Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DISTOSIA

DISUSUN OLEH:
TIURMAULI ROTUA SIMANJUNTAK
NIM : 2020152016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA


BOGOR
2019
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994).
Persalinan abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger,
power, dan plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).

2. Etiologi Distosia
a. Distosia karena HIS
Distosia kelainan tenaga/his adalah tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet.
Dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
 Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
 Kekuatanya seperti memeras isi otot rahim
 Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga
terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis – jenis kelainan His :
a. His hipotonik
1) His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2) Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3) Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4) Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
5) Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia Uteri Primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung
lama dan terjadi pada kala 1 fase laten.
b) Inersia Uteri Sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi
pada kala 1 fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama
sehinggga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia
uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak
diberi pengawasan baik waktu persalinan.
b. His Hipertonik
1) His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
2) Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak
pada kekuatan his.
3) His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus)
4) Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan
inversion uteri.
5) Tetania uteri juga menyebabkan afiksia intra uterine sampai kematian janin
dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan
lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah
terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam
waktu singkat.
c. His tidak terkoordinasi
1) Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic
Urine Contraction.
2) Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti
biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
3) Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

b. Karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin


1. Kelainan letak, presentasi atau posisi
a) Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga
ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan,
kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada
umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila
keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk
serta ukuran normal. Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten
ialah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
b) Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau
presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila
derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah.
Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala.
c) Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga
muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau
janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang
menyebabkan persentasi muka.
d) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga
dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan
kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi
presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi
ini sama dengan presentasi muka.
e)  Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum
uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
1) Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2) Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain
terangkat keatas.
4) Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
f) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di
depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
g) Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin
dijumpai tangan.
2. Kelainan bentuk janin
a) Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000
gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu
distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama
persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan
4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya.
b) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan  cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvic
c) Kelainan bentuk janin yang lain
1.  Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat
yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
2. Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distosia, akibat dari asites atau
tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
d) Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi
kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali
pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan
akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan
adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul
tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

c. Karena kelainan Pelvis


Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada
panggul. Tipe Panggul Pada dasarnya diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
1) Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan
dijumpai. Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum
sedikit melebihi diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina
iskiadika tidak menonjol, arkus subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
2) Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul androis
berbentuk baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok,
arkus subpubis sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian
bawah. Kemungkinan besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten
dan distosia akibat macet ditransversa dalam.
3) Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval
(tetapi diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping
panggul divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling
mungkin disertai dengan distosia oksiput posterior.
4) Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang
lebar. Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat
masuk ke dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di
panggul tengah karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul
yang tidak mendukung.
Penyempitan pada panggul terbagi menjadi :
a. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit jika diameter anteroposterior lebih
dari 10 cm atau transversa kurang dari 12 cm. Hal ini ditandai oleh satu atau
lebih tanda-tanda berikut : presentasi vertex mengambang pada cukup bulan atau
pada awal persalinan, bagian terbawah janin tidak berada pada kedudukan baik
terhadap serviks pada saat persalinan, presentasi abnormal. Prolaps tali pusat,
kemajuan persalinan yang buruk. Komplikasi meliputi persalinan lama, pecah
selaput ketuban yang lama dan pembentukan cincin retraksi patologis di taut
segmen bawah rahim dan fundus. Biasanya diperlukan seksio sesarea pada
penyempitan pintu atas panggul sejati.
b. Penyempitan panggul tengah
Penyempitan panggul tengah hampir selalu terjadi akibat panjang diameter
interspinosa kurang dari 9.5 cm. keadaan ini dapat dicurigai jika dinding
samping panggul konvergen dan arkus pelvis sempit. Petunjuk klinis lainnya
seperti kala dua memanjang, oksiputposterior persisten, macet di transversa
dalam, distosia uteri atau moulase kepala janin berlebih. Jika pada distosia pintu
atas panggul distosia panggul tengah yang terabaikan dapat enyebabkan rupture
uteri atau fistula karena nekrosis akibat tekanan. Seksio sesarea merukan
terapipilihan karena persalinan dengan alat dapat menyebabkan trauma pada
janin atau ibu.
c. Penyempitan pintu bawah panggul
Distosia pintu bawah panggul tersendiri sangat jarang, tetapi dapat terjadi
jika panjang diameter intertuberosa tidak lebih dari 8 cm atau jumlah diameter
intertuberosa dan diameter sagitallis posterior pintu bawah panggul kurang dari
sama dengan 15 cm.

3. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Panggul

Untuk memahami mekanisme persalinan, terlebih dahuluku dibicarakan panggul


wanita yang memegang peranan penting dalam proses kehamilan, persalionan, dan
kala nifas.
Panggul wanita terdiri dari :
I. Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang :
 2 tulang pangkal paha (os coxea)
 1 tulang kelangkang (os sacrum)
 1 tulang tungging (os cocygis)
II. Bagian lunak : diafragma pelvis, dibentuk oleh :
1. Pars muskularis levator yang terdiri dari :
 Muskulus pubococcygeus dari pubis ke septum anococcygeum
 Muskulus iliococcygeus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke
oscocygis dan septum anococcysigeum
 Muskulus ischiococcygeus dari spina ischiadica ke pinggir os sacrum dan os
coccygis
2. Pars membranase
a. Hiatus urogenitalis
 Terletak antara kedua muskulus pubococcygeus
 Berbentuk segitiga
b. Diafragma urogenitalis
 Menutupi hiatus urogenitalis
 Dibagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina
3. Region perineum
Merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul terbagi menjadi :
a. Bagian anal : (sebelah belakang )
Terdapat muskulus sfingier ani eksternum yang mengelilingi anus dan liang
senggama bagian bawah
b. Regio urogenitalis
Terdapat muskulus ischiokavernosus dan muskulus transversus perinci
superfisialis.

b. Fungsi umum panggul wanita


Fungsi umum panggul wanita adalah sebagai berikut :
1. Bagian keras panggul wanita terdiri dari dan berfungsi :
a. Panggul besar (pelvis mayor)
 Menyangga isi abdomen (perut)
b. Panggul kecil (pelvis minor)
 Membentuk jalan lahir
 Tempat alat genetalia
2. Bagian lunak panggul wanita berfungsi :
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir
b. Menyangga alat genetalia agar tetap dalam posisi yang normal saat hamil
maupun saat kala nifas.
c. Saat persalinan, berperan dalam proses pelahiran dan kala uri.
c. Ukuran-ukuran panggul
Ukuran panggul penting diketahui terutama pada kehamilan pertama. Sehingga
ramalan terhadap jalannya persaliann daqpat persalinan dapat ditentukan. Ukuran
panggul luar tidak banyak artinya, untuk kepentingan ramalan persalinan, dan
ditetapkan melalui pemeriksaan :
 Secara klinis dilakukan dengan pemeriksaan dalam
 Ritgen abdomen dan pelvis
 Ultrasonografi

Pemeriksaan foto rotgen panggul sudah lama ditinggalkan karena dapat


memebahyakan janin sehingga pemeriksaan dalam menjadi lebih penting penting
untuk menentukan persalinan.
Ukuran-ukuran secara klinis :
1. Ukuran pintu atas panggul
Ukuran pintu atas panggul yang utama adalah konyugata vera, yang dapat
diukure secara tidak langsung. Dengan pemeriksaan dalam, dapat diukur panjang
konyugata diagonalis sehingga konyugata vera = CD – 1,5cm. pada panggul
normal promontorium tidak teraba. Bila ukuran CV di atas 10 cm dianggap
panggul dalam batas normal.
2. Ukuran panggul tengah
Ditentukan dengan mengukur distansia interspinarum
3. Ukuran pintu bawah panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuber ossis iskium dari luar.

d. Bentuk panggul wanita


Menurut Caldwell dan Molloy terdapat empat bentuk panggul pada wanita.
Bentuk panggul ini akan menentukan jalan lahir dan mekanisme persalinan. Bentuk-
bentuk tersebut adalah :
1. Panggul Ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir bulat.
Panjang diameter antero-posterior kra-kira sama dengan diameter transversal.
Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini, panjang diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter
transversal, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan
demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
3. Panggul Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul ini agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
antero-posterior lebih besar daripada diameter transversal. Jenis ini ditemukan
pada 35% wanita.
4. Panggul Platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah
muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka
belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi keempat jenis klasik ini. Disinilah letak
kegunaan pelvimetri rotgen, untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran
pelvis secara cepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pelvis
bagian belakang dahulu, kemudian bagian depan. Misalnya, jenis android-ginekoid :
itu berarti jenis pelvis bagian belakang adalah jenis android dan bagian depan adalah
ginekoid. Dapat disini dikemukan bahwa pelvimetri rotgen itu hanya dilakukan pada
indikasi tertentu, misalnya adanya dugaan ketidakseimbangan antara janin dan
panggul (feto-pelvic disproportion) adanya riwayat trauma atau penyakit tuberkolosis
pada tulang panggul, bekas SC dan akan direncanakan partus pervaginam pada letak
sungsang, presentasi muka atau kelainan letak lain. Pembatasan pemakaian sinar
rontgen berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel kelamin janin yang masih amat
muda itu serta ovaria ibu. Dewasa ini dapat digunakan MRI (Magnetic Resonance
Imagine).
Gambar bentuk PAP dari empat tipe dasar panggul wanita.
4. PATHWAY DISTOSIA

Proses Persalinan Normal

1. POWER 2. PASSAGE 3. PASSANGER

Primigravida tua PSIKOLOGIS Obat -obatan Kelainan struktur pelvis Hidrosefalus,


multipara BBLR hidramnion
gemeli,
plasenta
Inersia uteri Vol.cairan
Jenis panggul PAP sempit previa
PTP & PBP Rahim >>
sempit sangat
hipotonik hipertonik elastis
Bag.terbawah
janin tdk masuk Janin bebas
bergerak
Kekuatan Kelainan pd PAP
kontraksi lemah, kekuatan
frekuensi jarang his>>normal Semua tekanan UK 28-34 mgg
hidrostatik disalurkan janin berhenti
pada bagian selaput
Pembukaan tidak Tdk disertai Persalinan tjd ketuban yang berada bergerak
adekuat diatas ostium uteri
koordinasi sgt cepat <3 internum
kontraksi dr jam Posisi salah
sekunder bag.atas,tengah
primer
& bawah uterus KPD
Partus
presipitatus Letak
Terjadi pd Pd fase
Pembukaan serviks sungsang,/melintang
fase laten aktif tidak ada tekanan
kala I&II tdk efisien hidrostatik selaput
Trauma
ketuban pada servik
janin, & & Segmen Bawah
Bayi tdk ibu Rahim
His<3x/10’40’’ terdorong
keluar
Kontraksi uterus
tdk efektif

DISTOSIA (PERSALINAN LAMA)


5. Manifestasi Klinis
 Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping
 Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
 Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
 Terjadi distensi berlebihan pada uterus
 Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih
jelas pada dada.

6. Komplikasi
Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi antara lain:
a. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara kemajuan janin
dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan terjadinya fistula karena
nekrosis pada jalan lahir
b. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami hipoksia dan
perdarahan

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta
passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari
hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur,morfin(15 mg)
dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan,diagnosa
persalinan palsu dapat ditinjau kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.
b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan tidak
ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal distress. Pemberian
oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.
c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk
dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks
memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress
8. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,
malpresentasi
 Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
 Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin
(lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsi.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b. Mata
Biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru
yang tertinggal saat pernafasan
d. Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan
atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak
normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak,
lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
e. Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba
jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
f. Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan
kelainan tulang belakang
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi-menajemen kesehatan
klien terkadang tidak mengetahui bagaimana penatalaksaan terhadap sakitnya ini
b. Pola nutrisi – metabolik
Biasanya pada klien terdapat penurunan nafsu makan karena sakit yang ia alami
c. Pola eliminasi
biasanya pada klien ini distensi usus atau kandung kemih yang mungkin
menyertai
d. Pola latihan dan aktivitas
keadaan biasanya pada klien ini mengalami keletihan,kurang
energi,letargi,penurunan penampilan
e. Pola istirahat dan tidur
biasanya pada klien ini istriharatnya terganggu karena sakit yang dirasakan.
f. Konsep diri
merasa stress dengan keadaan penyakitnya ini.
g. Pola peran dan hubungan
biasanya ada sedikit masalah karena klien merasa rendah diri karena selalu
merasa bergantung kepada orang di sekitarnya
h. Pola reproduksi
uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel.
i. Pola kognitif-perseptual
biasanya tidak ada masalah dengan indra.
j. Pola koping
klien biasanya tampak cemas dan keakutan
k. Pola keyakinan
pada keadaan ini klien susah menjalankan kewajibannya dalam beribadah karena
sakit yang ia alami

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan : Kekurangan Volume Cairan
berhubungan dengan Hipermetabolik, Peningkatan Kehilangan Cairan
b. Gangguan Pertukaran Gas Terhadap Janin berhubungan dengan Kontraksi Uterus
yang lama
c. Resiko Cedera Tinggi terhadap janin berhubungan dengan Hipoksia Jaringan,
Penekanan Kepala pada Panggul, Partus Lama, CPD.

Perumusan NANDA, NOC, NIC

No NANDA NOC(Outcome) NIC (Intervensi)


1 Gangguan  Keseimbangan Cairan  Manajemen Cairan
Pemenuhan - TD normal - Pantau masukan. perhatikan
Kebutuhan - Palpasi nadi perifer berat jenis urin. Anjurkan klien
Cairan : normal untuk mengosongkan kandung
Kurang dari - HT normal kemih sedikitnya sekali setiap
Kebutuhan b/d  Status Nutrisi: Intake hari 1 1/2 jam
hipermetabolik, Makanan dan Cairan - Pantau suhu setiap 4 jam lebih
peningkatan - Intake makanan sering bila tinggi. Pantau tanda-
kehilangan dan cairan tanda vital/ DJJ sesuai indikasi
cairan mencukupi - Beri cairan jernih dan es batu
 Hidrasi sesuai izin.
- Pengeluaran urine - Kaji praktik budaya mengenai
DBN masukan.
- Hidrasi kulit - Pantau kadar Hematokrit
normal  Terapi Intra Vena
- Kelembaban - Berikan bolus cairan
membrane mukosa parentral sesuai indikasi.
normal  Pemantauan Cairan
- Kaji tentang riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
pola eliminasi
- Monitor warna dan kuantitas
urin
- Beri cairan
2 Gangguan  Status Respiratori:  Monitor Respiratori
Pertukaran Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, rata-rata,
Gas terhadap - Tidak ada irama, kedalaman dan usaha

janin kegelisahan bernafas

berhubungan - Catat pergerakkan dada, lihat


- Tidak ada sianosis
kesimetrisan, penggunaan otot
dengan - Mudah bernafas
tambahan, dan supraklavikula
kontraksi uterus
dan retaksi otot intercostal
yang lama
- Monitor bising pernafasan
seperti ribut atau dengkuran
 Terapi Oksigen
- Berikan terapi oksigen
sesuai indikasi
 Pemberian Posisi
- Posisikan klien miring kiri
gunakan baji di bawah
bokong kanan bila klien
terlentang atau tinggikan
klien pada posisi semi
duduk.

3 Resiko Cedera  Status Keamanan:  Peningkatan Keamanan


Tinggi terhadap Cedera Fisik - Melakukan manuver leopold
Janin  Kontrol Resiko untuk menemukan posisi
berhubungan - Menunjukan DJJ dan janin, berbaring dan
dengan variasi denyut presentasi
Hipoksia perdenyut dalam  Kontrol Resiko
Jaringan, batas normal tidak - Dapatkan data dasar DJJ
Penekanan ada perubahan secara manual dan atau
Kepala pada periodik yang elektronik. Pantau dengan
Panggul, Partus menyenangkan dalam sering. Perhatikan variasi
Lama, CPD. respon terhadap DJJ dan perubahan periodik
kontraksi uterus. pada respon terhadap
kontraksi uterus
- Catat kemajuan persalinan
- Catat DJJ bila ketuban
pecah, kemudian setiap 15
mnt x3. Pantau perubahan
periodik pada DJJ setelah
ruptur

DAFTAR PUSTAKA
HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed. 2.
Jakarta : EGC.
Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi. 
Bandung : Eleman
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC
Bobak, et all, 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E., 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde., 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai