Anda di halaman 1dari 173

1.

ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS


1.1.1 adaptasi fisiologi bayi baru lahir (Neonatus)

Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).

Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.

2.1. PENGERTIAN

Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu
baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Adaptasi adalah penyesuaian diri
seseorang terhadap lingkungan baru.

Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke
lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) merupakan penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling
nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan
dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

1.1.2 Perubahan sistim pernapasan / respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai
sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b.Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

· Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
· Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

· Penimbunan karbondioksida (CO2)

· Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2
akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

· Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

Ø Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

Ø Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Ø Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler.

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran
gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
1.1.3 Pengaturan suhu tubuh

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh
tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Mekanisme Kehilangan Panas:

a. Evaporasi, kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh menguap

b. Konduksi, kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin

c. Konveksi, kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin

d. Radiasi, kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Upaya Mencegah Kehilangan Panas :

1. Keringkan bayi secara seksama

2. Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat

3. Tutupi kepala bayi

4. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI

5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

1.1.4.Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan
mencegah hipotermia.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

melalui penggunaan ASI

melaui penggunaan cadangan glikogen

melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa
dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak
dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi
yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
1.1.5 Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :

1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2.Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Sistem Peredaran Darah Janin

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan


meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi
dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium
kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.

a. sirkulasi darah fetus

1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar

b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan
sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke
dalam ventriculus sinistra

d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens

e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta.
Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus
arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.
2) Sistem sirkulasi fetus

a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam
hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior

b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah
besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior

c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior
dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke
atrium dextrum

d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi
dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula
mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya
untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi

e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium
dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula
tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter

f) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional,


yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam
aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari
peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1. Penghentian pasokan darah dari plasenta

2. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3. Penutupan foramen ovale

4. Fibrosis

o Vena umbilicalis

o Ductus venosus

o Arteriae hypogastrica

Ductus arteriosus
1.1.6 Perubahan keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak dari air dan kadar natrium relative lebih besar
dari kalium karena ruangan ektraseluler luas, fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron
masih belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomelurus dan
volume tubulus proksimal, serta renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.

1.1.7 Perubahan immunoglobulin

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks.
Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada bayi
baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta
karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melaui plasenta ( lues,
toksoplasma, herpes simpleks dan lain- lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A,G dan M.

1.1.8 Traktus digestivus

Pada traktus digestivus neonatus,mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut mekonium.Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam
pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.Enzim dalam
traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali anzim amilase pankreas.

1.1.9 Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar
protein serta penurunan lemak dan glikogen. Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol
dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.

1.1.10 Keseimbangan asam basa

Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, k arena glikolisis anaerobik. Dalam 24
jam neunatus telah mengkompensi asidosis.
2. Melaksanakan konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak pra sekolah

Pertumbuhan dan perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

Pengertian

Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak pra sekolah

A. Pengertian

(Anik Maryunani. 2010)

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran sel secara kuantitatif,
dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan pertambahan
seperti umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan gigi.

Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas) dan merupakan
aspek tingkah laku pertumbuhan. Contohnya : Kemampuan berjalan, berbicara dan berlari.

(Marni dan Kukuh Rahardjo.2012)

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi aiing berkatan dan
sulit untuk dipisahkan, yaitu petumbuuh dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ mauun
individu.

Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium, dan nitrogen
dalam tubuh).

Perkembangan (devolepment)adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang


lebih kompleks. Perkembangan meyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).

PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan


dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.

Menurut Depkes RI pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.

Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek
sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
B. POLA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural, limfoid,
serta reproduksi. Organ-organ yang mengikuti pola umum adalah tulang panjang, otot skelet,
sistem percernaan, pernafasan, peredaran darah, volume darah. Perkembangan otak bersama
tulang-tulang yang melindunginya, mata dan telinga berlangsung lebih dini. Otak bayi yang baru
dilahirkan telah mempunyai berat 25% berat otak dewasa, 75% berat otak dewasa pada umur 2
tahun, dan pada umur 10 tahun telah mencapai 95% berat otak dewasa. Pertumbuhan jaringan
limfoid agak berbeda dengan dari bagian tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum
sebelum remaja kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa. Sedangkan organ-organ
reproduksi tumbuh mengikuti pola tersendiri, yaitu pertumbuhan lambat pada usia pra remaja,
dan pertumbuhan pesat pada usia remaja.

Usia dini merupakan fase awal perkembangan anak yang akan menentukan
perkembangan pada fase berikutnya. Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek
kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus, dan penglihatan, berbicara dan
bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan pada salah satu aspek
kemampuan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain.

Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola
batas pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan
harus di capai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting padaa penilaian perkembangan,
apabila anak gagal mencapai dapat memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian
yang lebih terperinci dan intervensi yang tepat.

Pola perkembangan dan pertumbuhan yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan
dan perkembangan pada anak.

1. Pola perkembangan fisik yang terarah

Terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal dan proximal distal

a. Chepalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari kepala
yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang
kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan
kebagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki.

b. Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan dengan menggerakkan anggota


gerak yang paling dekat pusat atau sumbuh tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu kemudian
jari-jari.

2. Pola perkembangan dari umum ke khusus

Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah yang
lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya
melambaikan tangan kemudian memainkan jari.
3. Pola perkembangan berlangsung dalam tahap perkembangan. Pola ini mencerminkan
ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
perkembangan selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :

a. Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jaringan tubuh

b. Masa neonatus, terjadi proses penyesuaian dengna kehidupan diluar rahim dan
hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan

c. Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang


mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi dan menghindari dari hal
yang mengancam dirinya

d. Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat dan
cara penyesuaian dengan lingkungan

e. Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada tanda-
tanda pubertas

4. Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar. Terdapat saat
yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan dan kematangan
yang dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang tepat. Masa ini merupakan masa
kritis yang harus dirangsang agar mencapai perkembangan selanjutnya melalui proses belajar.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN

1. Faktor Herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow,
1998 dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak laki-laki
setelah lahir cenderung lebih besar dan lebih tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan
nampak saat anak sudah mengalami masa pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek
dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.

2. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan pra-natal

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat
asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes melitus), ibu yang mendapatkan
terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubella, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor
lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

. Lingkungan post-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah
:
1. Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga
berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan
dalam sel dan jaringan bahkan pada pembuluh darah.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak :

Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang

Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi

Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau absorbsi
makanan tidak adekuat

2. Budaya Lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka


mempresepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk makan makanan tertentu
padahal zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Keyakinan
untuk melahirkan di dukun beranak daripada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan
di lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.

3. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi
akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan status pendidikan orangtua, keluarga
dengan pendidikan tinggi juga akan lebih mudah menerima arahan terutama tentang penigkatan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dan lain-lain
dibandingkan dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.

4. Iklim atau Cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim penghujan akan
menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan bahan
makanan, timbul penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-
anak. Anak yang tinggal di daerah endemik, misalnya endemik demam berdarah akan
meningkat.

5. Olahraga atau Latihan Fisik

Manfaat olahraga atau latihan fisik yang teratur akan menigkatkan sirkulasi darah
sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.
6. Status Kesehatan

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan


perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka
percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan dengan anak dalam
kondisi sakit.

7. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi tinggi badan, hormon tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi peetumbuhan sel
interstisial dari testis untuk memproduksi testoteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laiki-laki
maupun perempuansesuai dengan peran hormonnya.

D. TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA NEONATUS,


BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan
dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi, namunn setiap anak akan
melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya ( 2003 ) memaparkan tentang tahapan tumbuh
kembang anak yang terbagi menjadi 2, yaitu masa pranatal dan postnatal. Setiap masa tersebut
memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biomika, dan karakternya.

Orang tua pengasuh dan pendidik perlu mengetahui tahapan perkembangan anak (anak didik),
apakah perkembangannya berlangsung normal atau ada penyimpangan. Bila mana pendidik
mencurigai anak didiknya mengalami penyimpangan perkembangan atau terlambat berkembang
dibandingkan dengan usianya maka dapat memberitahukan orang tua agar segera memeriksakan
anaknya ke pasilitas kesehatan sehingga dapat ditanggulangi secara dini.

Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak dan balita
yang dapat dijadikan acuan bagi orang tua, pengasuh maupun pendidik untuk mengetahui
kenormalan atau penyimpangan berdasarkan departemen kesehatan RI (2006);

1. Umur 0-3 bulan

a. mengangkat kepala setinggi 45

b. menggerakan kepala dari kiri atau kanan ke tengah

c. melihat dan menatap wajah anda

d. mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

e. suka tertawa keras

f. bereaksi terkejut terhadap suara keras

g. membalas tersenyum ketika diajak berbicara atau tersenyum

h. mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak


2. Umur 3-6 bulan

a. berbalik dari telungkup ke telentang

b. mengangkat kepala setinggi 90

c. mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

d. menggenggam pensil

e. meraih benda yang ada dalam jangkauannya

f. memegang tangannya sendiri

g. berusaha memperluas pandangan

h. mengarahkan matanya pada benda-benda kecil

i. mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau menarik

j. tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat bermain sendiri

3. Umur 6-9 bulan

a. duduk ( sikap tripoid- sendiri )

b. belajar bediri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

c. merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

d. memindahkan benda 1 tangan ke tangan lainnya

e. memungut-mungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang


bersamaan

f. mencari mainan atau benda yang dijatuhkan

g. bermain tepuk tangan atau ciluk ba.

h. bergembira dengan melempar benda

i. makan kue sendiri

4. Umur 9-12 bulan

a. mengangkat badanya ke posisi berdiri

b. belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi

c. dapat derjalan dengan dituntun

d. mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang di inginkan

e. menggenggam erat pensil

f. memasukkan benda kemulut


5. Umur 12-18 bulan

a. berdiri sendiri tanpa berpegangan

b. membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

c. berjalan mundur 5 langkah

d. memanggil ayah dengan kata “ papa “, memanggil ibu dengan kata “mama”.

e. memasukkan buku di kotak

f. menunjuk apa yang di inginkan tanpa menagis atau merengek, anak bisa mengeluarkan
suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.

6. Umur 18-24 bulan

a. berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik

b. berjalan tanpa terhuyung-huyung

c. bertepuk tangan, melambai-lambai

d. menumpuk 4 buah bungkus

e. memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

f. menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti

g. memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri

7. Umur 24-36 bulan

a. Jalan naik tangga sendiri

b. dapat bermain dengan menendang bola kecil

c. mencoret-coret pensil pada kertas

d. bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

e. dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

f. makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah

g. melepas pakaiannya sendiri


8. Umur 36-48 bulan

a. berdiri 1 kaki 2 detik

b. melompat kedua kaki diangkat

c. mengayuh sepeda roda tiga

d. menggambar garis lurus

e. menumpuk 8 buah bungkus

f. mengenal 2-4 warna

g. menyebut nama, umur, tempat

h. mengerti arti kata diatas, di bawah, di depan

i. mendengarkan cerita

j. mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

k. bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

l. mengenakan sepatu sendiri

9. Umur 48- 60 bulan

a. berdiri 1 kaki 6 detik

b. melompat-lompat 1 kaki

c. menari

d. menggambar tanda silang

e. menggambar lingkaran

f. menggambar orang dengan 3 bagian tubuh

g. mengancing baju atau pakaian boneka

h. senang menyebut kata-kata baru

i. senag bertanya tentang sesuatu

j. bicaranya mudah dimengerti

k. menyebut angka, menghitung waktu

l. menyebut nama-nama hari

m. berpakaian sendiri tanpa dibantu

10. Umur 60-72 bulan

a. Berjalan lurus
b. berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

c. menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap

d. menangkap bola kecil dengan kedua tangan gambar

e. menggambar segi empat

f. mengerti arti lawan kata

g. mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

h. menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya

i. mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10

j. mengenal warna-warni

k. mengungkapkan simpati

l. mengikuti aturan permaianan

m. berpakaian sendiri tanpa dibantu


1.2.2 Indikator pemantauan pertumbuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah

A. Pengukuran antropometrik

Pengertian istilah nutrisional anthoropometry mula-mula muncul dalam ‘bosy measurements and
human nutrition’ yang ditulis oleh brozek (1996),dan telah didefinisikan oleh jelliffe pada tahun
1996 sebagai;pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komponen besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu
pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan
masa tubuh yang bebas lemak.penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam
surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan
fisiologi,interpersonal dan domain sosial dapat memberikan efek buruk pada pertumbuhan
anak.alat yang sangat penting untuk penilaian pertuymbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth
chart),yang dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat,papan pengukur,stadiometer ,dan pita
pengukur.

Langkah-langkah manajemen tumbuh kembang anak

· Pengukurananthropometry(berat,tinggi,lingkarkepala,lingkar dada,lingkar lengan,dan tebal


kulit)

· Penggunaan kurva pertumbuhan anak (KMS,NCHS)

· Penilaian dan analisa status gizi dan pertumbuhan anak

· Penilaian perkembangan anak,dan maturitas

· Intervensi (preventif,promotif,kuratif,dan rehabilitatif)

Pengukuran antropometrik meliputi:

1) Berat badan

Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh(tulang,otot,lemak,cairan tubuh)sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh
kembang anak.BB dapat juga sebagai menghitung dosis obat.penilaian berat badan berdasarkan
umur menurut WHO dengan baku NCHS,berdasarkan tinggi badan menurut WHO,dan NCHS
yaitu;persentil ke 75-25 dikatakan normal,persentil 10-5 malnutrisi sedang dan kurang.

Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.

a) Umjur 10 hari :BBL

b) Umur 5 bulan : 2x BBL

c) Umur 1 tahun: 3X BBL

d) Umur 2 tahun :4x BBL

e) Prasekolah :meningkat 2 kg/tahun

f) Adolecent :meningkat 3-3,5 kg/tahun


Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan

a) Timester I :700-1000 gram/bulan

b) Trimester II :500-600 gram/ bulan

c) Trimester III :350-450 gram/bulan

d) Trimester IV :250-350 gram/bulan

Perkiraan BB dalam kilogram

a) Usia 3-12 bulan = umur (bulan)+9

b) Usia 1-6 tahun =umur (tahun)x2)+9

c) Usia 6-12 tahun =(umur (tahun)x7-5

2) Tinggi badan

Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik.penilaian
TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak .penilaian TB dapat berdasarkan menurut WHO dengan baku NCHS yaitu
dengan cara presantase dari median dengan penilain :lebih kurang 90 dan adalah normal,TB
meningkat sampai tinggi maksimal dicapai,meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan
berhenti pada usia 18-20 tahun.

TB dapat diperkirakan sebagai berikut:

a) Umur 1 tahun =1,5 x TB lahir

b) Umur 4 tahun =2x TB lahir

c) Umur 6 tahun =1,5X TB lahir

d) Umur 13 tahun =3x TB lahir

e) Dewasa =3,5 TB lahir atau 2x TB umur 2 tahun

Atau dengan rumus behrman

a) Lahir =50 cm

b) Umur 1 tahun =75 cm

c) Umur 2-12 tahun =umur (tahun)x6+77

Atau berdasarkan potensi genetik TB akhir :

a) Wanita =(TB ayah -13 cm)+TB ibu ±8,5 cm

b) Pria =(TB ibu -13 cm)+TB ayah ±8,5 cm

2
3) Lingkar kepala

Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak.penilaian ini dapat dilihat apabila
pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)maka menunjukkan adanya retardasi mental,sebaliknya
apabila (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebroshpinalis.

— Kepala kecil  Mikrosefali  Retardasi mental.

— Kepala besar  Makrosefali  Penyumbatan cairan cerebrospinalis ( Hidrosefalus )

Peningkatan volume

a) 6-9 bulan kehamialan =3 gram / 24 jam

b) Lahir- bulan =2 gram / 24 jam

c) 6 bulan -3 tahun =0,35 gram / 24 jam

d) 3-6 tahun =0,15 gram / 24 jam

4) Pengukuran lingkar lengan atas

Digunakan untuk menulai jaringan lemak dan otot,tetapi penilaian ini banyak berpengaruh pada
keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB.penilaian ini juga dapat dipakai untuk
menilai status gizi pada anak usia prasekolah.

B. Penggunaaan dan interpretasi kurva pertumbuhan anak

Buku (standard) NCHS

Penggunaan kurva pertumbuhan (growth charth)atau tabel NCHS sebagai baku secara teratur
merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada pertumbuhan anak.perlu
dipahami akan pengertian persentil dan standar deviasi,sebagai patokan sebelum
menggunakannnya dilapangan.

Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi badan anak pada kurva NCHS
perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur pertumbuhannnya menyimpang atau tidak.bukan
dimana posisis titik plot itu saja tetapi bagaiman hubungan titik-titik tersebut selama kurun watu
tertentu.

Pertumbuhan tidak statis akan tetapi suatu proses perubahan.seorang bayi pada persentil 5 berat
badan terhadapnya umurnya bisa tumbuh normal,atau gagal tumbuh atau baru sembuh dari
gangguan pertumbuhan ,tergantung kurva petumbuhannya.bayi dan anak-anak umumnya akan
tumbuh dalam 1-2 jalur pertumbuhan kanalisasi yang dikendalikan oleh faktor genekit terhadap
ukuran tubuhnya.

Terdapat empat variasi kurna pertumbuhan anak yang pendek yaitu


konstitusional,familial,patologis yang terjadi prenatal post natal.

Faktor-faktor yang perlu dikoreksi pada plot dan interpretasi adalah:

- Pada bayi prematur dengan mengkoreksi dan maturitas usia sejak lahir dikurangi berapa
minggu usia sejak lahir dikurangi berapa minggu prematuritasnya,pada lingkaran kepala sampai
usia 18 bulan ,berat badan sampai usia 24 bulan sedangkan panang badan sampai usia 40 bulan.
- Adolesensi dengan mempertimbangkan ukuran antropometri orangtua (mean parental
heigh)terdapat kurva khusus untuk downs syndrome dan achondroplasia yang diusulkan untuk
digunakan dalam tatalaksana diklinik tumbuh kembang.

- Untuk kurva pertumbuhan diindonesia sebenarnya tergantung referensi yang mana yang
akan dipakai rata-rata tinggi badan tidak berbeda banyak dan kadang-kadang melebihi batas 160
-165 cm.umumnya terdapat tinggi badan yang lebih pendek pada suku malaysia,peninsula dan
filipina (suku negrito),begitu pula dipedalaman kalimantan dan sumatera predominan
pendek.secara umumdikepulauan sunda seperti jawa,bali,flores,timur dan kepada kepulauan
luzon difilipina orang-orang agak lebih tinggi.

Data-data perkembangan anak dan maturitas pada penyimpamgan tumbuh kembang.

Milestones perkembangan merupakan suatu parameter dalam manajemen tumbuh kembang yang
tidak terpisahkan dari pemeriksaan antropometri.akantetapi hal ini masih harus dibudayakan
secara bertahap mengingat adanya faktor waktu dan beban kerja diunit pelayanan kesehtan anak
di masyarakat dan klinik-klinik.terdapat beberapa metode skirining yang dikembangkan dari
referensi luar negeri,misalnya DDST yang sudah dimodifikasi dan dipakai dalam buku deteksi
dini dan stimulasi balita oleh depkes R.I.

Milestones merupakan kartu tumbuh kembang anak yang dikembangkan oleh satoto pada tahun
1990.maturitas tulang dengan penilaian umur tulang (bone age),yaitu membandingkan dengan
baku greulich pyle atau TW2 dari tanner.maturitas tulang (bone age)berkaitan dengan tingkat
pubertas,biasanya bila diperkirakan ada kelainan endokrin (perawatan pendek dan kelainan
tulang tulang laninnya).

1) Penilaian klasifikasi status gizi

Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit diajukan oleh
behrman dan kliegman dalam buku essentias nelson’s texbook of pediatrics,selain berisi data-
data tentang masalah makanan,antropometri,keadaan klinis anak juga dipaparkan secara
rinci.instrumen seperti ini sekiranya cukup memadai untuk dipergunakan di klinik yang
dilengkapi dengan laboratorium atau penunjang yang lengkap.

2) Buku KMS

Diindonesia kartu menuju sehat (KMS) dipaki sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi
dimasyarakat.kartu menuju sehat ini merupakan modifikasi WHO-NCHS yaitu berat badan
terhadap umur anak balita ,yang dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik halus,kasar
dan berbahasa.

Tujuan KMS adalah sebagai akat bantu (instrumen)bagi ibu atau orangtua dan petugas untuk
memantau pettumbuhan dan perkembangan anak balita serta menentukan tindakan-tindakan
pelayanan keseehatan dan gizi.

Terdapat buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Depkes
R.I pada tahun 1997,pada buku tersebut.disebutkan bahwa grafik petumbuhan KMS dibuat
berdasarkan buku WHO-NCHS yang disesuaikan dengan keadaan indonesia.

Kurva bentuk merah dibentuk dengan menghubungkan angka-angka 70 med%ian,grafik


berwarna kuning diatas merah pada batas 75 % -80 % median,daerah hijau muda adalah 85 %-90
% median,daerah hijau tua 90-100% median.
Tujuan penggunaan KMS

Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan tingkat
perkembangan yang optimal

Sebagai alat bantu untuk memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk
mewujudkan tumbuh kembang yang optimal

Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang


memadai (promotivea)

Manfaat / fungsi KMS

Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi:
pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI

Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita

Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan
pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita

Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita

Penyuluhan balita yang mengacu pada KMS :

Jadwal pemberian imunisasi dan manfaatnya

Cara membina pertumbuhan anak yang baik

Pemberian ASI eksklusif ( 0-6 bulan )

Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan sampai 2 tahun

Merawat kesehatan gigi dan mulut

Gizi dan pemberian vitamin A untuk balita

Perkembangan anak dan latihan yang perlu diberikan sesuai dengan usia anak

Pertolongan pertama pada anak diare

Isi dari KMS antara lain :

Tentang pertumbuhan

Perkembangan anak/Balita

Imunisasi

Penanggulangan diare

Pemberian kapsul vitamin A dan kondisi kesehatan anak


Pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan anak/Balita dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anaknya .

Cara Memantau Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di
KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil
penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan
anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan
selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Grafik pertumbuhan dalam
KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning, hijau tua dan hijau muda.

a) Balita naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

b). Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau

Garis pertumbuhannya mendatar, atau

Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya

c. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

1. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah
Sakit.

d. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

1. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

1. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

1. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah
ke pita warna diatasnya.
C. memonitor pertumbuhan anak sejak bayi

Pemantauan perkembangan status gizi bayi secara berkala setiap bulan dengan cara menimbang
berat badan bayi dan mengukur panjang badannya .idealnya,berat badan bayi berada digaris
normal pada grafik pertumbuhan.ini artinya,pertambahan berat badannya seimbang dengan
pertambahan tinggi badan dan usia.

Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting .selain dapat menentukan pada normal
pertumbuhan pada anak,juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi
dan menggu pertumbuhan pada anak sejak dini.

Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan dan penanganan gangguan
pertumbuhan tersebutdapat diatasi sejak dini.sayangnya hampir 85% lebih,buku kesehatan anak
yang berobat kedokter anak atau kedokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan
berat badan.justru grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi
bayi yang menimbang diposyandu.sehingga banyak kelainan dan gangguan kesehatan sering
terjadi keterlambatan deteksi dan penanganannya.

50% bayi mengalami gangguan kenaikan sejak usia 6 bulan yang tidak pernah terdeteksi oleh
orangtua dan dokter hanya karena dalam buku kesehatannya tidak pernah tergambar grafik
kenaikan berat badan.gangguan kenaikan berat badan sejak usia 6 bulan seringkali terjadi hanya
karena timbulnya reaksi simpang makanan (alergi makanan,intoleransi makanan,dan seliak)pada
bayi yang dapat mengganggu saluran cerna dan mengganggu nafsu makan dan berat badan
bayi.karena,saat usia 6 bulan mulai diberi makanan tambahan baru.

Bagaimana mengetahui pertumbuhan normal anak balita ?berikut ini merupakan beberapa
langakah prosedur yang dapat diikuti dalam rangka menilai normalitas pertumbuhan seorang
bayi dan balita:

a. Ukur berat badan dan tinggi badannya

b. Pertumbuhan fisik anak,diukur antara lain dengan berat badan ,tinggi badan,lingkar
kepala.salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tersebut,adalah dengan
menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart).

c. Tentukan berat badan ideal anak,juga bisa melihat apakah anak tinggi atau pendek,gemuk
atau kurus

d. Isi berat badan balita tentunya sesuai umur dan tarik garis grafik pertumbuhan.

Sebaiknya gunakan teknik pengukuran ynag akuarat dalam melakukan langkah-langkah


penilaian diatas,yaitu dengan ;

a. BB,(berat badan),gunakan teknik yang tepat dan gunakan selalu timbangan yang sama.

b. T B (tinggi badan ) LK (lingkar kepala),gunakan teknik yang tepat dan gunakan calibrated
len
D. Pertumbuhan normal pada anak balita

Berikut ini langkah-langkah untuk mengetahui pertumbuhan anak balita ,apakah masih dalam
kategori normal atau tidak .

A. ukur berat badan daan tinggi badannya .

B. pertumbuhan fisik anak ,di ukur antara lain dengan berat badan (BB)dan lingkar kepala
(LK) salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tersebut,adalah dengan
menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart)

C. Tentukan berat badan ideal anak,anda juga dapat melihat apakah anak anda tinggi atau
pendek,gemuk ataau kurus..

D. isi berat badan balita sesuai umur .dan tarik garis grafik pertumbuhan

Pengukuran berat badan yang akurat ,adalah munggunakan teknik tepat dan menggunakan selalu
timbangan yangg sama .pengukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepala (LK) adalah
menggukan tenik tepat ,menggunakan calibrated length board.

E. Grafik pertumbuhan (growth chart)

Growth chart adalah grafik yang menunjukkan pola pertumbuhan seorang anak dengan >7 kurva
persentil (5th,10th,25th,50th,75th,90th,95th).persentil 50th adalah rata-rata nilai pada umur
tersebut.untuk membuat grafik pertumbuhan pada KMS,berikut ini merupakan beberapa langkah
yang dapat diikuti ,yaitu:

a. Dag sesuai dengan umurpatkan data pengukuran BB,TB,LK yang tepat dan akurat

b. Pilih chart atau gambar grafik pertumbuhan kenaikkan BB dan tinggi badan yang sesuai
dengan umur dan jenis kelamin

c. Gunakan alat bantu seperti penggaris segitiga agar akurat,untuk


menghubungkan,BB,TB,dan LK dengan umur

F.Membaca grafik pertumbuhan

Persentil menunnjukkan persentase nilai pada umur tersebut dari suatu


populasi.misalnya,seorang anak memiliki BB dipersentil 20th,berarti 80% dari anak-anak
sebayanya memiliki berat diatas anak tersebut,dan 20% lainnya memiliki berat dibawah anak
tersebut.fokus pada pola atau trendnya naik,tidak stagnan juga tidak meningkat atau menurun
dengan tajam. Bukan terfokus pada angka-angka persentil.

Besar atau rendahnya persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah.seorang bayi yang
memiliki lingkar kepala persentil 90th dapat memiliki BB dan TB dipersentil 90th.ini berarti dia
termasuk anak normal yang berperawakan besar.sebaliknya,anak yang memiliki BB dipersentil
20th bisa jadi memiliki orangtua yang tinggi dan beratnya juga dibawah rata-rata.jadi sangat
normal jika sang anak berada pada persentil 20th.

Ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada kurva paling
ekstrim (iluar dari semua kurva).sebagai contoh,seorang anak memiliki BB dibawah persentil
5th,maka ia dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang).sedangkan anak dengan BB
dipersentil 85th akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas)dan mereka
yang memiliki BB dipersentil diatas 95th digolongkan dalam obesitas.

Grafik pertumbuhan dapat juga memberikan kesan yang salah tentang kondisi pertumbuhananak
kita.contohnya,seorang anak memiliki TB dipersentil 5th.bukan ia berarti ia memiliki masalah
kesehatan.apalagi jika pola grafik atau trend kurvanya menunjukkan bahwa ia memang selalu
berada dikurva perrsentil 5th(sejak bayi hingga kini,sang anak selalu berada dalam kurva
persentil 5th).analisanya,bisa jadi sang anak mendapatkan gen “pendek” dari sang orangtua yang
juga pendek.

Pola pertumbuhan berat badan bayi/BB (weight) dan panjang badan /PB (lenght) bayi
digambarkan dalam kurv apertumbuhan atau weight/lenght Chart.rentangnya dari 5% sampai
95%.apabila bayi berad dalam chart tersebut,maka bayi masihdikatakan normal.namun,berada
diluar chart baik lebih rendah atau lebih tinggi tidak bisa dinilai ada kelainan,harus diperiksa
penyebabnya apa.misalnya faktor genetik.memeriksakan dan berdiskusi dengan dokter jalan
terbaik.

Suatu hal ynag penting juga adalah pola pertumbuhan berta badan sebenarnya tergantung dari
tinggi badan dan proporsi (keseimbangan)berat badan dan tinggi badan.polany akan terlihat pada
grafik pertumbuhan status berat badan ideal anak.

Interpretasinya adalah sebagai berikut:

Pertama :pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan status awal berat badan idealnya baik
(normal) dengan tinggi badannya normal ,akan terlihat proporsi (keseimbangan)berat badan dan
tinggi badannya normal,maka pola pertumbuhan berat badan pada anak akan terlihat pada grafik
pertumbuhan adalah standar .

Berat badan standar (ideal)pada anak usia 1-10 tahun secara praktis dapat digunakan rumus
=2n+8,dimana –n- adalah usia dalm tahun,bulan misalnya usia 15 bulan ditulis 1,3.

Kedua :pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan status berat badan awalnya kurang dan
tinggi badannya pendek,akan terlihat proporsi (keseimbangan) berat badan badan dan tinggi
adalah normal.maka pola pertumbuhan anka pada KMS akan berada dibawah standar,pola
tersebutlah yang diharapkan adalah harus kurus,maka pola pertumbuhan anak yang diharapkan
adalah harus berad pada pola standar. Anak akan terlihat kegemukan (olbesitas)

Ketiga:jika pertumbuhan pada anak dengan status awal berat badannya kurang sedangkan tinggi
badannya normal,akan terlihat proporsi (keseimbangan) berat badan dan tinggi badan anak
adalah kurus ,maka pola pertumbuhan anak yang diharapkan adalah harus berada pada pola
standar.jadi anak harus terus dinaikkan berat badannya sampai berada pada pola standar ,tetapi
pola ini tidak boleh dipakasakan bila anak tersebut sejak awal memang sudah mempunyai tinggi
badan pendek .

Bila berat badan menurun atau grafik pertumbuhan datar,harus dicari segera penyebabnya.

· Gangguan saluran cerna (alergi makanan,hipersintifitas makanan,intoleransi makanan atau


seliak).

Gangguan yang terjadi :pada usia bayi: sering muntah atu kembung,sering cegukan,sering buang
angin ,sering ngeden atau mulet,serring rewel atau gelisah atau colik terutama malam hari ,sering
buang air besar (> 3 kali perhari) atau susah buang air besar (ngeden,tidak BAB setiap hari
,feses keras hitam atau hijau tua,kecil hitam spt ‘tahi’kambing.loidah sering kotor (berpulau-
pulau) ,timbul putih,sariawan,binir kering,air liur berlebihan atau mulut berbau.sering muntah
,sering nyeri perut ringan ringan dan hilang timbul
· Gejala lain yang menyertai:

Kulit sensitif,pada bayi sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama dipipi,telinga dan
daerah yang tertutup popok.kerak didaerah rambut,kulit kering.timbul bekas hitam seperti
tergigit nyamuk.sering menggosok mata dan telinga.kepala,telapak kaki atu tangan sering teraba
hangat.sering keringat berlebihan.dan gigi mudah rusak atau berwarna kecoklatan

Penyebab jarang:

Infeksi saluran kemih (sering terjadi pada bayi,lebih sering terjadi pada perempuan ).TBC (diuji
dengan beberapa jenis tes,tes mantoux positif bukan berarti ada infeksi TBC) wsapadai
overdiagnosis TBC (tidak menderita TBCtetapi divonis atau diobati sebagai TBC).gagal tumbuh
(growth failure).gangguan genetik atau kelainan kromosom.gangguan metabolisme.gangguan
jantung bawaan,atau kelainan bawaan lainnya pengetahuan orangtua.
1.2.3 Indikator pemantauan perkembangan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

A. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak (DDST-II / Denver Development


Skrining Test)

Cara Mendeteksi Perkembangan Pada Anak


1. DDST (Denver development screnning test)
DDST adalah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, test sini bukanlah
test diagnostik atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode
skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkam dan menunjukan
validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara
efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.

B. Perkembangan mental (gerakan motorik kasar, motorik halus, social, prilaku,


emosi serta bicara)

Perkembangan Pada Anak


a. Perkembangan Motorik Halus
i. Masa neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti
garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan.
ii. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang
suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba memegang dan memasukan benda
kedalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan walaupun hanya sebentar.
b. Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda, menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang sedang dipegang,
mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek
dari satu tangan ketangan yang lain.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau merainh benda kecil; bila diberi
kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari,
membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
iii. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam
mencoba, menyusun, atau membuat menara pada kubus.
iv. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih
panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tanggannya untuk bermain, menempatkan objek kedalam
wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan diatas kertas(wong,2000)
b. Perkembangan Motorik Kasar
i. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan
seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
ii. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat
tegkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai
kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
b. Usia 4-8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada pertumbuhan dalam
aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan
kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan badan, bangkit dengan kepala
tegak, menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun kedepan dan kebelakang, berguling
dari terlentang dan tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri.
iii. Masa Anak (1-2 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara signifikan. Pada
masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak
mampu menaiki tangga dengan cara 1 tangan dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
iv. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama satu sampai lima detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan
(wong, 2000).
c. Perkembangan Bahasa
i. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara
(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
ii. Masa Bayi (28 hari- 1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan
tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
b. Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke
arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta
menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang
bersamaan seperi “ba-ba”.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang
belom spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu
samapai dua kata.
iii. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa pada anak yang
mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata;
tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip terhadap orang lain; mampu menujukan
dua gambar; mampu mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan lambaian
anggota badan.
iv. Masa Prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat gambar;
menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan kegunaan benda; mengitung; mengartikan
dua kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya;
menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas; menirukan berbagaibuny
kata; memahami arti larangan; serta merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
d. Perkembangan Prilaku atau adaptasi sosial
i. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanyab
tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk menegnali seseorang.
ii. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan mengamati
tangannya: tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya
dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia; waktu
tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun;
menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal; senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak
dikenal (asing).
b. Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan terganggu dengan
keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul
lengan dan kaki jika sedang kesal.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan,
menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain
bola atau lainnya dengan orang lain.
iii. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan
membantu kegiatan dirumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
mengenakan baju sendiri.
iv. Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya kemampuan bermain dengan
permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya
tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota
keluarga (wong, 2000).

C. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan anak
usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab
oleh orang tuaatau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai
kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan,dst sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan
menurut tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hri dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh orang tua. Setelah
semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.
a. Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal (perkembangan baik)
b. Apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai;
 Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai
 Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada kesalahan, maka
pemeriksaan harus diulang
 Apabila setelah diteliti jawaban ’ya’ berjumlah 7-8, berarti hasilnya meragukan dan perlu
diperiksa ulang1 minggu kemudian
 Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu
dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.
3.Menjelaskan kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

1.3.1. Bounding attachment


a. Pengertian

Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih saying)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Menurut MATERNAL NEONATAL HEALTH.
Bonding attachment adalah kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses
persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan(mercer, 1996), yaitu:

1. kesehatan emosional orang tua


2. sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman dan keluarga
3. suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten
4. kedekatan orang tua dengan bayi
5. kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin)

Tahap-tahap bounding attachment

1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan


mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan indivudu lain

b. Elemen-elemen bonding attachment

Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan. Elemen-
elemen bounding attachment meliputi:

1. Sentuhan

Sentuhan, atau indera peraba, dipakai seara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru loahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni
pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama
kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya
memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.

2. Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan
bayi akan menggunakan lebih banyak wktu utuk salaing memandang. Beberap ibu mengatakan,
dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat degan bayinya

3. Suara

Saling mendenganr dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenag dan
berpaling kea rah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi

.
4. Aroma

Perilaku lain yang terjalaina antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma / bau
masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.

5. Entraiment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka
menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa
mengikut nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mula berbicara. Irama ini
berfungsi member umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.

6. Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya.
Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.

7. Kontak dini

Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir
merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982),
ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:

1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat


2. Reflek menghisap dilakukan dini
3. Pembentuk kekebalan aktif dimulai
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak

Body warmth (kehangatan tubuh)


Waktu pemberian kasih sayang
Stimulasi hormonal

c. Prinsip dan upaya peningkatan bounding attachment

a. Menit pertama jam pertama


b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membangut dalam member kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal-hal positif
j. Perawat meternitas khusus (bidan)
k. Libatkan anggota keluarga lainnya
l. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
Dampak positif bounding attachment
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
- Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan bounding attachment
- Kurang support sistem
- Ibu dengan risiko
- Bayi dengan risiko
- Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan

1.3.2. ASI Eksklusif

KEBUTUHAN NUTRISI
1. Neonatus 0 – 28 hari
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI) yang
mengandung komponen paling seimbang. Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga enam
bulan tanpa adanya makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi usia 0-6 bulan belum mampu mencerna
makanan padat.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat pada
konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang lebih tinggi. Lagi pula rasio
antara protein whey dan kasein pada ASI jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio tersebut
pada susu sapi. Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga lebih sukar
dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai nilai biologi tinggi sehingga
hamper semuanya digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh yang
esensiil dan mudah dicerna, dengan daya serap lemak ASI mencapai 85-90 %. Asam lemak susu
sapi yang tidak diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain hingga dapat menghalangi
masuknya zat-zat tadi.
Keuntungan lain ASI ialah murah, tersedia pada suhu yang ideal, selalu segar dan bebas
pencemaran kuman, menjalin kasih saying antar ibu dan bayinya serta mempercepat
pengembalian besarnya rahim ke bentuk sebelum hamil. Zat anti infeksi dalam ASI antara lain :
 Imunoglobulin : Ig A, Ig G, Ig A, Ig M, Ig D dan Ig E
 Lisozim adalah enzim yang berfungsi bakteriolitik dan pelindung terhadap virus
 Laktoperoksidase suatu enzim yang bersama peroksidase hydrogen dan tiosianat membantu
membunuh streptokokus
 Faktor bifidus adalah karbohidrat berisi N berfungsi mencegah pertumbuhan Escherichia coli
pathogen dan enterobacteriaceae, dll
 Faktor anti stafilokokus merupakan asam lemak anti stafilokokus
 Laktoferin dan transferin mengikat zat besi sehingga mencegah pertumbuhan kuman
 Sel-sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis
 Lipase adalah antivirus
Tabel 8 Komposisi ASI, susu sapi dan formula adaptasi
Zat gizi ASI Susu sapi Formula adaptasi
Energi (Kkal) 67-75 65-70 67
Protein (g) 1,1-1,4 3,1 1,5-1,6
Karbohidrat (g) 6,6-7,1 4,4 7,2-7,4
Lemak (g) 3,0-5,5 3,2 3,4-3,6
Mineral (g) 0,2 0,8 0,2-0,3
Natrium (mg) 10 50 15-24
Kalium (mg) 40 150 55-72
Kalsium (mg) 30 114 44-60
Phosphor (mg) 10 90 28-34
Chlor (mg) 30 102 37-41
Magnesium (mg) 4 12 4,6-5,3
Ferrum (mg) 0,2 0,1 0,5-1,3
Sumber : Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 58

2. Bayi 29 hari - 1 tahun


Kebutuhan bayi berusia dibawah 1 tahun ASI saja tidak dapat mencukupi. Setelah 6
bulan kualitas ASI menurun serta jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi yang
kebutuhannya semakin meningkat pula. Pada umur 6 bulan bayi sudah harus mulai
diperkenalkan dengan makanan lain seperti bubur susu, pisang, dll. Sebaliknya pemberian
makanan selain ASI tidak boleh terlalu cepat dalam arti kurang dari 6 bulan, karena berbagai
pertimbangan antara lain :
 Tingginya “solute load” yang berakibat hyperosmolality
 Kenaikan berat badan terlalu cepat : obesitas
 Allergi terhadap salah satu zat gizi makanan
 Mendapat zat-zat tambahan terlalu cepat seperti garam-garam, nitrit, zat pewarna, pengawet atau
tercemar kuman
Tujuan MPASI terutama menambah energi dan zat gizi esensial yang menurun pada ASI.
Zat gizi yang menurun antara lain vitamin A, zat besi, kalsium, dll. Kebutuhan zat gizi sehari
bayi berumur 7-12 bulan adalah 800 kkal energi dan 15 gram protein.
Jenis-jenis MPASI yang biasa diberikan antara lain bubur susu, biscuit, pisang, susu
gelas, bubur saring atau nasi tim. Bahan bubur susu adalah susu sapi 150-200 ml, tepung
beras/maizena 15-20 g dan gula pasir 5-10 gram.
Makanan lain untuk bayi adalah nasi tim yaitu nasi yang lebih lembek atau bubur beras
yang kental dengan tambahan lauk pauk dan sayuran, dapat diberikan kepada bayi umur 9-12
bulan. Satu porsi nasi tim terdiri dari beras 20 g, hati/ikan/tempe 30 g dan wortel/bayam 30 g,
dimasukkan dalam panci tim yang berisi 750 ml air, dimasak.
3. Balita 1 – 3 tahun
Nutrisi yang harus didapatkan balita harus berkaitan dengan vitamin, protein,
karbohidrat, mineral, lemak sehingga nutrisi yang dikonsumsi balita dapat memenuhi gizi
seimbang bagi balita. Namun, sulitnya memberi asupan makanan sesuai dengan keseharusannya
adalah tidak semua balita dapat mengkonsumsi makanan kasar seperti daging, ikan, masih ada
balita yang harus mengkonsumsi makanan halus(sejenis bubur tim). Setiap orangtua harus
memiliki cara agar kebutuhan nutrisi seorang balita dapat terpenuhi dengan seimbang.
Terdapat cara tersendiri bagi orangtua untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
balita. Dengan cara memberikan bubur sesuai dengan usianya dan memberikan makanan
tambahan yang lembut seperi telur, pisang, kentang, wortel dll. Dapat juga bagi orangtua untuk
memberikan makanan yang dilembutkan sendiri. Seperti nasi sop ikan, kentang, wortel ditambah
sayuran hijau lalu ditumbuk atau di haluskan sehingga balita dapat mengkonsumsi makanan yang
telah di haluskan. Dengan makanan yang telah halus, balita dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya yang menjadi kebutuhan primer bagi dirinya, sehingga balita tidak kekurangan gizi.
4. Anak pra sekolah
Kebutuhan Nutrisi yang di butuh kan anak pra sekolah sangat berkaitan dengan protein
yang di peroleh seperti susu sapi, ikan, telur, daging, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
Kebutuhan vitamin dan mineral seperti vitamin A, B 1, B 2, B 6, B 12, asam folat, zat besi dan
kalsium.
Kebutuhan cairan meningkat yaitu sekitar 1000 ml/hari atau 5 gelas. Dalam keadaan sakit
panas, diare atau muntah-muntah kebutuhan air sebaiknya ditambah.

Tabel 12. Kecukupan beberapa zat gizi anak sehari


Umur BB Energi Protein Vitamin Kalsium Zat besi
(kg) (kkal) (g) A (S.I) (mg) (mg)
1-3 thn 12 1250 23 350 500 8
4-6 thn 18 1750 32 460 500 9
7-9 thn 24 1900 37 460 500 10
10-12 thn 30 2000 45 500 700 14
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan & Gizi 1998.

Agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu diperhatikan beberapa hal seperti
pada masa pertumbuhan yang cepat berikan zat gizi yang lebih banyak, seperti energi, protein
dan zat gizi lain, namun masih tetap seimbang, berikan makanan padat/kasar dan porsi kecil
sering agar terpenuhi kebutuhan energy, hindarkan makanan jajanan yang berlebihan, kenalkan
dengan berbagai macam makanan sejak dini, sediakan makan pagi dan beri makanan bekal, pilih
makanan yang terjamin kebersihannya, aman dan bergizi, hindarkan dari kegemaran yang
berlebihan terhadap satu jenis makanan
KEBUTUHAN CAIRAN
1. Neonatus (0 - 28 hari)
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru – parunya.Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, 1/3 cairan ini diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang
dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi dada ini dan dapat
menderita paru – paru basah dalam jangka waktu lebih lama (Varney’s halaman 551). Dengan
beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir.Dengan sisa cairan di dalam paru – paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe darah. Semua alveolus paru – paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan
waktu.
Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien yang lainnya. Air
merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting mengingat kebutuhan air pada bayi relatif
tinggi 75-80 % dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60 %. Bayi
baru lahir memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala kebutuhan nutrisi dan cairan
didapat dari ASI.
2. Bayi (29 hari – 1 tahun)
Seorang bayi dapat memenuhi kebutuhan cairannya didapat dari ASI dan
MPASI. ASI adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan bagi bayi. Didalam ASI telah
mencakup nutrisi dan cairan yang harus didapat oleh seorag bayi. Bayi usia 3 hari dengan
kebutuhan air totak selama 24 jam sebanyak 250-800 ml. Kebutuhan cairan bayi berumur 3
bulan dengan berat badan 5,4 kg harus memenuhi air total sebanyak 750 – 850 ml setiap harinya.
Pada usia 9 bulan kebutuhan cairan meningkat hingga 1100 – 1250 ml perhari.
3. Balita (1– 3 tahun)
Anak balita dapat memenuhi kebutuhan cairan dari ASI, MPASI, dan air
yang diminum. ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bagi balita karena sejalan dengan
perkembangan balita kebutuhan yang diperlukan bagi balita harus lebih bergizi dan memiliki
nilai gizi yang baik. Oleh karena itu di perlukan tambahan cairan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan cairan bagi balita. Seperti susu formula. Kebutuhan cairan balita usia 1
tahun yaitu 1350-1500 ml perhari dan usia 2 tahun sebanyak 1600-1800 ml perhari. Semakin
bertambah berat badan semakin bertambah pula kebutuhan cairan yang harus dipenuhi sesuai
perkembangan usia.
4. Anak prasekolah (4-6 tahun)
Usia anak yang telah mencapai 4 tahun memiliki kebutuhan cairan yang
banyak daripada balita. Ini dipengaruhi oleh factor keaktifan seorang anak. Anak prasekolah
biasanya memiliki keaktifan yang lebih. Mereka bermain, belajar, berlari, dan melakukan
aktivitas yang mereka sukai dan banyak mengeluarkan keringat maupun tenaga.
Anak prasekolah dengan usia 4 tahun dengan berat badan 16,2kg
membutuhkan 1800-2000 ml perhari. Semakin bertambahnya usia dan berat badan kebutuhan
cairan seorang anak semakin bertambah apalagi kegiatan dan keaktifan seorang anak bertambah.
Anak bermain kesana kesini, berlari, bersenang-senang maka anak memerlukan cairan yang
lebih pula. Pada usia anak 6 tahun membutuhkan cairan sebanyak 2000-2500 ml perhari dan
biasanya berat badan seorang anak yang berusia 6 tahun adalah 20 kg oleh karena itulah seorang
anak membutuhkan cairan yang lebih banyak dari sebelumnya.

1.3.3. Memandikan Bayi

Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, meransang peredara darah,

memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan kebersihan. Cara

memandikan bayi :

 Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya sabun masuk ke mata bayi.

Badan disabuni mulai dari kepala, leher, tangan, jari, ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian

punggung, kaki, dan terakhir alat kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha harus

dibersihkan dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan dari sabun.

 Bayi dimasukkan ke dalam ember mandi dan bilas sampai bersih.

 Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai dari kepala menurun ke

bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar kering dan dilihat apakah ada kelainan kulit dan

sebagainya.

1.3.4. Perawatan Tali Pusat

Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian tali pusat dibungkus.
Perhatikan pangkal/tunggul tali pusat harus terbungkus dengan baik.

1.3.5. Perawatan Mata dan Telinga

a. Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi mata dan muka sebaiknya

diseka dengan air steril. Muka sebaiknya diseka setiap sesudah minum susu.

b. Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau, harus segera berobat ke

dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan dengan baik dan dibersihkan dengan kapas

hindari menggunagakan lidi atau benda keras.

1.3.6. Perawatan kuku

Kuku panjang dapat menyebabkan luka garukan pada kulit bayi yang sangat sensitif
terutama di wajah : infeksi
Kuku sebaiknya dipotong atau diberi sarung tangan
1.3.7. Imunisasi

Imunisasi adalah bentuk interfensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan Campak dapat di cegah. Pentingnya pemberian
imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yag dapat di cegah
dengan imunisasi. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit tersebut bisa di cegah
dengan imunisasi. Oleh kerna itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang
berbahaya, imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta deberikan sesuai jadwal.
2. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk(pertussis), campak, polio dan TBC.
a.Imunisasi Dasar (Imunisasi Wajib)
Jenis imunisasi dasar wajib

1) BCG (Bacille Calmette Guerin)


Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru
berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Dosis untuk bayi
kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. disuntikkan secara intra dermal di bawah
lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulang.suntukan
BCG akan meninggalkan jatinga parut pada bekas suntikan. BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8֯C.vaksin yang telah diencerkan
harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi diberikan pada anak ketika berumur kurang lebih 2 bulan
dan sebaiknya dilakukan uji Mantoux (tuberculin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika
uji Mantoux negative).
 Kejadian ikutan pasca/imunisasi (KIPI)
Penyuntikan BCG secara intra dermal yang benar akan menimbulkan ulkus local superfisial
di 3 minggusetelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam2-3
bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. apabila dosis terlalu tinggi, maka
ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntika terlalu dalam, maka parut aka tertarik
kedalam (retractin). Limfadenitis sufuratif di aksila atau leher terkadang di jumpai. Hal ini
bergantung pada umur anak, dosis dan galur (strain) yang di pakai. Limfadenitis akan sembuh
dengan sendirinya, jika tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau timbul
fistula, maka dapat di bersihkan dengan melakukan drainase dan di berikan obat anti tuberculosis
oral. Tidak perlu memberikan anti tuberculosis sistemik karena hasilnya tidak efektif.
BCG-itis desiminasi jarang terjadi, biasanya behubungan dengan imunodefisiensi berat.
Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomyelitis. Komplikasi
ini harus di obati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.
 Kontraindikasi
Tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi BCG, jika ditemukan hal-hal
berikut:
1. Reaksi uji tuberculin >5 mm
2. Terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan
kortikosteroid, obat imunosupresif, sedang menjalani terapi radiasi, seta menderita penyakit
keganasan yang mengenai sumsu tulang atau sistem limfe
3. Anak menderita gizi buruk.
4. Anak menderita demam tinggi.
5. Anak menderita infeksi kulit yang luas.
6. Anak pernah menderita tuberculosis.
7. Kehamilan
 Rekomendasi
1. Imunisasi BCG di berikan pada bayi berusia kurang lebih 2 bulan.
2. Pada bayi yang kantak erat dengan penderita TB, dan melalui pemeriksaan sputum di dapati
BTA (+3) maka sebaiknya di berikan INH profilaksi terlebih dahulu, dan jika kontak sudah
tenang dapat di beri BCG.
3. Jangan melakukan imunisasi BCG pada bayi atau anak dengan imunodefisiensi, misalnya
HIV,gizi buruk dll.

2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic di hamper seluruh bagian dunia. Penyakit
hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan gejala yang tidak jarang menimbulkan hepatitis
kronik, yang dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun
hepatoma, sedangkan pada orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga
dapat berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka kematian yang tinggi. Penularan
penyakit ini umumnya terjadi melalui :
1. Inokulasi parenteral, melalui alat-alat kedokteran, darah, ataupun jaringan.
2. Hubungan seksual
3. Dari ibu kepada bayinya, pada umumnya terjadi sekirat proses persalinan, dapat pula melalui
transplasental, atau pun pada masa postnatal melalui ASI.
4. Penularan horizontal antara anak walaupun jarang terjadi.
 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus, baik terhadap pengidap,
darah donor, organ tubuh, trasplantasi, maupun alat-alat kedokteran. Dapat pula dengan
pemberian kekebalan melalui imunisasi, baik imunisasi pasif maupun imunisasi aktif.
1. Imunisasi pasif, yaitu dilakukan dengan pemberian immunoglobulin. Imunisasi ini diberikan
baik sebelum terjadi paparan maupun setelah terjadinya paparan. Imunisasi ini dapat dilakukan
dengan memberikan IG/immune serum globulin(ISG) atau hepatitis B immune globulin atau
(HBIG).
2. Imunisasi aktif, yaitu iminisasi yang dapat di berikan dengan pemberian partikel HbsAg yang
tidak terinfeksius.
Ada tiga jenis vaksin hepatitis B, yaitu sbg berikut :
1. Vaksin yang berasal dari plasma
2. Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombnan(rekaya genetic)
3. Vaksin polipeptida
Penyuntikan intramuscular di daerah deltoid atau paha antrolateral( jangan di lakukan pada
daerah bokong)
 Jadwal pemberian
1. Vaksinasi awal atau primer di berikan sebanyak tiga kali. Jarak antara suntikan I dan II adalah 1-
2 bulan, sedangkan untuk suntikan III di berikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan pertama.
2. Pemberian booster di lakukan 5 tahun kemudian, namun masih belum ada kesepakatan.
3. Di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg pascaimunisasi setelah 3 bulan imunisasi
terakhir
4. Skrining pravaksinasi hanya di anjurkan pada pemberian imunisasi secra individu(praktik swasta
perorangan), sedangkan pada suntikan massal tidak di anjurkan
 Efek Samping
Efek samping yang terjadi pascaimunisasi hepatitis B pada umumnya ringan, hanya berupa
nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot. Walaupum demikian pernah pula di
laporkan terjadi reaksi anafilaksis, sindrom guillain Barre, walaupun tidak jelas terbukti apakah
hal tersebut berhubungan dengan imunisasi hepatitis B.
 Kontraindikasi
Sampai saat ini belum di pastikan nadanya kontraindikasi absolut terhadap pemberian
imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.

4. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxsin – mediated disease dan di
sebabkan oleh kuman corynebacterium diphtyeriae.
Kekuatan toxsoid difteri yang terdapat dalam vaksin DPT saat ini berkisar antara 6,7-25
Lf dalam dosis 0,5ml. Untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia
2,4,6,15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Dosis ke-4 harus di berikan sekurang-kurangnya 6
bulan setelah dosis ke 3. Kombinasi toksoid difteri dan tetanus atau (DT) yang mengandung 10-
12 Lf dapat di berikan pada anak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertussis.
Vaksin DPT disimpan pada suhu 2-8֯C dan cara pemberiannya melalui suntikan intramuscular/
subcutan.
KIPI
Untuk menekan kejadian ikutan akibat hipereaktifitas terhadap toksoid difteri telah dilakukan
beberapa upaya untuk memperbaiki kualitas toksoid tersebut yaitu:
1. Meningkatkan kemurnian toksoid dengan menghilangkan protein yang tidak perlu.
2. Menyerapkan toksoid ke dalam garam aluminium.
3. Mengurangi jumlah toksoid per inkolusi menjadi 1-2 Lf yang di anggap cukup efektif untuk
mendapatkan imunitas.
 Efek Samping
1. Panas
2. Rasa sakit di daerah suntikan
3. Peradangan
4. Kejang-kejang
 Pertussis
Pertussis atau batuk adalah suatu penyakit akut yang di sebabkan oleh bakteri borditella
pertussis.
 Vaksin pertussis
Anti body terhadap toksin pertussis dan hemaglutinin telah dapat ditemukan dalam serum
neonatus dalam kosentrasi yang sama dengan ibunya dan akan mmenghilang. Vaksin pertussis
adalah vaksin yang merupakan suspense kuman B. Umumnya vaksin pertussis diberikan dengan
kombinasi bersama toksoid tetanus dan difteri. Campuran ini diabsorsipkan ke dalam garam
aluminium.
 KIPI
KIPI pertussis diantaranya adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi.
5. Toksoid Tetanus
Tetanus yang di perlukan untuk imunisasi sebesar 40 IU dalam setiap dosis tunggal dan
60 IU bila bersama dengan toksoid difteri dan vaksin pertussis.Berbagai kemasan dapat ditemui
untuk toksoid ini,baik sebagai preparat tunggal(TT / kombinasi dengan toksoid difteri/fertusis(
dT, DT, DPT dan, DTaP).
Sebagaimana toksoid lain nya,toksoid tetanus ini memerlukan pemberian bertahap untuk
meningkatkan efektifitas dan mempertahankan imunitas.Tidak perlu pengulangan dosis bila
jadwal pemberian ternyata lambat.ibu yang mendapat toksoid tetanus 2 atau 3 dosis ternyata
memberikan proteksi yang baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus neonatorum. Kadar rata
–rata antitoksin 0,01 IU/ml pada ibu cukup memberikan proteksi pada bayi.berat nya KIPI yang
terutama terdiri atas reaksi loka,sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut,cara penyuntikan dan
adanya anti gen lain dalam kombinasi paksin tersebut. Untuk paksin TT dosis yang diberikan 0,5
ml dan di suntikan intramuscular/subcutan di otot deltoid ,paha, dan bokong.
Vaksin polio oral ( oral polio vaccine-OPV)
1. Vaksin ini berisi virus polio tipe 1 ,2 ,dan 3 .serta merupakan bagian dari suku sabin yang masih
hidup tetapi sudah di lemahkan ( attenuated).
2. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral .
3. Vaksin yang menghambat inpeksi virus liar yang setrentak,maka sangat berbahaya untuk
efedemi.
4. Penerima Vaksin ini dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama namun 3 dosis berikutnya
akan memberikan imunitas jangka lama terhadap 3 tipe virus polio.
5. Vaksin polio oral harus di simpan tertutup pada suhu 2-80c
6. Vaksin Polio Oral dapat disimpan beku pada temperature -200C.

6. CAMPAK
Penyakit Campak sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah
Indonesia. Upaya imunisasi campak telah dilaksanakan oleh Depkes dan Kesos kementrian RI
dan sudah mencakup lebih dari 80%, tetapi untuk daerah-daerah terpencil, cakupan tersebut
secara keseluruhan masih belum tercapai. Oleh karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak
masih sering di jumpai di daerah-daerah tertentu. Bahkan akhir-akhir ini dengan adanya siuasi
krisis dan perpindahan penduduk yang cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman
menyebabkan terjadinya penularan penyakit campak yang tidk dapat di hindari.
 Vaksin
Pada tahun 1963, telah di buat 2 jenis Vaksin Campak yaitu :
1. Vaksin yang terbuat dari virus campak yang hidup dan di lemahkan (Tipe Edmanston B )
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (Virus campak yang berada dalam
larutan formalin yang di campur dengan garam alumunium.

 Dosis Dan Cara Pemberian


Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau
sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan melalui Subkutan walaupun demikian
dapat juga diberikan secara intramuscular.
4. Menjelaskan konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah
1.4. Konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

1.4.1. Pencegahan Infeksi

a. Kewaspadaan Pencegahan Infeksi


Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penyebaran infeksi (Sudarti
dan Khoirunnisa, 2010):
a) Anggaplah setiap orang (pasien atau karyawan) berpotensi menularkan infeksi.
b) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alcohol sebelum dan sesudah
merawat bayi.
c) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.
d) Pakai pakaian pelindung (misalnya celemek atau gaun dan lain-lain) bila diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
e) Bersihkan dan bila perlu lakukan disinfeksi peralatan dan barang yang digunakan sebelum
didaur ulang.
f) Bersihkan ruang perawatan pasien.
g) Letakkan bayi yang mungkin dapat mengkontaminasi lingkungan (misal bayi dengan diare
yang infeksius) di dalam ruang khusus.
b. Cara Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut ini :
a) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
b) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c) Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
d) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi
telah dalam keadaan bersih.
e) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap
kali setelah digunakan).
f) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari
(putting susu tidak boleh disabun).
g) Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan
sabun setiap hari.
h) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang
memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya (Muslihatun,2010).
c. Teknik Aseptik untuk Melakukan Tindakan
Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme di kulit, jaringan atau
benda mati ke tingkat yang lebih aman melalui cara (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010) :
a) Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat lembut dan sabun antiseptik.
b) Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
c) Siapkan kulit untuk melakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptic
dengan gerakan melingkar, dari sentral ke luar seperti membentuk spiral.
d) Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkaontaminasi atau tidak anggaplah sudah
terkontaminasi.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada BBL adalah
:
d. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut
tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan
di sebgalah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang
mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dna dibungkus dengan kasa
tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab kaan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat
berakhir dengna kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara
lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi
dan seger melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk
e. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Cara mencegah infeksi pada mata BBL adalah merawat mata BBL dengan mencuci tangan
terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bai segera setelah lahir dengna kapas atau sapu
tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (tetrasiklin 1%,
eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di
sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangna kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya BBL diberi salep mata setelah lewat 1 jam
setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata BBL.
f. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit BBL atau
penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu
dna bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan
saluran pencernaan bayi dengna mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta
adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu (ASI).
1.4.1 Rawat Gabung
a. Defenisi dan tujuan
Pengertian
Menurut Muslihatun (2010) menyatakan bahwa rawat gabung adalah satu cara perawatan
ibu beserta bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruang, kamar, atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Tujuan rawat gabung :
1) Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi.
2) Meningkatkan penggunaan ASI.
3) Mencegah infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.
4) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja bayi
membutuhkannya.
5) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan
oleh petugas.
6) Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya.
7) Dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara
baik dan benar.
8) Ibu mendapatkan kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.

b. Sasaran dan manfaat


Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1) Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong.
2) Apabila bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup
sehat, reflex menghisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain-lain.
3) Bayi yang lahir secara section caesaria (SC) dengan pembiusan umum, rawat gabung
dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai.
4) Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR ≥ 7).
5) Usia kehamilan ≥ 37 minggu atau lebih.
6) Berat bayi lahir ≥ 2.500 gram.
7) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
8) Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
Manfaat Rawat Gabung
1. Fisik

Mengurangi infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan menyusu dini kolostrum dapat
memberikan kekebalan, ibu dapat dengan mudah mengetahui perubahan yang terjadi pada
bayinya karena setiap saat dapat melihat bayinya.

2. Fisiologis

Bayi banyak mendapat nutrisi secara fisiologis, antara lain bayi banyak mendapatkan nutrisi
secara fisiologis dan membantu proses involusi uterus.

3. Psikologis

Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, bayi merasa aman dan
terlindungi.

4. Edukatif

Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui dan
merawat bayinya.

5. Ekonomi

Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan.

6. Medis

Menurunkan terjadinya infeksi nosokomial, menurunkan angkan mortalitas dan morbiditas

c. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung :

1. Peranan sosial budaya

Kemajuan teknologi perkembangan industry, urbanisasi, dan pengaruh kebudayaan barat


menyebabkan pergeseran niat sosial budaya masyarakat. Memberikan susu formula dianggap
modern karena dapat menyamakan kedudukan seorang ibu golongan bawah dengan ibu-ibu
golongan atas. Ketakutan akan mengendurnya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui
bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, hal ini dapat menghambat usaha
peningkatan penggunaan ASI.

2. Ekonomi

Beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan bukan karena tuntutan
ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.

3. Peranan tata laksanan RS/RB

Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB sangat penting, mengingat saat ini
banyak ibu menginginkan untuk bersalin di pelayanan kesehatan yang lebih baik.

4. Dalam diri ibu sendiri


a. Keadaan gizi ibu

b. Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui

c. Keadaan emosi

d. Keadaan payudara

e. Peran masyarakat dan pemerintah

(Dewi, 2010)
5. Mahasiswa mampu mempraktekkan asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyulit dan komplikasi
1.5 Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyulit dan komplikasi

1.5.1. Asuhan neonatus dengan penyulit dan komplikasi

a. BBLR
Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelsah lahir (3).

Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah
umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).

(1) Faktor ibu

a. Penyakit

Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat,
eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia
<>

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun (4,7).

Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):

Hipotermia

Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit

Hiperbilirubinemia

Sindroma gawat nafas

Paten duktus arteriosus

Infeksi

Perdarahan intraventrikuler

Apnea of Prematurity

Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
antara lain (3,8):

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu <>
dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (8).
Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

Berat badan <>

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

Penatalaksanaan/ terapi

Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan
umur 4-6 minggu)
Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih
lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan
diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan
bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan
utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari
sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi
adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

- Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih
dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.

- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti
pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

· Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

· Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

· Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung :

o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram

- Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara
perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil
dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.
- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena
secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusui langsung.

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan
nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan
berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah
berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian
ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur koreksi

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan

Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko
yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan
ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

b. asfiksia neonatorum

BATASAN

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

PATOFISIOLOGI

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia
jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan
pada kejadian asfiksia.

GEJALA KLINIK

Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit
sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

DIAGNOSIS

Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan fisik :

Nilai Apgar

Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit


Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


dibersihkan

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat


(lemah) gerak aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh


ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat

Nilai 4-6 : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit
masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

Pemeriksaan penunjang :

- Foto polos dada

- USG kepala

- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Penyulit

Meliputi berbagai organ yaitu :

- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis

- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru

- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH

- Hematologi : DIC

PENATALAKSANAAN
Resusitasi

· Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)

· Terapi medikamentosa :

Epinefrin :

Indikasi :

- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan
pemijatan dada.

- Asistolik.

Dosis :

- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander :

Indikasi :

- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
dengan resusitasi.

- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya
pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat.

Jenis cairan :

- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Dosis :

- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.

Bikarbonat :

Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila
ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai
dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)

Cara :

- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena
dengan kecepatan minimal 2 menit.

Efek samping :

- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.

Nalokson :

- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi


pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.

Indikasi :

- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.

- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat
narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)

Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

Suportif

· Jaga kehangatan.

· Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.

· Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)


Uji kembali efektifitas :

Ventilasi
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika :
Kompresi dada
apnea dan denyut jantung 0
Intubasi Endotrakeal
setelah dilakukan resusitasi
- Pemberian epinefrin secara efektif selama 15 menit.

Pertimbangkan kemungkinan :

Hipovolemia

Asidosis metabolik berat


c. sindrom gangguan pernafasan

. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFENISI
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak
Sakit, Ngastiah. Hal 3).
Penyakit Membran Hialin (PMH)
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps
paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak
kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.

2. PATOFISIOLOGI
Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam
pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan
lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di bentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga
untuk bernafas berikutnya di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai
usaha inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga
terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis.

3. PROGNOSIS
Prognosis bayi dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas serta beratnya penyakit. Bayi
yang sembuh mempunyai kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi prematur lain
yang tidak menderita PMH.

4. GAMBARAN KLINIS
PMH umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau masa
generasi 30-36 minggu. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir
dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72 jam.

5. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
Foto thorak
Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab dan
untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks.
Pemeriksaan darah : perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.

6. PENATALAKSANAAN
Tindakan yang perlu dilakukan :
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc)
dan meletakkan bayi dalam inkubator.
2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan
retina dan lain-lain.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125 ML/ Kg
BB/ hari.
4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000
untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg
BB / hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen (
surfaktan dari luar).
Keperawatan
Pada umumnya dengan BB lahir 1000-2000 gr dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.
1. Bahaya kedinginan
Bayi PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum berbentuk
dan pusat pengatur suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury,
sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat dalam inkubator yang dapat
mempertahankan suhu bayi 36.5-37oc.
2. Resiko terjadi gangguan pernafasan
Gejala pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi prematur
adalah
a. Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum
b. Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera berikan oksigen.
3. Kesukaran dalam pemberian makanan
Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10 %.
Makanan bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu selama bayi belum diberi asi harus tetap
pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3 jam.
4. Resiko mendapat infeksi
Untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik dan inkubator harus aseptik pula.
Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak di benarkan banyak orang memasuki
ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan harus steril.
5. Kebutuhan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya penghisapan lendir,
pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya selain sikap yang lembut setiap
menolong bayi dalam memberi pasi harus di pangku.

d. Hiperbilirubin

ikterus
A. Definisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya
deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.


Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:

 Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.


 Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL.
 Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
 Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
 Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
 Terdapat faktor risiko.

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke
jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit
bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut
terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2
(pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah
minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.
Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran sensorial.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus.
Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru
lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.

Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah
studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto
Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar
58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL
pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan
sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13
mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap
hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada
95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509
neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.
Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada
tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya
ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga
data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan
13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara
pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar
bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada
hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual.

C. Etiologi dan Faktor Risiko

1. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

 Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih
pendek.
 Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,
UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh
hepatosit dan konjugasi.
 Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase
di usus dan belum ada nutrien.
 Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan
oleh faktor/keadaan:

 Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,


sferositosis herediter dan pengaruh obat.
 Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
 Polisitemia.
 Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
 Ibu diabetes.
 Asidosis.
 Hipoksia/asfiksia.
 Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
2. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

a. Faktor Maternal

 Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)


 Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
 Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
 ASI

b. Faktor Perinatal

 Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)


 Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

c. Faktor Neonatus

 Prematuritas
 Faktor genetik
 Polisitemia
 Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
 Rendahnya asupan ASI
 Hipoglikemia
 Hipoalbuminemia

D. Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-
lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
1. Ikterus fisiologis

Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun
kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai
contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-
6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80
hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur
dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin.

2. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga
meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak
perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.

Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada
peningkatan kadar bilirubin.
E. Penegakan Diagnosis

1. Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila
tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya
bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun
apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan
skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:

 Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan
dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
 Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan
jaringan subkutan.
 Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak
kuning. (tabel 1)

2. Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum
serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan
tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL
atau usia bayi > 2 minggu.
3. Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan


bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan
merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi
pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang
tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,
bukan untuk diagnosis.

Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi
pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum
(metode standar diazo). Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir
dengan usia gestasi >34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi
bilirubin serum >14.4 mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan
TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76,
p<0.0001), namun interval prediksi cukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk
mengukur TSB. Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB.

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Hasil analisis
biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum
ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif
dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.

4. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa
ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya
dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi
peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan
bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam
jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan
melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.
Tabel 1. Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus
Usia Kuning terlihat pada Tingkat keparahan ikterus

Hari 1 Bagian tubuh manapun Berat


Hari 2 Tengan dan tungkai *
Hari 3 Tangan dan kaki
* Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin
serum untuk memulai terapi sinar.

F. Tata laksana

1. Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum
kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil.
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

 Minum ASI dini dan sering


 Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
 Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih
cepat (terutama bila tampak kuning).

Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi
hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini
kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup
besar.

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)

 Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.


 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum
usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
 Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan
golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:

 Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan
terapi sinar.
 Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi
sinar, lakukan terapi sinar
 Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring
G6PD bila memungkinkan.

 Tentukan diagnosis banding

2. Tata laksana Hiperbilirubinemia

Hemolitik

Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara
bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku
untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.

 Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan
terapi sinar.
 Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:

 Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar


hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk
bayi.
 Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan
hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).
 Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:

 Persiapkan transfer.
 Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas
transfusi tukar.
 Kirim contoh darah ibu dan bayi.
 Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa
perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.

 Nasihati ibu:
 Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan
informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan
berikutnya.
 Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari
zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat
antimalaria, obat-obatan golongan sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).
 Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
 Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3
minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum
kehamilan 37 minggu), terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged
jaundice).
 Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4
minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)

 Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup
bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
 Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab.
 Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan
rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila
memungkinkan.
 Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.

Mengenai penatalaksanaan dengan terapi sinar dan transfusi tukar selengkapnya dimuat
terpisah.

G. Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-
sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat
menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat
menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius)
sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin
serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan
lama paparan bilirubin terhadap jaringan.
Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan
komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan
lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada
sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk
ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum
dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai
spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik
yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang
disebabkannya.

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan
belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan
albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi
efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa
ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya
diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak
permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau
hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.

H. Pencegahan
Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO
sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan
hiperbilirubinemia sebagai berikut:

1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan
yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya
8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan
dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan
kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif
bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa) pada
neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus
neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.

2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.
Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta
menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan
darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah
dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi
terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus.
Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital lain.

Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan
warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang,
paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku
pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di
bagian wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
e. Sepsis Nenoatorium

Definisi Sepsis Neonatorum

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro
30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam
waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat
di rumah sakit).
Pembagian Sepsis:

1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi.

B. Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus
antara lain :

 Perdarahan
 Demam yang terjadi pada ibu
 Infeksi pada uterus atau plasenta
 Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
 Proses kelahiran yang lama dan sulit

C. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3 :

1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi klinis
yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama mengenai system
saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.
2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering disertai
adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi yang
timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.

Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum :

1. Antenatal : paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (Infeksi ascending melalui cairan
amnion, adanya paparan terhadap mikroorganisme dari traktur urogenitalis ibu atau
melalui penularan transplasental).
2. Selama persalinan : trauma kulit dan pembuluh darah selama persalinan, atau tindakan
obstetri yang invasif.
3. Postnatal: adanya paparan yang meningkat postnatal (mikroorganisme dari satu bayi ke
bayi yang lain, ruangan yang terlalu penuh dan jumlah perawat yang kurang), adanya
portal kolonisasi dan invasi kuman melalui umbilicus, permukaan mukosa, mata, kulit.

D. Tanda dan Gejala


Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:

 Bayi tampak lesu


 tidak kuat menghisap
 denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik
 gangguan pernafasan
 kejang
 jaundice (sakit kuning)
 muntah
 diare
 perut kembung

E. Faktor Risiko

1. Sepsis Dini

 Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal


 Malnutrisi pada ibu
 Prematuritas, BBLR

2. Sepsis Nosokomial

 BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun


 Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang
 Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)
F. Pencegahan

 Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
 Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
 Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara
steril.

G. GEJALA KLINIS

- Suhu tubuh tidak stabil (< 36 0C atau > 37,5 0C)

 Laju nadi > 180 x/menit atau <>


 Laju nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea atau laju nafas <>
 Letargi
 Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170 mg/dl) atau
hipoglikemia (<>
 Intoleransi minum
 Tekanan darah <>
 Tekanan darah sistolik <>
 Tekanan darah sistolik <>
 Pengisian kembali kapiler/capillary refill time > 3 detik

H. DIAGNOSIS

Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau < 30 x/menit atau
apnea dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (<>0C atau >
37,50C), waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit <>9/L atau > 34.000 x 109/L.

Laboratorium

· Leukositosis (> 34.000 x 109/L)

· Leukopenia (< 4.000 x 109/L)

· Netrofil muda > 10%

· Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total (stab+segmen) atau I/T ratio >
0,2
· Trombositopenia <>

· CRP > 10 mg/dl atau 2 SD dari normal

DIAGNOSA BANDING

Kelainan bawaan jantung, paru, dan organ-organ lain.

I. PENYULIT

· Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal

· Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi

· Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)

J. PENATALAKSANAAN

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan
Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap,
feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi
lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari
ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai
dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis
pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi :


Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis,
terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang,
transfusi tukar.

f. Neonatus dengan Trauma Lahir

Trauma pada bayi baru lahir adalah trauma yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat
dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan clan
kelahiran.

Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau
yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan
kebidanan yang terampil dan kompeten clan sama sekali tidak ada kaitanriya dengan tindakan
atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.

Pembatasan trauma pada bayi baru lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi
intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi, beberapa kondisi karena
trauma pada bayi baru lahir.

1) Trauma pada bayi baru lahir perlukaan kulit

Kelainan mi mungkmn timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat seperti cunam atau
vakum. Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul pada kejadian mi. Karena itu,
kebersihan dan pengeririgan Wit yang terluka perlu diperhatikan. Bila perlu dapat juga
digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk
penyembuhan.

2) Trauma pada bayi baru lahir enitema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak
subkutan Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan mi yaitu presentasi muka clan
persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam clan ekstraksi vakum. Kelainan mi
memerlukan pengobatan khusus dan menghilang pada minggu pertama.

3) Trauma pada bayi baru lahir perdarahan subaponeurotik


Perdarahan mi terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena yang menghubungkan
jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi pada persalinan
yang diakhiri dengan alat, dan biasanya tidak mempunyai batas tegas, sehingga kadang-kadang
kepala berbentuk asimetnis. Kelainän mi dapat menimbulkan anemia, syok, atau
hiperbilirubinemia.
g.Kelainan kongenital (kelainan bawaan)

PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang
cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup
bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi
berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat
lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan
diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal
kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

B. Diagnosis
Kelainan kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide) setelah bayi lahir
mudah di diagnosa.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rhim, dan
sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi
C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan
fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor
secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant
traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi
adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat
diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal
trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner.

2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk
organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada trimesrer pertama di
samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan
terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus
Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama
dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem
pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai
ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikroftalmia.

4) Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu
jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang
dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar
dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang
tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan
dan akibatnya terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di
atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital
pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Frekuensi
kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama kehamilan. Salah
satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan
resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan
faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus
1. Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi
penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup
cacat tersebutØ
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesiØ ditutupi kassa steril atau kassa
yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat
lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam,
monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan
pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalØdalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter,
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:Ø
a. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS
dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel
di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan,
infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar,Øsutura tengkorak belum
menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar
atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis,
tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, VentrikulografiØ
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:Ø
a. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan.
Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu
arah. Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Penatalaksanaannya:Ø
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika
kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian
atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØpenyambungan bibir bagian
atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØmelewati langit-langit
mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØmenyebabkan kelainan pada
janin, contohnya virus atau bahan kimia).
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØsebagian atau keduanya dan
adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada
hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari,
kesukaran dalam menghisap atau makan.
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress
pernapasan.Ø
Penatalaksanaan:Ø
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum
dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15
mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6
bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg,
leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan)
sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat
menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila
sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting
untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai
operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanyaØ disertai kelainan bawaan
lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom
Trisomi 21,13, dan 18.Ø
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih,Øapabila air liur masuk ke
dalam trakea akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir denganØkurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØsetengah duduk untuk
mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung
untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan
pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplitØperkembangan embrionik
pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.Ø
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir danØ tidak terdapat
defekasi mekonium atau urine bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØrendah atau pada anus,
membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-
macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenanØrektum dan dapat
dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2
cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat
normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48
jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØdengan kolostomi
sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi
dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan
observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan
anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan
pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan
dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di
lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglionØpara simpatis dari pleksuss
messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampaiØsigmoid, segmen panjang :
kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yangØlambat keluar ( lebih
dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan padaØwaktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektumØ(merupakan tindakan
sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter),
memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi
gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. AdaØsebagian komponen
tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau
susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa
pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini
janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang
belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini
adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang belakang
dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi
dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang.
Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena
tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang
yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya
berupa selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol.
Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau
dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi
terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØkerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta:


a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:Ø
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra
tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit
diatasnya tampak kasar dan merah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Ø
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen.
Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan
lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum
alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan
USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan
pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
Penatalaksanaan :Ø
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan
asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan
ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah
1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka
begitu lahir sudah disiapkan tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah
anak, ortopedi, dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa dibiarkan
adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan operasi yang dilakukan pun
memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau kalau ada hubungan
langsung susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya adalah operasi
untuk membebaskan jaringan saraf bila mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang
defect (berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak
dibolehkan pulang. "Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi." Sementara pada spina bifida yang
dilapisi oleh kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. "Bisa dibawa
pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih dulu pemasangan
'selang' atau VP shunt (pintas dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari
otak akan tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan selang,
cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan pun tidak terlalu tinggi. Kalau
tidak dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus membesar karena cairan otak akan
bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan tertekan dan kalau
dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk
sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan otaknya.
Selain berusaha secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau
tidak, akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya." Pemberian obat-obatan
pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah
masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu,
apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan
operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak. Selain itu, dicari
waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang lebih besar, lebih
mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang. Sementara pada
bayi, sangat riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan
rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya supaya
tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin. Termasuk
melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk membuat saraf baru.
8. Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke ronggaØ abdomen pada waktu janin
berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel. Kelainan dengan adanya
sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen melalui defek dinding abdomen
pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena
kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasiØbila kantong belum pecah,
dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi dengan kasa
steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapiØmengingat bahwa memasukkan
semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan menimbulkan tekanan yang
mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka biasanya operasi ditunda
beberapa bulan.
9. Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perutØmasuk kedalam rongga
toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus
pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari diafragma.
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalamØtoraks, akan timbul gejala
gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil
dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas
pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.Ø
Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberianØoksigen bila bayi tampak
sianosi, kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi
perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi ini
juga dilakukan setelah operasi.
10. Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainanØpertumbuhan tulang- tulang
dan jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan
tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
11. Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harusØdilakukan dengan tindakan
pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila
dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml,
dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus
halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat,Øperut membuncit,
kadang-kadang tampak gerakan peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit denganØparenteral, pengosongan
lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak
obstruksi
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsiØumum kelenjar eksokrim
pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus
halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
12. Atresia Duodeni
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi beberapa jamØsesudah kelahiran. Perut
dibagian epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin projektil dan
berwarnah hijau.
Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebaran lambungØ dan bagian
proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian lain usus.
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknyaØ lambung dikosongkan
dan diberikan cairan intaravena untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit yangb terjadi.
13. Hipospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus eksternaØterletak dipermukaan ventral
penis dan lebih proksimaldari tempatnya yang normal (ujung glan penis)
Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia karenainvolusi yang prematur dari sel
interstisial testisØ
Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini disebabkanØadanya chordee
yaitubsuatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe glandula, distal
penila, penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap yaituØ operasi pelepasan chordee dan
tunneling dilakukan pada glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup luka eksisichordee
dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia
merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti, biasanya dilakukan 6
bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara
longitudional paralel dikedua sisis.
14. Fimosis
Pengertian fimosis adalah penyempitan pada preposium, kelainan yang menyebabkan bayi atau
anak sukar berkemih.Ø
PenyebabØ
Adanya smegma pada ujung prepusium yang menyulitkan bayi berkemih
Tanda dan gejalaØ
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis keras sebelum urine
keluar.
PenangananØ
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara mendorong
kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan
agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-
mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta melakukannya seperti
dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih
dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena
adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium
didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan
air matang.
15. Epispadia
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dengan lubangØ uretra terdapat bagian
punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh uretraØterbuka disepanjang penis,
seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penisØ
Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut radiologis, USG
system kemih kelamin.Ø
Penangannan: melalui pembedahanØ

16. Kelainan Jantung Kongenital


Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalahØgangguan atau kelainan
organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar akibat dari
kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,Øinfeksi saat kehamilan, dan
keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan jantung.
Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)Ødimulai pada minggu ketiga
pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan
berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi,
oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme.
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperanØdalam terjadinya kelainan
jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab
lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
17. Kelainan Metabolik dan Endokrin
PengertianØ
Merupakan gangguan metabolisme ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru lahir.
Klafikasi dan penyebabØ
Gangguan metabolik yaitu:ü
• Hipertermia
• Hipotermia
• Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi dari ibu penderita DM.
• Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme fisiologik sepintas yaitu karena
berkurangnya kesanggupan ginjal untuk mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat susu
buatan dan bayi dari ibu penderita DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu :ü
1. Hipoplasia adrenal congenital disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari
hipoplasia kelenjar pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan
kurang dari 20 mg % pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada bayi
yang ibunya mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau ibu
yang mendapat obat tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok yang
endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar natrium
dalam serum
Tanda dan gejalaØ
• Untuk hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua
kaki dingin.
• Untuk cold injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5 oC –
35 oC. gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah bayi
dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
• Tetani, yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan kejang.
• Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
• Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
• Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit terdapat
bercak yang menetap.
• Hipertiroidisme sementara yaitu gelisah, mudah terserang, hiperaktif , eksoftalamus, takikardia
dan takipnu.
• Gondok kongenital yaitu pembebasan pembebasan kelenjar , tiroid yang dapat menimbulkan
gejala gangguan pernapasan dan dapat menyebabkan kematian ;hiporekstensi
PenangananØ
• Hipertermia yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap infeksi
• Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi kedalam incubator yang suhu nya telah
diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
• Hipotermia sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian
antibiotika,larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara perlahan-lahan,antibiotika, larutan
glukosa,o2 dan sebagainya.
• Tetani yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10ml IV dengan
perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
• Hipertiroidisme sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6
kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV, sedativum dan
digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
• Gondok congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai
pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang berat.
• Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian larutan garam
NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat .
• Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% ta mbah larutan
glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
• Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan hidrokortison
• Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB
melalui ke vena perifer.
E. Pencegahan Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan pada Neonatus

Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia
35 tahun:
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari alkohol
• Menghindari obat terlarang
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi suplemen asam folat
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada
satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak
ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang
tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
h. Neonatus dengan Kejang

kejang
Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan olehdemam. Sekitar 2-5% anak berumur
enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi
otak anak.
Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? Walaupun kejang demam
terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi yang berat, yang paling
penting adalah tetap tenang.
Ketika demam, miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya dan jangan mencoba
menahan gerak si anak. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air
yang sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberikan kompres
dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu tubuh justru meningkat, walaupun
kulitnya terasa dingin. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat,
umumnya kejang demam akan berhenti dengan sendirinya sebelum lima menit.
Apakah anak perlu masuk rumah sakit? Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit,
kemudian anak sadar dan menangis, biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi dan kejang
berlangsung lebih dari 10-15 menit atau kejang berulang, maka Anda harus membawanya ke
dokter atau rumah sakit.
Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak di kemudian hari, kejang demam
dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang kompleks.
Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak
berulang pada hari yang sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada
satu sisi tubuh, berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam
satu hari.
Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu
kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%.
Risiko terbanyak adalah berulangnya kejang demam, yang dapat terjadi pada 30-50% anak-anak.
Risiko-risiko tersebut akan lebih besar pada kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena
tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat
memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.
Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainan saraf yang nyata,
dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka
panjang selama 1-3 tahun.
i. Oral Trust

ORAL TRUSH PADA BAYI DAN NEONATUS


Pengertian
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-
kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan
lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan
perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan
buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani
pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di mulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui
vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol
susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi
terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya
tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan
jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga
apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan
atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat
berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri
di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai
konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang
kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan
daging yang berdarah.
Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi
antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar
menuruni esophagus.
Tanda Dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan
air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan dimuntahkan, tak mau susu botol
bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat
kuman atau jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu
makannya berkurang.
Tanda
Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau
kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika
selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan
tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.
Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas, jika
vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida
atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena
jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar
seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke
seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare,
apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
Gejala
Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna kemerah-merahan,
timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian
dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga
mulut terasa perih.
Secara keseluruhan Gejala oraltrush yaitu :

Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan.

Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu

Mukosa mulut mengelupas

Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai
bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.

Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi
sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.

gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius

Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus

Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel

Komplikasi ;

Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral
thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama
Penatalaksanaan
Terdiri dari 2 cara :

1) Medik /pengobatan

Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap
pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.

2) Keperawatan

Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya
agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush
sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan
berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati
dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya
mendapatkan asupan yang dibutuhkan:

Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum


menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak
menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi.
Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.

Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses
penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.

Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak
juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah,
pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si
kecil kembali mengalami trauma di lidah.

Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan,
lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
j. Ikterik

ikterus
A. Definisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya
deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.

Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:

Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.

Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL.

Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.

Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.

Ikterus menetap pada usia >2 minggu.

Terdapat faktor risiko.

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke
jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit
bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut
terdiri atas 3 tahap; tahap 1 (1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2
(pertengahan minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah
minggu pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.
Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran sensorial.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus.
Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru
lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.

Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah
studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto
Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar
58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL
pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan
sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13
mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap
hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada
95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509
neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.
Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada
tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya
ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga
data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan
13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara
pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar
bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada
hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual.

C. Etiologi dan Faktor Risiko

1. Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.

Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T
dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan
konjugasi.

Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase di usus
dan belum ada nutrien.

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:

Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis
herediter dan pengaruh obat.

Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

Polisitemia.

Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

Ibu diabetes.

Asidosis.

Hipoksia/asfiksia.

Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.


2. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

a. Faktor Maternal

Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

ASI

b. Faktor Perinatal

Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

c. Faktor Neonatus

Prematuritas

Faktor genetik

Polisitemia

Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

Rendahnya asupan ASI

Hipoglikemia

Hipoalbuminemia

D. Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai
meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-
lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.

1. Ikterus fisiologis

Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun
kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai
contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-
6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80
hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur
dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin.

2. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga
meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak
perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.

Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada
peningkatan kadar bilirubin.

E. Penegakan Diagnosis

1. Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila
tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya
bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun
apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan
skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:

Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari)
karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak
terlihat pada pencahayaan yang kurang.

Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan
subkutan.

Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning. (tabel
1)

2. Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum
serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan
tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL
atau usia bayi > 2 minggu.

3. Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan


bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan
merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi
pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang
tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,
bukan untuk diagnosis.

Briscoe dkk. (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi
pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum
(metode standar diazo). Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir
dengan usia gestasi >34 minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi
bilirubin serum >14.4 mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan
TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76,
p<0.0001), namun interval prediksi cukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk
mengukur TSB. Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB.

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Hasil analisis
biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum
ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif
dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.

4. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa
ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya
dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi
peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan
bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam
jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan
melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.

Tabel 1. Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus


Usia Kuning terlihat pada Tingkat keparahan ikterus

Hari 1
Bagian tubuh manapun Berat
Hari 2 Tengan dan tungkai *
Tangan dan kaki
Hari 3

* Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin
serum untuk memulai terapi sinar.

F. Tata laksana

1. Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum
kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil.
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

Minum ASI dini dan sering

Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO

Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat
(terutama bila tampak kuning).

Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor prediksi
hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya. Hal ini
kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup
besar.

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)

Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.

Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis

Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah
bayi dan lakukan tes Coombs:

Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar.

Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan
terapi sinar

Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada
riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.

Tentukan diagnosis banding

2. Tata laksana Hiperbilirubinemia


Hemolitik

Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara
bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata laksana untuk keadaan ini berlaku
untuk semua ikterus hemolitik, apapun penyebabnya.

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar, lakukan terapi
sinar.

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkan:

Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar hemoglobin < 13 g/dL
(hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk bayi.

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs,
segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit <
40%).

Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:

Persiapkan transfer.

Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukar.

Kirim contoh darah ibu dan bayi.

Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi
apa yang akan diterima bayi.

Nasihati ibu:

Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus, pastikan ibu mendapatkan informasi yang
cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya.

Bila bayi memiliki defisiensi G6PD, informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu
untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh: obat antimalaria, obat-obatan golongan
sulfa, aspirin, kamfer/mothballs, favabeans).

Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.

Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu lebih
lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu), terapi
sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice).

Follow up setelah kepulangan, periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu. Bila
hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan transfusi darah.

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan, dan
3 minggu pada neonatus kurang bulan.

Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab.

Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan kepindahan bayi dan rujuk
ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan.
Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.

Mengenai penatalaksanaan dengan terapi sinar dan transfusi tukar selengkapnya dimuat
terpisah.

G. Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-
sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin dapat
menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA. Bilirubin juga dapat
menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius)
sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf.

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin
serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan
lama paparan bilirubin terhadap jaringan.

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan
komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan
lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada
sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk
ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum
dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai
spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik
yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang
disebabkannya.

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan
belum sepenuhnya dimengerti. Faktor tersebut antara lain: konsentrasi albumin serum, ikatan
albumin dengan bilirubin, penetrasi albumin ke dalam otak, dan kerawanan sel otak menghadapi
efek toksik bilirubin. Bagaimanapun juga, keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa
ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya
diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin.

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak
permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy, epilepsi dan keterbelakangan mental atau
hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder.

H. Pencegahan

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO
sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan
hiperbilirubinemia sebagai berikut:

1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan
yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya
8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan
dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan
kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif
bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik.

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa) pada
neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus
neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.

2. Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.
Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta
menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan
darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah
dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi
terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus.
Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital lain.

Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan
warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang,
paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku
pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di
bagian wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
k.Muntah dan gumoh

Pendahuluan
Muntah dan gumoh sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah.
Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada
bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan
serius .
Muntah adalah keluarnya isi lambung atau esophagus melalui mulut yang disebabkan oleh kerja motorik
dari saluran pencernaan. Muntahan dapat berupa cairan atau makanan atau cairan lambung saja.
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar, karena
muntah yang terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah
satu kegawatdaruratan pada anak.

Muntah harus dibedakan dengan beberapa kejadian:


1. Posetting; yaitu pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut.
Hal ini tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
2. Regurgitasi; Regurgitasi disebabkan oleh ketidakmampuan sphinter cardioesophageal atau
memanjangnya waktu pengosongan lambung. sebagian besar kejadian regurgitasi akan menghilang
sendiri dengan bertambahnya umur bayi. beberapa dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan
infeksi saluran nafas berulang.
Gumoh atau GER (gastro esophageal reflux ) pada bayi baru lahir bisa dikatakan normal, meskipun bisa
juga tidak normal. Gumoh disebut normal jika terjadi tidak terlalu sering, berat badan bayi tidak terganggu
kenaikannya, dan tidak ada keluhan lain semisal kolik. Jika gumohnya berlebihan sehingga mengganggu
kenaikan berat badan bayi, sebaiknya diwaspadai dan dikonsultasikan ke dokter.

Samakah muntah dan gumoh pada bayi?


Baik muntah dan gumoh pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti
illustrasi air yang mengalir ke bawah , bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif
dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau
tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan
kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan
dan 5 persen pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan
berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

Evaluasi klinis muntah pada neonatus


a. Muntah bilier

Dapat terjadi pada semua umur, menandakan obstruksi intestinal atau infeksi sistemik. Abnormalitas dari
anatomi traktus gastrointestinal yang tampak pada minggu pertama kehidupan dengan muntah bilier dan
distensi abdomen termasuk di dalamnya malrotasi, volvulus, atresia usus, sumbatan mekonium, hernia
inkarserata dan agangliogenesis (Penyakit Hirscprung)

b. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

Necrotizing Enterocolitis merupakan kejadian inflamasi traktus intestinal paling sering pada neonatus.
Gejala dari NEC adalah distensi abdomen, muntah bilier dan adanya darah pada tinja. Bayi baru lahir
dengan NEC dapat juga menunjukan gejala infeksi sistemik nonspesifik, seperti letargi, apneu, suhu tidak
stabil dan syok. Necrotizing Enterocolitis terutama ditemui pada bayi preterm dan NEC juga
mempengaruhi 10% bayi yang lahir aterm.

c. Kelainan Metabolik

Inborn Errors of Metabolism harus diwaspadai akan adanya penyakit neonatus akut. Beberapa faktor
yang menyebabkan cenderung terjadinya NEC. Keadaan terkait lainnya, termasuk letargi, hipotonia dan
kejang.

Penyebab muntah dan Gumoh


Penyebab Muntah
Muntah dapat merupakan bagian dari banyak penyakit yang di derita anak dan bayi. Penyebab utama
muntah pada anak adalah infeksi saluran pencernaan (gastroenteritris). Muntah sering terjadi mendahului
diare. Penyakit lain dapat juga menyebabkan seorang anak atau bayi muntah, misalnya infeksi telinga
(otitis media), infeksi saluran kencing, infeksi saluran nafas, hepatitis, infeksi intracranial, peningkatan
tekanan di dalam otak (misalnya karena tumor atau perdarahan otak).
Adanya penyempitan atau atau kelainan struktur saluran pencernaan (misalnya stenosis pylorus,
megacolon konginetal) dapat memunculkan gejala muntah pada bayi beberapa hari setelah lahir.
Disamping itu, keracunan makanan atau alergi makanan atau susu dapat pula merangsang timbulnya
gejala muntah sebelum munculnya gejala yang lain.
Pada saat anak muntah sering diawali dengan berkeringat dingin, pucat, keluar air ludah, bernafas
dalam,nadi cepat. Muntah yang berwarna hijau harus lebih mendapat perhatian dari orang tua karena
kemungkinan bayi atau anak menderita penyakit yang serius.

Penyebab Gumoh
1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi
gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. Posisi menyusui.
a. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya,
cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
b. Pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena
lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang
masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran
pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup
lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus)
untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini
akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.

Mekanisme Terjadinya Muntah dan Gumoh


Mekanisme Muntah
Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks. Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah
yang ada di susunan saraf pusat (otak) kita. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang
merangsang pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma (suatu sekat
antara dada dan perut) dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi
(pengerutan) otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam
perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke mulut.
Beberapa kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya berbagai gangguan di saluran
pencernaan baik infeksi (termasuk gastroenteritis) dan non infeksi (seperti obstruksi saluran pencernaan),
toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan kelainan metabolik.

Mekanisme Gumoh
Mekanisme gumoh adalah susu yang diminum bayi seharusnya turun dari lambung ke usus. Tapi, pada
beberapa bayi, proses pengosongan lambungnya agak lambat, karena kapasitas lambung yang belum
maksimal, serta katup atau celah di kerongkongan yang belum kuat. Akibatnya, air susu akan mengalir
kembali (reflux ) ke atas. Kalau reflux -nya sangat hebat, bisa menimbulkan komplikasi seperti iritasi
kerongkongan, batuk berulang, dan kesulitan makan di kemudian hari.

Penatalaksanaan Muntah dan Gumoh

Penatalaksanaan Muntah
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi
dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya
sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak
memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan
intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan
antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan
kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran
gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis,
batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness),
mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas
saluran gastrointestinal.

Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya merupakan self
limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan,
muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25
mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu.
Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman.
Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine.
Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus
bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan
etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini
bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral:
1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh
rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi
muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh
mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan
dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan
mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada
aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis
mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi
diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8 jam untuk 1-2 hari
berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.

Penatalaksanaan Gumoh
Pada bayi yang gumoh normal, penanganannya cukup dengan positioning. Bisa dengan posisi tidur atau
posisi disendawakan. Sendawa akan membantu mempercepat pengosongan lambung bayi. Gumoh
biasanya akan hilang sendiri di usia sekitar 3 bulan, seiring perkembangan katup yang semakin kuat.

Gumoh yang patut diwaspadai adalah bila bayi gumoh setiap kali habis minum susu. Takutnya ada
kelainan yang disebut GERD (gastro esophageal reflux disease ). Gumoh berlebihan akan membuat
berat badan bayi tidak naik, komplikasi batuk berulang, serta kesulitan makan di kemudian hari karena
kerongkongan teriritasi. GERD harus diberi obat untuk mempercepat pengosongan lambung.
L. Diaper Rush

Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-menerus dengan
lingkungan yang tidak baik.

1. Etiologi

· Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi.

· Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.

· Terlalu panas atau lembabnya udara atau suhu lingkungan.

· Tingginya frekuensi BAB (diare)

· Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik, dan deterjen.

2. Tanda dan gejala

v Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan elergen, sehingga muncul eritema.

v Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha
atas.

v Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula, dan ulserasi.

3. Penatalaksanaan

· Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harusdibiarkan terbuka dan
tetap kering.

· Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi .

· Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB.

· Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi.

· Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi cukup.

· Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan.

· Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.

· Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urin dalam air yang di campur acidum
borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.

m. Milliariasis

Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. (Vivian, 2010)

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung
kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat
yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier,
berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat,
dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).

Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat
yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer, 2001 ).

Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang diekstravasasi pada tingkatan kulit
yang berbeda, bila diagnose sendiri mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat,
keadaan yang terjadi akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis
menyebabkan papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken


tropikus, atau pickle heat .

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. (Vivian, 2010)

Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran
kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu
sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan
anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)

Faktor factor penyebab milariasis :

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat

c. Aktivitas yang berlebihan

d. Setelah menderita demam atau panas

e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian, 2010)

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat,


sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan
adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan
edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.
(Vivian, 2010)

Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul
pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah
sekitarnya. (Vivian, 2010)

D. KLASIFIKASI

1. Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti
pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superfisial,
bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini timbul
setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat
gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan,
asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan
sendirinya.

2. Milliaria rubra

Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di sekitarnya. Keringat
menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan
daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga
menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.

3. Miliaria profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah
miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat
di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda,
1987)

Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian
atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban
yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel
yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan
penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak
berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)

4. Milliaria fustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin
dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas,
superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

E. PENATALAKSANAAN

· Pencegahan :

1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari
menggunakan air dingin dan sabun.

2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah,
kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak
tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena
akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur
maupun bakteri.

4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat
(FKUI, 2002).

Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang
penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:

1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.

2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut
harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.

3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.

4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan
waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.

5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.

6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak
baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu
sejuk.

7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi
yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).

· Pengobatan

1) Perawatan kulit secara benar

2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok
setelah mandi

3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah
sumbatan kelenjar

4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic

5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)

Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan suhu
lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik.
Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk
mengatasi sebab ini

Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan
menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan
pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.

Losio Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut :

R/ Acidi salicylici 500 mg

Talci 5 mg
Oxydi zincici 5 mg

Amyli oryzae 5 mg

Alkohol (90; vo1%) 25 mg

cc 100

Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% dalam losio feberi.
Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula
resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001)

n. Infeksi

Anak-anak

Tanda Bahaya dan Infeksi pada Bayi Baru Lahir

Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan, yaitu:

Berikan kehangatan,

Bersihkan jalan napas,

Keringkan,

Nilai warna.

Perawatan rutin bayi baru lahir sesudah dilahirkan (juga untuk bayi baru lahir yang lahir di luar
rumah sakit lalu dibawa ke rumah sakit) meliputi:

Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara, selimuti dengan
baik.

Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung).

Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan.

Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan.

Jaga tali pusat tetap bersih dan kering.

Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini
dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di
rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah
keadaan yang lebih buruk.

Tanda bahaya ini mencakup:

Tidak bisa menyusu,

Kejang,

Mengantuk atau tidak sadar,


Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik),

Frekuensi napas > 60 kali/menit,

Merintih,

Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat,

Sianosis sentral.

Infeksi Bakteri yang Berat

Faktor risiko infeksi bakteri berat adalah:

Ibu demam (suhu > 37,9° C sebelum atau selama persalinan),

Ketuban pecah > 18 jam sebelum persalinan,

Cairan amnion berbau busuk.

Semua tanda-tanda bahaya di atas juga merupakan tanda infeksi bakteri berat, tanda-tanda
lainnya adalah:

Ikterus berat,

Distensi perut berat.

Tanda infeksi lokal adalah :

Nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh.

Pustula kulit banyak dan berat.

Pusar kemerahan, meluas ke kulit sekitarnya atau terdapat nanah.

Ubun-ubun membonjol.

Pencegahan infeksi bayi baru lahir

Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:

Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan,

Perhatian khusus pada perawatan tali pusat,

Perawatan mata.

Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan:

ASI eksklusif.

Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan sesudah memegang
bayi.
Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas akan mudah
berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan perawatan metode kanguru).

Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur.

Tindakan menyuntik yang bersih.

Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi.

Hindari transfusi darah yang tidak perlu.

o. Hipotermi

Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:

•Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal36-
37,5ºC.

• Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuhte
rus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
faktoreksternal.

• Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuhte
rus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
faktoreksternal.

B. Anatomi Fisiologi

Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal
hipotermiaapabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin,maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut
hipotermia berat bilasuhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuranrendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapatmerupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya
konsumsi oksigen(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, danmenurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak denganturunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.

C. Gejala Klinis

Tanda-tanda klinis
hipotermia:a. Hipotermia sedang:· Kaki teraba dingin· Kemampuan menghisap lemah· Tangisan
lemah· Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmoratab. Hipotermia berat· Sama dengan
hipotermia sedang· Pernafasan lambat tidak teratur· Bunyi jantung lambat· Mungkin timbul hipo
glikemi dan asidosisi metabolic

c. Stadium lanjut hipotermia· Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang· Bagian tubu
h lainnya pucat· Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada· punggung, kaki dan ta
ngan (sklerema) .
D.Etiologi

1. Prematuritas2. Asfiksia3.
Sepsis4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral5. Pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin

E.Komplikasi

a. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)b. Cardiovascul


ar: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darahsistolikc. Pernafasa
n: menurunnya konsumsi oksigend. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex
perifer

F.Penanganan

v Intervensi :1. Jelaskan pada anggota keluarga bahwa neonatus lebih rentan terhadap
kehilangan panas.2. Ajarkan tanda-
tanda awal hipotermia : kulit dingin, pucat, menggigil.3. Jelaskan perlunya minum air 8-
10 gelas setiap hari4. Jelaskan perlunya menghindari alkohol pada cuaca yang sangat dingin.5. A
jarkan untuk mengenakan pakaian ekstra.

v Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.v Prinsip penanganan
hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimuthangat (tapi hanya
pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak)atau menempatkan
pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasiendalam kondisi sadar).

p. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonaturum

2.1.1. Pengertian

Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus yang berarti kencang atau
tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkano l e h n e u r o t o k s i n ya n g d i h a s i l k a n o l e h Clostridium tetani. Tetanus
berdasarkan gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum),
tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus
generalisasi dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya N e o n a t a l ( b e r a s a l
d a r i neos y a n g b e r a r t i b a r u d a n natus y a n g b e r a r t i l a h i r ) merupakan suatu istilah
kedokteran yang digunakan untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari
kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang
terjadi padamasa neonatal.

Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus
neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi
akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf
pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)

Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium Tetani
memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi pada bayi
sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang
rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S,
1995).

Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat berakibat
fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium tetani gram
positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf pusat.

2.1.2. Etiologi

Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk
spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan
sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka,
bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum. (Sudarjat S, 1995).

2.1.3. Faktor Resiko

a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.

b ) Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat.

c) Perawatan tali pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan.

2.1.4. Epidemiologi

Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan
membentuk sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick).
Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk
perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup
bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat ditemukan
pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan.

2.1.5. Patologi

Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum tulang belakang, dan terutama
pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang
yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan
dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua
sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di
Indonesia.

2.1.6. Gambaran Klinik

Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika infeksinya ringan.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus (Ilmu
Kesehatan Anak, 1985).

Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis sangat
spesifik yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).

2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.

3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.

4. Kaku kuduk sampai opistotonus.

5. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.

6. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardonikus

7. Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.

8. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.

2.1.7. Pencegahan

2.1.7.1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih

alas, dan bersih alat .

1. Bersih tangan

Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai bersih.
Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 – 30 “ .
Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk
menjaga lingkungan bebas dari infeksi.

2. Bersih alas

Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani bisa
menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..

3. Bersih alat

Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang
pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua menggunakan otoklaf :
106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat tidak dibungkus.

2.1.7.2. Perawatan tali pusat yang baik

Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan baik yaitu
mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol
dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika
sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan lagi sampai luka bekas tali
pusat kering betul (selama 3 – 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada
bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi.

2.1.7.3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil

Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri,
antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan
menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya
tetanis neonatorum.

Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua,
serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus
dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara
TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin
tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup
waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke
tubuh bayinya.

TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin
apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT
tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak
mendapatkan imunisasi .

Tabel Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan

Dosis Saat Pemberian % Lama


Perlindungan Perlindungan

TT1 Pada kunjungan pertama atau 0 Tidak ada


sedini mungkin pada kehamilan
TT2 Minimal 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun

TT3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau 95 % 5 tahun


selama kehamilan berikutnya 10 tahun

TT4 Minimal setahun setelah TT3 atau 99 % selama usia subur


selama kehamilan berikutnya
TT5
Minimal setahun setelah TT4 atau
selama kehamilan berikutnya 99 %

2.1.8. Penatalaksanaan

1. Mengatasi kejang

Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang
dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas mula-
mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per
hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian
diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan
diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang
diberikan lewat rektum.

2. Pemberian antitoksin

Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis
10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .

3. Pemberian antibiotika

Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari panas turun.

4. Perawatan Tali pusat

Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.

5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan
nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.Gangguan pernafasan
yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-
otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring
menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya
poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas
udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-
menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :

a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.

b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang,
karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah
berhenti turunkan lagi).

c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.

d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea
dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.

e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .

f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.

g. Jika bayi menderita apnea :

a) Hisap lendirnya sampai bersih

b) O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)

Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus
jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6
x/menit.

Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan
hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.

6. Kebutuhan nutrisi/cairan

Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya
perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka
cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik,
kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya
sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya
menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan
pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan
hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak
selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu
dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di
puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih
yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat
yang baik.
1.5.2. Asuhan bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyulit dan komplikasi

a. Diare

A. Diare

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga sebagai buang air besar
yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi di
katakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatan diare bila
sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

a. Etiologi

Diare dapat di sebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan
psikologi.

1. Infeksi

a) Enternal, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:

· Infeksi bakteri:i.

· vibrio, E. Coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya;

· Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,


rotavirus, dan sebagainya;

· Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyurisn dan Strongylodies),

Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas hominis), serta jamur
(Candida albicans)

b) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

2. Malabsorbsi.

a) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida


(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.

b) Lemak.

c) Protein.

3. Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi

4. Psikologi, misalnya rasa takut atau cemas.

b. Patogenesis

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sbb.

1) Gangguan osmotik

Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi.

Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
terjadi peningkatan isindari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
dan akhirnya timbullah diare.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap


makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang
sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

c. Patogenesis diare akut

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.

2. Jasad renik tersebut akan berkembang baik (multiplikasi) di dalam usus halus.

3. Dari Jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik)

4. Toksin diare genik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

d. Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.

· Cengeng, rewel.

· Gelisah.

· Suhu meningkat.

· Nafsu makan menurun.

· Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya. Kelamaan, feses ini
akan berwarna hijau dan asam.

· Anus lecet.

· Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tenana darah,
nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan di akhiri dengan
syok.

· Berat badan menurun.

· Turgor kulit menurun.

· Mata dan ubun ubun cekung.

· Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

e. Komplikasi

1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang di bagi menjadi:

Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan kurang dari 5% BB.


Dehidresi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-6% BB.

Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan lebih dari 10-15% BB.

2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume
darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.

3. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan,
bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.

4. Hipoglikemia.

5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili
mukosa usus halus.

6. Kejang.

7. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami
kelaparan.

f. Penatalaksanaan

Prinsip perawatan diare adalah sbb.

1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)

2. Diatetik (pemberian makanan)

3. Obat-obatan.

v Jumlah cairan yang di berikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika
diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini di berikan dalam 4 jam pertama dan sisanya
adlibitum.

v Sesuaikan dengan umur anak:

i. Kurang dari 2 tahun diberikan ½


gelas;

ii. 2-6 tahun di berikan 1 gelas;

iii. Lebih bari 6 tahun di berikan 400 cc


(2 gelas).

v Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka di berikan cairan 25-100 ml/kgBB
dalam sehari atau setiap jam 2 kali.

v Oralit di berikan sebanyak kurang lebih 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi
ringan sampai berat.

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT).

· Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir +1/2 sendok teh garam dapur halus +1
gelas air masak atau air hangat.

· Air tajin (2 liter + 5 g garam)

Cara tradisional.

3 liter air + 100 gr atau 6 sendok makan beras di masak selama 45-60 menit.
Cara biasa.

2 liter air + 100 gr tepung beras + 5 gr garam dimasak hingga mendidih.

4. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

b. Ruam popok (diaper rush)

Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-menerus dengan
lingkungan yang tidak baik.

1. Etiologi

· Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi.

· Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.

· Terlalu panas atau lembabnya udara atau suhu lingkungan.

· Tingginya frekuensi BAB (diare)

· Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik, dan deterjen.

2. Tanda dan gejala

v Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan elergen, sehingga muncul eritema.

v Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha
atas.

v Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula, dan ulserasi.

3. Penatalaksanaan

· Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harusdibiarkan terbuka dan
tetap kering.

· Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi .

· Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB.

· Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi.

· Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi cukup.

· Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan.

· Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.

· Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urin dalam air yang di campur acidum
borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.

c. Hemangioma

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular jinak akibat proliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada
setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak
berusia 1 tahun (5-10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan(30%) atau
muncul beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada
permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, dada, atau kaki. Hemangioma merupakan tumor
vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pada orang tua, contohnya adlah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak,
kecil, red,-purple papule pada kulit orang tua.

a. Pembagian

I. Nevus flammeus

Daerah kaviler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah, berwarna
merah, ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

II. Nevus vaskulosus

Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan sebdermis)yang
tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengeruk dan mengilang dengan sendirinya.

b. Penatalaksanaa

Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada bayi
baru lahir, sehingga orangtua tidak perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.

d. Seborrhea

a. Pengertian

Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki
banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di daerah kepala.

b. Etiologi

Penyebab sebhorrea masih belum di ketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang
menyatakan beberapa faktor penyebab sebhorrea yaitu sebagai berikut.

· Faktor hereditas, yaitu bisa di sebabkan karena adanya faktor keturunan dari orang tua.

· Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori.

· Asupan minuman beralkohol.

· Adanya gangguan emosi .

c. Penatalaksanan

Walaupun secara kausal masi belum di ketahui, tetapi penyembuhannya bisa di lakukan dengan
obat-obat topikal, seperti sampo yag tidak berbusa (keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali
perminggu) dan krim selenium sulfida/Hgpresipitatus albus 2%.

e. Bisul
a. Definisi bisul

Selulitis/ abses/ bisulan adalah infeksi pada kulit, dengan gejala kulit merah/ bengkak,
disertai nyeri hebat yang terbentuk dalam kulit oleh peradangan terbatas dari korium pada
jaringan subkutan manapun. Bengkak disertai nyeri tekan (bayi menangis bila disentuh ), serta
bengkak disertai fluktuasi. Infeksi ini biasanya dijumpai pada hari ke-3 atau lebih.Furunkel
(bisul) mengelilingi nekrotis sentral atau inti disebabkan oleh stapholococcus yang memasuki
kulit melalui folikel rambut. S. aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering,
ia dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis, artritis septik, infeksi luka, abses,
pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis dan penyakit yang diperantarai toksin, termasuk
keracunan makanan.Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul biasa dipanggi pekung (carbuncles) tetapi perubahan pada kulit
seperti ini tidak biasa berlaku pada kanak-kanak.Secara medis, bisul adalah infeksi kuman pada
folikel rambut dan kelenjar minyak kulit. Bisul merupakan salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh kuman. Penyakit ini sering dijumpai pada anak karena daya tahan kulitnya
terhadap invasi kuman belum sesempurna orang dewasa. Kelainan berupa masa padat kemerahan
berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat gelembung bernanah. Kemudian melunak menjadi abses
lalu pecah. Biasanya mengeras dan terdapat pada bokong, kuduk, belakang bagian leher,
dibawah ketiak, badan dan tungkai, dan sekeliling pinggang, pangkal paha, atas kaki,
punggung. Furunkel (boil/bisul) dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut
sebagai furunkulosis.

b. Etiologi/ Penyebab

Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Iritasi pada kulit

2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga

3. Daya tahan tubuh yang rendah

4. Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm, susunan
bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan
gram tampak berwarna ungu.

5. Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha
dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari
tangan.

c. penatalaksanaan

· Memberikan sabun anti bakteri atau antibiotik topikal (salep atau krim) pada bisul.

· Kompres bisul dengan air hangat untuk membantu mempercepat penyembuhan.

· Beri tahu kpada orang tua bayi bahwa jangan perna memencet atau mencoba memecahkan
bisul karenabisa memperburuk dan menyebarkan infeksi.

f. Obstipasi

a. Pengertian

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna. Bisa juga didefenisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari
atau lebih. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.

b. Etiologi

Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut.

· Kebiasaan makan

Obstipasi akan timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untuk buang air
besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, dan mengonsumsi mkanan yang
kurang mengandung selulosa.

· Hipotiroidisme.

· Keadaan-keadaan mental.

Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat
yang tidak memedulikan keinginannya untuk buang air besar.

· Penyakit organik.

· Kelainan kongenital.

· Penyebab lain.

Penyebab lainnya diet yang salah, tidak mengonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa
sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik, atau pada anak setelah sakit, ketika anak masih
kekurangan cairan.

c. Tanda dan Gejala

v Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak
mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.

v Sakit dan kejang pada perut.

v Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot,.

v Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rektum.

v Bising usus yang janggal.

v Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.

v Terdapat luka pada anus.

d. Pembagian

· Obstipasi akut, yaitu rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara
mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema.

· Obstipasi kronik, yaitu rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami perengangan
berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak
menyebabkan rektum merengang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada
dinding rektum lebih lanjut, flaksid, dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.
e. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut.

v Perdarahan.

v Ulserasi.

v Obstruksi parsial.

v Diare intermiten.

v Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses
defekasi.

f. Penatalaksanaan

Ø Mencari penyebab obstipasi.

Ø Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan
cairan, dan kondisi psikis.

Ø Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah di anjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, dan laktasif.

g. Meninggal mendadak

1. Definisi

Sindrom kematian mendadak (sudden infant death syndrome-sids) terjadi pada bayi yang sehat,
saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih
4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

2. Etiologi

Secara pasti penyebabnya belum di ketahui, namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sbb.

§ Ibu yang masi remaja.

§ Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat.

§ Bayi laki-laki dengan berat badan dibawah normal.

§ Bayi yang mengalami displasia bronkopulmoner.

§ Bayi prematur.

§ Gemelli (bayi kembar)

§ Bayi dengan sibling.

§ Bayi dari ibu yang ketergantungan dengan narkotika.

§ Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup.

§ Bayi dengan virus pernapasan.


§ Bayi dengan infeksi botulinum.

§ Bayi dengan apnea yang berkepanjangan.

§ Bayi dengan gangguan pola napas herediter.

§ Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli.

3. Penatalaksanaan

v Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konbseling.

v Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa
dukanya.

v Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan
pertanyaan.

v Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar.

v Berin keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi
tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian bayi tersebut.

v Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan orang tua selama beberapa bulan
pertama, paling tidak sampai melewti bayi yang meninggal sebelum nya.
6.Melaksanakan asuhan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
6.1. Asuhan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

6.1.1. Asuhan Pada Neonatus

a. Pengumpulan Data

Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap
pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal
(skor APGAR, refleks ); penilaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan
morfologi/fisiologi ); pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang badan;
serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus),dibedakan
menurut tiga kategori.

Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi :


1. Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. Neonatus cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. Neonatus lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
1. Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram
2. Neonatus berat lahir cukup : antara 2500 sampei 4000 gram
3. Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram
Ketiga, klasifikasi berat lahir terhadap masa gestasi, dideskripsikan dengan masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih
bulan (NCB/NKB/NLB) apakah sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).

1. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir


Pengkajian fisik bayi baru lahir, dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengkajian segera
setelah lahir.Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan
dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian APGAR,
meliputi appearence (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace(refleks atau respon terhadap
rangsang), activity (tonus otot), and respiratory effort (usaha bernafas). Pengkajian sudah
dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning). Kedua, pengkajian
keadaan fisik. Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan. Pengkajian yang kedua ini akan lebih lengkap apabila
disertai dengan hasil pemeriksaan diagnostik/penunjang lain dan catatan medik yang menunjang.

Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera
setelah lahir. Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the
newborn):

a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.

b. Menilai skor APGAR.

c. Melakukan resusitasi neonatus.

d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek dan harus diawasi setiap
hari.

e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama ibu, diikatkan
dipergelangan tangan atau kaki.

f. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.


g. Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau dalam inkubator jika ada
indikasi.

h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus atau rawat intenif.

i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya
penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinisasi (globulin) pada bayi.

Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :

a. Menginformasikan prosedur dan minta persetujuan orang tua.

b. Mencuci tangan dan keringkan, bila perlu pakai sarung tangan.

c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.

d. Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada,
abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia).

e. Mengidentifikasi warna dan aktivitas bayi.

f. Mencatat miksi dan mekonium bayi.

g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas
(LLA), menimbang berat badan (BB), dan mengukur panjang badan (PB) bayi.

h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orang tua.

i. Mendokumentasi hasil pemeriksaan.

TANDA 0 1 2
Appearance (warna
kulit) Blue (seluruh tubuh Body pink, Limbs All pink (seluruh
biru atau pucat) blue(tubuh tubuh kemerahan)
kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse (denyut jantung)
Absent (tidak ada) <100 >100
Grimace (refleks)
None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus otot)
Limp (lumpuh) Some flexion of Aktive movement,
limbs (ekstremitas Limbs well flexed
sedikit ekstrim) (gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort
(usaha bernafas) None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(lambat, tidak (menangis kuat)
teratur)
TABEL NILAI APGAR
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini :

a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnion (volume) apakah selama
kehamilan terjadi hidramnion/oligohidramnion.
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, apakah terdapat perkapuran,
nekrosis, berat plasenta dan jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar
identik/tidak.
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri, ada tali simpul.
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram), PB (45-50 cm), LK (33-
35cm), LD (30-33cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga dikaji, antara lain :

a. Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.

b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi.

c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestional, poli/oligohidramnion.

d. Faktor perinatal, meliputi prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan,
gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.

Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segeralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut ini :
a. Pemeriksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-
tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan
dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan
warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas
yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan.
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head toe to secara sistematis.
g. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang
diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan.
2. Pemeriksaan Umum

a. Pernafasan

Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi
berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dala batas normal.

b. Warna Kulit

Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c. Denyut Jantung

Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap maish
normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu,
ulangi penghitungan denyut jantung.

d. Suhu Aksiler

36,5°C sampai 37,5°C.

e. Postur dan Gerakan

Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit
ekstensi. Pada bayi dengan letak sengsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh
pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.

f. Tonus Otot/Tingkat Kesadaran

Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.

g. Ekstremitas

Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.

h. Kulit

Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda
Mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau selanjutnya dan eritema
toksikum pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh,
punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.

i. Tali Pusat

Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil
dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.

j. Berat Badan

Normal 2500-4000 gram.

3. Pemerikriksaan Fisik

a. Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal
haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan
punggung.
b. Muka
Tanda-tanda paralisis.
c. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea,
katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
d. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.

e. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.
f. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis.
g. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid, hemangioma,
tanda abnormalitas kromosoman lain-lain.
h. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
i. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung
dan pernafasan.
j. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis, hipospodia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dan lain-lain.
l. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus/pes equinovalgus.
m. Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
n. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/bercak berambut, dan lain-lain.
o. Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
p. Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting,
palmar grasp, rooting, startle, menghisap, tonic neck.
q. Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA.
r. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir normal
biasanya kencing lebih dari enam kali perhari. Bayi baru lahr normal biasanya berak cair enam
sampai delapan kali perhari. Dicurigai diare apabia frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Nilai Laboratorium Daarah Neonatus Normal


Antara lain hemoglobin 14-22 g/dl (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia),
hematokrit 43-63%, eritrosit 4,2-6 juta/mm3, retikulosit 3-7 %, leukosit 5.000-30.000/mm3, jika
ada infeksi < 5000/mm3, trombosit : 150.000-350.000/mm3, volume darah 85 cc/kgBB.
b. Nilai Laboratorium Cairan Otak Neonatus Normal
Meliputi warna 90-94% xantochrome (kekuning-kuningan jernih), Nonne/Pandy (+) pada usia
diatas 3 bulan harus sudah negatif, protein 200-220 mg/dl, glukosa 70-80 mg/dl, eritrosit 1000-
2000/LPB, leukosit : 10-20/LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum
sempurna.

1. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir


Kriteria fisik bayi baru lahir (neonatus) normal, antara lain sebagai berikut. Lahir cukup
bulan dengan usia kehamilan 37-42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram atau sesuai masa
kehamilan, panjang badan antara 44-53 cm, lingkar kepala melalui diameter biparietal 31-36 cm,
skor APGAR antara 7-10, tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan. Dilihat dari kriteria
neurologik neonatus normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : posisi bayi frog
position (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), refleks moro/kejutan positif (+) dan harus
simetris, refleks hisap positif (+) pada sentuhan palatum molle, rehleks menggenggam positif
(+), refleks rooting positif (+).

Bayi baru lahirmempunyai variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat
sementara dan akan menghilang sesuai dengan pertumbuhan fisik. Tapi ada juga beberapa yang
menetap dan disebut sebagai “tanda lahir”. Berikut ini variasi penampilan yang normal pada bayi
baru lahir.

a) Kulit

Warna kulit bayi sangat bervariasi tergantung ras, usia, suhu dan keadaan bayi. Saat bayi
lahir, warna kulit mungkin berwarna keunguan, lalu berubah menjadi kemerahan setelah bayi
menangis keras dan dapt bernafas. Beberapa kulit bayi berwarna kekuningan. Hal ini dapat
merupakan respons normal tubuh terhadap jumlah sel darah merha yang banyak, tapi dapat pula
pertanda serius, terutama bila warna kekuningan bertambah dan menetap selama beberapa hari.

b) Kepala

Bentuk kepala dihari-hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam rahim
ataupun proses persalinan yang dialami, tapi akan kembali ke bentuk normal dalam seminggu
pertama. Bayi juga bisa mengalami cephal hematoma yaitu benjolan dikepala bagian samping
akibat adanya darah yang terkumpul di antara kulit dan tulang tengkorak. Hal ini bisa terjadi
karena adanya kesulitan proses persalinan, bisanya terjadi 24-48 jam pasca persalinan. Tapi tidak
mempengaruhi otak bayi dan bisa menghilang beberapa minggu. Keadaan ini tidak
membutuhkan perawatan khusus.

c) Telinga
Bentuknya bisa tidak sama antara kanan dan kiri, kadang terlipat, dan kadang berbulu. Tapi
hal ini tidak akan menetap, melainkan akan menuju ke bentuk sempurna. Rambut di sekitar
telinga pun akan rontok.

d) Bibir

Bibr bayi akan kering untuk sementara waktu, yang disebut sucking blister. Hal ini terjadi
akibat gesekan antara bibir bayi dengan puting atau aerola. Kulit

bibir yang kering akan segera tergantikan dengan lapisan baru.

e) Payudara

Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi baru lahir baik laki-laki maupun perempuan dalam
tiga hari pertama kehidupannya. Hal ini disebut newborn breast swelling, yang dihubungkan
dengan hormon ibu dan menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

f) Alat kelamin

Alat kelamin dapat terlihat membengkak atau mengeluarkan cairan. Tampilannya dapat
berbeda sesuai usia kehamilan. Bayi prematur mempunyai klitoris menonjol dengan labia/bibir
vagina yang dalam. Semakin cukup bulan labia semakin kesisi luar.

Bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan atau mukus kemerahan dari vagina dalam minggu
pertama kehidupan. Kejadian normal ini dihubungkan dengan hormon ibu. Bayi prematur laki-
laki mempunyai skrotum yang rata dan halus dengan testis yang belum turun (sebaiknya testis
turun sebelum usia 6 bulan). Bayi lebih bulan menampakkan garis-garis pada skrotum dengan
testis yang sudah turun.

g) Tanda Lahir

Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya ditemui dipunggung bagian bawah
hingga bokong, meskipun dapat juga dijumpai dibagian lain. Beberapa jenis tanda lahir berikut
ini dapat membantu memastikan apakah tanda lahir tersebut normal :

Vernix Caseosa

Vernix caseosa adalah substansi berwarna putih, licin, seperti keju melapisi kulit bayi baru
lahir. Fungsinya melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernix dapat tidak terlihat
pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkan dan biasanya diserap kulit.

Lanugo

Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama dipunggung, dahi dan pipi. Lanugo
lebih terlihat pada bayi prematur. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan.

Milia

Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada hidung bayi baru lahir. Dapat
pula muncul didagu dan dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan dapat
menghilang sendiri. Bila terdapat dimulut dan gusi disebut epstein pearls.

Stork bites atau salmon patches

Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan dikelopak mata, di antara mata, bibir
atas dan belakang leher. Bercak ini terlihat jelas ketika bayi menangis dan akan menghilang
dengan sendirinya.
Mongolian spots

Mongolian spots adalah bercak biru keunguan seperti memar pada bagian bawah belakang
bayi dan bokong. Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya menghilang pada
usia 4 tahun.

Caf’e au lait spots

Tanda lahir berwarna coklat muda ini bersifat permanen dan muncul pada saat lahir atau
beberapa hari kemudian.

Erythema toxicum

Erythema toxicum adalah bercak kemerahan pada abyi baru lahir. Sering terdapat di dada
dan punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir mengalami kejadian ini
pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada bayi prematur. Penyebabnya tidak diketahui.
Keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari.

Acne neonatorum

Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan pertama. Biasanya dipipi dan
dahi. Hal ini disebabkan oleh hormon ibu dan akan menghilang dalam beberapa bulan. Jerawat
ini tidak boleh dipencet karena dapat menyebabkan infeksi.

Strawberry hemangioma

Adalah area menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang seperti strawberry yang
dibentuk oleh penumpukkan pembuluh darah prematur. Strawberry hemangioma sering terlihat
dikepala. Umunya tidak muncul pada saat lahir, tetapi baru terlihat pada usia 2 bulan. Tanda lahir
ini dapat membesar untuk beberapa bulan, dan secara bertahap menghilang, dan biasanya
menghilang sempurna saat usia 9 tahun.

Port wine stain

Port wine stain adalah tanda lahir berupa bercak tidak menonjol berwarna pink, merah,
ungu. Tanda lahir ini berasal dari penumpukan kapiler dan biasanya muncul di kepala dan leher.
Ukurannya dapat kecil atau menutupi seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna
atau menghilang bila ditekan.

Keseimbangan kalori dan cairan pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa, cairan tubuh bayi
sebanyak 70-75% beratbadan. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan banyaknya cairan
tubuh orang dewasa yaitu 60-65%. Kebutuhan keseimbangan cairan pada bayi dihitung
berdasarkan intake-output, insensible loss dan kebutuhan tumbuh kembang.

Kebutuhan kalori bayi baru lahir terutama digunakan untuk memenuhi pertumbuhan,
perkembangan dan metabolisme. Bayi sampai usia 1 tahun kebutuhan basal 55 kkal/kgBB/hari.
Jika demam, tiap kenaikan suhu 1°C dan kebutuhan kalori meningkat 10%. Untuk aktifitas fisik,
bayi membtutuhkan 15-25 kkal/kgBB/hari. Untuk memenuhi kebutuhan specific dynamic
action bayi memerlukan 7-8% dari total kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori rata-rata bayi
sampai usia 1 tahun sekitar 100-120 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori ini menurun 10
kkal/kgBB/hari setiap tahun, sampai usia 3 tahun, selanjutnya kebutuhan kalori rata-rata 50-100
kkal/kgBB/hari sampai usia pubertas. Pada usia dewasa kebutuhan kalori rata-rata 40-50
kkal/kgBB/hari.
Tabel Kebutuhan Cairan Menurut Usia

Usia Cc/kg BB/hari


0-3 hari
3-10 hari 80-100
10 hari - 3 bulan 125-150
3-6 bulan 140-160
6-9 bulan 130-155
9 bulan - 1 tahun 125-135
1-2 tahun 120-135
2-4 tahun 115-125
4-6 tahun 100-110
6-10 tahun 90-100
10-14 tahun 70-85
14 – 18 tahun - dewasa 50-60
40-50
b. Rencana Asuhan pada neonatus
1. Minum

Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( Jika payudara penuh ) atau kebutuhan bayi
setiap 2 – 3 jam ( paling sedikit setiap 4 Jam ), bergantian antara payudara kiri dan kanan.

BAK

Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih,
hangat dan kering maka setelah BAK harus diganti popoknya.

BAB

Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal
lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu
feses bayi bisa bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan,
feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji dan
bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk
padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu
formula kadang suka bebelan (susah b a b) sedangkan yang mendapat ASI tidak.

Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu
dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur
bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila
ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah
feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum
ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tettap susui
bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah
atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada
bayi rujuk.

Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu karena frekuensi b a b bayi tidak sama dengan orang
dewasa, padahal frekuensi b a b pada setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi
b a b nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum
menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5
kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus.

Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak b a b selama 2 sampai 4 hari bahkan
bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang
tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik, feses
yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak
lendir atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan bert badan bayi. Jadi yang penting
lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari belul b a b,
dan bayinya anteng – anteng saja mungkin memang belum waktunya b a b.

Bayi yang pencernaannya normala akan b a b pada 24 jam pertama setelah lahir. B a b pertama
ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang
merupakan produk dari sel – sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam
kanadungan. B a b pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah
pencernaannya normal atau tidak.
Frekuensi bab yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai nila warnanya
putih atau disertai darah.

Menurut Dr Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi
kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan
bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb.

Warna feses kuning

Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangan dipengaruhi oleh susu
yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan
cenderung cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan
ASI penuh., dari foremilk (ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul
dari Proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam
hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila
dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan
berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan
memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu
formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning
tua, agak coklat, coklat tua, kuning kecoklatan atau coklat kehijauan.

Warna feses hijau

Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini
berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja,
sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.

Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat
bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih
banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap
membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau
foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini
yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya
mengandung sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses
pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ
terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).

Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini berarti bayi
mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit.
Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus. Sayangnya
disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses
menyusunya mencapai hindmilk anak sudah terlanjur diberi susu formula hingga
kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif.
Perbaiki penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya :
susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya.

Warna feses merah

Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan harus
melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat
menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak
hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi
tinggal di test saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap
muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu,
maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila
bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya
butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena
makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau
penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau
menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.

Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan

Waspada !!!....baik yang encer maupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling
riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu. Ini berarti
cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas
dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini
nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena
umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang
masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.

4. Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan
ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin.

Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan –
lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang
hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur
bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5
bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang
tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi
mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidudrpun semakin
berkurang, kira2 3 kali dan terus berlkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan. Menjelang 1
tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur
berkisar antara 12 – 14 jam.

Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari adalah
waktu untuk bangun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermaiin hanya disiang
hari saja, tidak di malam hari.

Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di
tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di
ruangan lain.

Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup

Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata
kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan
dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan
seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15
dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu hingga 2-3 malam. Jika gagal henetikan dulu
prosedur ini dan coba lagi setelah 1 bulancara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston’s
Children Hospital).

Pastikan bayi tidur dengan aman :

Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas dengan
cermat agar tidak mudah lepas

Jangan merokok disekitar bayi

Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika tidur.

Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi
saat bangun dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi kepala saat bayi tidur terlentang.

Kebersihan kulit

Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari
tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

Perawatan Tali Pusat

Telah banyak di lakukan uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan
luka hanya dengan air bersih.

Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya
populer dan terbukti efektif untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan
mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.

Cara yang paling efektif adalah dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan
hanya di bersihkan setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban pada kulit bayi.

KEAMANAN

Pencegahan infeksi adalah satu aspek penting dalam perlindungan dan keamanan pada
bayi baru laahir, yang dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Mencuci tangan sebeum dan sesudah menangani bayi merupakan cara efektif untuk
mencegah infeksi.

2. Setiap bayi harus mempunyai alat dan pakaian tersendiri untuk mencegah infeksi silang.

3. Menyediakan linen atau kain yang cukup

4. Mencegah anggotan tenaga atau tenaga kesehatan yang sedang sakit menangani bayi.
Stafilokokos merupakan penyebab tersering infeksi nosokamal. Kadang beberapa rumah sakit
menggunakan cairan antiseptic atau sabun. Contoh yang mengandung heksaklorophan
untuk mencegah kemungkinan infeksi tersebut.

5. Memandikan bayi tidk boleh sering-sering dilakukan karena akan berdampak pada kulit
yang belum sempurna, bagian muka, lipatan-lipatan kulit , dan bagian dalam popok dapat
dibersihkan 1-2 kal/ hari untuk mencegah lecet/ tertumpuknya kotoran pada daerah tersebut..

6. Menjaga kebersihan dan keringnya tali pusat

7. Mengganti popok dan menjaga kebersihan area bokong

Pencegahan Masalah Pernafasan meliputi :

1. Pencegahan hipotermia dan kemungkinan infeksi

2. Menyendawakan bayi setelah menyusui untuk mencegah aspirasi pada saat terjadi gumoh
atau muntah.

3. Jika tidur bayi harus dibaringkan terlentang atau miring.

Pencegahan Hipotermia :

1. Tidak sering memaparkan baayi pada udara yang dingin.

2. Menjaga suhu ruangan sekitar 18-210 C

3. Bayi menggunakan pakaian hangat dan tidak tterlalu ketat.

4. Segera menggantikan kain yang basah.

5. Memandikan bayi dengan air hangat kurang lebih 370 C

6. Bedong/ selimut harus memfasilitasi pergerakan tangan dan kaki.

Pencegahan perdarahn dilakukaan dengan pemberian vitamin K 1 mg IM yang memicu


pembentukan protombin.

Pencegahan luka dan Trauma :

1. Jangan meninggalkan bayi

2. Pada saat memandikan bayi, perhatikan atau cek suhu air terlebih dahulu. Hindarkan
memasukan air panas terlebih dahulu karena akan menyebabkan panas yang lama pada baagiaan
dasar bak mandi.

3. Gunakan bak maandi yang tidak tinggi/terlalu ddalam, alu isi dengan iar kurang dari
setengah tinggi bak mandi untuk mencegah bayi tenggelam.

4. Memnidahkan bayi haarus dengan menggunakan kain untuk menghindari jatuh karena
permukaan kulit yang licin dan pergerakan bayi.

5. Jika menggunakan peniti untuk mengikatkan popok, gunakan salah satu tangan di dalam
popok untuk memastikan bayi tidak sampai tertusuk peniti tersebut.

6. Pergunakan sarung tangan bayi untuk mencegah luka karena kuku bayi yang panjang.

7. Sarung tangan bayi yang digunakan harus elastic tidak ketat untuk mencegah penekanan
terhadap sirkulasi darah ke bagian jari tangan.
8. Bayi tidak perlu memerlukan bntal sampai usia 2 tahun, jangan menempatkan bantal diatas
kepala agar wajah tidak tertutup oleh bantal.

Tanda-Tanda Bahaya

Tanda-tanda bahaya dibagi menjadi dua:

1. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu

a. Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah

b. Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas
tambahan.

c. Letargi : bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan.

d. Warna kulit abnormal/ bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning.

e. Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).

f. Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa.

g. Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah
terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau berdarah/ lender.

h. Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

2. Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.

a. Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit

b. Kehangatan terlalu panas ( > 38° c atau terlalu dingin < 36ºc )

c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.

d. Pemberian makan, hisapan lemah , mengantuk berlebihan, banyak muntah.

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit

f. Tinja/ urin, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah
pada tinja.

g. Aktivitas menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang. menangis terus menerus.
PENYULUHAN SEBELUM BAYI PULANG

1. Perawatan Tali Pusat

Telah banyak di lakukan uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak
terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan
luka hanya dengan air bersih.

Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya
populer dan terbukti efektif untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan
mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.

Cara yang paling efektif adalah dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan
hanya di bersihkan setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban pada kulit bayi.

2. Pemberian ASI

Asi Eksklusif dan Cara Menyusui yang Benar

adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya. Sedangkan ASI
eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan tanpa
makanan minuman lain selain obat (jika sakit).

ASI eksklusif juga berperan dalam mengoptimalkan hasil akhir kesehatan. Bayi harus diberi ASI
eksklusif (tanpa susu formula atau makanan lain selama 6 bulan pertama), penambahan makanan
pendamping yang sesuai diberikan pada paruh kedua tahun pertama (usia 6 bulan ke atas).

Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. Ini juga mengacu pada
resolusi World Health Assembly (WHA. 2001). Disitu dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama,
selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi mulai diberi makanan pendamping ASI yang cukup
dan aman, dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun.

ASI merupakan santapan pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan alamiah,
mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal. Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya pemahaman ibu,
keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan atau minuman secara dini
pada sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI
eksklusif.

Di Indonesia, pemberian ASI masih belum optimal, hanya 4% bayi baru lahir yang disusui pada
jam pertama kelahiran (26% pada hari yang sama), hanya 39,5% yang menyusui secara eksklusif
0-6 bulan. Rekomendasi WHO menyusui eksklusif pada 6 bulan pertama belum optimal
dilaksanakan.
Manfaat ASI eksklusif pada 6 bulan pertama

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan
perkembangannya. ASI emmberi semua energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi
selama 6 bulan pertama hidupnya.

Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit
ynag umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan
bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.

Keberhasilan pemberian ASI eksklusif

8. Tumbuhkan rasa percaya diri dan yakin bisa menyusui

9. Usahakan mengurangi sumber rasa sakit dan kecemasan

10. Kembangkan pikiran dan perasaan terhadap bayi

Dukungan bidan dalam pemberian ASI

Disinilah peran bidan untuk meyakinkan ibu yang baru emlahirkan bahwa bayi bahkan tahan
tidak menyusui hingga 2×24 jam dari lahir, bila ASI belum keluar. Jadi jangan terburu-buru
membeli susu formula bila ASI hanya keluar sedikit-sedikit.

4. Sesaat setelah bayi lahir lakukan early latch on yaitu bayi diserahkan langsung kepada
ibunya untuk disusui. Selain mengetes refleks menghisap bayi, tindakan ini juga untuk
merangsang payudara segera memproduksi ASI pertama (kolostrum) yang sangat diperlukan
untuk antibody bayi.

5. Bila ASI belum keluar, bidan melakukan massase pada payudara atau emngompres dengan
air hangat sambil terus mencoba menyusui langsung pada bayi. Biasanya ASI baru lancar pada
hari ketiga setelah melahirkan. Selama ASI belum lancar terus coba menyusui bayi

6. Beritahu keluarga klien untuk memberi dukungan kepada ibu dan relaksasi untuk
memperlancar ASI

7. Anjurkan klien untuk menjaga asupan makanan dengan menu 4 sehat 5 sempurna

Cara menyusui yang benar

Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat refleks
menghisap bayi

Posisi

1. Posisi madona atau menggendong : bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung
atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk
memegang payudara jika diperlukan

2. Posisi football atau mengepit : bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan
samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan
3. Posisi berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini
merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses
persalinan melalui pembedahan

Tahap tata laksana menyusui

Posisi badan ibu dan badan bayi

1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai

2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala

3. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu

4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu

5. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi

7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
bagian dalam

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

1. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola

2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang
dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti
gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)
dibelakang areola

3. Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks menghisap)

4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur kebawah

5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan
belakang kepala

6. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bay

7. Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi

8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum
molle)

9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI
akan keluar

10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi

11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud
untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi

Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik

1. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu

2. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

3. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara (payudara bagian
bawah)

4. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi

5. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka

6. Hidung bayi mendekati kadang-kadang menyentuh payudara ibu

7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja), sehingga
sebagian besar areola tidak tampak

8. Lidah bayi menopang puting susu dan areola bagian bawah

9. Bibir bawah bayi melengkung keluar

10. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti sesaat

11. Terkadang terdengar suara bayi menelan

12. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

13. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet

Menciptakan praktek menyusui yang baik

1. Posisi yang benar

2. Perlekatan harus benar

3. Tidak diberi botol atau empeng

4. Menghisap sesering mungkin meningkatkan produksi ASI

5. Perlihatkan cara menyusui yang efektif

Tanda-tanda posisi menyusu yang salah

1. Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara

2. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi berputar

3. Sebagian besar daerah areola masih terlihat

4. Bayi menghisap sebentar-sebentar

5. Bayi tetap gelisah pada akhir menyusu


6. Kadang-kadang bayi minum berjam-jam

7. Puting susu ibu lecet dan sakit

Tanda-tanda ASI cukup/penatalaksanaan menyusui yang optimal

1. Bayi BAK setidaknya 6x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda

2. BAB bayi berwarna kekuningan “berbiji” 2x atau lebih dalam sehari

3. Bayi relaks dan puas setelah minum, terbaik bila bayi melepaskan puting susu sendiri. Bayi
yang selalu tidur bukanlah pertanda baik

4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam

5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui

6. Berat badan bayi bertambah


6.1.2. Asuhan Pada Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

a. Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap
pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal
(skor APGAR, refleks ); penilaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan
morfologi/fisiologi ); pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang badan;
serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus),dibedakan
menurut tiga kategori.

Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi :


1. Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. Neonatus cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. Neonatus lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
1. Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram
2. Neonatus berat lahir cukup : antara 2500 sampei 4000 gram
3. Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram
Ketiga, klasifikasi berat lahir terhadap masa gestasi, dideskripsikan dengan masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih
bulan (NCB/NKB/NLB) apakah sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).

1. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir


Pengkajian fisik bayi baru lahir, dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengkajian segera
setelah lahir.Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan
dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian APGAR,
meliputi appearence (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace(refleks atau respon terhadap
rangsang), activity (tonus otot), and respiratory effort (usaha bernafas). Pengkajian sudah
dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning). Kedua, pengkajian
keadaan fisik. Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan. Pengkajian yang kedua ini akan lebih lengkap apabila
disertai dengan hasil pemeriksaan diagnostik/penunjang lain dan catatan medik yang menunjang.

Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera
setelah lahir. Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the
newborn):

a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.

b. Menilai skor APGAR.

c. Melakukan resusitasi neonatus.

d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek dan harus diawasi setiap
hari.

e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi kartu bertulisan nama ibu, diikatkan
dipergelangan tangan atau kaki.

f. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.

g. Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau dalam inkubator jika ada
indikasi.
h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus atau rawat intenif.

i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya
penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinisasi (globulin) pada bayi.

Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut :

a. Menginformasikan prosedur dan minta persetujuan orang tua.

b. Mencuci tangan dan keringkan, bila perlu pakai sarung tangan.

c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.

d. Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada,
abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia).

e. Mengidentifikasi warna dan aktivitas bayi.

f. Mencatat miksi dan mekonium bayi.

g. Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas
(LLA), menimbang berat badan (BB), dan mengukur panjang badan (PB) bayi.

h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orang tua.

i. Mendokumentasi hasil pemeriksaan.

TABEL NILAI APGAR

TANDA 0 1 2
Appearance (warna kulit)
Blue (seluruh tubuh biru Body pink, Limbs All pink (seluruh tubuh
atau pucat) blue(tubuh kemerahan, kemerahan)
ekstremitas biru)
Pulse (denyut jantung)
Absent (tidak ada) <100 >100
Grimace (refleks)
None (tidak beraksi) Grimace (sedikit Cry (reaksi melawan,
gerakan) menangis)
Activity (tonus otot)
Limp (lumpuh) Some flexion of limbs Aktive movement,
(ekstremitas sedikit Limbs well flexed
ekstrim) (gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Respiratory effort (usaha
bernafas) None (tidak ada) Slow, ireeguler Good, strong cry
(lambat, tidak teratur) (menangis kuat)

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini :

a. Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnion (volume) apakah selama
kehamilan terjadi hidramnion/oligohidramnion.
b. Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, apakah terdapat perkapuran,
nekrosis, berat plasenta dan jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar
identik/tidak.
c. Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri, ada tali simpul.
d. Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram), PB (45-50 cm), LK (33-
35cm), LD (30-33cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga dikaji, antara lain :

a. Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma genetik.

b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi.

c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestional, poli/oligohidramnion.

d. Faktor perinatal, meliputi prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan,
gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.

Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segeralah
melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal penting berikut ini :
a. Pemeriksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-
tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b. Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan
dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan
warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas
yang nyata.
c. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan.
e. Bersikap lembut pada waktu memeriksa.
f. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head toe to secara sistematis.
g. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang
diperlukan.
h. Catat setiap hasil pengamatan.
2. Pemeriksaan Umum

a. Pernafasan

Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi
berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dala batas normal.

b. Warna Kulit

Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.

c. Denyut Jantung

Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap maish
normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu,
ulangi penghitungan denyut jantung.

d. Suhu Aksiler

36,5°C sampai 37,5°C.

e. Postur dan Gerakan

Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan
lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit
ekstensi. Pada bayi dengan letak sengsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh
pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.

f. Tonus Otot/Tingkat Kesadaran

Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.

g. Ekstremitas

Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.

h. Kulit

Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda
Mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau selanjutnya dan eritema
toksikum pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh,
punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.

i. Tali Pusat

Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil
dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.

j. Berat Badan

Normal 2500-4000 gram.

3. Pemerikriksaan Fisik

a. Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal
haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan
punggung.
b. Muka
Tanda-tanda paralisis.
c. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea,
katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
d. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.

e. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.
f. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis.
g. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid, hemangioma,
tanda abnormalitas kromosoman lain-lain.
h. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
i. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung
dan pernafasan.
j. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis, hipospodia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dan lain-lain.
l. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus/pes equinovalgus.
m. Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
n. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/bercak berambut, dan lain-lain.
o. Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
p. Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting,
palmar grasp, rooting, startle, menghisap, tonic neck.
q. Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA.
r. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir normal
biasanya kencing lebih dari enam kali perhari. Bayi baru lahr normal biasanya berak cair enam
sampai delapan kali perhari. Dicurigai diare apabia frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Nilai Laboratorium Daarah Neonatus Normal


Antara lain hemoglobin 14-22 g/dl (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia),
hematokrit 43-63%, eritrosit 4,2-6 juta/mm3, retikulosit 3-7 %, leukosit 5.000-30.000/mm3, jika
ada infeksi < 5000/mm3, trombosit : 150.000-350.000/mm3, volume darah 85 cc/kgBB.
b. Nilai Laboratorium Cairan Otak Neonatus Normal
Meliputi warna 90-94% xantochrome (kekuning-kuningan jernih), Nonne/Pandy (+) pada usia
diatas 3 bulan harus sudah negatif, protein 200-220 mg/dl, glukosa 70-80 mg/dl, eritrosit 1000-
2000/LPB, leukosit : 10-20/LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum
sempurna.

1. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir


Kriteria fisik bayi baru lahir (neonatus) normal, antara lain sebagai berikut. Lahir cukup
bulan dengan usia kehamilan 37-42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram atau sesuai masa
kehamilan, panjang badan antara 44-53 cm, lingkar kepala melalui diameter biparietal 31-36 cm,
skor APGAR antara 7-10, tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan. Dilihat dari kriteria
neurologik neonatus normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : posisi bayi frog
position (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), refleks moro/kejutan positif (+) dan harus
simetris, refleks hisap positif (+) pada sentuhan palatum molle, rehleks menggenggam positif
(+), refleks rooting positif (+).

Bayi baru lahirmempunyai variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat
sementara dan akan menghilang sesuai dengan pertumbuhan fisik. Tapi ada juga beberapa yang
menetap dan disebut sebagai “tanda lahir”. Berikut ini variasi penampilan yang normal pada bayi
baru lahir.

a) Kulit

Warna kulit bayi sangat bervariasi tergantung ras, usia, suhu dan keadaan bayi. Saat bayi
lahir, warna kulit mungkin berwarna keunguan, lalu berubah menjadi kemerahan setelah bayi
menangis keras dan dapt bernafas. Beberapa kulit bayi berwarna kekuningan. Hal ini dapat
merupakan respons normal tubuh terhadap jumlah sel darah merha yang banyak, tapi dapat pula
pertanda serius, terutama bila warna kekuningan bertambah dan menetap selama beberapa hari.

b) Kepala

Bentuk kepala dihari-hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam rahim
ataupun proses persalinan yang dialami, tapi akan kembali ke bentuk normal dalam seminggu
pertama. Bayi juga bisa mengalami cephal hematoma yaitu benjolan dikepala bagian samping
akibat adanya darah yang terkumpul di antara kulit dan tulang tengkorak. Hal ini bisa terjadi
karena adanya kesulitan proses persalinan, bisanya terjadi 24-48 jam pasca persalinan. Tapi tidak
mempengaruhi otak bayi dan bisa menghilang beberapa minggu. Keadaan ini tidak
membutuhkan perawatan khusus.

c) Telinga

Bentuknya bisa tidak sama antara kanan dan kiri, kadang terlipat, dan kadang berbulu. Tapi
hal ini tidak akan menetap, melainkan akan menuju ke bentuk sempurna. Rambut di sekitar
telinga pun akan rontok.

d) Bibir
Bibr bayi akan kering untuk sementara waktu, yang disebut sucking blister. Hal ini terjadi
akibat gesekan antara bibir bayi dengan puting atau aerola. Kulit

bibir yang kering akan segera tergantikan dengan lapisan baru.

e) Payudara

Pembesaran dada dapat terjadi pada bayi baru lahir baik laki-laki maupun perempuan dalam
tiga hari pertama kehidupannya. Hal ini disebut newborn breast swelling, yang dihubungkan
dengan hormon ibu dan menghilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

f) Alat kelamin

Alat kelamin dapat terlihat membengkak atau mengeluarkan cairan. Tampilannya dapat
berbeda sesuai usia kehamilan. Bayi prematur mempunyai klitoris menonjol dengan labia/bibir
vagina yang dalam. Semakin cukup bulan labia semakin kesisi luar.

Bayi perempuan dapat mengeluarkan cairan atau mukus kemerahan dari vagina dalam minggu
pertama kehidupan. Kejadian normal ini dihubungkan dengan hormon ibu. Bayi prematur laki-
laki mempunyai skrotum yang rata dan halus dengan testis yang belum turun (sebaiknya testis
turun sebelum usia 6 bulan). Bayi lebih bulan menampakkan garis-garis pada skrotum dengan
testis yang sudah turun.

g) Tanda Lahir

Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya ditemui dipunggung bagian bawah
hingga bokong, meskipun dapat juga dijumpai dibagian lain. Beberapa jenis tanda lahir berikut
ini dapat membantu memastikan apakah tanda lahir tersebut normal :

Vernix Caseosa

Vernix caseosa adalah substansi berwarna putih, licin, seperti keju melapisi kulit bayi baru
lahir. Fungsinya melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernix dapat tidak terlihat
pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu dibersihkan dan biasanya diserap kulit.

Lanugo

Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama dipunggung, dahi dan pipi. Lanugo
lebih terlihat pada bayi prematur. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan.

Milia

Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat pada hidung bayi baru lahir. Dapat
pula muncul didagu dan dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan dapat
menghilang sendiri. Bila terdapat dimulut dan gusi disebut epstein pearls.

Stork bites atau salmon patches

Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan dikelopak mata, di antara mata, bibir
atas dan belakang leher. Bercak ini terlihat jelas ketika bayi menangis dan akan menghilang
dengan sendirinya.

Mongolian spots

Mongolian spots adalah bercak biru keunguan seperti memar pada bagian bawah belakang
bayi dan bokong. Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya menghilang pada
usia 4 tahun.
Caf’e au lait spots

Tanda lahir berwarna coklat muda ini bersifat permanen dan muncul pada saat lahir atau
beberapa hari kemudian.

Erythema toxicum

Erythema toxicum adalah bercak kemerahan pada abyi baru lahir. Sering terdapat di dada
dan punggung atau hingga seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir mengalami kejadian ini
pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada bayi prematur. Penyebabnya tidak diketahui.
Keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari.

Acne neonatorum

Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan pertama. Biasanya dipipi dan
dahi. Hal ini disebabkan oleh hormon ibu dan akan menghilang dalam beberapa bulan. Jerawat
ini tidak boleh dipencet karena dapat menyebabkan infeksi.

Strawberry hemangioma

Adalah area menonjol, sembab, berwarna merah tua atau terang seperti strawberry yang
dibentuk oleh penumpukkan pembuluh darah prematur. Strawberry hemangioma sering terlihat
dikepala. Umunya tidak muncul pada saat lahir, tetapi baru terlihat pada usia 2 bulan. Tanda lahir
ini dapat membesar untuk beberapa bulan, dan secara bertahap menghilang, dan biasanya
menghilang sempurna saat usia 9 tahun.

Port wine stain

Port wine stain adalah tanda lahir berupa bercak tidak menonjol berwarna pink, merah,
ungu. Tanda lahir ini berasal dari penumpukan kapiler dan biasanya muncul di kepala dan leher.
Ukurannya dapat kecil atau menutupi seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna
atau menghilang bila ditekan.

Keseimbangan kalori dan cairan pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa, cairan tubuh bayi
sebanyak 70-75% beratbadan. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan banyaknya cairan
tubuh orang dewasa yaitu 60-65%. Kebutuhan keseimbangan cairan pada bayi dihitung
berdasarkan intake-output, insensible loss dan kebutuhan tumbuh kembang.

Kebutuhan kalori bayi baru lahir terutama digunakan untuk memenuhi pertumbuhan,
perkembangan dan metabolisme. Bayi sampai usia 1 tahun kebutuhan basal 55 kkal/kgBB/hari.
Jika demam, tiap kenaikan suhu 1°C dan kebutuhan kalori meningkat 10%. Untuk aktifitas fisik,
bayi membtutuhkan 15-25 kkal/kgBB/hari. Untuk memenuhi kebutuhan specific dynamic
action bayi memerlukan 7-8% dari total kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori rata-rata bayi
sampai usia 1 tahun sekitar 100-120 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori ini menurun 10
kkal/kgBB/hari setiap tahun, sampai usia 3 tahun, selanjutnya kebutuhan kalori rata-rata 50-100
kkal/kgBB/hari sampai usia pubertas. Pada usia dewasa kebutuhan kalori rata-rata 40-50
kkal/kgBB/hari.

Tabel Kebutuhan Cairan Menurut Usia


Usia Cc/kg BB/hari
0-3 hari
3-10 hari 80-100
10 hari - 3 bulan 125-150
3-6 bulan 140-160
6-9 bulan 130-155
9 bulan - 1 tahun 125-135
1-2 tahun 120-135
2-4 tahun 115-125
4-6 tahun 100-110
6-10 tahun 90-100
10-14 tahun 70-85
14 – 18 tahun - dewasa 50-60
40-50
b.Rencana Asuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
1. sistem pernapasan

Perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam
kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan
eksterna (diluar kandungan ibu. Bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula
yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.

2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan.

Rangsangan untuk grk pernafasan :

• Tekanan mekanik dr thoraks

• Pe¯ Pa O2 & ke Pa CO2

• Rangsangan dingin pd daerah muka

Upaya pernafasan pertama seorang bayi, berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru
dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

2. Sistem kardiovaskular dan darah

Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung, dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler dan
vena. Sistem ini berguna untuk membagikan bahan nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh
bagian tubuh kemudian mengangkut limbah metabolisme sel tubuh.

Terjadi perubahan besar, yaitu :

· Penutupan foramen ovale pd atrium jantung

· Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru2 & aorta

ð Denyut jantung BBL rata2 140 dtk/mnt dan volume darah pada BBL berkisar 80 – 110
ml/kg

3. Sistem ginjal

Pada BBL, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi ginjal yang
mirip dengan fungsi orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. BBL memiliki
rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare atau pola makan
yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan,
seperti dehidrasi atau edema.

Ketidaknormalan ginjal juga membatasi kemampuan BBL untuk mengekskresi obat.Sejumlah


kecil urine terdapat dalam kandung kemih saat lahir, tetapi bayi baru lahir ada yang tidak
mengeluarkan urine selama 12 sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini.
Berkemih enam sampai 10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang
cukup. Umumnya, bayi yang cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per
hari.

4. Sistem gastrointestinal

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan,penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari
mulai mulut (oris) sampai anus. Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk
memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah
melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).

Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis
dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak dapat
diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang
melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs
yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin,
dan lipase pancreas.

Kapasitas lambung BBL 30 – 90 ml. Pengosongan lambung antara 2 – 4


jamsetelah pemberian makanan. Dipengaruhi oleh:

• Waktu dan volume makanan

• Jenis dan suhu makanan

• Stres fisik.

5. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya.

Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.

Kehilangan panas pd BBL dpt tjd mll 4 cara a/l :

• Konveksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak denganudara yang dingin di
sekitarnya.

• Radiasi :Proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-
benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya.

• Evaporasi : Proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah.

• Konduksi : Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah
6. Adaptasi imunologi

Imunologi: ilmu yang mempelajari tentang sistem imun/kekebalan tubuh. Pengenalan, memori,
serta kespesifikan terhadap benda asing merupakan inti imunologi. konsep dasar respon imun
merupakan reaksi terhadap sesuatu yang asing. Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk
sekitar 20% dari semua protein dalam plasma darah. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga
ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-kelamin,
serta kolostrum.

RESPON IMUN

Tahap:

1. Deteksi dan mengenali benda asing

2. Komunikasi dengan sel lain untuk berespons

3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons

4. Destruksi atau supresi penginvasi Advertisements

Sistem imunitas BBL belum matang, rentan berbagai infeksi dan alergi Sedangkan sistem
imunitas yang telah matang akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan didapat pada
tubuh Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yg mencegah atau meminimalkan
infeksi. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

· Perlindungan oleh kulit membran mukosa

· Fungsi saringan saluran napas

· Pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

· Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

7. Sistem reproduksi

v Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas

 Tetapi anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.

 Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara, kadang-kadang disertai


sekresi cairan pada puting pada hari 4-5, karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.

8. Sistem muskuluskletal

v Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertropi.

 Tumpang tindih atau molase dapat terjadi pada waktu lahir

 Molase ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan.

 Ubun-ubun besar akan tetap terbuka hingga usia 18 bulan.


9. Sistem neurologi

Sistem Neurologi belum matang pada saat lahir.

Refleks dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem
muskuloskeleat

Perubahan Fisiologis Sistem Neurologis pada Bayi Baru LahirPada saat lahir sistem saraf belum
terintegrasi sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra
uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yangdiberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang
lebih rendah dari otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis. BBL baru dapat menjalankan
fungsi pada tingkat batang otak.Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara bertahap
berkembang, membuat perilaku yang kompleks dan bertujuan. (Hamilton, 1995).

Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan tonus otot
merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. BBL memiliki banyak
reflek yang primitif. (Bobak, 2005).

Pertumbuhan otak sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2 yg adekuat.

Refleks pada BBL:

1. Refleks Moro / Peluk

2. Refleks rooting

3. Refleks menghisap & menelan

4. Refleks batuk & bersin

5. Refleks grasping

6. Refleks stepping

7. Refleks neck tonis

8. Refleks babinski

10. Panca indera

Periksa mata

Lihat kedua mata bayi, perhatikan apakah kedua matanya tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan
pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi jika disinari dia akan mengecil berarti dalam
keadaan normal. juga tanda – tanda infeksi seperti misal nya ada pus.

Periksa hidung dan mulut..

Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernafas dengan mudah melalui hidung atau kah ada hambatan,
kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langi-langit, reflek hisap, dinilai dengan mengamati pada saat
bayi menyusu atau dengan cara menekan sedikt pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukan jari
tangan anda untuk merasakan hisapan dari bayi. Perhatikan adanya kelainan congenital seperti
labiopalatoskizis.
6.1.3. Pijat bayi
1. Defenisi dan manfaat pijat

Pijat bayi adalah suatu sentuhan yang diberikan pada jaringan lunak yang memberi
banyak manfaat bagi anak maupun orang tua. Pijat bayi sebenarnya merupakan suatu bentuk
terapi sentuhan (touch therapy) yang sangat bermanfaat baik bagi bayi maupun orang
tuanya.Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat merangsang produksi ASI, meningkatkan nafsu
makan dan berat badannya. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orang tua dan anak,
serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi. Sentuhan alamiah pada bayi
sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi
terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat si bayi yang Anda cintai.

2. Hal yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sebelum pemijatan

Hal yang dianjurkan

1) Bayi dalam keadaan sehat, tidak sakit.

2) Bayi tidak dalam keadaan lapar.

3) Bayi sudah selesai minum susu sekitar satu jam yang lalu.

4) Jangan sekali-kali memaksa bayi bila terlihat ia sedang tidak ingin dipijat.

5) Buka seluruh baju bayi.

6) Gunakan baby oil untuk memudahkan pijat bayi.

Penting diperhatikan :

a. Pastikan kedua tangan Anda bersih.

b. Sebelum memulai, lepas semua perhiasan pada kedua belah tangan Anda, seperti cicin dan
gelang.

c. Kuku jari tangan Anda dalam keadaan terpotong pendek dan bersih, agar kulit bayi tidak
tergores.

d. Lakukan dengan hati-hati dan lembut.

e. Lakukan di dalam ruangan yang hangat dan tidak pengap (aliran udara di dalam ruangan
lancar).

f. Baringkan bayi di atas tempat yang memiliki permukaan rata dan empuk, misalnya kasur
atau karet busa yang tebal.

g. Putarlah musik berirama lembut dan menyenangkan.

h. Tips melakukan pijat pada bayi:

a) Tidak boleh melakukan pijat bayi saat bayi sedang makan atau setelah menyusui, usahakan
minimal satu jam sebelum atau setelah melakukan hal tersebut.

b) Sebaiknya dilakukan sebelum bayi mandi, lalu dilanjutkan dengan mandi sehingga bayi
akan merasa lebih segar.
c) Usahakan anak dalam keadaan senyaman mungkin dan tidak boleh dalam keadaan
menangis.

d) Tingkat penekanan yang diberikan sama dengan saat orang dewasa menyentuh kelopak
matanya, jadi seperti dihusap saja. Jelas berbeda dengan private massage.

e) Memijat bayi dari atas atau kepala ke bawah.

Pemijatan yang tidak boleh dilakukan :

1) Memijat bayi tidak lama setelah ia makan atau disusui

2) Membangunkan bayi untuk dipijat

3) Memijat bayi dalam keadaan sakit

4) Memijat bayi dengan paksa

5) Memaksakan posisi saat di pijat

6) Pelajari dulu cara memijat bayi yang baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang
maksimal

3. Langkah-langkah pelaksanaan pijat bayi

teknik-teknik dalam melakukan pijat bayi

a. Cara Pemijatan untuk Berbagai Kelompok Umur

1. Umur 0-1 bulan. Disarankan diberikan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus.
Sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut sebelum tali pusat lepas uput).

2. Umur 1-3 bulan. Disarankan diberikan gerakan halus disertai tekanan ringan.

3. Umur 3 bulan-1 tahun. Disarankan agar seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan
waktu yang makin meningkat.

4. Total waktu pemijatan disarankan 15 menit. Urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari
bagian tungkai, kaki, lengan, tangan, perut, dada, punggung, dan diakhiri bagian muka. Gerakan
memijat menuju ke arah jantung

a) Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga bermanfaat bagi anak yang
berpembawaan gugup

b) Remasan berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada gelendong
jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus
akan lebih melancarkan peredaran darah.Teknik remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai
atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit
gerakan memeras; mirip gerakan membuat adonan roti.

c) Teknik kocokan dilakukan dengan cara "menggulung". Tangan diletakkan sejajar dengan
anggota badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau mengaduk adonan. Teknik ini
bermanfaat untuk mengendorkan jaringan.
d) Teknik lingkar. Mula-mula dilakukan usapan, kemudian membuat bentuk lingkaran-
lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran besar kemudian mengecil. Dengan latihan,
lingkaran yang terbentuk akan makin bulat. Teknik urut lingkar, memberikan stimulasi pada
permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih dalam. Hasilnya, aliran darah meningkat
dan pembuluh darah lebih lebar.

b. Teknik lain mengurut wajah bayi:

1) Gerakan membedaki hidung. Hidung bayi "dicolek" bedak dengan telunjuk.

2) Gerakan menyeterika dahi. Caranya, pelipis diusap dengan telapak tangan.

3) Gerakan cincin mata. Membuat lingkaran di sekeliling mata dengan ujung jari.

4) Gerakan lingkar di pipi dengan cara menggambar lingkaran di pipi, mula-mula besar
kemudian makin kecil.

5) Gerakan mencubit-cubit kulit pipi.

6) Menempelkan telapak tangan di pipi lalu digoyang-goyangkan.

7) Gerakan bersiul, yaitu dengan mengusahakan agar mulut bayi dimonyongkan.

Selain untuk mengurut wajah, teknik urut serupa juga bisa untuk pemijatan bagian kaki, tungkai
dan lengan, perut, dada dan punggung.

a. Pijatan di kepala

1. Pegang wajah bayi anda dengan lembut diantara kedua tangan anda sambil berbicara
dengan suara yang menenangkan dan lembut. Tatap mata bayi anda ketika berbicara dan dengan
menggunakan kedua tangan berikan tekanan kebawah pada kedua sisi wajah. Ini akan memberi
rasa dekat pada anda berdua

2. Putar tangan anda kesamping dan selipkan dibawah kepala bayi. Topang berat kepala pada
bagian bawah telapak tangan sambil memijat kulit kepala dengan jari-jari anda yang bergerak
membentuk lingkara-lingkaran kecil

3. Gunakan ibu jari untuk menekan telinga. Tekan telinga dengan ibu jaridan jari telunjuk
sambil memberikan pijatan mulai dari atas telinga sampai ke cuping telinga

4. Gunakan jari untuk menekan leher kea rah bahu. Awali dengan jari kelingking dan gunakan
bagian ujung dari keempat jari anda secara berurutan

5. Putar tangan kebawah untuk mengistirahatkannya sejenak pada bahu depan bayi anda.

b. Pijatan di wajah untuk melemaskan otot wajah.

Tekan jari-jari pada kening bayi, pelipis, dan pipi. Gunakan kedua ibu jari untuk memijit daerah
di atas alis. Dengan tekanan lembut, tarik garis dengan ibu jari dari hidung ke arah pipi bayi.
Gunakan kedua ibu jari untuk memijit sekitar mulut, tarik hingga bayi tersenyum. Pijat lembut
rahang bawah bayi dari tengah ke samping seolah membuat bayi tersenyum. Pijat secara lembut
daerah di belakang telinga ke arah dagu.
1. Dahi : meyetrika dahi
Letakkan kedua jari tangan Anda pada pertengahan dahi lalu tekan jari-jari Anda dengan lembut
mulai dari tengah dahi bayi ke arah samping kanan dan kiri seolah menyeterika dahi.

2. Alis : menyetrika alis


Letakkan kedua ibu jari Anda di antara kedua alis mata lalu usaplah bagian atas mata/alis mulai
dari tengah ke samping seperti menyeterika alis.

3. Hidung : senyum pertama


Letakkan kedua ibu jari Anda di antara kedua alis. Tekankanlah ibu jari Anda dari pergelangan
kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi kemudian gerakkan ke samping dan ke atas
seolah membuat bayi tersenyum.

4. Rahang atas : senyum kedua


Letakkan kedua ibu jari Anda pada pergelangan rahang atas atau di atas mulut di bawah sekat
hidung. Lalu tarik kesamping seolah membuat bayi tersenyum.

5. Menekan pipi
Gerakkan kedua ibu jari Anda dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi

6. Dagu/rahang bawah : senyum ketiga


Letakkan kedua ibu jari Anda di tengah dagu. Tekankan dua ibu jari pada dagu, lalu gerakkan
dari tengah ke samping kemudian ke atas seolah membuat bayi tersenyum.

7. Belakang telinga
Dengan tekanan lembut gerakkan jari-jari kedua tangan Anda dari belakang telinga kanan dan
kiri ke tengah dagu.

c. Pijatan di dada untuk memperkuat paru-paru dan jantung.


Letakkan kedua tangan di tengah dada bayi dan gerakkan ke atas, kemudian ke sisi luar tubuh
dan kembali ke ulu hati tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu, dari tengah dada
bayi, pijat menyilang dengan telapak tangan ke arah bahu seperti membentuk kupu-kupu.

d. Pijatan pada perut untuk meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit.

Untuk pemijatan di bagian perut hindari pemijatan pada tulang rusuk atau ujung tulang rusuk.
Lakukan gerakan memijat di atas perut bayi seperti mengayuh sepeda dari atas ke arah bawah
perut. Kemudian, angkat kedua kaki bayi dan tekan lututnya perlahan-lahan ke arah perut.
Buatlah bulan separuh terbalik dengan tangan kanan, mulai dari kiri ke kanan searah jarum jam.
Saat tangan kanan di atas, tangan kiri di bawah dan berputar mengikuti arah jarum jam
membentuk lingkaran penuh seperti matahari.

Letakkan ujung-ujung jari pada perut bayi di bagian kanan bawah dan buatlah gerakan dengan
tekanan sesuai arah jam dari kanan bawah ke kiri bawah guna memindahkan gelembung-
gelembung udaraDengan kedua telapak tangan usaplah dari tengah dada ke samping luar secara
lembut dan berulang-ulang

e. Pijatan tangan dan kaki untuk menghilangkan ketegangan dan memperkuat tulang.
Pegang lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang pemukul softball. Dengan
gerakan seperti memerah, pijat tangan bayi dari bahu ke pergelangan. Lakukan gerakan
sebaliknya, dari pergelangan ke arah pangkal lengan. Tarik lembut jari-jari bayi dengan gerakan
memutar. Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh permukaan telapak tangan dan
punggung tangan bayi. Gunakan kedua telapak tangan untuk membuat gerakan seperti
menggulung.
1. Lengan

a. Apabila memungkinkan gunakan kedua tangan anda dan tekan mulai dari bahu sampai
ujung jari bayi

b. Berpindahlah ke lengan kiri. Gunakan setiap tangan secara bergantian diawali dari bagian
bahu untuk memberikan remasan dan geser tangan kebawah sampai ke jari-jari bayi. Bukalah
jari-jari bayi anda

c. Apabila bayi anda memberikan reaksi yang positif, ulangi gerakan ini.namun apabila tidak
maka berikan gerakan effleurage(tekanan) pada seluruh lengan . pesan dalam pepatah
adalahn”apabila ragu-ragu, maka lakukan effleurage”. Penggunaan gerakan menekan dalam
pemijatan selalu sesuai.

2. Telapak tangan

Dengan kedua ibu jari, usaplah telapak tangan seolah membuat lingkaran kecil dari pergelangan
tangan ke arah jari-jemari. Sedangkan keempat jari lainnya mengusap punggung tangan

3. Peregangan Jari

Regangkan jari bayi satu per satu menuju ujung jari dengan gerakan memutar.Akhiri gerakan ini
dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari

4. Gerakan tarikan lengan

Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua telapak tangan dan tangnan lain
dipergelangan tangan. Tarik lengan bayi dari bahu kepergelangan secara bergantian.

5. Gerakan menggulung

Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju pergelangan tangan/jari

6. Gerakan akhir

Setelah semua gerakan dilakukan pada tangan kanan dan kemudian tangan kiri bayi, lalu lakukan
gerakan berikut:

Rapatkan kedua lengan bayi pada badannya, usap dengan lembut kedua lengan bayi dengan
kedua tangan Anda secara bersamaan mulai dari pundak sampai ke pergelangan tangan.

f. Pijatan punggung untuk memperkuat otot yang menyangga tulang belakang.

Pijat dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang punggung
bayi, luncurkan salah satu telapak tangan dari leher sampai ke pantat bayi dengan sedikit
tekanan. Buat gerakan melingkar dengan jari-jari, terutama pada otot di sebelah tulang belakang.
Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari leher ke kaki untuk mengakhiri pijatan.

1. Gerakan maju mundur : kuda goyang

Tengkurapkan bayi melintang di depan Anda. Gosoklah dengan gerakan maju mundur
menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang punggung bayi, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi

2. Gerakan menyetrika

Lakukan usapan dengan telapak tangan kanan Anda, menyerupai gerakan menyetrika, dimulai
dari pundak ke bawah sampai ke pantat
3. Gerakan melingkar

Buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan jari-jari kedua tangan Anda, mulai dari
batas leher atas turun ke bawah sampai batas leher bawah, kemudian ke samping menyusuri bahu
kanan dan kiri kemudian teruskan ke punggung sampai ke pantat.

4. Gerakan menggaruk

Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan Anda pada punggung bayi, kemudian
buat gerakan seperti menggaruk ke bawah memanjang sampai ke pantat bayi.

g. Pijatan pada bokong

1. Pijat disekitar bokong. Berhati-hatilah untuk menghindari segala bentuk gosokan . lakukan
gerakan seperti mengaduk adonan pada otot-otot utana dengan cara meremas, meregangkan dan
melepaskan. Untuk melakukan ini hanya perlu menggunakan jari-jari tangan anda . otot-otot ini
adalah otot terdalam pada tubuh dan digunakan pada sebagian besar gerakan. Bahkan pada saat
kita duduk. Hindari bagian anus dari bayi anda

2. Dengan menggunakan 2 jari pertama dan ibu jari ,putar daging paha keatas kearah sacrum
(ujung dari tulang punggung ). Pastikan putaran ini menyabar dari bagian dasr bokong ke
samping tulang panggul

tekan dengan lembut ke bwah mulai dari kepala ke jari kaki untuk melengkapi bagian dari
pijatan ini. Tekanan yang ringan akan merangsang ujung syaraf.
7. Mendokumentasian asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

7.1. Pendokumentasian asuhan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

7.1.1. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Dokumentasi adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat/ bidan dalam
melakukan catatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan.

Menurut Thomas (1994 cit. Muslihatun,dkk,2009), dokumentasi adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksisaan,
prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan, dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang di berikan.

Menurut Tung Palan (1983), dokumemtasi adalah suatu catatan yang dapat sibuktikan atau
dijadikan bukti dalam hukum.

Menurut Suyonno Trisno, dokmentasi berasal dari kata dokumen yaitu bahan pustaka, baik yang
berbentuk tulisan maupun rekaman seperti pita suara/kaset, video, film gambar, foto.

Depkes RI (1995), dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi, data
atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan.

Sedangkan pendokumentasian merupakan tindakan membuat pencatatan sebagai bukti otentik


yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan
di lakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistemmatis
dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.

Langkah-langkah manajemen kebidanan, diantarnya ;

Pengumpulan data dasar

Merumuskan diagnosa/merumuskan masalah

Masalah Potensial

Menetapkan kebutuhan tindakan segera

Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh

Melaksanakan Perencanaan

Evaluasi

A. PENDOKUMENTASIAN METODE SOAP

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat di terapkan dengan metode SOAP
yangtersusun berdasarkan pola fikir manajemen asuhan kebidanan .

S ( data subjektif )
Data subjektif( S ), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan. Menurut Helen
Varney langkah pertama ( pengkajian data ).

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien yang diperoleh melalui


anamnesa.

Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”, di beri tanda huruf “O” atau “X”.
Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.

O ( data objektif )

Data objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney


pertama (pengkajian data).

Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data kilen yang di peroleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain.

A ( assesment )

A (analysis/assesment) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi ( kesimpulan


) dari data subjektif dan objektif.

Analisis/assesment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney


langkah kedua,ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini :

* diagnosis/masalah kebidanan

* diagnosis/masalah potensial, serta

* perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah


potensial.

P ( planning )

Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertunjuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya Meskipun secara istilah, P adalah planning atau perencanaan saja, namun P
dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan
evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. B.
7.1.2. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Tumbang Balita

Menajemen/asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi
pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam
persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir.

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah
terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian,
membuat diagnosis, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosis
dan masalah potensial, tindakan segera serta rencana asuhan.

Langkah 1. Pengkajian data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan bayi baru lahir.

a.Pengkajian setelah lahir

Pengakajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus
ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi :

Tanda 0 1 2

Appearance Biru, pucat tungkai Badan pucat,muda Semuanya merah


biru

Pulse Tidak teraba <100 >100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat

Activity Lemas /lumpuh Gerakan Aktif/fleksi tungkai


sedikit/fleksi tungkai baik/ reaksi melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat

Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi
adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :

Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrous baby)

Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi

Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai
ventilasi.

b. Pengkajian keadaan fisik

Data subyektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain :

Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji adalah :

1.Faktor genetik
2.Faktor meternal (ibu)

3.Faktor antenatal

4.Faktor perinatal

Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain :

1) Pemeriksaan umum

Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar
33-35 cm, lingkar dada 30,5-33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4500 gram.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.

a) Suhu bayi

Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.

b) Nadi

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.

c) Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya
bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.

d) Tekanan darah

Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara akurat. Rata-rata tekanan
darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.

3) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to too)

Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:

a) Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang
berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada
kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang
disebut moulding atau moulase.Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali.
Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang
cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.

Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,


perdarahansubaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital
seperti :anensefali,mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.

b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

c) Mata

Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya
glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan
pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina.

Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

d) Hidung atau mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir dipastikan tidak
adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon
terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
2,5 cm.

Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan adanya
obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring.

e) Leher

Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput berhubungan
dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan.

Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21.

f) Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada laki-laki
maupun perempuan terlihat membesar.karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas
perlu diperhatikan.

g) Bahu, lengan dan tangan

Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili.
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat
terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dn perdarahan.

h) Perut

Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan tali pusat. Perut hrus tampak
bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya
pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang
membuncit kemungkinan karena hepato- splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung
kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.

i) Kelamin

Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya vrniks dan smegma (kelenjar kecil yang
terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora
normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu
kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya
terdapat umbai hymen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua
testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.

j) Ekstermitas atas dan bawah

Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi ddengan baik dengan gerakan yang simetris. Refleks
menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau komlet dapat menandakan trauma
pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya
pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.

k) Punggung

Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti
spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata.

l) Kulit

Verniks ( tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna,
pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

m) Refleks

Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
samapai dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukan imaturitas
neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks-refleks
ini menandakan masalah neurologis yang serius.

Langkah 2. Interpretasi data

Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dankebutuhan bayi berdasarkan
data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
Langkah 3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan
Diagnosis aatau masalah yang sudah diiidentifikasi.

Langkah 4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau ada hal yang perlu
dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi.

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuanpada langkah


sebelumnya.

Langkah 6. Melaksanakan Perencanaan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman.

Langkah 7. Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai