Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BY.NY.

LILI DENGAN MASALAH BRONCOPNEUMONIA DI RUANG


FLAMBOYAN RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada By.Ny. Lili Dengan Diagnosa
Medis Broncopneumia Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners Erista Rusana

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul Laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada An.A dengan diagnosa broncopneumonia” Laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan II.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di
ruang Pendengaran
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 4 Oktober 2021
Penyusun

Tri Berger
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBAR PENGASAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................3
1.3 Manfaat ............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Konsep Dasar Broncopneumonia.....................................................
2.1.1 Definsi .......................................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ......................................................................
2.1.3 Etiologi .....................................................................................
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................
2.1.5 Patofisiologi(Patway)................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)........................................
2.1.7 Komplikasi ................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan penunjang.............................................................
2.1.9 Penaktalaksanaan.......................................................................
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan.....................................................
2.2.1 Pengkajian keperawatan............................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
2.2.3 Intervensi keperawatan..............................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS...........................................
3.1 Pengkajian........................................................................................
3.2 Diagnosa...........................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................
3.4 Implementasi dan Evaluasi...............................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan serius yang

sebagian besar menyerang anak balita dibawah usia 5 tahun, pneumonia

merupakan penyakit terbesar penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia,

ada 15 negara dengan angka kematian tertinggi dikalangan anak-anak akibat

pneumonia, Indonesia termasuk dalam urutan ke 8 yaitu sebanyak 22.000

kematian (WHO, 2016).

Insiden penemuan kasus pneumonia pada balita usia 1-4 tahun menurut

Kemenes RI (2017), tertinggi di Provinsi Jawa Barat (126.936 kasus) dan

terendah pada Provinsi Papua (51 kasus), kemudian jumlah kematian balita karna

pneumonia tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah (339 kematian) dan

terendah di Provinsi Kalimantan Tengah (1 kematian).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kelompok umur

penduduk, period prevalence pneumonia yang paling tertinggi terjadi pada

kelompok usia 1-4 tahun. Sedangkan period prevalence pneumonia pada balita di

Indonesia adalah 18,5% balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 %. Lima

Provinsi yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa

Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bangka Belitung (34,8%), dan

Kalimantan Tengah (32,7%). Insiden tertinggi pneumonia balita terdapat pada

kelompok usia 12-23 bulan (21,7%). Sedangkan pada insiden pneumonia per 1000

balita banyak dialami oleh anak berusia 12-35 bulan. Berdasarkan data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2013 pada pasien anak balita yang di rawat

inap di rumah sakit tertinggi di Provinsi Jawa Tengah (1.942 jiwa), terendah di

Provinsi Bangka Belitung (7 jiwa). Sedangkan pada pasien rawat jalan terbesar di

Jawa Barat sebesar (1.132 jiwa), terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5 jiwa)

( Infodatin, 2013).

Temuan kasus pneumonia pada tahun 2016 pada balita di Kota Samarinda

sebanyak 1.383 kasus, menurun ditahun 2015 sekitar 23,7%, kasus tertinggi

ditemukan di Kecamatan Sungai Kunjang (269 kasus), dan terendah pada

Kecamatan Sungai Pinang (20 kasus) (Dinkes Kab/Kota, 2016).

Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak dengan

bronkopneumonia adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan peningkatan produksi sputum, gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan gangguan pengiriman oksigen, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap

deman dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau

dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas, intoleransi aktifitas berhubungan

dengan insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari-hari, resiko ketidakseimbangan

elektrolit berhubungan dengan perubahan kadar elektrolit dalam serum (diare)

(Nurarif dan Kusuma, 2015).

Salah satu upaya tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah dengan melakukan

fisioterapi dada, gangguan pertukaran gas dengan tindakan memposisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dengan memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,


intoleransi aktivitas dengan monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual,

resiko ketidakseimbangan elektrolit dengan monitor status cairan intake dan

output cairan (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Berdasarkan uraian diatas dimana masih banyaknya angka kejadian

bronkopneumonia pada anak, penulis merasa tertarik untuk memberikan asuhan

keperawatan pada anak bronkopneumonia di Rumah Sakit Samarinda Medika

Citra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi


kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum bagaimana asuhan


keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia

2) Merumuskan masalah keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia

3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus anak dengan
bronkopneumonia.

1.4.2 Bagi tempat penelitian


Diharapkan hasil dari laporan pendahuluan ini dapat menjadi referensi
bacaan dan pertimbangan ilmiah dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia.

1.4.3 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Diharapkan laporan pendahuluan ini bisa bermanfaat bagi perkembangan


ilmu keperawatan anak. Untuk profesi keperawatan sebagai acuan dalam
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA


2.1 Konsep Dasar Broncopneumonia

2.1.1 Definisi

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau


beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih,
2013).

Bronkopneumonia adalah cadangan pada parenkim paru yang meluas


sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-

paru/pulmo. System respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea,

bronkus, bronkiolus dan alveolus. Respirasi adalah pertukaran antara oksigen dan

karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus (Utama, 2018).


Gambar 2.1

Anatomi Sistem Pernapasan

Sumber: (Torwoto & Ayani, 2009)

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga

hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar

sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi

menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu,

terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel

kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai

banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

Disebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua

lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-

rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang

masuk ke dalam rongga hidung.

b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan

2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran

pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring

(posterior) terdapat laring (tekak)

tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk

dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga

menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara percakapan.

c. Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea.

Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya

dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah

masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring mengandung pita suara

(vocal cord).

Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu Os. Hyoid,

Cartilago Epiglotis, Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring. Trakea


berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernapasan
bagian atas, yang membawa udara bersih, hangat, dan lembab. Pada trakea
terdapat sel-sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea. Terdapat
dua bronkus, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6- 8 cincin dan mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus

(bronkioli). Udara yang masuk ke bronkus, akan diteruskan ke bronkiolus, untuk

bisa menuju ke alveolus. Alveolus adalah kantung udara yang menjadi tempat

pengolahan udara. Di organ ini, udara kotor atau karbondioksida sisa proses

pernapasan, akan ditukar dengan oksigen bersih yang baru dihirup.

f. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediasternum), dilindungi oleh

struktur tulang selangka.

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi

menjadi dua, yaitu:

1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru.

2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.

Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat

berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna

untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan

dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbon dioksida di

dalam darah. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap

karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-


paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari

paru-paru melalui hidung.

Mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fase Inspirasi

Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga

dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.

2) Fase Ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk

ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya

karbondioksida keluar.

b. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan

aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.

Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu

sebagai berikut:

1) Fase Inspirasi

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,

akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar
masuk.

2) Fase Ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke

posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan

menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

2.1.3 Etiologi

Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme


pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat
memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri
atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya
bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :

1) Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiell

2) Virus :Legionella Pneumoniae


3) Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
5) Terjadi karena kongestiparu yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015)
2.1.4 Klasifikasi

Berikut ini klasifikasi dari bronkopneumonia (Rahajoe & Nastini,2010) :

a. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak

sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi

antibiotik.

b. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih

sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi

antibiotik.

c. Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang

cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit

pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.

d. Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti

di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.

2.1.5 Patofisiologi (Patway)

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme


(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan
reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika
terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam
pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret


semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-
kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem
pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora
normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah GI.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan


mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan
paru. terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya
tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada
dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
penyebaran secara hematogen ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
Patway broncopneumonia

Virus, bakteri, jamur,


dan benda asing

Invasi saluran pernafasan atas

Kuman berlebih Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas Dirawat dirumah sakit
dibronkus saluran cerna bawah

Proses Infeksi saluran Dilatasi pembuluh Dilakkan prosedur


peradangan pencernaan darah pengobatan

Akumulasi seret Peningkatan flora


dibronkus normal diusus Eksudat masuk ke Terpisah dari Keterbatasan
alveoli orang tua gerak

