Anda di halaman 1dari 36

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

STUDI KASUS NY.A DENGAN DIAGNOSA MEDIK G1 P0 A0 +


ANEMIA SEDANG (Hb 8,4) DI RUANG POLI KIA PUSKESMAS
BAKUNASE

LAPORAN STUDI KASUS

OLEH:

KELOMPOK C

1. WILAN KAWURI SYUGIARTI A. T. PUTRI


2. MARSELINA NAKLUI
3. RENI IMAWATI LAKE
4. SENTRIANA SENA

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
NTT
2019
POLTEKKES KEMENKES KUPANG

STUDI KASUS NY.A DENGAN DIAGNOSA MEDIK G1 P0 A0 +


ANEMIA SEDANG (Hb 8,4) DI RUANG POLI KIA PUSKESMAS
BAKUNASE

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek profesi stase keperawatan
maternitas

OLEH:

KELOMPOK C

1. WILAN KAWURI SYUGIARTI A. T. PUTRI


2. MARSELINA NAKLUI
3. RENI IMAWATI LAKE
4. SENTRIANA SENA

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
NTT
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus dengan judul:

STUDI KASUS NY.A DENGAN DIAGNOSA MEDIK G1 P0 A0 +


ANEMIA SEDANG (Hb 8,4) DI RUANG POLI KIA PUSKESMAS
BAKUNASE

Telah di periksa oleh pembimbing I, II dan diperkenankan untuk di laksanakan Seminar

Kupang, …… November 2019

Pembimbing I

Meiyeriance Kapitan. S. Kep. Ns. M. Kep

Pembimbing II

Yuliana Dafroyati, S.Kep.,Ns,MSc


HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Nama Lengkap :
NIM :
Jurusan :
Politeknik :
Alamat Rumahdan No tel/Hp :
Alamat email :
Pembimbing I :
Pembimbing II :

Menyetujui Kupang, ……………………………


Dosen pembimbing II Dosen pembimbing I

Yuliana Dafroyati, S.Kep.,Ns,MSc Meyeriance Kapitan., S.Kep., Ns., MPH


Nip. ………………………… Nip. ………………………….

Ketua Jurusan Keperawatan Kupang

Dr.Florentianus Tat., S.Kp.,M.Kes


Nip. 196811281993031005
ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu masalah utama kesehatan di dunia. Prevalensi anemia
masih cukup tinggi pada wanita usia reproduksi, khususnya selama kehamilan.
Mengetahui distribusi karakteristik ibu hamil yang anemia dan hubungannya dengan anemia
dalam kehamilan.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional dan untuk
menganalisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis. Data diambil dari rekam medik dan
kuesioner yang diberikan kepada ibu hamil yang anemia di Puskesmas Alianyang Pontianak.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 78 ibu hamil yang anemia.
Jumlah ibu hamil anemia dengan kadar Hb 7-9,9 gr% sebanyak 76,9%. Kelompok usia
terbanyak adalah kelompok usia reproduksi sehat sebanyak 74,4%. Kelompok gravida terbanyak
adalah multigravida sebanyak 52,6%. Kelompok usia kehamilan terbanyak pada trimester II
sebanyak 52,6%. Kelompok jarak kehamilan terbanyak pada kelompok hamil pertama kalinya
sebanyak 44,9%. Kelompok tingkat pendidikan terbanyak pada tingkat rendah sebanyak 56,4%.
Kelompok total pendapatan keluarga terbanyak pada total pendapatan rendah sebanyak 53,8%.
Kelompok frekuensi ANC terbanyak pada K1 sebanyak 30,8%. Kelompok tingkat kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi pada tingkat cukup sebanyak 53,8%.
Dari 8 karakteristik, hanya 2 karakteristik yang memiliki hubungan bermakna dengan
anemia dalam kehamilan yaitu jarakkehamilan dan total pendapatan keluarga.
Kata kunci: anemia-karakteristik ibu hamil
ABSTRACT

Anemia is one of main health problem in the world. The prevalence is very high in
reproductive age women, especially during pregnancy.
To know the distribution of characteristic of pregnant women and its relation with
anemia in pregnancy.
This research was an analytic study with cross sectional approach. Data analysed by
used Kruskal-Wallis test. Data were obtained from medical record and questioner in Puskesmas
Alianyang Pontianak. The amount of sample in this research was 78 pregnant women with
anemia.
The amount of pregnant women with anemia with haemoglobin concentration 79,9 gr%
is 76,9%. Group of reproductive age is the most common with 74,4%. Group of multigravida is
the most common with 52,6%. Group of second trimester of gestational is the most common with
52,6%. Group of pregnant for the first time is the most common with 44,9%. Group of low
education is the most common with 56,4%. Group of low family income is the most common with
53,8%. Group of K1 in antenatal care is the most common with 30,8%. Group of moderate
compliance of iron tablet consumption is the most common with 53,8%.
From eight characteristics, only two characteristic that have significant relation with
anemia in pregnancy, there are pregnancy interval and family income.
Keywords: anemia-characteristic of pregnant women
DAFTAR ISI

Halaman sampul ………………………………………………………………………… i


Halaman cover dalam ………………………………………………………………….. ii
Halaman persetujuan studi kasus ………………………………………………………. iii
Halaman pengesahan studi kasus……………………………………………………… iv
Abstrak bahasa Indonesia………………………………………………………………. v
Abstrak bahasa Inggris…………………………………………………………………. vi
Kata pengantar…………………………………………………………………………… vii
Daftar isi………………………………………………………………………………… viii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………… ix
Daftar Tabel……………………………………………………………………………… x
Daftar Lampiran………………………………………………………………………… xi
Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 5
Bab 2 Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………… 6
Bab 3 Metode Studi Kasus…………………………………………………………………….. 7
Bab 4 Hasil dan Pembahasan………………………………………………………………….. 8
4.1 Hasil …………………………………………………………………………………. 9
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………………… 10
Bab 5 Penutup …………………………………………………………………………………. 11
DaftarPustaka…………………………………………………………………………… 12
Lampiran………………………………………………………………………………… 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Menurut WHO (2008), secara
global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia
pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1
%. (Salmariantity, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia
pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011
yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada
ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan
tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum
ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita
ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita
hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat,
anemia sel sabit dan talasemia.
1.2.Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan,maka akan dilakukan penelitian mengenai
factor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas
bakunase

1.3. Tujuan

a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori medis
1. Kehamilan.
a. definisi
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
pemilihan alat kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan. (Marmi,
2011:11).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat berubah
menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada kehamilan merupakan suatu
gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil (Sukarni & Wahyu,
2013)
b. periode kehamilan
menurut astuti 2012 periode kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :
 trimester I : kehamilan < 12 minggu
 trimester II : kehamilan 13 – 24 minggu
 trimester III : kehamilan 25 – 40 minggu
c. tanda-tanda kehamilan
a. Tanda tidak pasti (presumptive sign)
 Amenorea (berhentinya menstruasi)
 Mual (nausea) dan muntah (emesis)
 Ngidam (menginginkan makanan tertentu)
 Syncope (pingsan)
 Payudara tegang
 Sering miksi
 Konstipasi atau obstipasi
 Pigmentasi kulit
b. Tanda mungkin (probability sign)
 Pembesaran perut
 Tanda hegar
 Tanda goodel
 Teraba ballottement
 Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
c. Tanda pasti (positive sign)
 Gerakan janin dalam rahim
 Denyut jantung janin
d. Keluhan selama kehamilan
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1- 3 bulan)
 Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelangtengah hari (morning sickness).
 Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
 Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanyagangguan keseimbangan, perut kosong.
 Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
padakandung kencing
 Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen
dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.
 Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perludiwaspadai adanya abortus.
 Perut membesar.
 Psikologis
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4-6 bulan)
mulai merassakan gerakan bayi,terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau
melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG.
Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehinggaaktifitas ibu
dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7- 9 bulan)
 Kaki edema
 Perdarahan.
 Keluar cairan
 Sering kencing.

