Anda di halaman 1dari 29

RUANGAN Tanggal : Nilai Tanggal : Nilai

Paraf CI Paraf Dosen

Konsep Teori Bayi Baru Lahir Normal (BBLN)

A. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500-
4000 gram (Depkes, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh & Lia, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat. (Marmih & Kukuh, 2012)
B. Karakteristik BBLN
Menurut Marmi & kukuh (2012) ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah :
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9. Genetalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
10. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
11. Reflek morrow atau bergerak memeluk bila di kagetkan sudah baik
12. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
13. Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium
berwarna hitam kecoklatan
C. Adaptasi Bayi Baru lahir Normal
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
adalah:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru
(setelah tali pusat dipotong).
a. Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah:
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar
CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
a. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan
mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan
aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap
saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
b. Cairan di paru-paru
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-
parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio
cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka
waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL.
Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
2. Sistem kardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi
berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena
umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui
duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin
oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis
kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian
foramen ovale, duktus arterious dan duktus venosus menutup. Arteri
umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen
3. Sistem termoregulasi
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi
berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena
umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui
duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin
oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian
foramen ovale, duktus arterious dan duktus venosus menutup. Arteri
umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligament
4. Sistem hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg
selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun
pertama. Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi
dari nilai normal orang dewasa.Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht
44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3.
Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi
Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada
minggu ke 20.

5. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak. Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran
pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya
mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium
merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan
neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
6. Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).Koreksi penurunan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a) melalui penggunaan ASI
b) melaui penggunaan cadangan glikogen
c) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal
ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang
cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam
pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan
(post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam
rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
7. Sistem imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami :
a) perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b) fungsi saringan saluran napas
c) pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d) perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu
oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme
asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya
BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus
dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah
satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan
bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih
lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada
praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.
8. Sistem integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan
sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung
kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi
baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan
memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering
terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit
sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan
vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan
ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama
jika terpajan pada udara dingin.
9. Sistem Skeletal
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan
tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran
seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada
tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat
mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan
dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.
Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas
harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak
tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
10. Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
a. Reflek pada Mata
1. Berkedip atau Refleks korneal
2. Reflek Pupil
3. Mata boneka
4. Glabela ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara
dua alis mata menyebabkan mata menutup dengan rapat.
b. Reflek pada mulut:
1. Rooting refleks
2. Shucking refleks
3. Ekstruksi
4. Swallowing
5. Bite nepis
6. Chewing refleks
c. Refleks pada telinga
1. Refleks moro/startle
2. Refleks pada punggung
3. Galantrefleks
4. Perez refleks
5. Crawling refleks
d. Refleks pada ekstremitas atas
1. Palmar grasp reflex
e. Refleks pada ekstremitas bawah
1. Refleks babinski
2. Refleks stepping.

D. Pathway
E. Penatalaksanaan Bayi baru lahir normal (BBLN)
1. Penatalaksanaan medis
a. Suction dan oksigen
b. Pemberian Vitamin K
c. Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%,
perak nitral atau neosporin).
d. Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat
yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru
lahir adalah muskulus vastus lateral
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Perawatan Tali Pusat
Menurut Panduan APN (2010) perawatan tali pusat dilakukan
sebagai berikut :
1) Peralatan yang dibutuhkan :
a. Peralatan 2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan
menyabuni, untuk membilas
b. Washlap kering dan basah
c. Sabun bayi
d. Kassa steril
e. 1 set pakaian bayi
2) Prosedur Perawatan Tali Pusat:
a. Cuci tangan.
b. Dekatkan alat
c. Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana,
baju, bedong yang sudah digelar.
d. Buka bedong bayi.
e. Lepas bungkus tali pusat.
f. Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka
sampai kaki/ atas ke bawah.
g. Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.

Bersihkan tali pusat, dengan cara:


a. Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus.
g. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan
talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab,
jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian
popok dulu.
h. Bereskan alat.
i. Cuci tangan.
j. Perawatan Kulit Bayi
Untuk menjaga agar kulit bayi senantiasa sehat, bisa melakukan
cara berikut ini:
1. Jangan terlalu sering memandikan bayi.
Pada masa-masa ini, tubuh bisa dibilang tidak terlalu kotor
sehingga tidak perlu terlalu sering memandikannya. Terlalu
sering bersentuhan dengan air, lebih dari tiga kali dalam
seminggu, bisa mengikis kadar minyak alami pada tubuhnya.
Padahal, minyak tersebut bisa menjaga kulitnya dari
kekeringan.
Selama berusia sebulan atau lebih, sebenarnya bisa
membersihkan tubuhnya dengan hanya mengelapnya dengan
handuk basah sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Khusus area
mulut dan kelamin, bunda bisa membersihkannya dengan
sedikit air atau ditambah sabun.
Disarankan untuk menjauhkan kulit dari sabun batangan dan
mandi busa. Pilih sabun cair yang mild untuk menjaga
kelembapan kulitnya. Sabun cair ini juga tidak pedih di mata.
2. Rawat kulit kepalanya.
Kulit kepala baru lahir biasanya terlihat kering atau
mengelupas seperti ketombe. Atau parahnya, kulit kepalanya
dipenuhi oleh bercak pengerasan kulit seperti sisik berwarna
kekuningan, tebal, dan disertai minyak. Kondisi ini tidak
berbahaya dan biasanya dapat menghilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan, mengikis kondisi tersebut dari
kepalanya dengan cara mencuci rambutnya tiap hari dengan
sampo khusus yang lembut. Pijat lembut kepalanya untuk
membantu merontokkan sisik tersebut. Kemudian, sisir
memakai sisir untuk menghilangkan sisik. Setelah itu, bunda
bisa membilas kepalanya dengan air bersih
3. Melembapkan kulitnya.
Disarankan untuk mengoleskan pelembap bebas wewangian
setelah mandi guna menghindari kulitnya menjadi kering.
Produk pelembap jenis krim lebih disarankan ketimbang losion.
Pelembap jenis losion bisa lebih mungkin mengiritasi kulit
4. Cegah ruam popok.
Umum mengalami kondisi ini. Bayi mengalami ruam popok
yaitu muncul bercak kemerahan, bintik-bintik jerawat atau luka
lecet pada area popok. Untuk mencegah hal itu terjadi,
disarankan untuk sering mengganti popoknya ketika sudah
basah atau kotor karena tinja.
Sebelum memakaikan popok, pastikan kulitnya sudah benar-
benar kering. Gunakan krim atau salep seperti petroleum jelly
dan biarkan hingga mengering sebelum memakaikan popok,
hal ini bisa mencegah kulitnya menjadi terlalu basah.
b. Jaga kebersihan dan keamanan
Jagalah kebersihan tangan saat hendak memegang atau menggendong
yang baru lahir. Cucilah tangan dahulu sebelum melakukan kontak
dengan agar mereka terhindar dari serangan kuman. Berhati-hatilah
saat menggendong yang baru lahir, terutama perhatikan pegangan
Anda pada bagian kepala dan leher.
Jangan pernah menguncang-guncang saat membangunkan mereka
karena dapat menyebabkan pendarahan di otak. Batasi juga tingkatan
permainan kita bersama. Jangan lakukan lempar tangkap atau
menggoyang-goyang di lutut karena hal itu berbahaya.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu; pada saat lahir;
dalam 24 jam; pada waktu pulang.pemeriksaan yang pertama dilakukan
di kamar bersalin. Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia
esofagus), trauma lahir
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di depan
ibu. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama
dapat ditemukan. Pemeriksaan yang ketiga adalah sebelum bayi
dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk menilai kelainan BBL yang masih
ada, misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi pneumonia, atau infeksi
nosokomial.
1. Pemeriksaan Di Kamar Bersalin
a. Menilai adaptasi
1) Penilaian Awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor
APGAR:
a) Warna Kulit: Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat
atau biru
b) Tonus otot: Apakah bayi aktif atau lemasUsah
c) Usaha Nafas: Apakah bayi menangis kuat? Atau merintih,
lemah
0 1 2
Appearance Seluruh badan Sluruh tubuh
Ekstremitas biru
Warna Kult Biru merah muda
Pulse
Tidak ada < 100x/menit >100x/menit
Denyut Jantung
Grimace Merintih atau
Lemah/tidak ada Menangis kuat
Reflek menangis lemas
Activity Lemah atau tidak
Sedikit gerakan Aktif
Aktifitas ada
Respiration
Menangis kuat dan
Pernasafasan at Tidak ada Lemah, tidak teratur
pernafasan teratur.
auusaha nafas

b. Mencari kelainan kongenital


c. Anamnesa ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat,
infeksi virus, penyakit ibu, kelainan bawaan
1) Memeriksa jumlah cairan ketuban
2) Hidramnion (>2000ml) berkaitan dengan obstruksi
(penyumbatan) usus; ibu DM, PE
3) Oligohidramnion (<500 ml) berkaitan dengan kelainan
ginjal
4) Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak,
jumlah arteri dan vena
5) Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan
ukuran(berkaitan dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan
O2 bayi)
6) Berat lahir dan kehamilan Bayi kurang bulan dan IUGR
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelainan
kongenital
7) Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
8) Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini
menunjukkan ada atau tidaknya paralisis nervus fasialis
(cacat saraf wajah)
9) Melihat adakah defek tabung saraf (meningokel, omfalokel,
meningokel, spina bifida
10) Melihat jenis kelamin
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
HR, RR, Suhu (normalnya 36,5-37,5°C).
b. pengukuran Antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur
seperti timbangan atau pita pengukur, terdiri dari:
1. Berat Badan (BBL normal berat lahirnnya 2500-4000 gram)
2. Tinggi badan ( Tinggi normal 45 – 53 cm)
3. Lingkar Kepala (Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm)
4. Lingkar Dada (Ukuran normal 31-35 cm)
5. Lingkar Lengan Atas (Ukuran normal LILA saat lahir kira-kira
11 cm)
c. Kulit
1. Warna Normalnya BBL berwarna merah muda
2. BBL yg kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan
kerapuhan sistem vasomotor
3. Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi
kedinginan
4. Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2
5. Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan
penyakit berat
6. Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks
caseosa, kulit, kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi
dengan riwayat fetal distress.
7. Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat didaerah dah
8. Rash, lesi, bintik2 ada atau tidak. Jika ada seperti apa warna,
bentuknya, ada cairan atau tidak
9. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yang disekresi
oleh kelenjar sebasea dan sel epitel yang melapisi tubuh BBL.
Ini akan menghilang sendir beberapa hari setelah lahir,
berfungsi untuk menjaga suhu bayi. Dapat dibersihkan
dengan kapas dan minyak kelapa yang steril. Lanugo rambut
halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit
kepala, dahi dan muka.
10. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak
Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit
bayi lebih bulan tampak seperti kertas perkamen dan
mengelupa.
11. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk,
warna seperti apa.
d. Kepala
1. Sutura ada molase atau tidak
2. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata,
cekung atau cembung)
3. Tulang2 tengkorak ada fraktur atau tidak
4. Simetris atau tidak, adakah molding
5. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak
e. Wajah
1. Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi
Mongol
2. Apakah wajah simetris atau tidak
f. Mata
1. Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau
tidak, ukuran dan reaktivitas Pupil baik atau tidak, arah
pandangan, jarak dan bentuk mata, gerak bolamata simetris
atau tidak.
2. BBL kadang menunjukkan gerak mata berputar dan tidak
teratur (strabismus)
g. Telinga
Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana,
tulang rawan terbentuk atau tidak. Bayi prematur biasanya
tulang rawan belum terbentuk.
Pemeriksaan Refleks Moro/Startle
1. Reflek di mana bayi akan mengembangkan tangan & jari le
bar- lebar, lalu mengembalikan dengan yg cepat seakan –
akan memeluk jika tiba-tiba dikejutkan oleh suara atau
gerakan
2. Pola perkembangan:hilang di usia 3 - 4 bulan
3. Bila tak ada respons, menunjukkan : fraktur atau cedera
pada bagian tubuh tertentu
h. Hidung
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah
milia (bintik keputihan yang khas terlihat dihidung, dahi dan
pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg belum berfungsi),
adakah pernafasan cuping atau tidak
Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang
berdarah, hal ini kemung kinan adanya sifilis kongenital.
Adanya pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan)
i. Mulut
Bentuk bibir, lihat dan raba langit2 keras (palatum durum) dan
lunak (palatum molle), tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah,
lesi, sekret. Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh atau
tidak. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah
. Salivasi tidak terdapat pada bayi normal, karena
grandula saliva belum matur. Bila terdapat sekret yang
berlebihan mungkin ada kelainan di esofagus.
Pemeriksaan refleks :
1. Refleks rooting.
Reflek ini karena stimulasi taktil pd pipi dan daerah mulut,
bayi akan memutar kepala seakan-akan mencari puting
susu. Pola perkembangan :menghilang di usia 3 - 7 bulan.
Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau
kemungkinan adanya kelainan sensorik
2. Reflek sucking
Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan atau dimasuk
kan ke mulut, pola perkembangan menghilang di usia 3 - 7
bln, bila tdk ada respon kelainan saluran pernapasan dan
kelainan pada mulut termasuk langit-langit mulut
j. Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher
apakah ada hambatan, kesan nyeri saat bayi menggerakkan
kepala.
k. Dada
1. Kesimetrisan saat tarikan nafas, adakah rintihan, adakah
retraksi. Rintihan dan retraksi dada tidak normal,
menunjukkan gangguan nafas
2. Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi
seperti susu BBL payudara kadang membesar dan tampak
sekresi susu akibat pengaruh hormon estrogen maternal.
3. Tulang klavikula.
Ada fraktur atau tidak, dilihat dari gerakan ekstremitas
1. Abdomen
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya. Jika bayi menangis dan muncul benjolan di
perut, menunjukkan hernia di dinding abdomen.
l. Genitalia dan Rektum
1. Lubang anus ada atau tidak
2. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
3. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah skrotum
2, lubang kencing ada atau tidak, letaknya di mana,
hidrokel ada atau tidak;
4. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adaka
h sekcret atau bercak darahPada bayi wanita, terkadang
tampak adanya sekret atau bercak darah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
m. Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, adaselaput atau ti
dak, tampak garis telapak tangan atau tidak.
Pemeriksaan Refleks menggenggam (Grasp)
1. Reflek yg timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi,maka bayi akan menutup telapak tangannya.
2. Menghilang di usia 3-4 bulan.
3. Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
n. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari,
ada selaput atau tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak
Pemeriksaan Reflek Plantar
1. Reflek yg timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi
akan menutup telapak kakinya.
2. Menghilang di usia 8 bulan
Pemeriksaan Reflek Babinski
1. Reflek bila ada rangsangan pd telapak kaki ibu jari akan
bergerak ke atas & jari-jari lain membuka.
2. Pola perkembangan : menghilang di usia 1 - 2 tahun
3. Bila tak ada respons: menunjukkan kelainan pd saraf otak
(bila menetap)
Pemeriksaan Reflek Walking & Stepping

1. Reflek timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada


gerakan spontan kaki melangkah ke depan.
2. Pola perkembangan : menghilang di usia 3- 4 bulan
3. Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada motorik
kasar
o. Punggung
Bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut
abnormal. Pemeriksaan Reflek tonic neck
1. Reflek jika bayi mengangkat leher & menoleh ke kanan / ke
kiri jika diposisikan tengkurap.
2. Pola perkembangan : reflek ini dpt diamati sampai bayi
berusia 3- 4 bulan.
3. Reflek ini tdk dpt dilihat pd bayi yg berusia 1 hari.
Pemeriksaan Reflek Galant
1. Ketika bayi tengkurap goresan pada punggung
menyebabkan pelvis membengkok ke arah goresan.
2. Pola perkembangan : hilang pd usia 2-3 bln.
3. Pemeriksaan Pada Waktu Memulangkan
Yang perlu diperhatikan adalah:
a. TTV
b. Susunan Saraf Pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun2
c. Kulit: ikterus atau tidak
d. Abdomen: adakah tumor yang belum terdeteksi atau
idak
e. Tali pusat: ada infeksi atau tidak
f. Apakah bayi sudah bisa menyusu dengan baik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
orofaring, keharusan bernapas melalui hidung, dan apnea
2. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan Hipotermi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat) tali pusat masih basah
C. Tujuan dan Intervensi Keperawatan (Wilkinson, 2013).

No DIAGNOSA PERENCANAAN
RASIONAL
KEPERAWATAN Tujuan SMART Intervensi
1. Ketidakefektifan NOC NIC  Memfasilitasi
bersihan jalan nafas Setelah di lakukan  Manajemen kepatenan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Jalan Napas jalan napas
sekresi orofaring, diharapkan bayi akan  Pemantauan  Mengumpulka
keharusan bernapas memperlihatkan Pernapasan n dan
melalui hidung, dan bersihan jalan  Pengisapan menganalisis
apnea nafasnya dengan Jalan Napas data bayi untuk
kriteria hasil : memastikan
 Nafas Bayi Aktivitas kepatenan
kembali normal Keperawatan : jalan napas dan
 Bayi aktif  Kaji tanda pertukaran gas
 Pada pemeriksaan vital yang adekuat
auskultasi tidak pernafasan,nad  Mengeluarkan
ditemukan lagi i, tekanan secret dari
bunyi suara napas darah. jalan napas
tambahan  Kaji
frekwensi,
kedalaman
pernafasan dan
tanda-tanda
sianosis setiap
2 jam.
 Bersihkan
jalan nafas
dengan
menggunakan
penghisap
lendir
(suctiom) dan
kasa steril bila
di indikasikan.
 Observasi
tingkat
kesadaran bayi
dan kaji
adanya
perubahan
tingkat
kesadaran
 Pertahankan
suhu tubuh
bayi dengan
pakaian yang
hangat dan
lingkungan
yang optimal
 Apabila terjadi
apnue lakukan
nafas buatan
dari mulut ke
mulut
 Kolaborasi
pemberian
terapi O2
sesuai dengan
indikasi

2. Perubahan suhu NOC NIC  Menciptakan


tubuh berhubungan Setelah diberikan  Regulasi Suhu lingkungan
dengan Hipotermi asuhan  Pemantauan yang
keperawatan,diharapk tanda vital hangat,dan
an suhu tubuh bayi Aktivitas mencegah
dapat dipertahankan Keperawatan : timbulnya
dan dalam batas yang  Observasi evaporasi
normal. TTV dan pada suhu
Dengan kriteria hasil: monitor suhu tubuh bayi
 Bayi akan tubuh bayi  Untuk
menggunakan secara berkala Mempertahan
sikap menahan  Pantau warna kan suhu
panas tubuhnya dan suhu kulit tubuh BBL
 Tidak letargi  Anjarkan ibu yang
 Memiliki glukosa menggunakan diharapkan.
darah dalam batas metoda  Terpenuhi-
normal kangguru : nya
 Suhu kulit normal bayi di kebutuhan
 Suhu badan 36° - letakkan nutrisi dan
37° C telungkup di berperan
 Ttv dalam batas dada ibu agar dalam proses
normal terjadi kontak termoregulasi
kulit langsung pada BBL
ibu dan bayi  Mengurangi
serta tertutup resiko
oleh kain terjadinya
hangat infeksi
 Anjurkan nosokomial
pemberian asi pada BBL di
sedikit demi rumah sakit.
sedikit tetapi
sering
 Tempatkan
bayi baru lahir
pada ruangan
isolasi atau di
bawah
pemanas
 Gunakan
matras dengan
suhu hangat
dan selimut
hangat yang di
sesuaikan
kebutuhan
 Menunda
memandikan
bayi baru lahir
sampai suhu
tubuh bayi
stabil
 Rawat gabung
dalam tempat
tidur yang
sama dengan
ibu
3. Resiko infeksi NOC : NIC :  Mengetahui
berhubungan dengan Setelah dilakukan  Pengendalian tanda infeksi
trauma jaringan tindakan keperawatan infeksi secara dini
(pemotongan tali di harapkan bayi  Perlindungan untuk upaya
pusat) tali pusat tidak menunjukan infeksi pencegahan
masih basah tanda – tanda adanya terhadap
infeksi dengan kriteria Aktivitas infeksi dan
hasil : keperawatan : mengurangi
 Tidak ada tanda –  Observasi tingkat
tanda infeksi pada TTV keparahan
tali pusat  Kaji tanda – infeksi yang
 TTV dalam batas tanda infeksi sudah terjadi
normal pada area tali  Pemantauan
 Jumlah leukosit pusat hasil
dalam batas (color,dolor,tu laboraturium
normal mor,rubor) dapat
 Kaji hasil mengidentifik
laboraturium asi adanya
(leukosit, infeksi
proteinserum,  Cuci tangan
albumin, yang benear
hitung dapat
granulosit mencegah
absolut) transmisi
 Ajarkan organism
keluarga untuk  Terapi obat
mencuci antibiotic
tangan dengan dapat
benar sebelum mengobati
perawatan tali dan
pusta dan mengurangi
sebelum infeksi.
kontak dengan -
bayi
 Ajarkan
kepada
keluarga
tentang tanda
dan gejala
infeksi dan
kapan harus
melaporkan ke
pusat
kesehatan
 Kolaborasi
dengan dokter
untuk
memberikan
obat antibiotik
sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

APN. (2010). Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta :
JKNPK-KR.

Depkes RI. (2005). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Depkes RI.

Marmih, Kukuh Raharjdo. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Yeyeh, Ai & Lia, Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Pusdiknakes. (2003). Panduan Pengajaran Asuhan kebidanan. Jakarta : WHO


JHPIEGO

Anda mungkin juga menyukai