Bersihan
Mucus Peningkatan
jalan napas Gengguan Gangguan difusi Cemas
dibronkus peristaltic
tidak efektif tumbuh gas
kembang

Bau mulut Malabsorpsi Gangguan


tidak sedap pertukaran gas Suplai O₂ menurun

Anoreksi diare

Hipoksia

Intake kurang Resiko ketidak


seimbangan
elektrolit Fatique

Ketidakseimbangan
Intolerasi
nutrisi kurang dari
aktivitas
kebutuhan tubuh

(Sumber : Nurarif dan Kusuma,2015)


2.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut


Wijayaningsih (2013), ialah :

1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas


2) Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk,
yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelectasis absorbsi.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Wijayaningsih,


2013):

a. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk hilang apabila penumpukan secret
akibat berkurangnya daya kembang pau-paru terus terjadi dan penumpukan
secret ini menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.

b. Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga


pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang meradang.

d. Infeksi sitemik.

e. Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.


f. Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.

2.1.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Nurarif &


Kusuma, 2015) :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
3) Analisa gas darah
4) Kultur darah
5) Sampel darah, sputum, dan urin

b. Pemeriksaan radiologi
1) Rontgenogram thoraks
2) Laringoskopi/bronkoskopi

2.1.9 Penataklasanaan Medis

Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu


secara asuhan keperawatan dan medis

1) Asuhan keperawatan
(1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada
anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
(2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
(3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam
(4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
(5) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
(6) Monitor tanda-tanda vital
(7) Kolaborasi pemberian O2
(8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2) Medis
(1) Farmakologi

Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,


dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan
penderita, dan kuman penyebab.

(2) Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau
beberapa lobus yang bebercak-bercak.
b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.

2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari atas
lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan
ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian
pada anak menurut Nursalam (2008) antara lain:

1) Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

2) Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.

3) Riwayat penyakit sekarang :


Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk
bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu
pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah
dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

4) Riwayat penyakit dahulu :


Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,
memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor
pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu
atau polusi dalam jangka panjang.

5) Pemeriksaan fisik :
(1) Inspeksi.
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,
serta nyeri dada pada saat menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2
bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak
berusia 12 bulan – 5 tahun

adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding


dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding
dada ke dalam akan tampak jelas.

(2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.

(3) Perkusi
Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
(4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak
pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi,
kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

6) Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED
meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang
tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian
besar lobus.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan


objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks
tentang data yang dikumpulkaan dari klien, keluarga, rekammedis, dan pemberi
pelayanan kesehatan lain (suara, dkk, 2013). Masalah keperawatan yang muncul
menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :

1). (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas.
2). (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
3). (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
4). (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.

5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, ketidaknyamanan.
6). (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua,
keterbatasan lingkungan
7). (D.0037) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang


merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan
keperawatan (Dermawan,2012).
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervens


Kriteria i
Hasil
1 (D.0001) Bersihan Tujuan : 1.1 Auskultasi suara nafas
jalan nafas tidak Jalan nafas paten sebelum dan sesudah
efektif berhubungan suctioning
dengan spasme jalan Kriteria hasil : 1.2 Keluarkan sekret dengan
nafas . 1. Mampu melakukan batuk batuk efektif atau
efektif dan suara nafas suction
Batasan yang bersih, tidak ada 1.3 Berikan O2 dengan
karakteristik sianosis dan dsypneu menggunakan nasal
: (mampu kanul untuk
mengeluarkan memfasilitasi suction
 Suara
nafas 1.4 Anjurkan pasien
sputum, mampu bernafas untuk istirahat dan napas
tambahan
dengan mudah, tidak ada dalam
 Perubahan pursed lips).
frekuensi 1.5 Posisikan pasien
2. Jalan nafas bersih (klien untuk memaksimalkan
nafas tidak merasa tercekik,
 Perubahan ventilasi
irama nafas, frekuensi 1.6 Auskultasi suara
irama nafas pernafasan dalam rentang
 Sianosis nafas, catat
normal, tidak ada suara adanya
 Mengeluh nafas abnormal). suara tambahan
sesak nafas 3. Mampu mengidentifikasi 1.7 Monitor respirasi
 Batuk tidak efektif dan mencegah faktor yang
dan status O2
 Sputum berlebihan dapat menghambat jalan
1.8 Lakukan fisioterapi
 gelisah nafas. dada bila perlu
2. (D.0003) Tujuan : 2.1 Posisikan pasien
Gangguan Pertukaran gas efektif untuk memaksimalkan
pertukaran gas ventilasi
berhubungan 2.2 Keluarkan sekret dengan
dengan Kriteria hasil : batuk efektif atau
ketidakseimbangan 1. mendemonstrasikan suction
ventilasi-perfusi, peningkatan ventilasi dan 2.3 Atur intake untuk cairan
perubahan oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan
membrane 2. Memelihara kebersihan keseimbangan.
alveolus-kapiler paru-paru dan bebas dari 2.4 Monitor respirasi
tanda-tanda dan status O2
distress pernafasan 2.5 Catat
Batasan 3. mendemonstrasikan pergerakan dada,amati
karakteristik batuk efektif dan suara kesimetrisan,
: nafas yang bersih, tidak penggunaan
ada sianosis dan dyspnea otot tambahan, retraksi
 Irama (mampu mengeluarkan otot supraclavicular
sputum, dan intercostal
pernafasan 2.6 Monitor suara nafas,
tidak teratur seperti dengkur
 pH darah
arteri
abnormal
 pernafasan cuping

hidung mampu bernafas dengan 2.7 Monitor pola nafas :


 gelisah mudah, tidak ada pursed bradipena,
 takikardi lips) takipenia, kussmaul,
 hiperkapnea 4. tanda-tanda vital dalam hiperventilasi, cheyne
 hipoksia rentang normal stokes, biot
 samnollen - N :75-160x/menit 2.8 Auskultasi suara nafas,
 gangguan - RR :21-30x/menit catat areapenurunan /
penglihata - T : 36-37oC tidak adanya ventilasi
n dansuara tambahan
 sianosis 2.9 Observasi sianosis
(pada khususnya membrane
neonates mukosa
saja) 2.10 Auskultasi
bunyi jantung,
jumlah, iramadan denyut
jantung
3. (D.0019) Defisit Tujuan : 3.1 Kaji adanya
nutrisi berhubungan Kebutuhan nutrisi terpenuhi alergi makanan
dengan kurangnya 3.2 Kolaborasi dengan
asupan makanan, Kriteria hasil : ahli gizi untuk
ketidakmampuan 1. Adanya peningkatan berat menentukan jumlah
mencerna makanan, badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
faktor psikologis tujuan dibutuhkan pasien
(mis. Stress, 2. Mampu mengidentifikasi 3.3 Anjurkan pasien
keengganan untuk kebutuhan nutrisi untuk menigkatkan
makan). 3. Tidak ada tanda-tanda mal Fe
nutrisi 3.4 Anjurkan pasien untuk
Batasan 4. Menujukkan peningktan meningkatkan protein
karakteristik fungsi pengecapan dari dan vitamin C
: menelan dan tidak terjadi 3.5 Berikan substansi gula
 Diare penurunan berat badan 3.6 Yakinkan diet yang
 Kram abdomen yang berarti. dimakan
 Berat badan 20% mengandung tinggi
atau lebih serat untuk
dibawah ideal mencegah
 Kehilangan konstipasi
rambut berlebih 3.7 Monitor adanya
 Kurang makan penurunan BB dan
 Bising gula darah
3.8 Berikan makanan
usus yang terpilih (sudah
hiperaktif dikonsultasikan
 Membrane dengan ahli gizi)
mukosa pucat 3.9 Monitor intake nuntrisi
 Ketidakmampu 3.10Informasikan pada
an klien dan
menghabiskan keluargatentang
makanan manfaat nutrisi
 Kekuatan 3.11Anjurkan banyak minum
3.12Monitor turgor kulit
otot
3.13Monitor kekeringan,
menurun
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
3.14Monitor mual dan
muntah
3.15Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3.16 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi dan kaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang
````````dibutuhkan
.
4. (D.0056) Intoleransi Tujuan : 4.1 Bantu pasien
aktifitas Mampu melakukan mengidentifikasi
berhubungan aktivitas tanpa disertai aktivitas yang mamou
dengan peningkatan tanda-tanda dilakukan
ketidakseimbangan vital 4.2 Monitor respon fisik,
antara suplai dengan emosi,social, dan
kebutuhan oksigen, Kriteria hasil : spiritual
kelemahan. 1. Mampu 4.3 Sediakan penguatan
melakukan aktivitas fisik yang positif
Batasan tanpa di sertai 4.4 Bantu pasien/`
karakteristik peningkatan tekanan
: keluarga untuk
darah mengidentifikasi
 Respon tekanan 2. Mampu melakukan kekuragan saat
darah abnormal kativitas sehari- beraktivitas
terhadap hari (ADLs) secara 4.5 Bantu pasie untuk
aktivitas mandiri membuat jadwal
 Respon 3. Tanda-tanda vital normal latihan diwaktu luang
frekuensi 4. Mampu berpindah 4.6 Bantu untuk
jantung dengan atau tanpa mengidentifikasi
abnormal bantuan alat aktivitas yang disukai
terhadap 5. Sirkulasi status baik
aktivitas 6. Status respirasi
 Sesak pertukaran gas dan
setelah ventilasi adekuat
beraktivitas
 Menyataka
n merasa
letih
 Menyatakan
merasa
lemah
 Ketidaknyamana
n setelah
beraktivitas
5. Cemas berhubungan Tujuan : 5.1 Pertahankan sikap
dengan perpisahan Rasa cemas anak yang tenang dan
dengan orang tua, dapat berkurang atau meyakinkan
hilang 5.2 Jelaskan prosedur
lingkungan yang
dan aktivitas lain
asing, sebelum memulai
ketidaknyamanan Kriteria Hasil
5.3 Jawab pertanyaan dan
1. Anak istirahat jelaskan tujuan
Batasan dengan tenang aktivitas
karakteristik 2. Anak 5.4 Anjurkan orang
: mendiskusikan prosedur terdekat bagi anak
 Gelisah dan aktivitas tanpa bukti untuk tetap bersama
 Kontak mata kecemasan anak sebanyak
buruk mungkin
 Kesedihan 5.5 Melakukan terapi bermain
yang
mendalam
 Ketakutan
 Wajah tegang
 Menangis
 Peningkata
n denyut
nadi

 Marah
bila
disentuh
6. (D.0106) Gangguan Tujuan : 6.1 Kaji faktor penyebab
tumbuh kembang Pertumbuhan dan gangguan perkembangan
berhubungan dengan perkembangan anak anak.
terpisah dari orang sesuai dengan usianya 6.2 Identifikasi dan gunakan
tua, keterbatasan sumber pendidikan untuk
Kriteria Hasil : memfasilitasi
lingkungan
1. Pertumbuhan perkembangan anak
Batasan
karakteristik dan perkembangan anak yang optimal.
: sesuai dengan usianya 6.3 Berikan perawatan
2. Keluarga dan anak yang konsisten.
 Gangguan mampu menggunakan
pertumbuhan 6.4 Tingkatkan
fisik komunikasi verbal dan
koping terhadap stimulasi taktil.
 Penurunan tantangan karena adanya 6.5 Berikan instruksi
ketidakmampuan. berulang dan sederhana.
waktu respon 3. Keluarga 6.6 Dorong anak melakukan
 Terlambat
perawatan sendiri.
dalam mampu mendapatkan 6.7 Manajemen perilaku
melakukan sumber- sumber sarana anak yang sulit.
keterampilan komunitas. 6.8 Dorong anak melakukan
umum 4. Kematangan fisik : sosialisasi
perubahan fisik normal dengan kelompok.
kelompok usia pada wanita yang terjadi
 Afek datar 6.9 Ciptakan lingkungan
dengan dengan transisi yang aman.
 Ketidakmampuan dari masa kanak-kanak
melakukan ke dewasa.
aktivitas 5. Kematangan fisik :
perawatan diri perubahan fisik normal
yang pada pria yang terjadi
sesuai dengan transisi dari masa
dengan usia kanak-kanak ke dewasa.
 Lesu/tidak 6. Status nutrisi seimbang.
bersemang
at
7. (D.0037) Resiko Tujuan : 7.1 Pertahankan
ketidakseimbangan Kebutuhan elektrolit
elektrolit terpenuhi catatan intake dan
berhubungan dengan output yang adekuat
ketidakseimbangan Kriteria hasil : 7.2 Monitor status hidrasi
cairan (mis. 1. Input dan output cairan (kelembaban
Dehidrasi, seimbang membrane mukosa,
intoksikasi air), 2. Tidak ada tanda-tanda nadi adekuat, tekanan
diare. dehidrasi darah ortostatik)
3. Elastisitas turgor kulit 7.3 Monit vital sign
Batasan baik, membrane mukosa 7.4 Monitor
karakteristik lembab, tidak ada rasa
: haus yang berlebihan masukan makanan/
4. Tanda-tanda vital dalam cairan dan hitung intake
 Kekurangan
batas normal kalori harian
volume
N :75- 7.5 Kolaborasikan
cairan
160x/menit RR : pemberian cairan IV
 Bab > 3x sehari
21-30x/menit T : 7.6 Monitor status nutrisi
 Kelebihan 36-37oC 7.7 Dorong masukan oral
volume cairan 7.8 Monitor status cairan
 Gangguan
mekanism
e

regulasi termasuk intake


 Muntah dan output
cairan
7.9 Monitor tingkat hb dan
ht
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008). Ada 3 tahap
implementasi :

1. Fase orentasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya
bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.

2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu
perawat diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang
klien dan masalah kesehatanya.

3. Fase terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan
pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi
nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka
dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila
ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien. Jenis-jenis
evaluasi menurut (suara, dkk, 2013) :

1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon klien segera setelah tindakan. Biasanya digunakan dalam catatan
keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif
Menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisa status kesehatan klien
dalam satu periode. Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi
dengan menilai apakah hasil yang telah diterapkan tercapai.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707

E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Tri Berger


Nim : 2019.C.11a.1031
Tempat Praktek : Ruang Flamboyan
Tanggal Pengkajian & Jam : 02 Oktober 2021

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : By. Lili
TTL : 02-06-2021
Jenis Kelamin : .Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Alamat : Jl. RTA Milono komp bangas permai
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. Lili
TTL : ........................................................
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Suku/Bangsa : ........................................................

Pendidikan : ........................................................

Alamat : Jl. RTA Milono komp bangas permai


Hubungan Keluarga : Ibu Kandung

2.1.1.3 Keluhan Utama


Keluarga pasien mengatakan “Batuk, nafas berbunyi grok grok”
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien dengan masalah Bronkopneumonia Ringan

2) Riwayat Kesehatan lalu


.............................................................................................................................
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
........................................................................................................................................

4) Susunan Genogram

KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah

Gambar. 2.1 Genogram keluarga


2.1.2 Pemeriksaan Fisik
2.1.2.1 Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis
Tanda-tanda Vital
Nadi : 148 x/menit
Suhu : 36,30C
Respirasi: 34 x/menit
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Kepala normal, mata, Sklera normal, Konjungtiva normal, palpebra normal.
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
........................................................................................................................................
2.1.2.4 Mulut dan Faring
Gigi dan mulut normal, Bibir normal, Mukosa tidak, Carles tidak.
2.1.2.5 Dada
Bentuk dada normal, batuk ya, sesak ya, pergerakan dada simetris
2.1.2.6 Abdomen
Abdomen tidak, Bisingusus tidak teraba, hepar normal

2.1.2.7 Eliminasi
........................................................................................................................................

2.1.2.8.Ekstremitas
Ekstremitas norma, atas tidak, bawah tidak

2.1.2.7 Genetalia
........................................................................................................................................
2.1.2.8 Persyarafan
Kejang tidak, kejang spell
2.1.2.9 Integumen
Suhu kulit hangat, turgor kulit baik, ruam popok tidak, luka dekubitus tidak
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari ............ x sehari ............. x sehari

Porsi ...... piring makan ....... piring makan

Nafsu makan kurang ...................

Jenis Makanan ................................. ..............................

Jenis Minuman ............................ ............................

Jumlah minuman ............ cc/24 jam ............. cc/24 jam

Kebiasaan makan ............................ ..................................

Keluhan/masalah ........................... ..................................

2.1.3.2 Kemandirian dalam bergaul


........................................................................................................................................
2.1.3.3 Motorik halus
........................................................................................................................................
2.1.3.4 Motorik Kasar
........................................................................................................................................
2.1.3.5 Kognitif dan bahasa
........................................................................................................................................
2.1.3.6 Psikososial
........................................................................................................................................
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi
a. .........................................................
b. Nafsu Makan/selera
b. .........................................................
c. Jenis Makanan
c. .........................................................
Eliminasi
a. BAB
a. ............ x/hari
b. BAK
b. .................. sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. .............. jam
b. Malam/jam b. .............. jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. ....... x/hari
b. Oral Hygene
b. ....... x/hari

2.1.5 Data Penunjang

THERAPY DOSIS JAM PEMBERIAN

Cefotaxime 3X 150g j. 15
j. 23

j. 07

Gentamycin 2X 12,5 j. 19

j. 07

M.p 3X3, 125 j. 19

j. 07

Mahasiswa,

Tri Berger

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Ibu pasien mengatakan batuk nafas Invasi saluran pernafasan atas Bersihan jalan
berbunyi grok grok napas tidak efektif
Kuman berlebihan dibronkus
DO : Pasien tampak terlihat sering batuk
N : 128 x/menit Proses peradangan
S : 36,4 °C
SPO₂ : 98% Akumulasi seret dibronkus

DS : Ibu pasien mengatakan anak terlihat Infeksi saluran nafas bawah Gangguan

lelah karena batuk pertukaran gas


Dilatasi pembuluh darah

DO : Pasien tampak terlihat kelelahan


Eksudat masuk ke alveoli

Gangguan defusi gas

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)


2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: By.Ny.Lili

Ruang Rawat: Flamboyan

Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan .1 Monitor status oksigen
1. Gangguan Bersihan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
jalan napas tidak pertemuan diharapkan jalan nafas 1.2 Monitor status respirasi
efektif (D.0001) pasien paten dengan (frekuensi,irama nafas)
KRITERIA HASIL: 1.3 Auskultasi suara nafas
(1) Suara nafas bersih tidak catat jika ada suara nafas

ada dypsnoe, dan tanda- tambahan


1.4 Atur poisi pasien untuk
tanda sianosis
memaksimalkan ventilasi
(2) Jalan nafas bersih, pasien 1.5 Lakukan fisioterapi dada
tidak merasa tercekik jika perlu
(3) Irama nafas teratur, 1.6 Ajarkan teknik batuk
frekuensi nafas dalam efektif untuk

rentang normal (20- mengeluarkan secret


1.7 Kolaborasi pemberian
30x/i)
O2
1.8 kolaborasi pemberian
terapi nebulizer
1.9 kolaborasi pemberian
Antibiotik

2. Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
pertukaran gas 2.1 Observasi Tanda tanda
keperawatan 3 x 24 jam
(D.0003) vital anak (nadi, repirasi,
diharapkan masalah gangguan
suhu)
pertukaran gas teratasi dengan
2.2 Kaji frekuensi,
kriteria hasil :
Kedalaman dan
1. suara nafas bersih, tidak ada
kemudahan
dyspneu
pernafasan
2. mampu bernafas dengan
2.3 Observasi warna kulit,
mudah
membran mukosa dan
3. tanda-tanda vital dalam batas
kuku anak apakah
norma
terdapat sianosis
2.4 Mempertahankan
istirahat dan tidur pada
anak
2.5 Kolaborasi pemberian
oksigen
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

Anda mungkin juga menyukai