DISUSUN OLEH:
TIURMAULI ROTUA SIMANJUNTAK
NIM : 2020152016
3. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.
Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang
dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila
infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan
penglihatan. (Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai
berikut :
a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka).
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam
kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,
aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski,
gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
4. Anatomi dan Fisiologi
a. Meninges
Menurut Roger Watson (2002), meninges ialah membran protektif yang
melapisi sistem saraf pusat. Ada tiga lapisan meninges, yaitu:
1) Duramater
3) Piamater
Lapisan dalam, piamater adalah membran vaskuler dan berhubungan
dengan permukaan luar otak dan medula spinalis.
b. Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat komputer semua alat tubuh, bagian dari semua saraf
sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang
dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
Peradangan di otak
Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah
Resiko tinggi
deficit cairan,
dan hipovolemik
Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik
6. Komplikasi
Retardasi mental
Kejang
Demensia
Paralisis
Kebutaan
Iritabel
Gangguan motorik
Epilepsi
Emosi tidak stabil
Sulit tidur
Halusinasi
Enuresis
Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
a. Biakan :
1) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
2) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan
didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
4) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
b. Pemeriksaan Serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul.
c. Pemeriksaan Darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi Lumbal. Cairan serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography. EEG sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun.
Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda
dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT Scan. Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema difusi, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis Herpes Simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ensefalitis menurut (Victor, 2001)
antara lain :
a. Isolasi : bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi Antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin
dianjurkan oleh dokter :
1) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
2) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila Encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
Acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema
otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam
pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau
luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis
yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan Ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan Shock Septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan
tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan
leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.
Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan
phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi
dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti
asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan
untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan Utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk
RS. keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku
kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang
pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan
pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya
tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut
berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku,
gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan
paralisi saraf otak.
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu
diketahui apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak
karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak.
Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya
aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk
mengetahui keadaan anak setelah lahir.
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
e. Riwayat Penyakit Yang Lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan
meningkatkan kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada
jaringan otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk
mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu
diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami
oleh klien (Soemarno marram, 1983).
g. Riwayat Sosial.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit
sehingga mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan
maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
h. Kebutuhan Dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan
sehari-hari antara lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena
mual muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan
tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini
sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di
atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung
tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada
perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan Fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad
apemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan
secara umum meliputi :
a) Keadaan Umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
perubahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat
kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi
serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses
peradangan otak.
b) Gangguan Sistem Pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan
pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada
batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih,
1994).
c) Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi
iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang
vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
d) Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan
tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan
nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat
pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan
kesadaran.
c. Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik
d. Risiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan
hipermetabolik
e. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang, perubahan
status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
f. Resiko kejang berulang
g. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
h. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran,
kerusakan persepsi/kognitif
i. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan
penerima rangsang sensorik, tranmisi sensorik, dan integrasi sensori.
j. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif,
perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan dan
merasa tidak ada harapan.
k. Cemas yang berhubungan ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Gangguan perfusi jaringan cerebri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dari fungsi
motorik/sensorik.
b. Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
c. Melaporkan tak adanya/menurunkan berat sakit kepala.
d. Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala 1. Perubahan tekanan CSS mungkin
datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi merupakan potensi adanya risiko
setelah dilakukan fungsi lumbal. herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis
dengan segera.
2. Pantau/catat status neurologis dengan teratur 2. Pengkajian kecenderungan adanya
dan bandingkan dengan keadaan normalnya, perubahan tingkat kesadaran dan
seperti GCS. potensial peningkatan TIK adalah
sangat berguna dalam menentukan
lokasi, penyebaran/luasnya dan
perkembangan dari kerusakan
serebral
3. Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, 3. Merupakan indikasi adanya iritasi
kegelisahan yang meningkat, peka rangsang meningeal dan mungkin juga
dan adanya serangan kejang. terjadi dalam periode akut atau
penyembuhan dari trauma otak.
4. Pantau tanda vital, seperti tekanan darah.Catat 4. Normalnya, autoregulasi mampu
serangan dari/hipertensi sistolik yang terus mempertahankan aliran darah
menerus dan tekanan nadi yang melebar. serebral dengan konstan sebagai
dampak adanya fluktuasi pada
tekanan darah sistemik. Kehilangan
fungsi autoregulasi mungkin
mengikuti kerusakan vaskuler
serebral lokal atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK.
Fenomena ini dapat ditunjukan oleh
peningkatan tekanan darah sistemik
yang bersama’an dengan penurunan
tekanan darah diastolik (tekanan
nadi yang melebar).
5. Pantau frekuensi/irama jantung 5. Perubahan pada frekuensi (tersering
adalah bradikardia) dan disritmia
dapat terjadi, yang mencerminkan
trauma/tekanan batang otak pada
tidak adanya penyakit jantung yang
mendasari.
6. Pantau pernapsan, catat pola dan irama 6. Tipe dari pola pernapasan
pernapasan, seperti adanya periode apnea merupakan tanda yang berat dari
setelah hiperventilasi yang disebut pernapasan adanya peningkatan TIK/daerah
cheyne-Stokes. serebral yang terkena dan mungkin
merupakan indikasi perlunya untuk
melakukan intubasi dengan disertai
pemasangan ventilator mekanik
7. Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan 7. Demam biasanya berhubungan
sesuai kebutuhan. Batasi pengguna’an selimut, dengan proses inflamasi tetapi
lakukan kompres hangat jika ada demam. mungkin merupakan komplikasi
Tutupi ekstremitas dengan selimut ketika dari kerusakan pada hipotalamus.
selimut hipotermia digunakan. Terjadi peningkatan kebutuhan
metabolisme dan konsumsi oksigen
(terutama dengan menggigil), yang
dapat meningkatkan TIK.
8. Pantau masukan dan haluaran. Catat 8. Hipertermia meningkatkan
karakteristik urine, turgor kulit, dan keada’an kehilangan air takkasatmata dan
membrane mukosa. meningkatkan risiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun/munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui
oral. Catatan : SIADH mungkin
akan terjadi, yang berpotensi untuk
terjadinya retensi cairan dengan
terbentuknya edema dan penurunan
pengeluaran urine.
9. Bantu pasien untuk berkemih/membatasi batuk, 9. Aktivitas seperti ini akan
muntah, mengejan. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tekanan intratorak
mengeluarkan napas selama dan intraabdomen yang dapat
pergerakan/perpindahan di tempat tidur. meningkatkan TIK. Ekshalasi
selama perubahan posisi tersebut
dapat mencegah pengaruh manuver
Valsalva.
10. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa 10. Meningkatkan istirahat dan
nyaman, seperti massase punggung, lingkungan menurunkan stimulasi sensorik
yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang berlebihan.
yang lembut.
11. Berikan waktu istirahat antara aktivitas 11. Mencegah kelelahan berlebihan.
perawatan dan batasi lamanya tindakan tersebut Aktivitas yang dilakukan secara
terus menerus dapat
meningkatkan TIK dengan
menghasilkan akumulatif
stimulus.
12. Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan 12. Mendengarkan suara yang
pasien jika diperlukan. menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga tampaknya
menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien dan
mungkin akan dapat menurunkan
TIK.
Kolaborasi
13. Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 13. Peningkatan aliran vena dari
derajat sesuai toleransi/indikasi. Jaga kepala kepala akan menurunkan TIK.
pasien tetap berada pada posisi netral.
14. Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen 14. Terjadinya asidosis dapat
sesuai kebutuhan. menghambat masuknya oksigen
pada tingkat sel yang
memperburuk/meningkatkan
iskemia serebral.
15. Gunakan selimut hipotermia. 15. Dapat menurunkan permeabilitas
kapiler untuk membatasi
pembentukan edema serebral,
dapat juga menurunkan risiko
terjadinya “fenomena rebound”
ketika menggunakan manitol.
16. Klorpomasin (Thorazine) 16. Obat pilihan dalam mengatasi
kelainan postur tubuh atau
menggigil yang dapat
meningkatkan TIK. Catatan : obat
ini dapat menurunkan ambang
kejang atau sebagai pencetus
terjadinya toksisitas dilantin
17. Asetaminofen (Tylenol), baik oral maupun 17. Menurunkan metabolisme
rectal. seluler/menurunkan konsumsi
oksigen dan risiko kejang.
Berikan makanan yang terpilih (sudah Untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang.
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Berikan informasi tentang kebutuhan Agar pasien mengetahui jenis nutrisi yang
nutrisi. dibutuhkan oleh tubuh
Berikan perawatan oral sering, buang Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah
sekret, berikan wadah khsus untuk sekali pencegahan terhadap nafsu makan dan dapat
pakai, dan tissue. membuat mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama satu jam Membantu menurunkan kelemahan selama
sebelum dan sesudah makan. Berikan waktu makan dan memberikan kesempatan
makan porsi kecil tapi sering. untuk meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
minuman karbonat. mengganggu nafas abdomen dan gerakan
diafragma dan dapat meningkatkan dispnea
Hindari makanan yang sangat panas atau Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau
sangat dingin. meningkatkan spasme batuk.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rendah nutrisi. Catatan :
penurunan berat badan dapat berlangsung
meskipun masukan adekuat sesuai dengan
edema
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, seperti fenitonin Merupakan indikasi untuk
(Dilatin), diazepam (Valium), fenobarbital penanganan dan pencegahan kejang.
(Luminal). Catatan: Fenobarbital dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan
sedative serta menutupi tanda/gejala
dan peningkatan TIK.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan lingkungan yang tenang ruangan agak Menurunkan reaksi terhadap
gelap sesuai indikasi stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan Meningkatkan vasokonstriksi,
perawatn diri yang penting menumpulkan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri.
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin Menurunkan gerakan yang dapat
di atas mata meningkatkan nyeri.
Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, Menurunkan iritasi meningeal,
seperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis. resultan ketidaknyamanan lebih
lanjut.
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara Dapat membantu merelaksasika
tepat dan masase otot daerah leher/bahu. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.
Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan
leher/punggung jika tidak ada demam dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak
anjurkan untuk melakukan napas dalam. nyaman.
Kolaborasi
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan: Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai kembali atau mempertahankan
b. Posisi fungsional optimal yang ditunjukkan
c. Oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
d. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
e. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi Rasionalisasi
Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara Mengidentifikasi kemungkinan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi. fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan.
Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang Mempertahankan mobilisasi dan
gerak. fungsi sendi/ posisi normal
ekstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk Perubahan posisi yang teratur
menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi menyebabkan penyebaran terhadap
pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan berat badan dan meningkatkan
posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. sirkulasi pada seluruh bagian badan
Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang kulit dan menurunkan resiko
basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih terjadinya ekskorlasi kulit
dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan
mencegah decubitus)
Bantu pasien dengan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi seringkali menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting
Kaji kesadaran sensorik seperti respon panas / Informasi penting untuk keamanan
dingin atau benda tajam / tumpul dan kesadaran pasien. Semua system sensorik dapat
terhadap gerakan dan letak tubuh. terpengaruh denagn adanya
perubahan kehilangan sensasi /
kemampuan untuk menerima dan
berespon secara stimulasi.
Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal Membantu melokalisasi daerah otak
kemampuan seperti memusatkan kedua mata yang mengalami gangguan dan
dengan mengikuti instruksi verbal yang sederhana. mengidentifikasi tanda
perkembangan terhadap peningkatan
fungsi neurologi.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Memberikan terapi pada klien untuk
terapi membentu proses penyembuhan.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahapan pelaksanaan terdiri dari :
a. Persiapan
Kesiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
diperlukan.
timbul.
dilakukan.
potensial tindakan.
b. Implementasi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
1) Independent
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
2) Interdependent
3) Dependent
c. Dokumentasi
5. Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
b. Tujuan Evaluasi
c. Proses Evaluasi
tujuan (penentuan keputusan pada tahap evaluasi) pada tahap ini ada 3
Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan ada dua
lainnya.
d. Komponen Evaluasi
yang telah di capai oleh klien setelah mendapatkan tindakan atau asuhan
Evaluasi sumatif, evaluasi yang di lakukan pada akhir dari seluruh proses
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius
Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. 2008. Bulu Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan