Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Distosia

Untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas

Kelompok 3

Disusun oleh :

Linda Riana Putri (22020112140016)


Vika Asyharul Ulya (22020112120003)
Ita Rosita (22020112140020)
Nurbaiti (22020112140102)
Diksi Puspita Dewi (22020112130031)
Amanat Buya A (22020112140095)

Program Studi Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

2014
DISTOSIA

A. Definisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994).
Persalinan abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger, power,
dan plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).

B. Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena HIS
Distosia kelainan tenaga/his adalah tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet.
Dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
 Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
 Kekuatanya seperti memeras isi otot rahim
 Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis – jenis kelainan his :
a. His hipotonik
1) His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2) Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3) Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4) Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
5) Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama
dan terjadi pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi
pada kala 1 fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama
sehinggga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri
sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi
pengawasan baik waktu persalinan.

b. His Hipertonik
1) His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
2) Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada
kekuatan his.
3) His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat
(<3 jam disebut partus presipitatus)
4) Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversion
uteri.
5) Tetania uteri juga menyebabkan afiksia intra uterine sampai kematian janin dalam
rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir,
khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi
perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.

c. His tidak terkoordinasi


1) Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine
Contraction.
2) Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
3) Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

2. Karena kelainan letak dan bentuk janin


a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
1) Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas
panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil
dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri
belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan
terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam
keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
2) Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka
dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka.
Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya
ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan
kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
3) Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka
bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar.
Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan
persentasi muka.
4) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi
merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang
bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi
belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
5) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis
letak sungsang yakni :
a) Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat
keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
b) Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat
keatas.
d) Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
6) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang,
di atas, atau di bawah.
7) Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
b. Kelainan bentuk janin
1) Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala
dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh
janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan
kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram
pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvic
3) Kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang
paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor
hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
4) Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus
funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi
bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup
oleh bagian bawah janin.

3. Karena kelainan pelvis


Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada panggul.
Tipe Panggul
Pada dasarnya panggul wanita diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
a. Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan
dijumpai. Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum
sedikit melebihi diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika tidak
menonjol, arkus subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
b. Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul androis berbentuk
baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok, arkus subpubis
sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian bawah. Kemungkinan
besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia akibat macet
ditransversa dalam.
c. Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval (tetapi
diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping panggul
divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling mungkin
disertai dengan distosia oksiput posterior.
d. Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang lebar.
Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat masuk ke
dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di panggul tengah
karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul yang tidak mendukung.
Penyempitan pada panggul terbagi menjadi :
a. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit jika diameter anteroposterior lebih dari 10 cm atau
transversa kurang dari 12 cm. Hal ini ditandai oleh satu atau lebih tanda – tanda berikut
: presentasi vertex mengambang pada cukup bulan atau pada awal persalinan, bagian
terbawah janin tidak berada pada kedudukan baik terhadap serviks pada saat persalinan,
presentasi abnormal. Prolaps tali pusat, kemajuan persalinan yang buruk. Komplikasi
meliputi persalinan lama, pecah selaput ketuban yang lama dan pembentukan cincin
retraksi patologis di taut segmen bawah rahim dan fundus. Biasanya diperlukan seksio
sesarea pada penyempitan pintu atas panggul sejati.
b. Penyempitan panggul tengah
Penyempitan panggul tengah hampir selalu terjadi akibat panjang diameter interspinosa
kurang dari 9.5 cm. keadaan ini dapat dicurigai jika dinding samping panggul
konvergen dan arkus pelvis sempit. Petunjuk klinis lainnya seperti kala dua
memanjang, oksiputposterior persisten, macet di transversa dalam, distosia uteri atau
moulase kepala janin berlebih. Jika pada distosia pintu atas panggul distosia panggul
tengah yang terabaikan dapat enyebabkan rupture uteri atau fistula karena nekrosis
akibat tekanan. Seksio sesarea merukan terapipilihan karena persalinan dengan alat
dapat menyebabkan trauma pada janin atau ibu.
c. Penyempitan pintu bawah panggul
Distosia pintu bawah panggul tersendiri sangat jarang, tetapi dapat terjadi jika panjang
diameter intertuberosa tidak lebih dari 8 cm atau jumlah diameter intertuberosa dan
diameter sagitallis posterior pintu bawah panggul kurang dari sama dengan 15 cm.

INERSIA UTERI

A. Definisi
Pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua – duanya dari kala pembukaan.
Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena
penggunaan analhetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada
disproporsi sefalopevik atau kelainan anak. Perlu diingat bahwa pemanjangan fase laten
maupun fase aktif meningikan kematian perinatal.

B. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis sekunder hipotonik kontraksi terus dapat dalam bentuk:
1. Fase laten memanjang – khususnya akibat distosia serviks
2. Fase aktif memanjang
3. Sekunder arrest pada pembukaan serviks
4. Arrest of descent yang berarti
a. Tidak terdapat penurunan kepala
b. Penurunan kurang dari normal
c. Primigravida kurang dari 1 cm/jam
d. Multigravida kurang dari 2 cm/jam

C. Etiologi
Inersia uteri dapat disebabkan oleh penggunaan analgetik yang terlalu cepat,
kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, rengangan dinding rahim (hidramnion,
kehamilan ganda), dan perasaan takut dari ibu sendiri.
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebab-sebab inersia uteri adalah :
1. Kelainan his sering dijumpai pada primipara
2. Faktor herediter, emosi dan ketakutan
3. Salah persalinan dan obat-obatan penenang
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini dijumpai
pada kesalahan-kesalahan letak janin pada CPD.
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis
6. Kehamilan postmatur
7. Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia
8. Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia

D. Komplikasi
1. Persalinan berlangsung lama yang dapat membahayakan ibu maupun janin.
2. Menimbulkan tingginya risiko infeksi.
3. Dapat menimbulkan jejas kelahiran.
4. Ibu akan mengalami kelelahan dan dehidrasi .
5. Fase laten yang memanjang.
6. Serviks kakuatan tidak terjadi pelunakan serviks sehingga dapat menghambat proses
persalinan.
7. Kehamilan serotinus.

E. Penatalaksanaan
1. Mengatasi masalah yang muncul pada kondisi umum pasien seperti kelelahan, dehidrasi
dan perhatikan gizi pasien agar dapat terpenuhi dengan baik.
2. Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam.
3. Pemberian antiobiotik pada proses persalinan yang memanjang terutama pada kasus
dengan membrane plasenta telah pecah untuk menghindari adanya infeksi intrauteri.
4. Memberi efek stimulasi kontraksi uterus dengan oksitosin,5 unit oksitosin (syntocinon)
dalam 500 cc glukosa 5% diberikan melalui intra vena. Jika stimulasi tidak berhasil maka
dilakukan operasi cesar sesario pada pasien.
5. Operasi cesar sesario dapat dilakukan jika ada kontraindikasi terhadap pemberian unit
oksitosi maupun distres fetal sebelum terjadi dilatasi servikal.
6. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegahtimbulnyagejala-
gejalaataupenyulitdalampersalinan. Tetesan infuse mulaidari 10 tetes/menit,
dankemudianmeningkatsecarabertahapsehinggamendapatkankontraksi uterus rata – rata
3x dalam 10 menit.
7. Stimulasi pitosin dapat dilakukan untuk mencapai kemajuan persalinan.
F. Pathways
Kelainan His

Kontraksi pelvic

Kontraksi uterus
Nyeri Perubahan tonus otot

Abnormalitas Resiko tinggi


pelvis ibu cedera maternal

Laten memanjang 14 jam

Persalinan lama

Ansietas Resiko tinggi Kurang energi


cedera pada janin

Keletihan

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus 8
Seorang ibu multipara G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa kenceng-kenceng,
dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut : TD 140/100 mmHg, Nadi
80x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase laten memanjang
14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku.

PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny A
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Pondok Bukit Agung AA-4 Sumurboto Banyumanik
Pekerjaan : Guru

1. Riwayat Kesehatan:
a. Kehamilan saat ini
Ibu multipara G2P1A0 dengan usia gestasi 37 minggu, mengalami distosia, mengeluh
kenceng-kenceng, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase
laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku, HPHT : 6 Oktober 2013,
dan HPL : 13 Agustus 2014
b. Kehamilan dahulu
Klien mengatakan saat ini adalah kehamilan yang kedua, klien belum pernah mengalami
abortus.
c. Keluhan utama
Klien mengeluh kenceng-kenceng di abdomennya.
d. Riwayat Ginekologi
Menarche : 12 th
Siklus Haid : 28 hari
Teratur/ tidak teratur : Teratur
Sifat darah : Encer
Banyak : 3x ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Klien mengatakan bahwa ia mengalami dismenorhoe
e. Riwayat Medis
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti HIV, diabetes, kanker,
ginjal, jantung.
f. Riwayat Medis Keluarga
Saudara kandung klien pernah mengalami kesulitan melahirkan karena kelainan HIS
g. Riwayat Pekerjaan
Klien merupakan wanita karir yang bekerja sebagai guru dan harus menjaga toko setelah
pulang bekerja.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Berat badan : Sebelum : 48 Kg, Sekarang : 58 Kg
3) TTV :
a) TD : 140/100 Nadi : 80x/ menit
b) RR : 26x/ menit Suhu : 36,5 C
b. Kepala
1) Bentuk kepala Mesochepal, kepala teampak kurang bersih, tidak terdapat cloasma
gravidarum, dan atau benjolan.
2) Pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar tioroid.
3) Pemeriksaan mata tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva anemis,
selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
4) Telinga simetris, telinga tampak bersih dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
5) Pemeriksatidak terdapat polip pada hidung.
c. Kulit
1) Telapak kaki dan tangan tampak kemerahan
2) Jumlah keringat meningkat
3) Kulit berminyak dan berjerawat
4) Terdapat gars-garis putih pada kulit (striae gravidarum)
d. Wajah
1) Pucat
2) Bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada pipi dan dahi (Chloasma gravidarum).
3) Tidak terlihat adanya oedema
e. Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah ringan. Bila murmur
sistolik 2/6< harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.
f. Dada
1) Letak payudara simetris
2) Hyperpigmentasi areola mamae
3) Puting susu menonjol
4) Terdapat colostrum
5) Bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
g. Abdomen
1) Inspeksi
a) Tidak terdapat bekas luka operasi
b) Terdapat Linea nigra di garis tengah perut
c) Terjadi M. Rectus abdominis terbelah kiri-kanan pada trisemester ketiga kehamilan
d) Terdapat Striae Gravidarum
e) Bising usus berkurang
2) Palpasi
a) Tonus meningkat dan terdapat nyeri tekan
b) Terdapat strie gravidarum (garis yang terlihat pada kulit perut wanita hamil).
c) Leopold I :-
d) Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak
e) Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun, letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
f) Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
3) Perkusi :Reflek lutut +/+
h. Genitalia
1) Tidak terdapat kelainan genetalia, terdapat pengeluaran air ketuban, adanya kelainan letak
anak.
2) Pengkajian genitalia eksterna:warna kemerahan dan peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick ).
3) Pengkajian vagina dan serviks: tidak adanya rabas vagina, servisitis mukopurulen dan lesi.

i. Dengan inersia sekunder


1) Subjektif : Pada keluhan utama : perut mules bagian bawah dan menjalar sampai
kepinggang disertai pengeluaran lendir campur darah dari alat kelamin ibu
2) Objektif : perut kenceng-kenceng bagian bawah dan menjalar ke pinggang serta his
tidak teratur dengan frekuensi 1 x dalam 7 menit dengan lama 32 detik
3) Anemia ringan
a) Subjektif : ibu mengeluh pusing dan badan lemas
b) Objektif : konjungtiva pucat, kuku agak pucat
c) Penunjang : Hb 9,5 gr%
4) Janin tunggal hasil pemeriksaan leopold 1 – IV : teraba 1 bokong, 1 bagian besar di
bagian kanan di bagian kanan dan 1 kepala
5) Janin hidup : hasil pemeriksaan DJJ + : 150 x/ menit
6) Presentasi kepala
hasil pemeriksaan Leopold I – IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan
melenting
j. Anus
Tidak terdapat oedema dan nyeri, tidak ada haemoroid pada rectum.

3. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia


a. Aktivitas/istrahat
1) Melaporkan keletihan, kurang energi
2) Letargi, penurunan penampilan
b. Sirkulasi
1) Tekanan darah dapat meningkat
2) Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan
c. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih
d. Integritas ego
Sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Klien menunjukan persalinan palsu di rumah
2) Kontraksi jarang, dengan intensitas ringan sampai sedang (kontraksi setiap 7 menit sekali)
3) Dapat terjadi sebelum awitan persalinan (diasfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase aktif sekunder)
4) Fase laten persalinan dapat memanjang : pembukaan 3 dalam 14 jam
5) Tonus istrahat miometrial mungkin 8 mm Hg atau kurang dan kontraksi dapat terukur kurang
dari 30 mm Hg atau dapat terjadi masing-masing lebih dari 5 menit. Sedangkan, tonus istrahat
dapat lebih besar dari 15 mm Hg, pada peningkatan kontraksi 50 sampai 85 mm Hg dengan
peningkatan frekuensi dan penurunan intensitas.
f. Keamanan
1) Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
2) Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
multipara (penurunan dengan durasi yang lebih lama (protracted). Tidak ada kemajuan yang
terjadi dalam 1 jam atau lebih untuk nulipara atau dalam 30 menit pada multipara (penghentian
penurunan)
3) Serviks kaku/tidak siap.
4) Dilatasi kurang dari 1,2 cm/jam pada primipara atau kurang dari 1,5 cm/jam untuk multipara,
pada (fase aktif protraksi)
g. Seksualitas
1) Dapat primigravida atau grand multipara
2) Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel, janin besar, atau
grand multriparitis.
3) Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi.
h. Nutrisi dan cairan
Klien mengalami penurunan nafsu makan (1 kali/ hari), frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan (3 gelas/ 8 jam). Klien mengalami pengeluaran air ketuban yang
banyak.
i. Nyeri
Gangguan ketidaknyamanan dan nyeri pada daerah pinggang karena kontraksi intermiten
sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam
30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan awitan nyeri yang dialami klien setiap
7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
j. Personal Hygiene
Klien mandi 1x/ hari, sikat gigi 2x/ hari
k. Seksualitas
Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak ibu hamil, menurunan libido.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak efektif
2. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
4. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis ; kehamilan
5. Ansietas berhubungan dengan persalinan dan kurang informasi.

ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan

1 DS :
- Pasien mengeluh kenceng-kenceng di Nyeri b/d intensitas kontraksi uterus,
abdomennya kontraksi tidak efektif.
- Pasien mengeluh perut mules bagian
bawah dan menjalar ke pinggang
DO :
- Klien mengalami kontraksi intermiten
sampai regular setiap 7 menit sekali
selama 30 detik dengan skala nyeri 9.
- TTV
TD: 140/100
Nadi : 80x/ menit
RR : 26x/ menit
Suhu : 36,5 C
2 DS : Resiko tinggi cedera maternal (ibu)
b/d pola kontraksi otot, keletihan
- Pasien mengeluh merasakan kenceng-
maternal.
kenceng
- Pasien mengeluh keletihan
- Pasien mengeluh pusing
DO :

- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada


kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir
campur darah
- Hb rendah 9,5 gr
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
3 DS : Cedera resiko tinggi terhadap janin
b/d penekanan kepala pada panggul,
DO : partus lama.
- DJJ + : 150 x/ menit
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada
kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir
campur darah
4 DS :
- Pasien mengatakan dirinya lemas. Keletihan berhubungan dengan
- Fase laten memanjang 14 jam faktor fisiologis ; kehamilan
DO :

- Pasien tampak keletihan.


- Pasien terlihat kurang energy.
- Pasien terlihat pucat dan lemah.

5 DS :
- Pasien mengeluh pusing dan badan lemas Ansietas b/d persalinan dan kurang
- Pasien mengatakan cemas dan takut akan informasi.
terjadi hal buruk.
DO :
- Wajah pasien tampak pucat
- Pasien tampak kebingungan

INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Nyeri Setelah dilakukan intervensi selama - Menentukan - Membantu dalam
berhubungan 1x24 jam kebutuhan rasa nyaman sifat, lokasi, mendiagnosa dan
dengan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil dan durasi memilih
intensitas : nyeri. tindakan,
kontraksi - Nyeri yang dirasakan klien penekanan
uterus, menurun dari 9 menjadi 3 kepala pada
kontraksi - Klien tampak rileks servik yang
tidak efektif. - Kontraksi uterus efektif berlangsung
- Ada kemajuan persalinan yang lama akan
baik menyebabkan
- Kaji nyeri
intensitas - Setiap individu
nyeri ibu mempunyai
dengan skala tingkat ambang
nyeri nyeri yang
berbeda, denga
skala dapat
diketahui
- Berikan intensitas nyeri
lingkungan klien.
yang - Lingkungan yang
nyaman, nyaman dapat
tenang dan mengalihkan rasa
aktivitas nyeri yang
untuk dirasakan pasien.
mengalihkan
nyeri
- Bantu klien
dalam
menggunaka - Teknik relaksasi
n metode dapat
relaksasi dan mengalihkan
perhatian
jelaskan dan mengurangi
prosedur. rasa nyeri
- Untuk
- Tinjau memastikan
kembali keefektifitasan
penggunaan metode relaksasi
metode yang telah
relaksasi. dilakukan.
- Dengan kehadiran
keluarga akan
- Kuatkan membuat klien
dukungan nyaman, dan
social/ dapat mengurangi
dukungan tingkat
keluarga. kecemasan dalam
melewati
persalinan, klien
merasa
diperhatikan dan
perhatian
terhadap nyeri
akan terhindari
- Pemberian
narkotik atau
- Berikan sedative dapat
sedative mengurangi nyeri
sesuai dosis hebat
yang telah
ditetntukan
dokter
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Tinjau - Membantu
cedera keperawatan selama 3 jam diharapkan ulang dalam
maternal resiko cereda pada pasien berkurang. riwayat mengidentifikasi
(ibu) persalinan,a kemungkinan
berhubungan witan dan penyebab,
dengan pola durasi kebutuhan
kontraksi pemeriksaan
otot, diagnostik dan
keletihan intervensi yang
maternal. - Catat tepat
waktu/jenis - Sedatif yang
obat, diberikan terlalu
hindari dini dapat
pemberian menghambat
narkotik atau
dan anastesi menghentikan
blok persalinan.
epidural
sampai
serviks - Kelelahan ibu
dilatasi 4 yang berlebihan
cm menimbulkan
- Evaluasi disfungsi
tingkat sekunder, atau
keletihan mungkin akibat
yang dari persalinan
menyertai,s lama
erta aktifitas - Kelelahan ibu
dan yang berlebihan
istirahat, menimbulkan
sebelum disfungsi
awitan sekunder, atau
persalinan mungkin akibat
- Evaluasi dari persalinan
tingkat lama
keletihan - Disfungsi
yang kontraksi dapat
menyertai,s memperlama
erta aktifitas persalinan,meni
dan ngkakan resiko
istirahat, komplikasi
sebelum maternal/ janin
awitan - Serviks kaku
persalinan atau tidak siap
- Kaji pola tidak akan
kontraksi dilatasi,
uterus menghambat
secara penurunan
manual atau janin/kemajuan
secara persalinan.
elektronik terjadi
amniositis
secara langsung
- Catat dihubungkan
kondisi dengan lamanya
serviks, persalinan
pantau sehingga
tanda melahirkan
amnionitis, harus terjadi
catat dalam 24 jam
peningkatan setelah pecah
suhu atau ketuban
jumlah sel - Catat
darah putih, penonjolan,posi
catat bau si janin dan
dan rabas presentase janin
vagina - Kandung kemih
dapat
menghambat
aktifitas uterus
dan
mempengaruhi
penurunan janin

- Catat - Ambulasi dapat


penonjolan, membantu
posisi janin kekuatan
dan gravitasi dalam
presentase merangsang
janin pola persalinan
normal dan
- Anjurkan dilatasi serviks
klien
berkemih - Melahirkan
setiap1-2 seksio sesari
jam, kaji segera
terhadap diindifikasikan
penuhan untuk cincin
kandung bandl untuk
kemih distres janin
diatas karena CPD
simfisis - Melahirkan
pubis secara forsep
- Tempatkan dilakukan pada
klien pada ibu yang lelah
posisi berlebihan dan
rekumben tidak mampu
lateral dan untuk mengedan
anjurkan lagi
tirah baring
atau
ambulasi
sesuai
toleransi
- Bantu
dengan
persiapan
seksio
sesaria
sesuai
indikasi
untuk
malposisi,

- Siapkan
untuk
melahirkan
dengan
forsep (bila
perlu)
3. Cedera Setelah dilakukan intervensi selama - Kaji denyut - Bradikardi dan
resiko tinggi 1x24 jam cedera pada janin dapat jantung janin takikardi pada
terhadap dihindari dengan kriteria hasil: secara janin dapat
janin - DJJ dalam batas normal. manual dan disebabkan oleh
berhubungan - Kemajuan persalinan baik. elektronik,d stres, hipoksia,
dengan an kaji irama asidosis, atau
penekanan jantung sepsis
kepala pada janin. - Tekanan dan
panggul, - Perhatikan kontraksi yang
partus lama. tekanan besar dapat
uterus menggangu
selama oksigenasi
istirahat dan dalam ruang
fase intravilos
kontraksi - Kontraksi yang
melalui terjadi setiap 2
kateter menit atau
tekanan kurang tidak
intrauterus memungkinkan
bila tersedia oksigenasi
adekuat dari
- Perhatikan ruang
frekuensi intravilous
kontaksi - Menentukan
uterus. Beri pembaringan
tahu dokter janin,posisi,dan
bila persentase dapat
frekuensi mengidentifikas
dua menit i faktor-faktor
atau kurang yang
memperberat
- Kaji disfungsional
malposisi persalinan
dengan - Penurunan jalan
menggunaka lahir merupakan
n manuver tanda CPD atau
Leopold dan malposisi
temuan - Kelebihan
pemeriksaan cairan amnion
internal.tinja yang berlebihan
u ulang hasil menyebabkan
USG distensi uterus
dihubungkan
dengan anomali
- Pantau janin
penurunan - Infeksi asenden
janin pada dan sepsis
jalan lahir disertai dengan
dalam takikardia dapat
hubunganny terjadi pada
a dengan pecah ketuban
kolumna lama
vertebralis - Mencegah
iskial /mengatasi
infeksi asenden
dan juga akan
melindungi
janin
- Perhatikan - Melahirkan
warna dan janin dalam
jumlah posisi posterior
cairan mengakibatkan
amnion bila insiden lebih
pecah tinggi dari
ketuban laserasi
maternal
- Untuk
menghindari
cedera pada
- Perhatikan kolumna
bau dan vertebralis bila
perubahan melahirkan
warna cairan pervagina dari
amnion pada bokong
pecah
ketuban
lama.
Dapatkan
kultur bila
temuan
abnormal
- Berikan
antibiotik
pada klien
sesuai
indikasi

- Siapkan
untuk
melahirkan
pada posisi
posterior,bil
a janin gagal
memutar
dari oksiput
posterior ke
anterior

- Siapkan
untuk
kelahiran
secara
sesaria bila
presentasi
bokong
terjadi
4. Keletihan Setelah dilakukan tindakan - Monitoring - Pemantauan
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam maka sumber sumber energy
dengan kebutuhan aman nyaman pada pasien energy yang guna
faktor dapat terpenuhi dengan criteria hasil adekuat. pengukuran
fisiologis ; - Pasien tampak lebih segar. nutrisi yang
kehamilan. - Pasien terlihat lebih berenergi. akan diberikan
- Memperhitungk
- Konsultasi an jumlah kalori
dengan ahli yang akan
gizi untuk diberikan pada
meningkatka pasien.
n asupan
makanan - Pemantauan
yang apakah
berenergi keletihan ini
tinggi. juga akibat dari
- Monitoring kurangnya
pola tidur istirahat.
dan lamanya - Dapat
mengurangi
istirahat tingkat
pasien. kelelahan.

- Bantu
aktivitas
sehari – hari
sesuai
dengan
kebutuhan.
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan - Jelaskan - Pemahaman
berhubun keperawatan selama 2 x 24 jam maka semua yang baik
gan kebutuhan aman nyaman pada pasien prosedur mengenai
dengan dapat terpenuhi dengan criteria hasil dan apa prosedur atau
persalina - Pasien mengatakan cemas yang akan tindakan dapat
n dan dan takut akan terjadi hal dirasakan mengurangi
kurang buruk. selama ansietas
informasi - Pasien tampak kebingungan. prosedur. - Pengungkapan
. perasaan dapat
menugrangi
- Anjurkan ansietas
pengungkap - Dapat
an perasaan meningkatkan
rasa kontrol
- Berikan pasien
kesempatan meskipun
kepada kebanyakan dari
pasien untuk apa yang terjadi
memberi diluar
masukan kontrolnya
pada proses
pengambila - Membantu
n keputusan menurunkan
ansietas dan
- Instruksikan memungkinkan
pasien pasien untuk
menggunka berpartisipasi
n teknik secara aktif
relaksasi
napas
dalam.

- Minta orang
tua atau
suami untuk
menemani
pasien untuk
mengurangi
rasa cemas.

IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas 1. Menentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri
kontraksi uterus, 2. Mengkaji intensitas nyeri ibu dengan
kontraksi tidak skala nyeri
efektif. 3. Memberikan lingkungan yang nyaman,
tenang dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri
4. Membantu klien dalam menggunakan
metode relaksasi dan jelaskan prosedur.
5. Meninjau kembali penggunaan metode
relaksasi.
6. Menguatkan dukungan social/ dukungan
keluarga.
7. Memberikan sedative sesuai dosis yang
telah ditetntukan dokter.

2. Cedera,resiko tinggi 1. Meninjau ulang riwayat


terhadap persalinan,awitan dan durasi
maternal(ibu) b/d 2. Mencatat waktu/jenis obat, hindari
penurunan tonus pemberian narkotik dan anastesi blok
otot/poa kontraksi epidural sampai serviks dilatasi 4 cm
3. Mengevaluasi tingkat keletihan yang
menyertai,serta aktifitas dan istirahat,
sebelum awitan persalinan
4. Mengkaji pola kontraksi uterus secara
manual atau secara elektronik
5. Mencatat kondisi serviks, pantau tanda
amnionitis, catat peningkatan suhu atau
jumlah sel darah putih, catat bau dan
rabas vagina
6. Mencatat penonjolan,posisi janin dan
presentase janin
7. Menganjurkan klien berkemih setiap1-2
jam, kaji terhadap penuhan kandung
kemih diatas simfisis pubis
8. Menempatkan klien pada posisi
rekumben lateral dan anjurkan tirah
baring atau ambulasi sesuai toleransi
9. Membantu dengan persiapan seksio
sesaria sesuai indikasi untuk malposisi.
10. Menyiapkan untuk melahirkan dengan
forsep (bila perlu)
3. . Cedera resiko tinggi 1. Mengkaji denyut jantung janin secara
terhadap janin b/d manual dan elektronik,dan kaji irama
penekanan kepala jantung janin.
pada panggul, partus 2. Memperhatikan tekanan uterus selama
lama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
3. Memperhatikan frekuensi kontaksi
uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi dua
menit atau kurang
4. Mengkaji malposisi dengan
menggunakan manuver Leopold dan
temuan pemeriksaan internal.tinjau ulang
hasil USG
5. Memantau penurunan janin pada jalan
lahir dalam hubungannya dengan
kolumna vertebralis iskial
6. Memperhatikan warna dan jumlah cairan
amnion bila pecah ketuban
7. Memperhatikan bau dan perubahan warna
cairan amnion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal
8. Memberikan antibiotik pada klien sesuai
indikasi
9. Menyiapkan untuk melahirkan pada
posisi posterior,bila janin gagal memutar
dari oksiput posterior ke anterior
10. Menyiapkan untuk kelahiran secara
sesaria bila presentasi bokong terjadi
4. Keletihan b/d faktor 1. Memonitoring sumber energy yang
fisiologis, adekuat.
kehamilan. 2. Mengkonsultasikan kepada ahli gizi
untuk meningkatkan asupan makanan
yang berenergi tinggi.
3. Memperhatikan pola tidur dan lamanya
istirahat pasien.
4. Membantu atau meminta orang terdekat
pasien untuk membantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan kebutuhan.
5. Ansietas b/d 1. Menjelaskan semua prosedur dan apa
persalinan dan yang akan dirasakan selama prosedur.
kurang informasi. 2. Menganjurkan pengungkapan perasaan
3. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk memberi masukan pada proses
pengambilan keputusan
4. Menginstruksikan pasien menggunkan
teknik relaksasi napas dalam.
5. Meminta orang tua atau suami untuk
menemani pasien untuk mengurangi rasa
cemas.

EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas S :klien mengatakan bahwa nyerinya
kontraksi uterus, berkurang setelah diberikan tindakan
kontraksi tidak untuk mengupayakan rasa nyaman
efektif. dengan relaksasi.
O : pasien masih pucat
A : masalah sebagian teratasi
P :mengajak pasien terus melakukan teknik
relaksasi yang telah diajarkan bila nyeri
terasa

2. Cedera,resiko tinggi S : pasien mengatakan lemas dan tidak


terhadap mempu mengejan dengan tenaga penuh
maternal(ibu) b/d O : pasien terlihat pucat
penurunan tonus A : masalah belum teratasi
otot/poa kontraksi P : akan dilakukan tindakan secio caesaria
atau persalinan dengan forsep
3. . Cedera resiko tinggi S : pasien mengatakan lemas dan tidak
terhadap janin b/d mempu mengejan dengan tenaga penuh
penekanan kepala O : pasien terlihat pucat
pada panggul, partus A : masalah belum teratasi
lama P : apabila status janin meragukan
dilakukan sesaria
4. Keletihan b/d faktor S :Pasien mengatakan keadaannya makin
fisiologis, membaik.
kehamilan. O :Pasien terlihat tidak pucat dan mampu
melakukan aktivitas ringan.
A :Intervensi terlaksana namun masih
sebagian.
P :Lanjutkan intervensi dalam masalah
keletihan.
5. Ansietas b/d S :Pasien mengatakan masih sedikit
persalinan dan khawatir.
kurang informasi. O :Pasien sudah mampu mengurangi
kekhawatirannya dengan teknik
relaksasi.
A :Intervensi terlaksana sebagian.
P :Lanjutkan intervensi pengurangan
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

1. HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta:
Nuha Medika.
2. Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.
3. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed. 2. Jakarta
: EGC.
4. Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
5. FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi.
Bandung : Eleman
6. Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
7. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
8. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai