Gawat Janin
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas yang
diampu oleh Ibu K Dewi Budiarti, M.Kep
Disusun Oleh:
6) Kehamilan Postterm
Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan diameter
tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap
gawat janin pada intrapartum, terutama bila disertai dengan
oligohidramnion. Penurunan cairan amnion biasanya terjadi ketika usia
kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
7) Preeklamsia
Menurut Prawirohardjo (2009), Preeklamsia dapat
menyebabkankegawatan janin seperti sindroma distres napas. Hal tersebut
dapat terjadi karena vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan
invasi trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh
darah mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah dalam plasenta
menjadi terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang akan
menjadian gawat janin. c. Penilaian Klinik Gawat Janin
Menurut Prawirohardjo (2007) tanda gejala gawat janin dapat diketahui
dengan :
1. DJJ Abnormal
Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai
berikut :
a. Denyut jantung janinirreguller dalam persalinan sangat bervariasi
dan dapat kembali setelah beberapa watu. Bila DJJ tidak kembali
normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya hipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
4. Doppler
Menurut Marmi, Retno A.M.S., Fatmawaty.E (2010) tanda fetal
distress dalam persalinan, sebagai berikut :
a. Denyut jantung
b. Mekonium
5. Patofisiologi
1. Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen
yang lebihrendah karena ia dianggap hidup di lingkungan hipoksia
dan asidosis yangkronik. Tetapi pemikiran itu tidak benar karena
bila tidak adaa tekanan(stess), janin hidup dalam lingkungan yang
sesuai dan dalam kenyataannyakonsumsi oksigen per gram berat
badan sama dengan orang dewasa.Meskipun tekanan oksigen
parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap
memadai.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglabin, dan kapasitas
angkutoksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa.Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan
arusdarah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian
penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan
periferdapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai
hasilmetabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat,
sementaraCO2 dan air diekskresi melalui plasenta. Bila
plasentamengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang
intervilli yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi
CO2 akan tergangguyang berakibat penurunan PH atau timbulnya
asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin
harus mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik
yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik menambah
asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janindisebabkan oleh
gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat.
3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan
jaringanakibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan
redidtribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital
(otak dan jantung) akanmenerima penyaluran darah yang lebih
banyak dibandingkan jaringan perifer. Bradikardi mungkin
merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih
efisien sebagai akibat hipoksia.(Hanifa Wiknjosastro.2005;53)
6. Pathway
7. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada penderita DHF yaitu demam
tinggi dan lemah
c. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4)
- Riwayat penyakit dahulu
Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami serangan
ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
d. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
e. Pola kebiasaan
- Nutrisi
frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan menurun
- Eliminasi
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue
pada grade III-IV bisa terjadi melena.
- Istirahat tidur
sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang
- kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
- Perilaku
bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
f. Pemeriksaan fisik
- Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan.
- Leher
- tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
- Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
- Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
- Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
8. Analisa Data
9. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut
b) Gangguan mobilitas fisik
c) Resiko infeksi
d) Gangguan pola tidur