e. Komplikasi Kehamilan
 Hiperemisis gravidarum.
 Hipertensi dalam kehamilan.
 Perdarahan trimester I (abortus).
 Perdarahan antepartum.
 Kehamilan ektopik.
 Kehamilan kembar.
 Molahydatidosa.
 Inkompatibilitas darah.
 Kelainan dalam lamanya kehamilan.
 Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004)

2. Anemia dalam kehamilan


a. definisi
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr% Pada
trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester
II(Sarwono P, 2002).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut
anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit
adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit
35-54 %, Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi
pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan
dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada
triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.

b. Epidemiologi anemia
Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat
mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian
anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika
ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010
didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007)
menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil
menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (Depkes, 2008).
Frekuensi timbulnya anemia dalam kehamilan tergantung pada suplementasi besi.
Taylor dkk melaporkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang
mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada
wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen.
c. Karakter Trias Epidemiologi
1. Host
Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang
terdiri dari:
 Umur
Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal
ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu
remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia
20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih
banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan,
ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah
dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda
dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang
kurang.
 Keadaan Fisiologis
Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan
penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan
kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis.
 Keadaan imunologis
Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia
dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut
anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya
penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat
menyebabkan hancurnya sel darah merah.
 Kebiasaan
Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake
nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12
ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya
di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia
pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa
ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya
anemia.
 Sosial ekonomis
Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan
pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah
akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan
pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil
yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu
dalam mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.
 Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan
Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia
kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding
dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko
lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi,
Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu
hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya.
Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko
terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).

2. Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
 Unsur gizi
 Kimia dari dalam dan luar
 Faktor faali/ fisiologis
3. Lingkungan
Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial
berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil
dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil
terjadi anemia.
Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia
kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan
mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang
adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

C. Patogenesa anemia pada kehamilan


Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan
penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai
terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya
interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan
terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens)
pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat
hamil, ibu sebagai penjamu (host).
Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume
plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%.
Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia)
sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan
meningkat kembali pada akhir kehamilan.
Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil
lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur
gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin
B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat
besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil
semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.
Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju
fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala
anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang
lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan
hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah
mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010).
Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital,
pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum,
gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian.
Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia,
persalinan tidak spontan .
Periode Prepathogenesis dan Pathogenesis
Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini
terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis
anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma
tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat
disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake
zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam
Amiruddin et al, 2007).
Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang
menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan
sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam
plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada
kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik.
Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi
karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat
kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010).
Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan
menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap
inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase
kesembuhan, kecacatan atau kematian.
Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan
kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya,
janinnya, persalinannya dan bayi nantinya.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurunsedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

D. Pencegahan dan peran perawat dalam pencegahan


Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
s e i m b a n g dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapatdiperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Zat b e s i j u g a d a p a t d i t e m u k a n p a d a s a yu r a n b e r w a r n a h i j a u g e l a p
s e p e r t i b a ya m d a n kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu
diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada
zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat
besi. U p a ya p e n c e g a h a n d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n p e m b e r i a n s u p l e m e n F e
dosisrendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb
l e b i h / = 1 1 g / d l ) , sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat
diberikan suplemenFe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensiasam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau
untuk dosis pencegahan dapatdiberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari
Peran bidan dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari
tiga(3) yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel
dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan
sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan
yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi
tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya,
dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidan juga dapat
berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara
mencegah anemia pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita
atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu
hamil untuk mencegah terjadinya anemia.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap
pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan
oleh bidan komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan
skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi
apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia
ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan
gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan
dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
hasil tersebut.
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,
edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan
peneliti, bidan dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di
suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan
terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai
care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan
rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya
supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan
janin. Bidan juga dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya
anemia pada ibu hamil di wilayahnya.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang
lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu
mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara
teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap
mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat
berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.

E. Gejala anemia dalam kehamilan


1. Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang,
2. Nafsu makan turun (anoreksia), mual, muntah
3. Konsentrasi hilang,
4. Nafas pendek (pada anemia parah)
5. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
6. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
7. Pusing atau kelemahan
8. Sakit kepala
9. Lesi pada mulut dan lidah
10. Kulit pucat
11. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
12. Dasar kuku pucat
13. Takikardi
14. perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular
15. disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
F. ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi) seperti zat besi, asam folat, dan B12
2. Kemampuan perombakan sel darah merah yang terlalu cepat
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria,

G. Diagnosa anemia kehamilan


Penegakan DX pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing–pusing, mata berkunang –kunang, dan muntah
lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tekanan daran ibu rendah jumlah plasma darah lebih
banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung
lebih meningkat untuk membawa makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta transportasi ke
dalam rahim
Pada pemeriksaan inspeksi, diperoleh data kalau konjungtiva ibu pucat, telapak tangan
pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena darah ibu tidak mencukupi sampai kebagia-bagian
ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu, karena kurangnya nutrisi untuk
beraktivitas.
Sedangkan pemeriksaan HB dan pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana
dengan menggunakan alat Hb sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. HB 11 gr % Tidak anemia
2. 9 – 10 gr % Anemia ringan
3. 7 – 8 gr % Anemia sedang
4. < 7 gr % Anemia berat

H. Jenis-jenis anemia
Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :
a. komponen (bahan) yang berasal dari makanan
 Protein, glukosa, lemak
 Vitamin B12, asam falat, Vit C
 Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink
b. Sum-sum tulang
c. Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan
d. Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel – sel darah merah yang
sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang
baru.
e. Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)
 Menstruasi
 Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri,
Polip Serviks, penyakit darah.

I. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin.


a. Bahaya selama kehamilan
 Persalinan Prematur
 Mudah terjadinya Infeksi
 Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
 Hiperemesis Gravidarum
 Perdarahan Antepartum
 KPD ( Ketuban Pecah Dini )

b. Bahaya saat persalinan


 Gangguan his kekuatan mengejan
 Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
 Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
 Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
 Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri
c. Bahaya pada saat Nifas
 Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
 Memudahkan infeksi Puerpurium
 Berkurangnya pengeluaran ASI
 Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin
 Memudahkan terjadi Infeksi mamae
d. Pengaruh Anemia Terhadap Janin
Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika
anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pengaruh – pengaruhnya terhadap
janin diantaranya :
 Abortus
 Kematian Interauterin
 Persalinan Prematuritas tinggi
 BBLR
 Kelahiran dengan anemia
 Terjadi cacat kongenital
 Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
 Intelegensi yang rendah
 Kekurangane n e r g i dalam asupan makanan yang
d i k o n s u m s i m e n y e b a b k a n t i d a k tercapainya penambahan berat
badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14kg. Kekurangan itu akan diambil
dari persediaan protein yang dipecah menjadi energy

J. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil


Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi menstruasi
dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan pada wanita dan
kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg. Pada saat kehamilan memerlukan
tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel darah merah
pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka akan semakin
banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
o Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe
o Terdapat dalam placenta 300 mg Fe
o Untuk darah janin 100 mg Fe + Jumlah 900 mg Fe

Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif mengalami
anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan meningkatkan
volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34 minggu. Jumlah pertambahan
sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil sekitar 11 gr maka
dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan HB Ibu akan turun
menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi
kurang lebih 900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu
memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana
dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.

K. Pengobatan anemia
1. Anemiadefisiensi Zat Besi
Penatalaksaan :
a. Skrining rutin
Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
b. Terapi anemia:
Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat.
Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a) Berikan konseling gizi.
Tinjau diet pasien.
Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
Rujuk ke ahli gizi.
b) Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi
saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi
vitamin C atau tablet vitamin C.
Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat bes
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
c) Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien
ini menurut panduan terapi anemia.
Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan
pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada
pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat
untuk profilaksis anemia.
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb
relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi :
intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang
buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat
diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
2. Anemia Megaloblastik.
Penatalaksanaan
a) Suplemen
Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens
asam folat.
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang
terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
b) Konseling gizi
Kaji diet pasien
Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
Rujuk ke ahli gizi
c) Hitung darah lengkap
Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.

3. Anemia hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)


Penatalaksanaan
a) Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b) Terapi
Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity,
C&S) urine bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau
mengalami anemia berat.

4. Anemia: Pernisiosa
Penatalaksanaan
a) Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
b) Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c) Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d) Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
Kondisinya membaik bila
o Morfologi normal
o Kadar Ht meningkat
Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
5. Anemia Sel Sabit
Penatalaksanaan
a. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke
dokter.
Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara
normal selama kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
c. Beri konseling kepada pasien:
Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada
kemungkinan bayinya menderita penyakit ini.
Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis studi.
Jenis studi yang digunakan penulis dalam studi ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah
melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit dalam kurun waktu
tertentu. Jenis studi kasus yang digunakan penulis adalah metode diskriptif. Metode diskriptif
yaitu suatu metode penilitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskriptif keadaan suatu objek (Notoatmodjo,2012)
Studi kasus yang dilakukan penulis menggambarkan tentang Asuhan Keperawatan Ibu
hamil pada Ny. A G1P0A0 umur 33 thn, usia kehamilan 29 minggu dengan Anemia sedang
Hb: 8,4 di Puskesmas Bakunase dengan menggunakan Askep pengkajian sampai Evaluasi
dan data perkembangan menggunakan SOAP.
B. Lokasi studi kasus
Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Lokasi
penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo,2012)
studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas bakunase Kota Kupang.
C. Subjek studi kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti enjadi pusat
perhatian sasaran peneliti (Arikunto,2013) subjek dalam kasus ini adalah Ny. A G1P0A0
umur 33 thn, usia kehamilan 29 minggu dengan Anemia sedang Hb: 8,4 di Puskesmas
Bakunase Kota Kupang.
D. Waktu studi kasus
Waktu studi kasus adalah Langkah-langkah dari penyusunan proposal penelitian sapai
dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap
kegiatan tersebut (Notoatmodjo,2012). Pengambilan studi pendahuluan ini dilaksanakan
pada Sabtu 26 Oktober 2019.
E. Instrument studi kasus
Instrument studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,dalam arti
lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,2013). Pada
kasus ini menggunakan instrument pemeriksaan kehamilan dan data perkembangan
SOAP.
F. Teknik pengumpulan data
Dalam studi kasus ini digunakan berbagai pengumpulan data antara lain :
1. Data primer
Data yang didapatkan langsung dari subjek penelitian sebagai suber inforasi yang
dicari
a. Pemeriksaan fisik : digunakan untuk engetahui keadaan fisik pasien sistematis
dengan cara : inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi. Pada kasus anemia inspeksi
dapat dilihat dari ujung kepala hngga telapak kaki,adakah yang terlihat pucat atau
tidak. Pada palpasi dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen Leopold 1. Pada
pemeriksaan perkusi dilakukan pada patella kanan dan kiri negative atau positif.
Sedangkan pada pemeriksaan auskultasi deteksi bunyi jantung untuk pemeriksaan
tekanan darah ibu.
b. Wawancara : mewawancara langsung responden yang diteliti, pada kasus ini yang
diwawancarai Ny. A G1P0A0 umur 33 thn, usia kehamilan 29 minggu dengan
Anemia sedang Hb: 8,4 di Puskesmas Bakunase Kota Kupang.
c. Observasi : pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari
perubahan atau hal yang diteliti yaitu keadaan umum, tanda-tanda
vital,penimbangan berat badan dan pemeriksaan Hb.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti.
a. Studi kepustakaan
Mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Pada kasus ini studi
kepustakaan berupa buku bereferensi,artikel internet, karya ilmiah terdahulu, dan
sumber pustaka.
b. Studi dokumentasi
Dalam studi kasus ini, dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan data ibu
hamil dengan anemia sedang di puskesmas bakunase.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. A G1P0A0 UMUR 33 THN, USIA KEHAMILAN 29


MINGGU DENGAN ANEMIA SEDANG HB: 8,4 DI PUSKESMAS BAKUNASE
KOTA KUPANG

4.1. Hasil
1. Pengumpulan Data
a. Identitas / Biodata umum :
 Nama Ibu : Ny. A
 Nama Suami : Tn. R
 Suku/kebangsaan : WNI
 Agama : protestan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : guru
 Alamat : alak
 Status Perkawinan : nikah sah
 Perkawinan ke :1

b. Riwayat keperawatan :
1. Riwayat obstetri :
 Riwayat menstruasi
 Menarche : umur 13 thn
 Siklus : ibu mengatakan siklusnya 28 hari
 Banyaknya : 50cc (3x ganti pembalut dlm sehari)
 HPHT : 04-04-2019
 TP : 12-01-2020
 Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu : belum pernah melahirkan
sebelumnya
 Kehamilan sekarang :
 Diagnosa : G1P0A0
 Imunisasi : sudah imunisasi TT1 dan TT2
 ANC berapa kali : 5x
 Keluhan selama hamil : lemas dan pusing
 Pengobatan selama hamil : vitamin saat dating posyandu
 Pergerakan janin : janin sudah mulai terasa ada pergerakan
2. Rencana perawatan bayi : ibu mengatakan akan merawat anaknya sendiri dibantu
orangtua karena suami sedang pergi bekerja diluar daerah
3. Riwayat keluarga berencana : belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnya
4. Riwayat kesehatan
 Penyakit yang pernah dialami ibu : tidak ada
 Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang punya riwayat
penyakit berat maupun menular

5. Kebutuhan dasar khusus :


1. Pola nutrisi : frekuensi makan pasien 3xsehari dengan porsi yang
normal,nafsu makan baik,jenis akanan yang diakan nasi+lauk
pauk, dan menurut pasien tidak ada alergi makanan
2. Poli eliminasi : pasien mengatakan frekuensi buang air besar 1x
sehari sedangkan BAK4-5x dalam sehari dan lebih sering BAK
pada malam hari
3. Personal hygiene: pasien mandi 2x sehari pagi dan sore hari
dengan menggunakan sabun dan mencuci rambut seminggu 2x
4. Pola istirahat tidur : sebelum hamil ibu jarang tidur siang dan
hanya tidur di malam hari 6-7 jam kareena beraktifitas di siang
hari,sedangkan saat ini saat hamil pasien mengatakan mudah
mengantuk dan sering tidur
5. Pola aktivitas : pasien merupakan seorang guru yang mengajar di
sekolah SD,waktu bekerja pada pagi hari hingga siang
hari,pasien tidak pernah berolah raga dan waktu luang pasien
gunakan untuk beristirahat tidur
6. Pola kebiasaan: pasien mengatakan tidak merokok,tidak
mengkonsumsi inuman beralkohol dan tidak ketergantungan
obat.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : tampak baik,rambut terlihat bersih dan rapi,tidak terdapat
pembesaran atau edema, tidak ada nyeri tekan dan terlihat simetris
b. Mata : kelopak mata bersih,gerakan mata normal,konjungtiva
pucat,sclera putih,pupil isokor
c. Hidung : reaksi alergi tidak ada, sinus tidak ada, tidak ada napas
cuping hidung
d. Mulut tenggorokan : mulut terlihat bersih dan tidak ada kesulitan
menelan
e. Dada dan aksila : tampak adanya pembesaran mamae, areola
mamae terlihat berwarna lebih gelap dari sebelum hamil
f. Pernapasan : normal, tidak ada gangguan napas
g. Sirkulasi jantung : kecepatan denyut apical 84x/menit dengan
irama normal.
h. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,bentuk abdomen simetris,
saat inspeksi terlihat membesar, saat palpasi teraba keras bundar
melenting (kepala) pada fundus. Pada pemeriksaan Leopold 1
tinggi fundus uteri 22cm, pada pemeriksaan Leopold 2 bagian
kanan teraba punggung,pada pemeriksaan Leopold 3 kepala belum
masuk pintu atas panggul. Saat auskultasi bunyi DJJ : 148x/m,
kontraksi aktif.
7. Terapi
 Sf 1x1
 Vit c 2x1
 Kalk 1x1
 B6 2x1
 B12 1x1
 Asam folat 1x1
8. Data penunjang
Pemeriksaan lab :
Hb : 8,4
DDR negative
Hiv negative
Hbsag negative
Usg : pasien blm pernah melakukan peeriksaan usg.
 Interpretasi data
Tanggal pengkajian : 26-10-2019
MASALAH PENYEBAB TANDA GEJALAH
Intoleransi aktivitas Kelemahan DS: ibu mengatakan
cepat lelah saat
beraktifitas, pusing
DO: K/U baik,
kesadaran
composmentis ibu
tampak pucat.
TTV
 TD :100/70
 S : 36,9
 RR : 18x/m
 N : 72x/m
Kurang pengetahuan tentang Kurang informasi DS : Pasien
penyakit dan perawatannya mengatakn tidak
mengetahui dengan
jelas tentang
penyakit yang
dialami
DO : Pasien
tampak bingung,
pasien tampak
bertanya
Kecemasan berhubungan Stres DS : pasien
mengatakan saat ini
merasa sangat
terpukul dan sedih
karena di tinggal
oleh suami
DO : Pasien tampak
menangis dan
emperlihatkan
ekpresi sedih.
Tgl/No Diagnosa Tujuan Intervensi rasional
Keperawatan Goal Objektif
Klien Setelah dilakukan  Ciptakan  untuk
hubungan
dapat asuhan keperawatan menciptakan
terapeutik
meningkat selama 1x24 jam  Kaji faktor sikap saling
yang bias
kan diharapkan pasien percaya dan
menyebabka
kemampu dapat beraktifitas n kelelahan kerja sama
 Bantu klien
an untuk dengan baik criteria sehingga klien
untuk
beraktifita hasil: mengidentifi bebas untuk
kasi aktifitas
s  Mapu memberikan
yang di
melakukan lakukan informasi yang
 Monitor ttv
kegiatan ada
 Timbang bb
sehari-hari  Ukur lila  menentukan
 Ukur tinggi
(ADL) intervensi
fundus uteri
Secara  Monitor lanjutan yang
mandiri tetap
 Keseimban  menghindari
gan aktivitas yang
aktifitas mampu
dan meningkatkan
istirahat perfusi uterus.

 kaji tingkat
pengetahuan
pasien
 jelaskan
patofisiologi
penyakit
dengan cara
yang cepat
 gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat
 sediahkan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi dll
 diskusikan
pilihan
terapi/
penanganan,

 gunakan
penedektan
yang
menenangka
n
 temani
pasien untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
takut
 libatkan
keluarga
untuk
mendampin
gi klien
 dorong
pasien untuk
mengungkap
kan perasaan
ketakutan
dan stress
 identifikasi
tingkat
kecemasan
dan stress
 instruksikan
pada pasien
untuk
menggunaka
n teknik
relaksasi.
IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA
TGL JAM TINDAKAN (SOAP/SOAPIER) TANGAN
DIAGNOSA
KEP
26 10 2019 09:00 1. Menciptakan Tgl….26-10 -2019
hubungan Jam 11: 00
terapeutik
2. Mengkaji adanya
factor yang boisa S : ibu mengatakan akan
menyebabkan factor
mengurangi aktifitas berat
kelelahan
3. Membantu klien dan akan banyak beristirahat
mengidentikasi
O : Ibu tampak mengerti
aktifitas yang
mampu dilakukan dengan penyebab klien
4. Memonitoring TTV
A : Masalah belum teratasi
5. Menimbang BB
6. Mengukur LILA P : Intervensi di hentikan
7. Mengukur TFU
8. Monitoring DJJ

Anda mungkin juga menyukai