
rinci.instrumen seperti ini sekiranya cukup memadai untuk dipergunakan di klinik yang
dilengkapi dengan laboratorium atau penunjang yang lengkap.
2) Buku KMS
Diindonesia kartu menuju sehat (KMS) dipaki sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi
dimasyarakat.kartu menuju sehat ini merupakan modifikasi WHO-NCHS yaitu berat badan
terhadap umur anak balita ,yang dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik halus,kasar
dan berbahasa.
Tujuan KMS adalah sebagai akat bantu (instrumen)bagi ibu atau orangtua dan petugas untuk
memantau pettumbuhan dan perkembangan anak balita serta menentukan tindakan-tindakan
pelayanan keseehatan dan gizi.
Terdapat buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Depkes
R.I pada tahun 1997,pada buku tersebut.disebutkan bahwa grafik petumbuhan KMS dibuat
berdasarkan buku WHO-NCHS yang disesuaikan dengan keadaan indonesia.
Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan tingkat
perkembangan yang optimal
Sebagai alat bantu untuk memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk
mewujudkan tumbuh kembang yang optimal
Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi:
pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI
Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan
pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita
Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan sampai 2 tahun
Perkembangan anak dan latihan yang perlu diberikan sesuai dengan usia anak
Tentang pertumbuhan
Perkembangan anak/Balita
Imunisasi
Penanggulangan diare
Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anaknya .
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di
KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil
penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan
anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan
selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Grafik pertumbuhan dalam
KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning, hijau tua dan hijau muda.
1. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.
1. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
1. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
1. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah
ke pita warna diatasnya.
C. memonitor pertumbuhan anak sejak bayi
Pemantauan perkembangan status gizi bayi secara berkala setiap bulan dengan cara menimbang
berat badan bayi dan mengukur panjang badannya .idealnya,berat badan bayi berada digaris
normal pada grafik pertumbuhan.ini artinya,pertambahan berat badannya seimbang dengan
pertambahan tinggi badan dan usia.
Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting .selain dapat menentukan pada normal
pertumbuhan pada anak,juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi
dan menggu pertumbuhan pada anak sejak dini.
Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan dan penanganan gangguan
pertumbuhan tersebutdapat diatasi sejak dini.sayangnya hampir 85% lebih,buku kesehatan anak
yang berobat kedokter anak atau kedokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan
berat badan.justru grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi
bayi yang menimbang diposyandu.sehingga banyak kelainan dan gangguan kesehatan sering
terjadi keterlambatan deteksi dan penanganannya.
50% bayi mengalami gangguan kenaikan sejak usia 6 bulan yang tidak pernah terdeteksi oleh
orangtua dan dokter hanya karena dalam buku kesehatannya tidak pernah tergambar grafik
kenaikan berat badan.gangguan kenaikan berat badan sejak usia 6 bulan seringkali terjadi hanya
karena timbulnya reaksi simpang makanan (alergi makanan,intoleransi makanan,dan seliak)pada
bayi yang dapat mengganggu saluran cerna dan mengganggu nafsu makan dan berat badan
bayi.karena,saat usia 6 bulan mulai diberi makanan tambahan baru.
Bagaimana mengetahui pertumbuhan normal anak balita ?berikut ini merupakan beberapa
langakah prosedur yang dapat diikuti dalam rangka menilai normalitas pertumbuhan seorang
bayi dan balita:
b. Pertumbuhan fisik anak,diukur antara lain dengan berat badan ,tinggi badan,lingkar
kepala.salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tersebut,adalah dengan
menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart).
c. Tentukan berat badan ideal anak,juga bisa melihat apakah anak tinggi atau pendek,gemuk
atau kurus
d. Isi berat badan balita tentunya sesuai umur dan tarik garis grafik pertumbuhan.
a. BB,(berat badan),gunakan teknik yang tepat dan gunakan selalu timbangan yang sama.
b. T B (tinggi badan ) LK (lingkar kepala),gunakan teknik yang tepat dan gunakan calibrated
len
D. Pertumbuhan normal pada anak balita
Berikut ini langkah-langkah untuk mengetahui pertumbuhan anak balita ,apakah masih dalam
kategori normal atau tidak .
B. pertumbuhan fisik anak ,di ukur antara lain dengan berat badan (BB)dan lingkar kepala
(LK) salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tersebut,adalah dengan
menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart)
C. Tentukan berat badan ideal anak,anda juga dapat melihat apakah anak anda tinggi atau
pendek,gemuk ataau kurus..
D. isi berat badan balita sesuai umur .dan tarik garis grafik pertumbuhan
Pengukuran berat badan yang akurat ,adalah munggunakan teknik tepat dan menggunakan selalu
timbangan yangg sama .pengukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepala (LK) adalah
menggukan tenik tepat ,menggunakan calibrated length board.
Growth chart adalah grafik yang menunjukkan pola pertumbuhan seorang anak dengan >7 kurva
persentil (5th,10th,25th,50th,75th,90th,95th).persentil 50th adalah rata-rata nilai pada umur
tersebut.untuk membuat grafik pertumbuhan pada KMS,berikut ini merupakan beberapa langkah
yang dapat diikuti ,yaitu:
a. Dag sesuai dengan umurpatkan data pengukuran BB,TB,LK yang tepat dan akurat
b. Pilih chart atau gambar grafik pertumbuhan kenaikkan BB dan tinggi badan yang sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
Besar atau rendahnya persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah.seorang bayi yang
memiliki lingkar kepala persentil 90th dapat memiliki BB dan TB dipersentil 90th.ini berarti dia
termasuk anak normal yang berperawakan besar.sebaliknya,anak yang memiliki BB dipersentil
20th bisa jadi memiliki orangtua yang tinggi dan beratnya juga dibawah rata-rata.jadi sangat
normal jika sang anak berada pada persentil 20th.
Ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada kurva paling
ekstrim (iluar dari semua kurva).sebagai contoh,seorang anak memiliki BB dibawah persentil
5th,maka ia dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang).sedangkan anak dengan BB
dipersentil 85th akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas)dan mereka
yang memiliki BB dipersentil diatas 95th digolongkan dalam obesitas.
Grafik pertumbuhan dapat juga memberikan kesan yang salah tentang kondisi pertumbuhananak
kita.contohnya,seorang anak memiliki TB dipersentil 5th.bukan ia berarti ia memiliki masalah
kesehatan.apalagi jika pola grafik atau trend kurvanya menunjukkan bahwa ia memang selalu
berada dikurva perrsentil 5th(sejak bayi hingga kini,sang anak selalu berada dalam kurva
persentil 5th).analisanya,bisa jadi sang anak mendapatkan gen “pendek” dari sang orangtua yang
juga pendek.
Pola pertumbuhan berat badan bayi/BB (weight) dan panjang badan /PB (lenght) bayi
digambarkan dalam kurv apertumbuhan atau weight/lenght Chart.rentangnya dari 5% sampai
95%.apabila bayi berad dalam chart tersebut,maka bayi masihdikatakan normal.namun,berada
diluar chart baik lebih rendah atau lebih tinggi tidak bisa dinilai ada kelainan,harus diperiksa
penyebabnya apa.misalnya faktor genetik.memeriksakan dan berdiskusi dengan dokter jalan
terbaik.
Suatu hal ynag penting juga adalah pola pertumbuhan berta badan sebenarnya tergantung dari
tinggi badan dan proporsi (keseimbangan)berat badan dan tinggi badan.polany akan terlihat pada
grafik pertumbuhan status berat badan ideal anak.
Pertama :pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan status awal berat badan idealnya baik
(normal) dengan tinggi badannya normal ,akan terlihat proporsi (keseimbangan)berat badan dan
tinggi badannya normal,maka pola pertumbuhan berat badan pada anak akan terlihat pada grafik
pertumbuhan adalah standar .
Berat badan standar (ideal)pada anak usia 1-10 tahun secara praktis dapat digunakan rumus
=2n+8,dimana –n- adalah usia dalm tahun,bulan misalnya usia 15 bulan ditulis 1,3.
Kedua :pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan status berat badan awalnya kurang dan
tinggi badannya pendek,akan terlihat proporsi (keseimbangan) berat badan badan dan tinggi
adalah normal.maka pola pertumbuhan anka pada KMS akan berada dibawah standar,pola
tersebutlah yang diharapkan adalah harus kurus,maka pola pertumbuhan anak yang diharapkan
adalah harus berad pada pola standar. Anak akan terlihat kegemukan (olbesitas)
Ketiga:jika pertumbuhan pada anak dengan status awal berat badannya kurang sedangkan tinggi
badannya normal,akan terlihat proporsi (keseimbangan) berat badan dan tinggi badan anak
adalah kurus ,maka pola pertumbuhan anak yang diharapkan adalah harus berada pada pola
standar.jadi anak harus terus dinaikkan berat badannya sampai berada pada pola standar ,tetapi
pola ini tidak boleh dipakasakan bila anak tersebut sejak awal memang sudah mempunyai tinggi
badan pendek .
Bila berat badan menurun atau grafik pertumbuhan datar,harus dicari segera penyebabnya.
Gangguan yang terjadi :pada usia bayi: sering muntah atu kembung,sering cegukan,sering buang
angin ,sering ngeden atau mulet,serring rewel atau gelisah atau colik terutama malam hari ,sering
buang air besar (> 3 kali perhari) atau susah buang air besar (ngeden,tidak BAB setiap hari
,feses keras hitam atau hijau tua,kecil hitam spt ‘tahi’kambing.loidah sering kotor (berpulau-
pulau) ,timbul putih,sariawan,binir kering,air liur berlebihan atau mulut berbau.sering muntah
,sering nyeri perut ringan ringan dan hilang timbul
· Gejala lain yang menyertai:
Kulit sensitif,pada bayi sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama dipipi,telinga dan
daerah yang tertutup popok.kerak didaerah rambut,kulit kering.timbul bekas hitam seperti
tergigit nyamuk.sering menggosok mata dan telinga.kepala,telapak kaki atu tangan sering teraba
hangat.sering keringat berlebihan.dan gigi mudah rusak atau berwarna kecoklatan
Penyebab jarang:
Infeksi saluran kemih (sering terjadi pada bayi,lebih sering terjadi pada perempuan ).TBC (diuji
dengan beberapa jenis tes,tes mantoux positif bukan berarti ada infeksi TBC) wsapadai
overdiagnosis TBC (tidak menderita TBCtetapi divonis atau diobati sebagai TBC).gagal tumbuh
(growth failure).gangguan genetik atau kelainan kromosom.gangguan metabolisme.gangguan
jantung bawaan,atau kelainan bawaan lainnya pengetahuan orangtua.
1.2.3 Indikator pemantauan perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih saying)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Menurut MATERNAL NEONATAL HEALTH.
Bonding attachment adalah kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses
persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan(mercer, 1996), yaitu:
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan. Elemen-
elemen bounding attachment meliputi:
1. Sentuhan
Sentuhan, atau indera peraba, dipakai seara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru loahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni
pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama
kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya
memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan
bayi akan menggunakan lebih banyak wktu utuk salaing memandang. Beberap ibu mengatakan,
dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat degan bayinya
3. Suara
Saling mendenganr dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenag dan
berpaling kea rah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi
.
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalaina antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma / bau
masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5. Entraiment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka
menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa
mengikut nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mula berbicara. Irama ini
berfungsi member umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya.
Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir
merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982),
ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
KEBUTUHAN NUTRISI
1. Neonatus 0 – 28 hari
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI) yang
mengandung komponen paling seimbang. Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga enam
bulan tanpa adanya makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi usia 0-6 bulan belum mampu mencerna
makanan padat.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat pada
konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang lebih tinggi. Lagi pula rasio
antara protein whey dan kasein pada ASI jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio tersebut
pada susu sapi. Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga lebih sukar
dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai nilai biologi tinggi sehingga
hamper semuanya digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh yang
esensiil dan mudah dicerna, dengan daya serap lemak ASI mencapai 85-90 %. Asam lemak susu
sapi yang tidak diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain hingga dapat menghalangi
masuknya zat-zat tadi.
Keuntungan lain ASI ialah murah, tersedia pada suhu yang ideal, selalu segar dan bebas
pencemaran kuman, menjalin kasih saying antar ibu dan bayinya serta mempercepat
pengembalian besarnya rahim ke bentuk sebelum hamil. Zat anti infeksi dalam ASI antara lain :
Imunoglobulin : Ig A, Ig G, Ig A, Ig M, Ig D dan Ig E
Lisozim adalah enzim yang berfungsi bakteriolitik dan pelindung terhadap virus
Laktoperoksidase suatu enzim yang bersama peroksidase hydrogen dan tiosianat membantu
membunuh streptokokus
Faktor bifidus adalah karbohidrat berisi N berfungsi mencegah pertumbuhan Escherichia coli
pathogen dan enterobacteriaceae, dll
Faktor anti stafilokokus merupakan asam lemak anti stafilokokus
Laktoferin dan transferin mengikat zat besi sehingga mencegah pertumbuhan kuman
Sel-sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis
Lipase adalah antivirus
Tabel 8 Komposisi ASI, susu sapi dan formula adaptasi
Zat gizi ASI Susu sapi Formula adaptasi
Energi (Kkal) 67-75 65-70 67
Protein (g) 1,1-1,4 3,1 1,5-1,6
Karbohidrat (g) 6,6-7,1 4,4 7,2-7,4
Lemak (g) 3,0-5,5 3,2 3,4-3,6
Mineral (g) 0,2 0,8 0,2-0,3
Natrium (mg) 10 50 15-24
Kalium (mg) 40 150 55-72
Kalsium (mg) 30 114 44-60
Phosphor (mg) 10 90 28-34
Chlor (mg) 30 102 37-41
Magnesium (mg) 4 12 4,6-5,3
Ferrum (mg) 0,2 0,1 0,5-1,3
Sumber : Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 58
Agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu diperhatikan beberapa hal seperti
pada masa pertumbuhan yang cepat berikan zat gizi yang lebih banyak, seperti energi, protein
dan zat gizi lain, namun masih tetap seimbang, berikan makanan padat/kasar dan porsi kecil
sering agar terpenuhi kebutuhan energy, hindarkan makanan jajanan yang berlebihan, kenalkan
dengan berbagai macam makanan sejak dini, sediakan makan pagi dan beri makanan bekal, pilih
makanan yang terjamin kebersihannya, aman dan bergizi, hindarkan dari kegemaran yang
berlebihan terhadap satu jenis makanan
KEBUTUHAN CAIRAN
1. Neonatus (0 - 28 hari)
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru – parunya.Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, 1/3 cairan ini diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang
dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi dada ini dan dapat
menderita paru – paru basah dalam jangka waktu lebih lama (Varney’s halaman 551). Dengan
beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir.Dengan sisa cairan di dalam paru – paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe darah. Semua alveolus paru – paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan
waktu.
Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien yang lainnya. Air
merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting mengingat kebutuhan air pada bayi relatif
tinggi 75-80 % dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60 %. Bayi
baru lahir memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala kebutuhan nutrisi dan cairan
didapat dari ASI.
2. Bayi (29 hari – 1 tahun)
Seorang bayi dapat memenuhi kebutuhan cairannya didapat dari ASI dan
MPASI. ASI adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan bagi bayi. Didalam ASI telah
mencakup nutrisi dan cairan yang harus didapat oleh seorag bayi. Bayi usia 3 hari dengan
kebutuhan air totak selama 24 jam sebanyak 250-800 ml. Kebutuhan cairan bayi berumur 3
bulan dengan berat badan 5,4 kg harus memenuhi air total sebanyak 750 – 850 ml setiap harinya.
Pada usia 9 bulan kebutuhan cairan meningkat hingga 1100 – 1250 ml perhari.
3. Balita (1– 3 tahun)
Anak balita dapat memenuhi kebutuhan cairan dari ASI, MPASI, dan air
yang diminum. ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bagi balita karena sejalan dengan
perkembangan balita kebutuhan yang diperlukan bagi balita harus lebih bergizi dan memiliki
nilai gizi yang baik. Oleh karena itu di perlukan tambahan cairan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan cairan bagi balita. Seperti susu formula. Kebutuhan cairan balita usia 1
tahun yaitu 1350-1500 ml perhari dan usia 2 tahun sebanyak 1600-1800 ml perhari. Semakin
bertambah berat badan semakin bertambah pula kebutuhan cairan yang harus dipenuhi sesuai
perkembangan usia.
4. Anak prasekolah (4-6 tahun)
Usia anak yang telah mencapai 4 tahun memiliki kebutuhan cairan yang
banyak daripada balita. Ini dipengaruhi oleh factor keaktifan seorang anak. Anak prasekolah
biasanya memiliki keaktifan yang lebih. Mereka bermain, belajar, berlari, dan melakukan
aktivitas yang mereka sukai dan banyak mengeluarkan keringat maupun tenaga.
Anak prasekolah dengan usia 4 tahun dengan berat badan 16,2kg
membutuhkan 1800-2000 ml perhari. Semakin bertambahnya usia dan berat badan kebutuhan
cairan seorang anak semakin bertambah apalagi kegiatan dan keaktifan seorang anak bertambah.
Anak bermain kesana kesini, berlari, bersenang-senang maka anak memerlukan cairan yang
lebih pula. Pada usia anak 6 tahun membutuhkan cairan sebanyak 2000-2500 ml perhari dan
biasanya berat badan seorang anak yang berusia 6 tahun adalah 20 kg oleh karena itulah seorang
anak membutuhkan cairan yang lebih banyak dari sebelumnya.
memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan kebersihan. Cara
memandikan bayi :
Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya sabun masuk ke mata bayi.
Badan disabuni mulai dari kepala, leher, tangan, jari, ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian
punggung, kaki, dan terakhir alat kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha harus
dibersihkan dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan dari sabun.
Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai dari kepala menurun ke
bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar kering dan dilihat apakah ada kelainan kulit dan
sebagainya.
Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian tali pusat dibungkus.
Perhatikan pangkal/tunggul tali pusat harus terbungkus dengan baik.
a. Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi mata dan muka sebaiknya
diseka dengan air steril. Muka sebaiknya diseka setiap sesudah minum susu.
b. Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau, harus segera berobat ke
dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan dengan baik dan dibersihkan dengan kapas
Kuku panjang dapat menyebabkan luka garukan pada kulit bayi yang sangat sensitif
terutama di wajah : infeksi
Kuku sebaiknya dipotong atau diberi sarung tangan
1.3.7. Imunisasi
Imunisasi adalah bentuk interfensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan Campak dapat di cegah. Pentingnya pemberian
imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yag dapat di cegah
dengan imunisasi. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit tersebut bisa di cegah
dengan imunisasi. Oleh kerna itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang
berbahaya, imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta deberikan sesuai jadwal.
2. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk(pertussis), campak, polio dan TBC.
a.Imunisasi Dasar (Imunisasi Wajib)
Jenis imunisasi dasar wajib
2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic di hamper seluruh bagian dunia. Penyakit
hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan gejala yang tidak jarang menimbulkan hepatitis
kronik, yang dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun
hepatoma, sedangkan pada orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga
dapat berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka kematian yang tinggi. Penularan
penyakit ini umumnya terjadi melalui :
1. Inokulasi parenteral, melalui alat-alat kedokteran, darah, ataupun jaringan.
2. Hubungan seksual
3. Dari ibu kepada bayinya, pada umumnya terjadi sekirat proses persalinan, dapat pula melalui
transplasental, atau pun pada masa postnatal melalui ASI.
4. Penularan horizontal antara anak walaupun jarang terjadi.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus, baik terhadap pengidap,
darah donor, organ tubuh, trasplantasi, maupun alat-alat kedokteran. Dapat pula dengan
pemberian kekebalan melalui imunisasi, baik imunisasi pasif maupun imunisasi aktif.
1. Imunisasi pasif, yaitu dilakukan dengan pemberian immunoglobulin. Imunisasi ini diberikan
baik sebelum terjadi paparan maupun setelah terjadinya paparan. Imunisasi ini dapat dilakukan
dengan memberikan IG/immune serum globulin(ISG) atau hepatitis B immune globulin atau
(HBIG).
2. Imunisasi aktif, yaitu iminisasi yang dapat di berikan dengan pemberian partikel HbsAg yang
tidak terinfeksius.
Ada tiga jenis vaksin hepatitis B, yaitu sbg berikut :
1. Vaksin yang berasal dari plasma
2. Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombnan(rekaya genetic)
3. Vaksin polipeptida
Penyuntikan intramuscular di daerah deltoid atau paha antrolateral( jangan di lakukan pada
daerah bokong)
Jadwal pemberian
1. Vaksinasi awal atau primer di berikan sebanyak tiga kali. Jarak antara suntikan I dan II adalah 1-
2 bulan, sedangkan untuk suntikan III di berikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan pertama.
2. Pemberian booster di lakukan 5 tahun kemudian, namun masih belum ada kesepakatan.
3. Di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg pascaimunisasi setelah 3 bulan imunisasi
terakhir
4. Skrining pravaksinasi hanya di anjurkan pada pemberian imunisasi secra individu(praktik swasta
perorangan), sedangkan pada suntikan massal tidak di anjurkan
Efek Samping
Efek samping yang terjadi pascaimunisasi hepatitis B pada umumnya ringan, hanya berupa
nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot. Walaupum demikian pernah pula di
laporkan terjadi reaksi anafilaksis, sindrom guillain Barre, walaupun tidak jelas terbukti apakah
hal tersebut berhubungan dengan imunisasi hepatitis B.
Kontraindikasi
Sampai saat ini belum di pastikan nadanya kontraindikasi absolut terhadap pemberian
imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.
4. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxsin – mediated disease dan di
sebabkan oleh kuman corynebacterium diphtyeriae.
Kekuatan toxsoid difteri yang terdapat dalam vaksin DPT saat ini berkisar antara 6,7-25
Lf dalam dosis 0,5ml. Untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia
2,4,6,15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Dosis ke-4 harus di berikan sekurang-kurangnya 6
bulan setelah dosis ke 3. Kombinasi toksoid difteri dan tetanus atau (DT) yang mengandung 10-
12 Lf dapat di berikan pada anak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertussis.
Vaksin DPT disimpan pada suhu 2-8֯C dan cara pemberiannya melalui suntikan intramuscular/
subcutan.
KIPI
Untuk menekan kejadian ikutan akibat hipereaktifitas terhadap toksoid difteri telah dilakukan
beberapa upaya untuk memperbaiki kualitas toksoid tersebut yaitu:
1. Meningkatkan kemurnian toksoid dengan menghilangkan protein yang tidak perlu.
2. Menyerapkan toksoid ke dalam garam aluminium.
3. Mengurangi jumlah toksoid per inkolusi menjadi 1-2 Lf yang di anggap cukup efektif untuk
mendapatkan imunitas.
Efek Samping
1. Panas
2. Rasa sakit di daerah suntikan
3. Peradangan
4. Kejang-kejang
Pertussis
Pertussis atau batuk adalah suatu penyakit akut yang di sebabkan oleh bakteri borditella
pertussis.
Vaksin pertussis
Anti body terhadap toksin pertussis dan hemaglutinin telah dapat ditemukan dalam serum
neonatus dalam kosentrasi yang sama dengan ibunya dan akan mmenghilang. Vaksin pertussis
adalah vaksin yang merupakan suspense kuman B. Umumnya vaksin pertussis diberikan dengan
kombinasi bersama toksoid tetanus dan difteri. Campuran ini diabsorsipkan ke dalam garam
aluminium.
KIPI
KIPI pertussis diantaranya adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi.
5. Toksoid Tetanus
Tetanus yang di perlukan untuk imunisasi sebesar 40 IU dalam setiap dosis tunggal dan
60 IU bila bersama dengan toksoid difteri dan vaksin pertussis.Berbagai kemasan dapat ditemui
untuk toksoid ini,baik sebagai preparat tunggal(TT / kombinasi dengan toksoid difteri/fertusis(
dT, DT, DPT dan, DTaP).
Sebagaimana toksoid lain nya,toksoid tetanus ini memerlukan pemberian bertahap untuk
meningkatkan efektifitas dan mempertahankan imunitas.Tidak perlu pengulangan dosis bila
jadwal pemberian ternyata lambat.ibu yang mendapat toksoid tetanus 2 atau 3 dosis ternyata
memberikan proteksi yang baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus neonatorum. Kadar rata
–rata antitoksin 0,01 IU/ml pada ibu cukup memberikan proteksi pada bayi.berat nya KIPI yang
terutama terdiri atas reaksi loka,sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut,cara penyuntikan dan
adanya anti gen lain dalam kombinasi paksin tersebut. Untuk paksin TT dosis yang diberikan 0,5
ml dan di suntikan intramuscular/subcutan di otot deltoid ,paha, dan bokong.
Vaksin polio oral ( oral polio vaccine-OPV)
1. Vaksin ini berisi virus polio tipe 1 ,2 ,dan 3 .serta merupakan bagian dari suku sabin yang masih
hidup tetapi sudah di lemahkan ( attenuated).
2. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral .
3. Vaksin yang menghambat inpeksi virus liar yang setrentak,maka sangat berbahaya untuk
efedemi.
4. Penerima Vaksin ini dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama namun 3 dosis berikutnya
akan memberikan imunitas jangka lama terhadap 3 tipe virus polio.
5. Vaksin polio oral harus di simpan tertutup pada suhu 2-80c
6. Vaksin Polio Oral dapat disimpan beku pada temperature -200C.
6. CAMPAK
Penyakit Campak sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah
Indonesia. Upaya imunisasi campak telah dilaksanakan oleh Depkes dan Kesos kementrian RI
dan sudah mencakup lebih dari 80%, tetapi untuk daerah-daerah terpencil, cakupan tersebut
secara keseluruhan masih belum tercapai. Oleh karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak
masih sering di jumpai di daerah-daerah tertentu. Bahkan akhir-akhir ini dengan adanya siuasi
krisis dan perpindahan penduduk yang cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman
menyebabkan terjadinya penularan penyakit campak yang tidk dapat di hindari.
Vaksin
Pada tahun 1963, telah di buat 2 jenis Vaksin Campak yaitu :
1. Vaksin yang terbuat dari virus campak yang hidup dan di lemahkan (Tipe Edmanston B )
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (Virus campak yang berada dalam
larutan formalin yang di campur dengan garam alumunium.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada BBL adalah
:
d. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut
tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan
di sebgalah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dna dibungkus dengan kasa
tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab kaan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengna kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara
lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi
dan seger melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk
e. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Cara mencegah infeksi pada mata BBL adalah merawat mata BBL dengan mencuci tangan
terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bai segera setelah lahir dengna kapas atau sapu
tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (tetrasiklin 1%,
eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di
sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangna kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya BBL diberi salep mata setelah lewat 1 jam
setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata BBL.
f. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit BBL atau
penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu
dna bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan
saluran pencernaan bayi dengna mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta
adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu (ASI).
1.4.1 Rawat Gabung
a. Defenisi dan tujuan
Pengertian
Menurut Muslihatun (2010) menyatakan bahwa rawat gabung adalah satu cara perawatan
ibu beserta bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruang, kamar, atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Tujuan rawat gabung :
1) Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi.
2) Meningkatkan penggunaan ASI.
3) Mencegah infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.
4) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja bayi
membutuhkannya.
5) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan
oleh petugas.
6) Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya.
7) Dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara
baik dan benar.
8) Ibu mendapatkan kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.
Mengurangi infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan menyusu dini kolostrum dapat
memberikan kekebalan, ibu dapat dengan mudah mengetahui perubahan yang terjadi pada
bayinya karena setiap saat dapat melihat bayinya.
2. Fisiologis
Bayi banyak mendapat nutrisi secara fisiologis, antara lain bayi banyak mendapatkan nutrisi
secara fisiologis dan membantu proses involusi uterus.
3. Psikologis
Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, bayi merasa aman dan
terlindungi.
4. Edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui dan
merawat bayinya.
5. Ekonomi
6. Medis
2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan bukan karena tuntutan
ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB sangat penting, mengingat saat ini
banyak ibu menginginkan untuk bersalin di pelayanan kesehatan yang lebih baik.
c. Keadaan emosi
d. Keadaan payudara
(Dewi, 2010)
5. Mahasiswa mampu mempraktekkan asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyulit dan komplikasi
1.5 Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyulit dan komplikasi
a. BBLR
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelsah lahir (3).
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah
umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).
a. Penyakit
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat,
eklamsia, dan kelahiran preterm.
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia
<>
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun (4,7).
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):
Hipotermia
Hipoglikemia
Hiperbilirubinemia
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
antara lain (3,8):
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan pendengaran
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu <>
dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (8).
Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):
Umur ibu
Aktivitas
Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
Penatalaksanaan/ terapi
Medikamentosa
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan
umur 4-6 minggu)
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih
lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan
diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan
bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan
utama (6):
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari
sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut (3):
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih
dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti
pada bayi sehat.
· Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
· Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara
perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil
dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sehat
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena
secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan
nafas, hiperbilirubinemia)
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
a. Terapi
b. Tumbuh kembang
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan
berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah
berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian
ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan
ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
b. asfiksia neonatorum
BATASAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
PATOFISIOLOGI
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia
jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan
pada kejadian asfiksia.
GEJALA KLINIK
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit
sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit
masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang :
- USG kepala
Penyulit
- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru
- Hematologi : DIC
PENATALAKSANAAN
Resusitasi
· Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan
pemijatan dada.
- Asistolik.
Dosis :
- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya
pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat.
Jenis cairan :
Dosis :
- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila
ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai
dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Cara :
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena
dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.
Nalokson :
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat
narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Suportif
· Jaga kehangatan.
Ventilasi
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika :
Kompresi dada
apnea dan denyut jantung 0
Intubasi Endotrakeal
setelah dilakukan resusitasi
- Pemberian epinefrin secara efektif selama 15 menit.
Pertimbangkan kemungkinan :
Hipovolemia
2. PATOFISIOLOGI
Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam
pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan
lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di bentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga
untuk bernafas berikutnya di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai
usaha inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga
terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis.
3. PROGNOSIS
Prognosis bayi dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas serta beratnya penyakit. Bayi
yang sembuh mempunyai kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur lain
yang tidak menderita PMH.
4. GAMBARAN KLINIS
PMH umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa
generasi 30-36 minggu. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir
dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72 jam.
5. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
Foto thorak
Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab dan
untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks.
Pemeriksaan darah : perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.
6. PENATALAKSANAAN
Tindakan yang perlu dilakukan :
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc)
dan meletakkan bayi dalam inkubator.
2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan
retina dan lain-lain.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125 ML/ Kg
BB/ hari.
4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000
untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg
BB / hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen (
surfaktan dari luar).
Keperawatan
Pada umumnya dengan BB lahir 1000-2000 gr dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.
1. Bahaya kedinginan
Bayi PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum berbentuk
dan pusat pengatur suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury,
sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat dalam inkubator yang dapat
mempertahankan suhu bayi 36.5-37oc.
2. Resiko terjadi gangguan pernafasan
Gejala pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi prematur
adalah
a. Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum
b. Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera berikan oksigen.
3. Kesukaran dalam pemberian makanan
Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10 %.
Makanan bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu selama bayi belum diberi asi harus tetap
pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3 jam.
4. Resiko mendapat infeksi
Untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik dan inkubator harus aseptik pula.
Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak di benarkan banyak orang memasuki
ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan harus steril.
5. Kebutuhan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya penghisapan lendir,
pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya selain sikap yang lembut setiap
menolong bayi dalam memberi pasi harus di pangku.
d. Hiperbilirubin
ikterus
A. Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya
deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke
jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit
bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut
terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2
(pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah
minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.
Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran sensorial.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus.
Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru
lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah
studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto
Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar
58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL
pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan
sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13
mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap
hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada
95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509
neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.
Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada
tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya
ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga
data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.
Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan
13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara
pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar
bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada
hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual.
1. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih
pendek.
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,
UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh
hepatosit dan konjugasi.
Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase
di usus dan belum ada nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan
oleh faktor/keadaan:
a. Faktor Maternal
b. Faktor Perinatal
c. Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetik
Polisitemia
Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
Rendahnya asupan ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
D. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-
lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
1. Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun
kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai
contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-
6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80
hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur
dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga
meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak
perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.
Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada
peningkatan kadar bilirubin.
E. Penegakan Diagnosis
1. Visual
Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila
tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya
bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun
apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan
skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan
dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan
jaringan subkutan.
Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak
kuning. (tabel 1)
2. Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum
serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan
tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil)
Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL
atau usia bayi > 2 minggu.
3. Bilirubinometer Transkutan
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi
pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang
tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,
bukan untuk diagnosis.
Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi
pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum
(metode standar diazo). Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir
dengan usia gestasi >34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi
bilirubin serum >14.4 mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan
TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76,
p<0.0001), namun interval prediksi cukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk
mengukur TSB. Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB.
Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Hasil analisis
biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum
ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif
dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa
ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.
Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya
dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi
peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan
bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam
jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan
melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.
Tabel 1. Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus
Usia Kuning terlihat pada Tingkat keparahan ikterus
F. Tata laksana
1. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum
kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil.
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi
hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini
kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup
besar.
Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan
terapi sinar.
Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi
sinar, lakukan terapi sinar
Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring
G6PD bila memungkinkan.
Hemolitik
Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara
bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku
untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.
Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan
terapi sinar.
Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:
Persiapkan transfer.
Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas
transfusi tukar.
Kirim contoh darah ibu dan bayi.
Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa
perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.
Nasihati ibu:
Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan
informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan
berikutnya.
Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari
zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat
antimalaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3
minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum
kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged
jaundice).
Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4
minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.
Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup
bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab.
Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan
rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila
memungkinkan.
Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.
Mengenai penatalaksanaan dengan terapi sinar dan transfusi tukar selengkapnya dimuat
terpisah.
G. Efek Hiperbilirubinemia
Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-
sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat
menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat
menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius)
sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.
Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin
serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan
lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Ensefalopati bilirubin
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan
komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan
lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada
sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk
ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum
dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai
spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik
yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang
disebabkannya.
Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan
belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan
albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi
efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa
ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya
diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.
Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak
permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau
hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.
H. Pencegahan
Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO
sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan
hiperbilirubinemia sebagai berikut:
1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan
yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya
8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.
Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan
dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan
kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif
bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa) pada
neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus
neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.
2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.
Pemeriksaan Golongan Darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta
menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan
darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah
dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
Penilaian Klinis
Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi
terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus.
Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital lain.
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan
warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang,
paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku
pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di
bagian wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
e. Sepsis Nenoatorium
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro
30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat
di rumah sakit).
Pembagian Sepsis:
1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi.
B. Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus
antara lain :
Perdarahan
Demam yang terjadi pada ibu
Infeksi pada uterus atau plasenta
Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
Proses kelahiran yang lama dan sulit
C. PATOFISIOLOGI
1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi klinis
yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama mengenai system
saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.
2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering disertai
adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi yang
timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.
1. Antenatal : paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (Infeksi ascending melalui cairan
amnion, adanya paparan terhadap mikroorganisme dari traktur urogenitalis ibu atau
melalui penularan transplasental).
2. Selama persalinan : trauma kulit dan pembuluh darah selama persalinan, atau tindakan
obstetri yang invasif.
3. Postnatal: adanya paparan yang meningkat postnatal (mikroorganisme dari satu bayi ke
bayi yang lain, ruangan yang terlalu penuh dan jumlah perawat yang kurang), adanya
portal kolonisasi dan invasi kuman melalui umbilicus, permukaan mukosa, mata, kulit.
E. Faktor Risiko
1. Sepsis Dini
2. Sepsis Nosokomial
Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara
steril.
G. GEJALA KLINIS
H. DIAGNOSIS
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau < 30 x/menit atau
apnea dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (<>0C atau >
37,50C), waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit <>9/L atau > 34.000 x 109/L.
Laboratorium
· Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total (stab+segmen) atau I/T ratio >
0,2
· Trombositopenia <>
DIAGNOSA BANDING
I. PENYULIT
J. PENATALAKSANAAN
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai
dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis
pemberian antibiotika minimal 21 hari.
Trauma pada bayi baru lahir adalah trauma yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat
dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan clan
kelahiran.
Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau
yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan
kebidanan yang terampil dan kompeten clan sama sekali tidak ada kaitanriya dengan tindakan
atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Pembatasan trauma pada bayi baru lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi
intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi, beberapa kondisi karena
trauma pada bayi baru lahir.
Kelainan mi mungkmn timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat seperti cunam atau
vakum. Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul pada kejadian mi. Karena itu,
kebersihan dan pengeririgan Wit yang terluka perlu diperhatikan. Bila perlu dapat juga
digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk
penyembuhan.
2) Trauma pada bayi baru lahir enitema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak
subkutan Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan mi yaitu presentasi muka clan
persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam clan ekstraksi vakum. Kelainan mi
memerlukan pengobatan khusus dan menghilang pada minggu pertama.
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang
cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup
bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi
berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat
lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan
diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal
kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
B. Diagnosis
Kelainan kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide) setelah bayi lahir
mudah di diagnosa.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rhim, dan
sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi
C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan
fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor
secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant
traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi
adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat
diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal
trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner.
2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk
organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada trimesrer pertama di
samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan
terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus
Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama
dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem
pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai
ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikroftalmia.
4) Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu
jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang
dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar
dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang
tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan
dan akibatnya terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di
atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital
pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Frekuensi
kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama kehamilan. Salah
satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan
resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan
faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus
1. Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi
penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup
cacat tersebutØ
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesiØ ditutupi kassa steril atau kassa
yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat
lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam,
monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan
pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalØdalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter,
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:Ø
a. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS
dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel
di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan,
infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar,Øsutura tengkorak belum
menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar
atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis,
tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, VentrikulografiØ
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:Ø
a. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan.
Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu
arah. Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Penatalaksanaannya:Ø
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika
kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian
atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØpenyambungan bibir bagian
atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØmelewati langit-langit
mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØmenyebabkan kelainan pada
janin, contohnya virus atau bahan kimia).
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØsebagian atau keduanya dan
adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada
hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari,
kesukaran dalam menghisap atau makan.
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress
pernapasan.Ø
Penatalaksanaan:Ø
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum
dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15
mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6
bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg,
leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan)
sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat
menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila
sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting
untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai
operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanyaØ disertai kelainan bawaan
lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom
Trisomi 21,13, dan 18.Ø
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih,Øapabila air liur masuk ke
dalam trakea akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir denganØkurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØsetengah duduk untuk
mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung
untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan
pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplitØperkembangan embrionik
pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.Ø
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir danØ tidak terdapat
defekasi mekonium atau urine bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØrendah atau pada anus,
membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-
macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenanØrektum dan dapat
dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2
cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat
normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48
jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØdengan kolostomi
sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi
dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan
observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan
anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan
pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan
dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di
lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglionØpara simpatis dari pleksuss
messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampaiØsigmoid, segmen panjang :
kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yangØlambat keluar ( lebih
dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan padaØwaktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektumØ(merupakan tindakan
sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter),
memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi
gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. AdaØsebagian komponen
tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau
susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa
pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini
janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang
belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini
adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang belakang
dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi
dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang.
Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena
tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang
yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya
berupa selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol.
Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau
dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi
terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØkerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia
35 tahun:
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari alkohol
• Menghindari obat terlarang
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi suplemen asam folat
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada
satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak
ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang
tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
h. Neonatus dengan Kejang
kejang
Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan olehdemam. Sekitar 2-5% anak berumur
enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi
otak anak.
Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? Walaupun kejang demam
terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi yang berat, yang paling
penting adalah tetap tenang.
Ketika demam, miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya dan jangan mencoba
menahan gerak si anak. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air
yang sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberikan kompres
dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu tubuh justru meningkat, walaupun
kulitnya terasa dingin. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat,
umumnya kejang demam akan berhenti dengan sendirinya sebelum lima menit.
Apakah anak perlu masuk rumah sakit? Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit,
kemudian anak sadar dan menangis, biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi dan kejang
berlangsung lebih dari 10-15 menit atau kejang berulang, maka Anda harus membawanya ke
dokter atau rumah sakit.
Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak di kemudian hari, kejang demam
dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang kompleks.
Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak
berulang pada hari yang sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada
satu sisi tubuh, berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam
satu hari.
Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu
kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%.
Risiko terbanyak adalah berulangnya kejang demam, yang dapat terjadi pada 30-50% anak-anak.
Risiko-risiko tersebut akan lebih besar pada kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena
tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat
memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.
Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainan saraf yang nyata,
dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka
panjang selama 1-3 tahun.
i. Oral Trust
Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan.
Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai
bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.
Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi
sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius
Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus
Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel
Komplikasi ;
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral
thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama
Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap
pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya
agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush
sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan
berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati
dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya
mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi.
Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.
Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses
penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.
Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak
juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah,
pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si
kecil kembali mengalami trauma di lidah.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan,
lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
j. Ikterik
ikterus
A. Definisi
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya
deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.
Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:
Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL.
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke
jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit
bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut
terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2
(pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah
minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.
Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran sensorial.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus.
Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru
lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah
studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto
Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar
58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL
pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan
sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13
mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap
hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada
95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509
neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.
Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada
tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya
ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga
data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.
Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan
13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara
pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar
bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada
hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual.
1. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T
dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan
konjugasi.
Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase di usus
dan belum ada nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:
Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis
herediter dan pengaruh obat.
Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
Polisitemia.
Ibu diabetes.
Asidosis.
Hipoksia/asfiksia.
a. Faktor Maternal
ASI
b. Faktor Perinatal
c. Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetik
Polisitemia
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
D. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-
lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
1. Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun
kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai
contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-
6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80
hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur
dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga
meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak
perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.
Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada
peningkatan kadar bilirubin.
E. Penegakan Diagnosis
1. Visual
Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila
tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya
bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun
apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan
skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari)
karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak
terlihat pada pencahayaan yang kurang.
Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan
subkutan.
Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning. (tabel
1)
2. Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum
serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan
tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil)
Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL
atau usia bayi > 2 minggu.
3. Bilirubinometer Transkutan
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi
pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang
tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,
bukan untuk diagnosis.
Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi
pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum
(metode standar diazo). Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir
dengan usia gestasi >34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi
bilirubin serum >14.4 mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan
TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76,
p<0.0001), namun interval prediksi cukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk
mengukur TSB. Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB.
Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Hasil analisis
biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum
ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif
dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa
ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.
Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya
dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi
peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan
bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam
jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan
melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.
Hari 1
Bagian tubuh manapun Berat
Hari 2 Tengan dan tungkai *
Tangan dan kaki
Hari 3
* Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin
serum untuk memulai terapi sinar.
F. Tata laksana
1. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum
kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil.
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:
Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat
(terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi
hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini
kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup
besar.
Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah
bayi dan lakukan tes Coombs:
Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.
Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan
terapi sinar
Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada
riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara
bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku
untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.
Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan terapi
sinar.
Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar hemoglobin < 13 g/dL
(hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.
Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs,
segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit <
40%).
Persiapkan transfer.
Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar.
Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi
apa yang akan diterima bayi.
Nasihati ibu:
Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang
cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya.
Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu
untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria, obat-obatan golongan
sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih
lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi
sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).
Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila
hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.
Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan, dan
3 minggu pada neonatus kurang bulan.
Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab.
Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan rujuk
ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan.
Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.
Mengenai penatalaksanaan dengan terapi sinar dan transfusi tukar selengkapnya dimuat
terpisah.
G. Efek Hiperbilirubinemia
Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-
sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat
menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat
menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius)
sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.
Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin
serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan
lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Ensefalopati bilirubin
Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan
komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan
lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada
sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk
ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum
dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai
spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik
yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang
disebabkannya.
Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan
belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan
albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi
efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa
ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya
diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.
Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak
permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau
hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.
H. Pencegahan
Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO
sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan
hiperbilirubinemia sebagai berikut:
1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan
yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya
8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.
Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan
dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan
kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif
bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa) pada
neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus
neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.
2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.
Pemeriksaan Golongan Darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta
menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan
darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah
dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
Penilaian Klinis
Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi
terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus.
Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital lain.
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan
warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang,
paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku
pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di
bagian wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
k.Muntah dan gumoh
Pendahuluan
Muntah dan gumoh sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah.
Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada
bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan
serius .
Muntah adalah keluarnya isi lambung atau esophagus melalui mulut yang disebabkan oleh kerja motorik
dari saluran pencernaan. Muntahan dapat berupa cairan atau makanan atau cairan lambung saja.
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar, karena
muntah yang terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah
satu kegawatdaruratan pada anak.
Dapat terjadi pada semua umur, menandakan obstruksi intestinal atau infeksi sistemik. Abnormalitas dari
anatomi traktus gastrointestinal yang tampak pada minggu pertama kehidupan dengan muntah bilier dan
distensi abdomen termasuk di dalamnya malrotasi, volvulus, atresia usus, sumbatan mekonium, hernia
inkarserata dan agangliogenesis (Penyakit Hirscprung)
Necrotizing Enterocolitis merupakan kejadian inflamasi traktus intestinal paling sering pada neonatus.
Gejala dari NEC adalah distensi abdomen, muntah bilier dan adanya darah pada tinja. Bayi baru lahir
dengan NEC dapat juga menunjukan gejala infeksi sistemik nonspesifik, seperti letargi, apneu, suhu tidak
stabil dan syok. Necrotizing Enterocolitis terutama ditemui pada bayi preterm dan NEC juga
mempengaruhi 10% bayi yang lahir aterm.
c. Kelainan Metabolik
Inborn Errors of Metabolism harus diwaspadai akan adanya penyakit neonatus akut. Beberapa faktor
yang menyebabkan cenderung terjadinya NEC. Keadaan terkait lainnya, termasuk letargi, hipotonia dan
kejang.
Penyebab Gumoh
1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi
gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. Posisi menyusui.
a. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya,
cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
b. Pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena
lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang
masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran
pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup
lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus)
untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini
akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
Mekanisme Gumoh
Mekanisme gumoh adalah susu yang diminum bayi seharusnya turun dari lambung ke usus. Tapi, pada
beberapa bayi, proses pengosongan lambungnya agak lambat, karena kapasitas lambung yang belum
maksimal, serta katup atau celah di kerongkongan yang belum kuat. Akibatnya, air susu akan mengalir
kembali (reflux ) ke atas. Kalau reflux -nya sangat hebat, bisa menimbulkan komplikasi seperti iritasi
kerongkongan, batuk berulang, dan kesulitan makan di kemudian hari.
Penatalaksanaan Muntah
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi
dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya
sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak
memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan
intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan
antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan
kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran
gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis,
batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness),
mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas
saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya merupakan self
limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan,
muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25
mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu.
Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman.
Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine.
Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus
bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan
etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini
bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral:
1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh
rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi
muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh
mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan
dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan
mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada
aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis
mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi
diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8 jam untuk 1-2 hari
berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
Penatalaksanaan Gumoh
Pada bayi yang gumoh normal, penanganannya cukup dengan positioning. Bisa dengan posisi tidur atau
posisi disendawakan. Sendawa akan membantu mempercepat pengosongan lambung bayi. Gumoh
biasanya akan hilang sendiri di usia sekitar 3 bulan, seiring perkembangan katup yang semakin kuat.
Gumoh yang patut diwaspadai adalah bila bayi gumoh setiap kali habis minum susu. Takutnya ada
kelainan yang disebut GERD (gastro esophageal reflux disease ). Gumoh berlebihan akan membuat
berat badan bayi tidak naik, komplikasi batuk berulang, serta kesulitan makan di kemudian hari karena
kerongkongan teriritasi. GERD harus diberi obat untuk mempercepat pengosongan lambung.
L. Diaper Rush
Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-menerus dengan
lingkungan yang tidak baik.
1. Etiologi
v Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan elergen, sehingga muncul eritema.
v Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha
atas.
v Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula, dan ulserasi.
3. Penatalaksanaan
· Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harusdibiarkan terbuka dan
tetap kering.
· Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi .
· Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi.
· Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi cukup.
· Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urin dalam air yang di campur acidum
borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.
m. Milliariasis
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung
kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat
yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier,
berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat,
dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat
yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer, 2001 ).
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang diekstravasasi pada tingkatan kulit
yang berbeda, bila diagnose sendiri mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat,
keadaan yang terjadi akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis
menyebabkan papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran
kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu
sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan
anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian, 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul
pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah
sekitarnya. (Vivian, 2010)
D. KLASIFIKASI
1. Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti
pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superfisial,
bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini timbul
setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat
gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan,
asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan
sendirinya.
2. Milliaria rubra
Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di sekitarnya. Keringat
menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan
daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga
menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
3. Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah
miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat
di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda,
1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian
atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban
yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel
yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan
penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak
berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
4. Milliaria fustulosa
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin
dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas,
superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
E. PENATALAKSANAAN
· Pencegahan :
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari
menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah,
kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak
tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena
akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur
maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat
(FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang
penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut
harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan
waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak
baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu
sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi
yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
· Pengobatan
2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok
setelah mandi
3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah
sumbatan kelenjar
4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)
Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan suhu
lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik.
Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk
mengatasi sebab ini
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan
menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan
pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.
Talci 5 mg
Oxydi zincici 5 mg
Amyli oryzae 5 mg
cc 100
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% dalam losio feberi.
Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula
resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001)
n. Infeksi
Anak-anak
Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan, yaitu:
Berikan kehangatan,
Keringkan,
Nilai warna.
Perawatan rutin bayi baru lahir sesudah dilahirkan (juga untuk bayi baru lahir yang lahir di luar
rumah sakit lalu dibawa ke rumah sakit) meliputi:
Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara, selimuti dengan
baik.
Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini
dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di
rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah
keadaan yang lebih buruk.
Kejang,
Merintih,
Sianosis sentral.
Semua tanda-tanda bahaya di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, tanda-tanda
lainnya adalah:
Ikterus berat,
Nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh.
Ubun-ubun membonjol.
Perawatan mata.
Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan:
ASI eksklusif.
Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan sesudah memegang
bayi.
Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas akan mudah
berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan perawatan metode kanguru).
o. Hipotermi
•Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal36-
37,5ºC.
• Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuhte
rus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
faktoreksternal.
• Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuhte
rus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
faktoreksternal.
B. Anatomi Fisiologi
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal
hipotermiaapabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin,maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut
hipotermia berat bilasuhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuranrendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapatmerupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya
konsumsi oksigen(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, danmenurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak denganturunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.
C. Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis
hipotermia:a. Hipotermia sedang:· Kaki teraba dingin· Kemampuan menghisap lemah· Tangisan
lemah· Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmoratab. Hipotermia berat· Sama dengan
hipotermia sedang· Pernafasan lambat tidak teratur· Bunyi jantung lambat· Mungkin timbul hipo
glikemi dan asidosisi metabolic
c. Stadium lanjut hipotermia· Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang· Bagian tubu
h lainnya pucat· Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada· punggung, kaki dan ta
ngan (sklerema) .
D.Etiologi
1. Prematuritas2. Asfiksia3.
Sepsis4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral5. Pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin
E.Komplikasi
F.Penanganan
v Intervensi :1. Jelaskan pada anggota keluarga bahwa neonatus lebih rentan terhadap
kehilangan panas.2. Ajarkan tanda-
tanda awal hipotermia : kulit dingin, pucat, menggigil.3. Jelaskan perlunya minum air 8-
10 gelas setiap hari4. Jelaskan perlunya menghindari alkohol pada cuaca yang sangat dingin.5. A
jarkan untuk mengenakan pakaian ekstra.
v Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.v Prinsip penanganan
hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimuthangat (tapi hanya
pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak)atau menempatkan
pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasiendalam kondisi sadar).
p. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonaturum
2.1.1. Pengertian
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus yang berarti kencang atau
tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkano l e h n e u r o t o k s i n ya n g d i h a s i l k a n o l e h Clostridium tetani. Tetanus
berdasarkan gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum),
tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus
generalisasi dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya N e o n a t a l ( b e r a s a l
d a r i neos y a n g b e r a r t i b a r u d a n natus y a n g b e r a r t i l a h i r ) merupakan suatu istilah
kedokteran yang digunakan untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari
kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang
terjadi padamasa neonatal.
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus
neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi
akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf
pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium Tetani
memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi pada bayi
sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang
rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S,
1995).
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat berakibat
fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium tetani gram
positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf pusat.
2.1.2. Etiologi
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk
spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan
sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka,
bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum. (Sudarjat S, 1995).
a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
2.1.4. Epidemiologi
Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan
membentuk sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick).
Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk
perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup
bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat ditemukan
pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan.
2.1.5. Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang
yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan
dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua
sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di
Indonesia.
Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika infeksinya ringan.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus (Ilmu
Kesehatan Anak, 1985).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis sangat
spesifik yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
6. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardonikus
8. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.
2.1.7. Pencegahan
2.1.7.1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih
1. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai bersih.
Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 – 30 “ .
Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk
menjaga lingkungan bebas dari infeksi.
2. Bersih alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani bisa
menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..
3. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang
pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua menggunakan otoklaf :
106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat tidak dibungkus.
Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan baik yaitu
mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol
dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika
sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan lagi sampai luka bekas tali
pusat kering betul (selama 3 – 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada
bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri,
antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan
menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya
tetanis neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua,
serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus
dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara
TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin
tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup
waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke
tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin
apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT
tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak
mendapatkan imunisasi .
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang
dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas mula-
mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per
hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian
diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan
diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang
diberikan lewat rektum.
2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis
10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari panas turun.
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan
nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.Gangguan pernafasan
yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-
otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring
menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya
poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas
udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-
menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.
b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang,
karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah
berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea
dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus
jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6
x/menit.
Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan
hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.
6. Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya
perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka
cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik,
kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya
sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya
menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan
pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan
hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak
selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu
dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di
puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih
yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat
yang baik.
1.5.2. Asuhan bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyulit dan komplikasi
a. Diare
A. Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga sebagai buang air besar
yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi di
katakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatan diare bila
sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
a. Etiologi
Diare dapat di sebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan
psikologi.
1. Infeksi
a) Enternal, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
· Infeksi bakteri:i.
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas hominis), serta jamur
(Candida albicans)
b) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi.
b) Lemak.
c) Protein.
b. Patogenesis
1) Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
terjadi peningkatan isindari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
dan akhirnya timbullah diare.
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut akan berkembang baik (multiplikasi) di dalam usus halus.
4. Toksin diare genik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
· Cengeng, rewel.
· Gelisah.
· Suhu meningkat.
· Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya. Kelamaan, feses ini
akan berwarna hijau dan asam.
· Anus lecet.
· Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tenana darah,
nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan di akhiri dengan
syok.
e. Komplikasi
Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan lebih dari 10-15% BB.
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume
darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
6. Kejang.
7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami
kelaparan.
f. Penatalaksanaan
3. Obat-obatan.
v Jumlah cairan yang di berikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika
diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini di berikan dalam 4 jam pertama dan sisanya
adlibitum.
v Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka di berikan cairan 25-100 ml/kgBB
dalam sehari atau setiap jam 2 kali.
v Oralit di berikan sebanyak kurang lebih 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi
ringan sampai berat.
· Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir +1/2 sendok teh garam dapur halus +1
gelas air masak atau air hangat.
Cara tradisional.
3 liter air + 100 gr atau 6 sendok makan beras di masak selama 45-60 menit.
Cara biasa.
4. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-menerus dengan
lingkungan yang tidak baik.
1. Etiologi
v Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan elergen, sehingga muncul eritema.
v Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha
atas.
v Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula, dan ulserasi.
3. Penatalaksanaan
· Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harusdibiarkan terbuka dan
tetap kering.
· Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi .
· Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi.
· Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi cukup.
· Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urin dalam air yang di campur acidum
borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.
c. Hemangioma
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular jinak akibat proliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada
setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak
berusia 1 tahun (5-10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan(30%) atau
muncul beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada
permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, dada, atau kaki. Hemangioma merupakan tumor
vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pada orang tua, contohnya adlah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak,
kecil, red,-purple papule pada kulit orang tua.
a. Pembagian
I. Nevus flammeus
Daerah kaviler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah, berwarna
merah, ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan sebdermis)yang
tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengeruk dan mengilang dengan sendirinya.
b. Penatalaksanaa
Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada bayi
baru lahir, sehingga orangtua tidak perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.
d. Seborrhea
a. Pengertian
Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki
banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di daerah kepala.
b. Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum di ketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang
menyatakan beberapa faktor penyebab sebhorrea yaitu sebagai berikut.
· Faktor hereditas, yaitu bisa di sebabkan karena adanya faktor keturunan dari orang tua.
c. Penatalaksanan
Walaupun secara kausal masi belum di ketahui, tetapi penyembuhannya bisa di lakukan dengan
obat-obat topikal, seperti sampo yag tidak berbusa (keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali
perminggu) dan krim selenium sulfida/Hgpresipitatus albus 2%.
e. Bisul
a. Definisi bisul
Selulitis/ abses/ bisulan adalah infeksi pada kulit, dengan gejala kulit merah/ bengkak,
disertai nyeri hebat yang terbentuk dalam kulit oleh peradangan terbatas dari korium pada
jaringan subkutan manapun. Bengkak disertai nyeri tekan (bayi menangis bila disentuh ), serta
bengkak disertai fluktuasi. Infeksi ini biasanya dijumpai pada hari ke-3 atau lebih.Furunkel
(bisul) mengelilingi nekrotis sentral atau inti disebabkan oleh stapholococcus yang memasuki
kulit melalui folikel rambut. S. aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering,
ia dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis, artritis septik, infeksi luka, abses,
pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis dan penyakit yang diperantarai toksin, termasuk
keracunan makanan.Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul biasa dipanggi pekung (carbuncles) tetapi perubahan pada kulit
seperti ini tidak biasa berlaku pada kanak-kanak.Secara medis, bisul adalah infeksi kuman pada
folikel rambut dan kelenjar minyak kulit. Bisul merupakan salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh kuman. Penyakit ini sering dijumpai pada anak karena daya tahan kulitnya
terhadap invasi kuman belum sesempurna orang dewasa. Kelainan berupa masa padat kemerahan
berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat gelembung bernanah. Kemudian melunak menjadi abses
lalu pecah. Biasanya mengeras dan terdapat pada bokong, kuduk, belakang bagian leher,
dibawah ketiak, badan dan tungkai, dan sekeliling pinggang, pangkal paha, atas kaki,
punggung. Furunkel (boil/bisul) dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut
sebagai furunkulosis.
b. Etiologi/ Penyebab
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm, susunan
bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan
gram tampak berwarna ungu.
5. Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha
dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari
tangan.
c. penatalaksanaan
· Memberikan sabun anti bakteri atau antibiotik topikal (salep atau krim) pada bisul.
· Beri tahu kpada orang tua bayi bahwa jangan perna memencet atau mencoba memecahkan
bisul karenabisa memperburuk dan menyebarkan infeksi.
f. Obstipasi
a. Pengertian
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna. Bisa juga didefenisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari
atau lebih. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
b. Etiologi
· Kebiasaan makan
Obstipasi akan timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untuk buang air
besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan mengonsumsi mkanan yang
kurang mengandung selulosa.
· Hipotiroidisme.
· Keadaan-keadaan mental.
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat
yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar.
· Penyakit organik.
· Kelainan kongenital.
· Penyebab lain.
Penyebab lainnya diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa
sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik, atau pada anak setelah sakit, ketika anak masih
kekurangan cairan.
v Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak
mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
v Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot,.
d. Pembagian
· Obstipasi akut, yaitu rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara
mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema.
· Obstipasi kronik, yaitu rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami perengangan
berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak
menyebabkan rektum merengang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada
dinding rektum lebih lanjut, flaksid, dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.
e. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut.
v Perdarahan.
v Ulserasi.
v Obstruksi parsial.
v Diare intermiten.
v Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses
defekasi.
f. Penatalaksanaan
Ø Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan, dan kondisi psikis.
Ø Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah di anjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, dan laktasif.
g. Meninggal mendadak
1. Definisi
Sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome-sids) terjadi pada bayi yang sehat,
saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih
4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.
2. Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum di ketahui, namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sbb.
§ Bayi prematur.
3. Penatalaksanaan
v Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa
dukanya.
v Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan
pertanyaan.
v Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar.
v Berin keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi
tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian bayi tersebut.
v Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan orang tua selama beberapa bulan
pertama, paling tidak sampai melewti bayi yang meninggal sebelum nya.
6.Melaksanakan asuhan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
6.1. Asuhan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
a. Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap
pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal
(skor APGAR, refleks ); penilaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan
morfologi/fisiologi ); pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang badan;
serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus),dibedakan
menurut tiga kategori.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera
setelah lahir. Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the
newborn):
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.
d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek dan harus diawasi setiap
hari.
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama ibu, diikatkan
dipergelangan tangan atau kaki.
h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus atau rawat intenif.
i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya
penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinisasi (globulin) pada bayi.
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :
d. Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada,
abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia).
g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas
(LLA), menimbang berat badan (BB), dan mengukur panjang badan (PB) bayi.
TANDA 0 1 2
Appearance (warna
kulit) Blue (seluruh tubuh Body pink, Limbs All pink (seluruh
biru atau pucat) blue(tubuh tubuh kemerahan)
kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse (denyut jantung)
Absent (tidak ada) <100 >100
Grimace (refleks)
None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus otot)
Limp (lumpuh) Some flexion of Aktive movement,
limbs (ekstremitas Limbs well flexed
sedikit ekstrim) (gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort
(usaha bernafas) None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(lambat, tidak (menangis kuat)
teratur)
TABEL NILAI APGAR
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini :
a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnion (volume) apakah selama
kehamilan terjadi hidramnion/oligohidramnion.
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, apakah terdapat perkapuran,
nekrosis, berat plasenta dan jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar
identik/tidak.
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri, ada tali simpul.
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram), PB (45-50 cm), LK (33-
35cm), LD (30-33cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga dikaji, antara lain :
a. Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi.
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestional, poli/oligohidramnion.
d. Faktor perinatal, meliputi prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan,
gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segeralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut ini :
a. Pemeriksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-
tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan
dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan
warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas
yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan.
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head toe to secara sistematis.
g. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang
diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan.
2. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi
berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dala batas normal.
b. Warna Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c. Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap maish
normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu,
ulangi penghitungan denyut jantung.
d. Suhu Aksiler
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit
ekstensi. Pada bayi dengan letak sengsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh
pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g. Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.
h. Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda
Mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau selanjutnya dan eritema
toksikum pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh,
punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.
i. Tali Pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil
dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
j. Berat Badan
3. Pemerikriksaan Fisik
a. Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal
haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan
punggung.
b. Muka
Tanda-tanda paralisis.
c. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea,
katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
d. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
e. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.
f. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis.
g. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid, hemangioma,
tanda abnormalitas kromosoman lain-lain.
h. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
i. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung
dan pernafasan.
j. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis, hipospodia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dan lain-lain.
l. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus/pes equinovalgus.
m. Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
n. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/bercak berambut, dan lain-lain.
o. Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
p. Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting,
palmar grasp, rooting, startle, menghisap, tonic neck.
q. Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA.
r. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir normal
biasanya kencing lebih dari enam kali perhari. Bayi baru lahr normal biasanya berak cair enam
sampai delapan kali perhari. Dicurigai diare apabia frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bayi baru lahirmempunyai variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat
sementara dan akan menghilang sesuai dengan pertumbuhan fisik. Tapi ada juga beberapa yang
menetap dan disebut sebagai “tanda lahir”. Berikut ini variasi penampilan yang normal pada bayi
baru lahir.
a) Kulit
Warna kulit bayi sangat bervariasi tergantung ras, usia, suhu dan keadaan bayi. Saat bayi
lahir, warna kulit mungkin berwarna keunguan, lalu berubah menjadi kemerahan setelah bayi
menangis keras dan dapt bernafas. Beberapa kulit bayi berwarna kekuningan. Hal ini dapat
merupakan respons normal tubuh terhadap jumlah sel darah merha yang banyak, tapi dapat pula
pertanda serius, terutama bila warna kekuningan bertambah dan menetap selama beberapa hari.
b) Kepala
Bentuk kepala dihari-hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam rahim
ataupun proses persalinan yang dialami, tapi akan kembali ke bentuk normal dalam seminggu
pertama. Bayi juga bisa mengalami cephal hematoma yaitu benjolan dikepala bagian samping
akibat adanya darah yang terkumpul di antara kulit dan tulang tengkorak. Hal ini bisa terjadi
karena adanya kesulitan proses persalinan, bisanya terjadi 24-48 jam pasca persalinan. Tapi tidak
mempengaruhi otak bayi dan bisa menghilang beberapa minggu. Keadaan ini tidak
membutuhkan perawatan khusus.
c) Telinga
Bentuknya bisa tidak sama antara kanan dan kiri, kadang terlipat, dan kadang berbulu. Tapi
hal ini tidak akan menetap, melainkan akan menuju ke bentuk sempurna. Rambut di sekitar
telinga pun akan rontok.
d) Bibir
Bibr bayi akan kering untuk sementara waktu, yang disebut sucking blister. Hal ini terjadi
akibat gesekan antara bibir bayi dengan puting atau aerola. Kulit
e) Payudara
Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi baru lahir baik laki-laki maupun perempuan dalam
tiga hari pertama kehidupannya. Hal ini disebut newborn breast swelling, yang dihubungkan
dengan hormon ibu dan menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
f) Alat kelamin
Alat kelamin dapat terlihat membengkak atau mengeluarkan cairan. Tampilannya dapat
berbeda sesuai usia kehamilan. Bayi prematur mempunyai klitoris menonjol dengan labia/bibir
vagina yang dalam. Semakin cukup bulan labia semakin kesisi luar.
Bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan atau mukus kemerahan dari vagina dalam minggu
pertama kehidupan. Kejadian normal ini dihubungkan dengan hormon ibu. Bayi prematur laki-
laki mempunyai skrotum yang rata dan halus dengan testis yang belum turun (sebaiknya testis
turun sebelum usia 6 bulan). Bayi lebih bulan menampakkan garis-garis pada skrotum dengan
testis yang sudah turun.
g) Tanda Lahir
Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya ditemui dipunggung bagian bawah
hingga bokong, meskipun dapat juga dijumpai dibagian lain. Beberapa jenis tanda lahir berikut
ini dapat membantu memastikan apakah tanda lahir tersebut normal :
Vernix Caseosa
Vernix caseosa adalah substansi berwarna putih, licin, seperti keju melapisi kulit bayi baru
lahir. Fungsinya melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernix dapat tidak terlihat
pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkan dan biasanya diserap kulit.
Lanugo
Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama dipunggung, dahi dan pipi. Lanugo
lebih terlihat pada bayi prematur. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan.
Milia
Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada hidung bayi baru lahir. Dapat
pula muncul didagu dan dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan dapat
menghilang sendiri. Bila terdapat dimulut dan gusi disebut epstein pearls.
Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan dikelopak mata, di antara mata, bibir
atas dan belakang leher. Bercak ini terlihat jelas ketika bayi menangis dan akan menghilang
dengan sendirinya.
Mongolian spots
Mongolian spots adalah bercak biru keunguan seperti memar pada bagian bawah belakang
bayi dan bokong. Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya menghilang pada
usia 4 tahun.
Tanda lahir berwarna coklat muda ini bersifat permanen dan muncul pada saat lahir atau
beberapa hari kemudian.
Erythema toxicum
Erythema toxicum adalah bercak kemerahan pada abyi baru lahir. Sering terdapat di dada
dan punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir mengalami kejadian ini
pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada bayi prematur. Penyebabnya tidak diketahui.
Keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
Acne neonatorum
Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan pertama. Biasanya dipipi dan
dahi. Hal ini disebabkan oleh hormon ibu dan akan menghilang dalam beberapa bulan. Jerawat
ini tidak boleh dipencet karena dapat menyebabkan infeksi.
Strawberry hemangioma
Adalah area menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang seperti strawberry yang
dibentuk oleh penumpukkan pembuluh darah prematur. Strawberry hemangioma sering terlihat
dikepala. Umunya tidak muncul pada saat lahir, tetapi baru terlihat pada usia 2 bulan. Tanda lahir
ini dapat membesar untuk beberapa bulan, dan secara bertahap menghilang, dan biasanya
menghilang sempurna saat usia 9 tahun.
Port wine stain adalah tanda lahir berupa bercak tidak menonjol berwarna pink, merah,
ungu. Tanda lahir ini berasal dari penumpukan kapiler dan biasanya muncul di kepala dan leher.
Ukurannya dapat kecil atau menutupi seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna
atau menghilang bila ditekan.
Keseimbangan kalori dan cairan pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa, cairan tubuh bayi
sebanyak 70-75% beratbadan. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan banyaknya cairan
tubuh orang dewasa yaitu 60-65%. Kebutuhan keseimbangan cairan pada bayi dihitung
berdasarkan intake-output, insensible loss dan kebutuhan tumbuh kembang.
Kebutuhan kalori bayi baru lahir terutama digunakan untuk memenuhi pertumbuhan,
perkembangan dan metabolisme. Bayi sampai usia 1 tahun kebutuhan basal 55 kkal/kgBB/hari.
Jika demam, tiap kenaikan suhu 1°C dan kebutuhan kalori meningkat 10%. Untuk aktifitas fisik,
bayi membtutuhkan 15-25 kkal/kgBB/hari. Untuk memenuhi kebutuhan specific dynamic
action bayi memerlukan 7-8% dari total kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori rata-rata bayi
sampai usia 1 tahun sekitar 100-120 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori ini menurun 10
kkal/kgBB/hari setiap tahun, sampai usia 3 tahun, selanjutnya kebutuhan kalori rata-rata 50-100
kkal/kgBB/hari sampai usia pubertas. Pada usia dewasa kebutuhan kalori rata-rata 40-50
kkal/kgBB/hari.
Tabel Kebutuhan Cairan Menurut Usia
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( Jika payudara penuh ) atau kebutuhan bayi
setiap 2 – 3 jam ( paling sedikit setiap 4 Jam ), bergantian antara payudara kiri dan kanan.
BAK
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih,
hangat dan kering maka setelah BAK harus diganti popoknya.
BAB
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal
lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu
feses bayi bisa bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan,
feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji dan
bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk
padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu
formula kadang suka bebelan (susah b a b) sedangkan yang mendapat ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu
dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur
bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila
ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah
feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum
ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tettap susui
bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah
atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada
bayi rujuk.
Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu karena frekuensi b a b bayi tidak sama dengan orang
dewasa, padahal frekuensi b a b pada setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi
b a b nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum
menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5
kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus.
Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak b a b selama 2 sampai 4 hari bahkan
bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang
tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik, feses
yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak
lendir atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan bert badan bayi. Jadi yang penting
lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari belul b a b,
dan bayinya anteng – anteng saja mungkin memang belum waktunya b a b.
Bayi yang pencernaannya normala akan b a b pada 24 jam pertama setelah lahir. B a b pertama
ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang
merupakan produk dari sel – sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam
kanadungan. B a b pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah
pencernaannya normal atau tidak.
Frekuensi bab yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai nila warnanya
putih atau disertai darah.
Menurut Dr Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi
kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan
bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb.
Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangan dipengaruhi oleh susu
yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan
cenderung cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan
ASI penuh., dari foremilk (ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul
dari Proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam
hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila
dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan
berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan
memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu
formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning
tua, agak coklat, coklat tua, kuning kecoklatan atau coklat kehijauan.
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini
berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja,
sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat
bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih
banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap
membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau
foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini
yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya
mengandung sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses
pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ
terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini berarti bayi
mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit.
Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus. Sayangnya
disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses
menyusunya mencapai hindmilk anak sudah terlanjur diberi susu formula hingga
kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif.
Perbaiki penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya :
susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya.
Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan harus
melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat
menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak
hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi
tinggal di test saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap
muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu,
maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila
bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya
butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena
makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau
penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau
menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.
Waspada !!!....baik yang encer maupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling
riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu. Ini berarti
cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas
dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini
nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena
umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang
masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.
4. Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan
ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin.
Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan –
lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang
hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur
bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5
bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang
tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi
mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidudrpun semakin
berkurang, kira2 3 kali dan terus berlkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan. Menjelang 1
tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur
berkisar antara 12 – 14 jam.
Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari adalah
waktu untuk bangun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermaiin hanya disiang
hari saja, tidak di malam hari.
Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di
tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di
ruangan lain.
Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup
Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata
kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan
dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan
seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15
dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu hingga 2-3 malam. Jika gagal henetikan dulu
prosedur ini dan coba lagi setelah 1 bulancara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston’s
Children Hospital).
Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas dengan
cermat agar tidak mudah lepas
Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika tidur.
Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi
saat bangun dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi kepala saat bayi tidur terlentang.
Kebersihan kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari
tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
Telah banyak di lakukan uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan
luka hanya dengan air bersih.
Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya
populer dan terbukti efektif untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan
mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.
Cara yang paling efektif adalah dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan
hanya di bersihkan setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban pada kulit bayi.
KEAMANAN
Pencegahan infeksi adalah satu aspek penting dalam perlindungan dan keamanan pada
bayi baru laahir, yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Mencuci tangan sebeum dan sesudah menangani bayi merupakan cara efektif untuk
mencegah infeksi.
2. Setiap bayi harus mempunyai alat dan pakaian tersendiri untuk mencegah infeksi silang.
4. Mencegah anggotan tenaga atau tenaga kesehatan yang sedang sakit menangani bayi.
Stafilokokos merupakan penyebab tersering infeksi nosokamal. Kadang beberapa rumah sakit
menggunakan cairan antiseptic atau sabun. Contoh yang mengandung heksaklorophan
untuk mencegah kemungkinan infeksi tersebut.
5. Memandikan bayi tidk boleh sering-sering dilakukan karena akan berdampak pada kulit
yang belum sempurna, bagian muka, lipatan-lipatan kulit , dan bagian dalam popok dapat
dibersihkan 1-2 kal/ hari untuk mencegah lecet/ tertumpuknya kotoran pada daerah tersebut..
2. Menyendawakan bayi setelah menyusui untuk mencegah aspirasi pada saat terjadi gumoh
atau muntah.
Pencegahan Hipotermia :
2. Pada saat memandikan bayi, perhatikan atau cek suhu air terlebih dahulu. Hindarkan
memasukan air panas terlebih dahulu karena akan menyebabkan panas yang lama pada baagiaan
dasar bak mandi.
3. Gunakan bak maandi yang tidak tinggi/terlalu ddalam, alu isi dengan iar kurang dari
setengah tinggi bak mandi untuk mencegah bayi tenggelam.
4. Memnidahkan bayi haarus dengan menggunakan kain untuk menghindari jatuh karena
permukaan kulit yang licin dan pergerakan bayi.
5. Jika menggunakan peniti untuk mengikatkan popok, gunakan salah satu tangan di dalam
popok untuk memastikan bayi tidak sampai tertusuk peniti tersebut.
6. Pergunakan sarung tangan bayi untuk mencegah luka karena kuku bayi yang panjang.
7. Sarung tangan bayi yang digunakan harus elastic tidak ketat untuk mencegah penekanan
terhadap sirkulasi darah ke bagian jari tangan.
8. Bayi tidak perlu memerlukan bntal sampai usia 2 tahun, jangan menempatkan bantal diatas
kepala agar wajah tidak tertutup oleh bantal.
Tanda-Tanda Bahaya
b. Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas
tambahan.
d. Warna kulit abnormal/ bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning.
g. Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah
terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau berdarah/ lender.
b. Kehangatan terlalu panas ( > 38° c atau terlalu dingin < 36ºc )
c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
f. Tinja/ urin, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah
pada tinja.
g. Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang. menangis terus menerus.
PENYULUHAN SEBELUM BAYI PULANG
Telah banyak di lakukan uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan
luka hanya dengan air bersih.
Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya
populer dan terbukti efektif untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan
mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.
Cara yang paling efektif adalah dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan
hanya di bersihkan setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban pada kulit bayi.
2. Pemberian ASI
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya. Sedangkan ASI
eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan tanpa
makanan minuman lain selain obat (jika sakit).
ASI eksklusif juga berperan dalam mengoptimalkan hasil akhir kesehatan. Bayi harus diberi ASI
eksklusif (tanpa susu formula atau makanan lain selama 6 bulan pertama), penambahan makanan
pendamping yang sesuai diberikan pada paruh kedua tahun pertama (usia 6 bulan ke atas).
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. Ini juga mengacu pada
resolusi World Health Assembly (WHA. 2001). Disitu dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama,
selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi mulai diberi makanan pendamping ASI yang cukup
dan aman, dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun.
ASI merupakan santapan pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan alamiah,
mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal. Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya pemahaman ibu,
keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan atau minuman secara dini
pada sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI
eksklusif.
Di Indonesia, pemberian ASI masih belum optimal, hanya 4% bayi baru lahir yang disusui pada
jam pertama kelahiran (26% pada hari yang sama), hanya 39,5% yang menyusui secara eksklusif
0-6 bulan. Rekomendasi WHO menyusui eksklusif pada 6 bulan pertama belum optimal
dilaksanakan.
Manfaat ASI eksklusif pada 6 bulan pertama
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan
perkembangannya. ASI emmberi semua energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi
selama 6 bulan pertama hidupnya.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit
ynag umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan
bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Disinilah peran bidan untuk meyakinkan ibu yang baru emlahirkan bahwa bayi bahkan tahan
tidak menyusui hingga 2×24 jam dari lahir, bila ASI belum keluar. Jadi jangan terburu-buru
membeli susu formula bila ASI hanya keluar sedikit-sedikit.
4. Sesaat setelah bayi lahir lakukan early latch on yaitu bayi diserahkan langsung kepada
ibunya untuk disusui. Selain mengetes refleks menghisap bayi, tindakan ini juga untuk
merangsang payudara segera memproduksi ASI pertama (kolostrum) yang sangat diperlukan
untuk antibody bayi.
5. Bila ASI belum keluar, bidan melakukan massase pada payudara atau emngompres dengan
air hangat sambil terus mencoba menyusui langsung pada bayi. Biasanya ASI baru lancar pada
hari ketiga setelah melahirkan. Selama ASI belum lancar terus coba menyusui bayi
6. Beritahu keluarga klien untuk memberi dukungan kepada ibu dan relaksasi untuk
memperlancar ASI
7. Anjurkan klien untuk menjaga asupan makanan dengan menu 4 sehat 5 sempurna
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat refleks
menghisap bayi
Posisi
1. Posisi madona atau menggendong : bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung
atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk
memegang payudara jika diperlukan
2. Posisi football atau mengepit : bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan
samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan
3. Posisi berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini
merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses
persalinan melalui pembedahan
4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu
6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi
7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
bagian dalam
2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang
dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti
gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)
dibelakang areola
4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur kebawah
5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan
belakang kepala
6. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bay
8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum
molle)
9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI
akan keluar
10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi
11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud
untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi
3. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara (payudara bagian
bawah)
4. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja), sehingga
sebagian besar areola tidak tampak
10. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti sesaat
2. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi berputar
1. Bayi BAK setidaknya 6x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
3. Bayi relaks dan puas setelah minum, terbaik bila bayi melepaskan puting susu sendiri. Bayi
yang selalu tidur bukanlah pertanda baik
5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
a. Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap
pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal
(skor APGAR, refleks ); penilaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan
morfologi/fisiologi ); pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang badan;
serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus),dibedakan
menurut tiga kategori.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera
setelah lahir. Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the
newborn):
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.
d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek dan harus diawasi setiap
hari.
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama ibu, diikatkan
dipergelangan tangan atau kaki.
g. Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau dalam inkubator jika ada
indikasi.
h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus atau rawat intenif.
i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya
penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinisasi (globulin) pada bayi.
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :
d. Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada,
abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia).
g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas
(LLA), menimbang berat badan (BB), dan mengukur panjang badan (PB) bayi.
TANDA 0 1 2
Appearance (warna kulit)
Blue (seluruh tubuh biru Body pink, Limbs All pink (seluruh tubuh
atau pucat) blue(tubuh kemerahan, kemerahan)
ekstremitas biru)
Pulse (denyut jantung)
Absent (tidak ada) <100 >100
Grimace (refleks)
None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus otot)
Limp (lumpuh) Some flexion of limbs Aktive movement,
(ekstremitas sedikit Limbs well flexed
ekstrim) (gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort (usaha
bernafas) None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(lambat, tidak teratur) (menangis kuat)
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini :
a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnion (volume) apakah selama
kehamilan terjadi hidramnion/oligohidramnion.
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, apakah terdapat perkapuran,
nekrosis, berat plasenta dan jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar
identik/tidak.
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri, ada tali simpul.
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram), PB (45-50 cm), LK (33-
35cm), LD (30-33cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga dikaji, antara lain :
a. Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi.
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestional, poli/oligohidramnion.
d. Faktor perinatal, meliputi prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan,
gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segeralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut ini :
a. Pemeriksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-
tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan
dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan
warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas
yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan.
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head toe to secara sistematis.
g. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang
diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan.
2. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi
berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dala batas normal.
b. Warna Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c. Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap maish
normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu,
ulangi penghitungan denyut jantung.
d. Suhu Aksiler
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit
ekstensi. Pada bayi dengan letak sengsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh
pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g. Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.
h. Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda
Mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau selanjutnya dan eritema
toksikum pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh,
punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.
i. Tali Pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil
dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
j. Berat Badan
3. Pemerikriksaan Fisik
a. Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal
haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan
punggung.
b. Muka
Tanda-tanda paralisis.
c. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea,
katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
d. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
e. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.
f. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis.
g. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid, hemangioma,
tanda abnormalitas kromosoman lain-lain.
h. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
i. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung
dan pernafasan.
j. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis, hipospodia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dan lain-lain.
l. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus/pes equinovalgus.
m. Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
n. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/bercak berambut, dan lain-lain.
o. Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
p. Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting,
palmar grasp, rooting, startle, menghisap, tonic neck.
q. Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA.
r. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir normal
biasanya kencing lebih dari enam kali perhari. Bayi baru lahr normal biasanya berak cair enam
sampai delapan kali perhari. Dicurigai diare apabia frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bayi baru lahirmempunyai variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat
sementara dan akan menghilang sesuai dengan pertumbuhan fisik. Tapi ada juga beberapa yang
menetap dan disebut sebagai “tanda lahir”. Berikut ini variasi penampilan yang normal pada bayi
baru lahir.
a) Kulit
Warna kulit bayi sangat bervariasi tergantung ras, usia, suhu dan keadaan bayi. Saat bayi
lahir, warna kulit mungkin berwarna keunguan, lalu berubah menjadi kemerahan setelah bayi
menangis keras dan dapt bernafas. Beberapa kulit bayi berwarna kekuningan. Hal ini dapat
merupakan respons normal tubuh terhadap jumlah sel darah merha yang banyak, tapi dapat pula
pertanda serius, terutama bila warna kekuningan bertambah dan menetap selama beberapa hari.
b) Kepala
Bentuk kepala dihari-hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam rahim
ataupun proses persalinan yang dialami, tapi akan kembali ke bentuk normal dalam seminggu
pertama. Bayi juga bisa mengalami cephal hematoma yaitu benjolan dikepala bagian samping
akibat adanya darah yang terkumpul di antara kulit dan tulang tengkorak. Hal ini bisa terjadi
karena adanya kesulitan proses persalinan, bisanya terjadi 24-48 jam pasca persalinan. Tapi tidak
mempengaruhi otak bayi dan bisa menghilang beberapa minggu. Keadaan ini tidak
membutuhkan perawatan khusus.
c) Telinga
Bentuknya bisa tidak sama antara kanan dan kiri, kadang terlipat, dan kadang berbulu. Tapi
hal ini tidak akan menetap, melainkan akan menuju ke bentuk sempurna. Rambut di sekitar
telinga pun akan rontok.
d) Bibir
Bibr bayi akan kering untuk sementara waktu, yang disebut sucking blister. Hal ini terjadi
akibat gesekan antara bibir bayi dengan puting atau aerola. Kulit
e) Payudara
Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi baru lahir baik laki-laki maupun perempuan dalam
tiga hari pertama kehidupannya. Hal ini disebut newborn breast swelling, yang dihubungkan
dengan hormon ibu dan menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
f) Alat kelamin
Alat kelamin dapat terlihat membengkak atau mengeluarkan cairan. Tampilannya dapat
berbeda sesuai usia kehamilan. Bayi prematur mempunyai klitoris menonjol dengan labia/bibir
vagina yang dalam. Semakin cukup bulan labia semakin kesisi luar.
Bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan atau mukus kemerahan dari vagina dalam minggu
pertama kehidupan. Kejadian normal ini dihubungkan dengan hormon ibu. Bayi prematur laki-
laki mempunyai skrotum yang rata dan halus dengan testis yang belum turun (sebaiknya testis
turun sebelum usia 6 bulan). Bayi lebih bulan menampakkan garis-garis pada skrotum dengan
testis yang sudah turun.
g) Tanda Lahir
Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya ditemui dipunggung bagian bawah
hingga bokong, meskipun dapat juga dijumpai dibagian lain. Beberapa jenis tanda lahir berikut
ini dapat membantu memastikan apakah tanda lahir tersebut normal :
Vernix Caseosa
Vernix caseosa adalah substansi berwarna putih, licin, seperti keju melapisi kulit bayi baru
lahir. Fungsinya melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernix dapat tidak terlihat
pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkan dan biasanya diserap kulit.
Lanugo
Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama dipunggung, dahi dan pipi. Lanugo
lebih terlihat pada bayi prematur. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan.
Milia
Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada hidung bayi baru lahir. Dapat
pula muncul didagu dan dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan dapat
menghilang sendiri. Bila terdapat dimulut dan gusi disebut epstein pearls.
Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan dikelopak mata, di antara mata, bibir
atas dan belakang leher. Bercak ini terlihat jelas ketika bayi menangis dan akan menghilang
dengan sendirinya.
Mongolian spots
Mongolian spots adalah bercak biru keunguan seperti memar pada bagian bawah belakang
bayi dan bokong. Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya menghilang pada
usia 4 tahun.
Caf’e au lait spots
Tanda lahir berwarna coklat muda ini bersifat permanen dan muncul pada saat lahir atau
beberapa hari kemudian.
Erythema toxicum
Erythema toxicum adalah bercak kemerahan pada abyi baru lahir. Sering terdapat di dada
dan punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir mengalami kejadian ini
pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada bayi prematur. Penyebabnya tidak diketahui.
Keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
Acne neonatorum
Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan pertama. Biasanya dipipi dan
dahi. Hal ini disebabkan oleh hormon ibu dan akan menghilang dalam beberapa bulan. Jerawat
ini tidak boleh dipencet karena dapat menyebabkan infeksi.
Strawberry hemangioma
Adalah area menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang seperti strawberry yang
dibentuk oleh penumpukkan pembuluh darah prematur. Strawberry hemangioma sering terlihat
dikepala. Umunya tidak muncul pada saat lahir, tetapi baru terlihat pada usia 2 bulan. Tanda lahir
ini dapat membesar untuk beberapa bulan, dan secara bertahap menghilang, dan biasanya
menghilang sempurna saat usia 9 tahun.
Port wine stain adalah tanda lahir berupa bercak tidak menonjol berwarna pink, merah,
ungu. Tanda lahir ini berasal dari penumpukan kapiler dan biasanya muncul di kepala dan leher.
Ukurannya dapat kecil atau menutupi seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna
atau menghilang bila ditekan.
Keseimbangan kalori dan cairan pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa, cairan tubuh bayi
sebanyak 70-75% beratbadan. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan banyaknya cairan
tubuh orang dewasa yaitu 60-65%. Kebutuhan keseimbangan cairan pada bayi dihitung
berdasarkan intake-output, insensible loss dan kebutuhan tumbuh kembang.
Kebutuhan kalori bayi baru lahir terutama digunakan untuk memenuhi pertumbuhan,
perkembangan dan metabolisme. Bayi sampai usia 1 tahun kebutuhan basal 55 kkal/kgBB/hari.
Jika demam, tiap kenaikan suhu 1°C dan kebutuhan kalori meningkat 10%. Untuk aktifitas fisik,
bayi membtutuhkan 15-25 kkal/kgBB/hari. Untuk memenuhi kebutuhan specific dynamic
action bayi memerlukan 7-8% dari total kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori rata-rata bayi
sampai usia 1 tahun sekitar 100-120 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori ini menurun 10
kkal/kgBB/hari setiap tahun, sampai usia 3 tahun, selanjutnya kebutuhan kalori rata-rata 50-100
kkal/kgBB/hari sampai usia pubertas. Pada usia dewasa kebutuhan kalori rata-rata 40-50
kkal/kgBB/hari.
Perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam
kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan
eksterna (diluar kandungan ibu. Bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula
yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi, berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru
dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung, dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler dan
vena. Sistem ini berguna untuk membagikan bahan nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh
bagian tubuh kemudian mengangkut limbah metabolisme sel tubuh.
ð Denyut jantung BBL rata2 140 dtk/mnt dan volume darah pada BBL berkisar 80 – 110
ml/kg
3. Sistem ginjal
Pada BBL, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi ginjal yang
mirip dengan fungsi orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. BBL memiliki
rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare atau pola makan
yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan,
seperti dehidrasi atau edema.
4. Sistem gastrointestinal
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan,penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari
mulai mulut (oris) sampai anus. Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk
memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah
melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).
Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis
dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak dapat
diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang
melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs
yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin,
dan lipase pancreas.
• Stres fisik.
5. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.
• Konveksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak denganudara yang dingin di
sekitarnya.
• Radiasi :Proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-
benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya.
• Evaporasi : Proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah.
• Konduksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah
6. Adaptasi imunologi
Imunologi: ilmu yang mempelajari tentang sistem imun/kekebalan tubuh. Pengenalan, memori,
serta kespesifikan terhadap benda asing merupakan inti imunologi. konsep dasar respon imun
merupakan reaksi terhadap sesuatu yang asing. Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk
sekitar 20% dari semua protein dalam plasma darah. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga
ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin,
serta kolostrum.
RESPON IMUN
Tahap:
Sistem imunitas BBL belum matang, rentan berbagai infeksi dan alergi Sedangkan sistem
imunitas yang telah matang akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan didapat pada
tubuh Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yg mencegah atau meminimalkan
infeksi. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
7. Sistem reproduksi
Tetapi anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.
8. Sistem muskuluskletal
v Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertropi.
Refleks dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem
muskuloskeleat
Perubahan Fisiologis Sistem Neurologis pada Bayi Baru LahirPada saat lahir sistem saraf belum
terintegrasi sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra
uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yangdiberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang
lebih rendah dari otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis. BBL baru dapat menjalankan
fungsi pada tingkat batang otak.Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara bertahap
berkembang, membuat perilaku yang kompleks dan bertujuan. (Hamilton, 1995).
Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan tonus otot
merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. BBL memiliki banyak
reflek yang primitif. (Bobak, 2005).
2. Refleks rooting
5. Refleks grasping
6. Refleks stepping
8. Refleks babinski
Periksa mata
Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan
pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi jika disinari dia akan mengecil berarti dalam
keadaan normal. juga tanda – tanda infeksi seperti misal nya ada pus.
Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau kah ada hambatan,
kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langi-langit, reflek hisap, dinilai dengan mengamati pada saat
bayi menyusu atau dengan cara menekan sedikt pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukan jari
tangan anda untuk merasakan hisapan dari bayi. Perhatikan adanya kelainan congenital seperti
labiopalatoskizis.
6.1.3. Pijat bayi
1. Defenisi dan manfaat pijat
Pijat bayi adalah suatu sentuhan yang diberikan pada jaringan lunak yang memberi
banyak manfaat bagi anak maupun orang tua. Pijat bayi sebenarnya merupakan suatu bentuk
terapi sentuhan (touch therapy) yang sangat bermanfaat baik bagi bayi maupun orang
tuanya.Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat merangsang produksi ASI, meningkatkan nafsu
makan dan berat badannya. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orang tua dan anak,
serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi. Sentuhan alamiah pada bayi
sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi
terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat si bayi yang Anda cintai.
3) Bayi sudah selesai minum susu sekitar satu jam yang lalu.
4) Jangan sekali-kali memaksa bayi bila terlihat ia sedang tidak ingin dipijat.
Penting diperhatikan :
b. Sebelum memulai, lepas semua perhiasan pada kedua belah tangan Anda, seperti cicin dan
gelang.
c. Kuku jari tangan Anda dalam keadaan terpotong pendek dan bersih, agar kulit bayi tidak
tergores.
e. Lakukan di dalam ruangan yang hangat dan tidak pengap (aliran udara di dalam ruangan
lancar).
f. Baringkan bayi di atas tempat yang memiliki permukaan rata dan empuk, misalnya kasur
atau karet busa yang tebal.
a) Tidak boleh melakukan pijat bayi saat bayi sedang makan atau setelah menyusui, usahakan
minimal satu jam sebelum atau setelah melakukan hal tersebut.
b) Sebaiknya dilakukan sebelum bayi mandi, lalu dilanjutkan dengan mandi sehingga bayi
akan merasa lebih segar.
c) Usahakan anak dalam keadaan senyaman mungkin dan tidak boleh dalam keadaan
menangis.
d) Tingkat penekanan yang diberikan sama dengan saat orang dewasa menyentuh kelopak
matanya, jadi seperti dihusap saja. Jelas berbeda dengan private massage.
6) Pelajari dulu cara memijat bayi yang baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang
maksimal
1. Umur 0-1 bulan. Disarankan diberikan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus.
Sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut sebelum tali pusat lepas uput).
2. Umur 1-3 bulan. Disarankan diberikan gerakan halus disertai tekanan ringan.
3. Umur 3 bulan-1 tahun. Disarankan agar seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan
waktu yang makin meningkat.
4. Total waktu pemijatan disarankan 15 menit. Urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari
bagian tungkai, kaki, lengan, tangan, perut, dada, punggung, dan diakhiri bagian muka. Gerakan
memijat menuju ke arah jantung
a) Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga bermanfaat bagi anak yang
berpembawaan gugup
b) Remasan berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada gelendong
jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus
akan lebih melancarkan peredaran darah.Teknik remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai
atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit
gerakan memeras; mirip gerakan membuat adonan roti.
c) Teknik kocokan dilakukan dengan cara "menggulung". Tangan diletakkan sejajar dengan
anggota badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau mengaduk adonan. Teknik ini
bermanfaat untuk mengendorkan jaringan.
d) Teknik lingkar. Mula-mula dilakukan usapan, kemudian membuat bentuk lingkaran-
lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran besar kemudian mengecil. Dengan latihan,
lingkaran yang terbentuk akan makin bulat. Teknik urut lingkar, memberikan stimulasi pada
permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih dalam. Hasilnya, aliran darah meningkat
dan pembuluh darah lebih lebar.
3) Gerakan cincin mata. Membuat lingkaran di sekeliling mata dengan ujung jari.
4) Gerakan lingkar di pipi dengan cara menggambar lingkaran di pipi, mula-mula besar
kemudian makin kecil.
Selain untuk mengurut wajah, teknik urut serupa juga bisa untuk pemijatan bagian kaki, tungkai
dan lengan, perut, dada dan punggung.
a. Pijatan di kepala
1. Pegang wajah bayi anda dengan lembut diantara kedua tangan anda sambil berbicara
dengan suara yang menenangkan dan lembut. Tatap mata bayi anda ketika berbicara dan dengan
menggunakan kedua tangan berikan tekanan kebawah pada kedua sisi wajah. Ini akan memberi
rasa dekat pada anda berdua
2. Putar tangan anda kesamping dan selipkan dibawah kepala bayi. Topang berat kepala pada
bagian bawah telapak tangan sambil memijat kulit kepala dengan jari-jari anda yang bergerak
membentuk lingkara-lingkaran kecil
3. Gunakan ibu jari untuk menekan telinga. Tekan telinga dengan ibu jaridan jari telunjuk
sambil memberikan pijatan mulai dari atas telinga sampai ke cuping telinga
4. Gunakan jari untuk menekan leher kea rah bahu. Awali dengan jari kelingking dan gunakan
bagian ujung dari keempat jari anda secara berurutan
5. Putar tangan kebawah untuk mengistirahatkannya sejenak pada bahu depan bayi anda.
Tekan jari-jari pada kening bayi, pelipis, dan pipi. Gunakan kedua ibu jari untuk memijit daerah
di atas alis. Dengan tekanan lembut, tarik garis dengan ibu jari dari hidung ke arah pipi bayi.
Gunakan kedua ibu jari untuk memijit sekitar mulut, tarik hingga bayi tersenyum. Pijat lembut
rahang bawah bayi dari tengah ke samping seolah membuat bayi tersenyum. Pijat secara lembut
daerah di belakang telinga ke arah dagu.
1. Dahi : meyetrika dahi
Letakkan kedua jari tangan Anda pada pertengahan dahi lalu tekan jari-jari Anda dengan lembut
mulai dari tengah dahi bayi ke arah samping kanan dan kiri seolah menyeterika dahi.
5. Menekan pipi
Gerakkan kedua ibu jari Anda dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi
7. Belakang telinga
Dengan tekanan lembut gerakkan jari-jari kedua tangan Anda dari belakang telinga kanan dan
kiri ke tengah dagu.
d. Pijatan pada perut untuk meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit.
Untuk pemijatan di bagian perut hindari pemijatan pada tulang rusuk atau ujung tulang rusuk.
Lakukan gerakan memijat di atas perut bayi seperti mengayuh sepeda dari atas ke arah bawah
perut. Kemudian, angkat kedua kaki bayi dan tekan lututnya perlahan-lahan ke arah perut.
Buatlah bulan separuh terbalik dengan tangan kanan, mulai dari kiri ke kanan searah jarum jam.
Saat tangan kanan di atas, tangan kiri di bawah dan berputar mengikuti arah jarum jam
membentuk lingkaran penuh seperti matahari.
Letakkan ujung-ujung jari pada perut bayi di bagian kanan bawah dan buatlah gerakan dengan
tekanan sesuai arah jam dari kanan bawah ke kiri bawah guna memindahkan gelembung-
gelembung udaraDengan kedua telapak tangan usaplah dari tengah dada ke samping luar secara
lembut dan berulang-ulang
e. Pijatan tangan dan kaki untuk menghilangkan ketegangan dan memperkuat tulang.
Pegang lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang pemukul softball. Dengan
gerakan seperti memerah, pijat tangan bayi dari bahu ke pergelangan. Lakukan gerakan
sebaliknya, dari pergelangan ke arah pangkal lengan. Tarik lembut jari-jari bayi dengan gerakan
memutar. Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh permukaan telapak tangan dan
punggung tangan bayi. Gunakan kedua telapak tangan untuk membuat gerakan seperti
menggulung.
1. Lengan
a. Apabila memungkinkan gunakan kedua tangan anda dan tekan mulai dari bahu sampai
ujung jari bayi
b. Berpindahlah ke lengan kiri. Gunakan setiap tangan secara bergantian diawali dari bagian
bahu untuk memberikan remasan dan geser tangan kebawah sampai ke jari-jari bayi. Bukalah
jari-jari bayi anda
c. Apabila bayi anda memberikan reaksi yang positif, ulangi gerakan ini.namun apabila tidak
maka berikan gerakan effleurage(tekanan) pada seluruh lengan . pesan dalam pepatah
adalahn”apabila ragu-ragu, maka lakukan effleurage”. Penggunaan gerakan menekan dalam
pemijatan selalu sesuai.
2. Telapak tangan
Dengan kedua ibu jari, usaplah telapak tangan seolah membuat lingkaran kecil dari pergelangan
tangan ke arah jari-jemari. Sedangkan keempat jari lainnya mengusap punggung tangan
3. Peregangan Jari
Regangkan jari bayi satu per satu menuju ujung jari dengan gerakan memutar.Akhiri gerakan ini
dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari
Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua telapak tangan dan tangnan lain
dipergelangan tangan. Tarik lengan bayi dari bahu kepergelangan secara bergantian.
5. Gerakan menggulung
6. Gerakan akhir
Setelah semua gerakan dilakukan pada tangan kanan dan kemudian tangan kiri bayi, lalu lakukan
gerakan berikut:
Rapatkan kedua lengan bayi pada badannya, usap dengan lembut kedua lengan bayi dengan
kedua tangan Anda secara bersamaan mulai dari pundak sampai ke pergelangan tangan.
Pijat dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang punggung
bayi, luncurkan salah satu telapak tangan dari leher sampai ke pantat bayi dengan sedikit
tekanan. Buat gerakan melingkar dengan jari-jari, terutama pada otot di sebelah tulang belakang.
Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari leher ke kaki untuk mengakhiri pijatan.
Tengkurapkan bayi melintang di depan Anda. Gosoklah dengan gerakan maju mundur
menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang punggung bayi, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi
2. Gerakan menyetrika
Lakukan usapan dengan telapak tangan kanan Anda, menyerupai gerakan menyetrika, dimulai
dari pundak ke bawah sampai ke pantat
3. Gerakan melingkar
Buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan jari-jari kedua tangan Anda, mulai dari
batas leher atas turun ke bawah sampai batas leher bawah, kemudian ke samping menyusuri bahu
kanan dan kiri kemudian teruskan ke punggung sampai ke pantat.
4. Gerakan menggaruk
Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan Anda pada punggung bayi, kemudian
buat gerakan seperti menggaruk ke bawah memanjang sampai ke pantat bayi.
1. Pijat disekitar bokong. Berhati-hatilah untuk menghindari segala bentuk gosokan . lakukan
gerakan seperti mengaduk adonan pada otot-otot utana dengan cara meremas, meregangkan dan
melepaskan. Untuk melakukan ini hanya perlu menggunakan jari-jari tangan anda . otot-otot ini
adalah otot terdalam pada tubuh dan digunakan pada sebagian besar gerakan. Bahkan pada saat
kita duduk. Hindari bagian anus dari bayi anda
2. Dengan menggunakan 2 jari pertama dan ibu jari ,putar daging paha keatas kearah sacrum
(ujung dari tulang punggung ). Pastikan putaran ini menyabar dari bagian dasr bokong ke
samping tulang panggul
tekan dengan lembut ke bwah mulai dari kepala ke jari kaki untuk melengkapi bagian dari
pijatan ini. Tekanan yang ringan akan merangsang ujung syaraf.
7. Mendokumentasian asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
7.1. Pendokumentasian asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Dokumentasi adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat/ bidan dalam
melakukan catatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan.
Menurut Thomas (1994 cit. Muslihatun,dkk,2009), dokumentasi adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksisaan,
prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan, dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang di berikan.
Menurut Tung Palan (1983), dokumemtasi adalah suatu catatan yang dapat sibuktikan atau
dijadikan bukti dalam hukum.
Menurut Suyonno Trisno, dokmentasi berasal dari kata dokumen yaitu bahan pustaka, baik yang
berbentuk tulisan maupun rekaman seperti pita suara/kaset, video, film gambar, foto.
Depkes RI (1995), dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi, data
atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan
di lakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistemmatis
dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Masalah Potensial
Melaksanakan Perencanaan
Evaluasi
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat di terapkan dengan metode SOAP
yangtersusun berdasarkan pola fikir manajemen asuhan kebidanan .
S ( data subjektif )
Data subjektif( S ), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan. Menurut Helen
Varney langkah pertama ( pengkajian data ).
Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”, di beri tanda huruf “O” atau “X”.
Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
O ( data objektif )
Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data kilen yang di peroleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain.
A ( assesment )
* diagnosis/masalah kebidanan
P ( planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertunjuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya Meskipun secara istilah, P adalah planning atau perencanaan saja, namun P
dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan
evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. B.
7.1.2. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Tumbang Balita
Menajemen/asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi
pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam
persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir.
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah
terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian,
membuat diagnosis, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosis
dan masalah potensial, tindakan segera serta rencana asuhan.
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan bayi baru lahir.
Pengakajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus
ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi :
Tanda 0 1 2
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi
adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :
Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrous baby)
Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi
Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai
ventilasi.
Data subyektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji adalah :
1.Faktor genetik
2.Faktor meternal (ibu)
3.Faktor antenatal
4.Faktor perinatal
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain :
1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar
33-35 cm, lingkar dada 30,5-33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4500 gram.
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
a) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.
b) Nadi
c) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya
bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
d) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara akurat. Rata-rata tekanan
darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.
Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:
a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang
berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada
kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang
disebut moulding atau moulase.Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali.
Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang
cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
c) Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya
glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir dipastikan tidak
adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon
terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
2,5 cm.
Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan adanya
obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring.
e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput berhubungan
dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21.
f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada laki-laki
maupun perempuan terlihat membesar.karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas
perlu diperhatikan.
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili.
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat
terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dn perdarahan.
h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan tali pusat. Perut hrus tampak
bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya
pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang
membuncit kemungkinan karena hepato- splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung
kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya vrniks dan smegma (kelenjar kecil yang
terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora
normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu
kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya
terdapat umbai hymen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua
testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi ddengan baik dengan gerakan yang simetris. Refleks
menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau komlet dapat menandakan trauma
pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya
pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti
spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata.
l) Kulit
Verniks ( tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna,
pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
m) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
samapai dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukan imaturitas
neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks-refleks
ini menandakan masalah neurologis yang serius.
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dankebutuhan bayi berdasarkan
data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
Langkah 3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan
Diagnosis aatau masalah yang sudah diiidentifikasi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau ada hal yang perlu
dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi.
Langkah 7. Evaluasi