OLEH :
Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Tri Berger
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBAR PENGASAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................3
1.3 Manfaat ............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Konsep Dasar Broncopneumonia.....................................................
2.1.1 Definsi .......................................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ......................................................................
2.1.3 Etiologi .....................................................................................
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................
2.1.5 Patofisiologi(Patway)................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)........................................
2.1.7 Komplikasi ................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan penunjang.............................................................
2.1.9 Penaktalaksanaan.......................................................................
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan.....................................................
2.2.1 Pengkajian keperawatan............................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
2.2.3 Intervensi keperawatan..............................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS...........................................
3.1 Pengkajian........................................................................................
3.2 Diagnosa...........................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................
3.4 Implementasi dan Evaluasi...............................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden penemuan kasus pneumonia pada balita usia 1-4 tahun menurut
terendah pada Provinsi Papua (51 kasus), kemudian jumlah kematian balita karna
kelompok usia 1-4 tahun. Sedangkan period prevalence pneumonia pada balita di
Indonesia adalah 18,5% balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 %. Lima
kelompok usia 12-23 bulan (21,7%). Sedangkan pada insiden pneumonia per 1000
balita banyak dialami oleh anak berusia 12-35 bulan. Berdasarkan data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2013 pada pasien anak balita yang di rawat
inap di rumah sakit tertinggi di Provinsi Jawa Tengah (1.942 jiwa), terendah di
Provinsi Bangka Belitung (7 jiwa). Sedangkan pada pasien rawat jalan terbesar di
Jawa Barat sebesar (1.132 jiwa), terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5 jiwa)
( Infodatin, 2013).
Temuan kasus pneumonia pada tahun 2016 pada balita di Kota Samarinda
sebanyak 1.383 kasus, menurun ditahun 2015 sekitar 23,7%, kasus tertinggi
deman dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau
dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas, intoleransi aktifitas berhubungan
Salah satu upaya tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Citra.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus anak dengan
bronkopneumonia.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
bronkus, bronkiolus dan alveolus. Respirasi adalah pertukaran antara oksigen dan
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu,
terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-
rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan
2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk
dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga
c. Laring
dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah
masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring mengandung pita suara
(vocal cord).
Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu Os. Hyoid,
d. Trakea
bisa menuju ke alveolus. Alveolus adalah kantung udara yang menjadi tempat
pengolahan udara. Di organ ini, udara kotor atau karbondioksida sisa proses
f. Paru-paru (Pulmo)
1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
a. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
1) Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.
2) Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk
ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbondioksida keluar.
b. Pernapasan Perut
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
sebagai berikut:
1) Fase Inspirasi
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar
masuk.
2) Fase Ekspirasi
2.1.3 Etiologi
a. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
d. Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti
Kuman berlebih Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas Dirawat dirumah sakit
dibronkus saluran cerna bawah
Bersihan
Mucus Peningkatan
jalan napas Gengguan Gangguan difusi Cemas
dibronkus peristaltic
tidak efektif tumbuh gas
kembang
Anoreksi diare
Hipoksia
Ketidakseimbangan
Intolerasi
nutrisi kurang dari
aktivitas
kebutuhan tubuh
2.1.7 Komplikasi
a. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk hilang apabila penumpukan secret
akibat berkurangnya daya kembang pau-paru terus terjadi dan penumpukan
secret ini menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.
c. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik.
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
3) Analisa gas darah
4) Kultur darah
5) Sampel darah, sputum, dan urin
b. Pemeriksaan radiologi
1) Rontgenogram thoraks
2) Laringoskopi/bronkoskopi
1) Asuhan keperawatan
(1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada
anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
(2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
(3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam
(4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
(5) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
(6) Monitor tanda-tanda vital
(7) Kolaborasi pemberian O2
(8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2) Medis
(1) Farmakologi
1) Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.
2) Keluhan utama :
5) Pemeriksaan fisik :
(1) Inspeksi.
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,
serta nyeri dada pada saat menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2
bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak
berusia 12 bulan – 5 tahun
(2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
(3) Perkusi
Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
(4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak
pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi,
kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
6) Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED
meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang
tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian
besar lobus.
1). (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas.
2). (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
3). (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
4). (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.
5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, ketidaknyamanan.
6). (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua,
keterbatasan lingkungan
7). (D.0037) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.
Marah
bila
disentuh
6. (D.0106) Gangguan Tujuan : 6.1 Kaji faktor penyebab
tumbuh kembang Pertumbuhan dan gangguan perkembangan
berhubungan dengan perkembangan anak anak.
terpisah dari orang sesuai dengan usianya 6.2 Identifikasi dan gunakan
tua, keterbatasan sumber pendidikan untuk
Kriteria Hasil : memfasilitasi
lingkungan
1. Pertumbuhan perkembangan anak
Batasan
karakteristik dan perkembangan anak yang optimal.
: sesuai dengan usianya 6.3 Berikan perawatan
2. Keluarga dan anak yang konsisten.
Gangguan mampu menggunakan
pertumbuhan 6.4 Tingkatkan
fisik komunikasi verbal dan
koping terhadap stimulasi taktil.
Penurunan tantangan karena adanya 6.5 Berikan instruksi
ketidakmampuan. berulang dan sederhana.
waktu respon 3. Keluarga 6.6 Dorong anak melakukan
Terlambat
perawatan sendiri.
dalam mampu mendapatkan 6.7 Manajemen perilaku
melakukan sumber- sumber sarana anak yang sulit.
keterampilan komunitas. 6.8 Dorong anak melakukan
umum 4. Kematangan fisik : sosialisasi
perubahan fisik normal dengan kelompok.
kelompok usia pada wanita yang terjadi
Afek datar 6.9 Ciptakan lingkungan
dengan dengan transisi yang aman.
Ketidakmampuan dari masa kanak-kanak
melakukan ke dewasa.
aktivitas 5. Kematangan fisik :
perawatan diri perubahan fisik normal
yang pada pria yang terjadi
sesuai dengan transisi dari masa
dengan usia kanak-kanak ke dewasa.
Lesu/tidak 6. Status nutrisi seimbang.
bersemang
at
7. (D.0037) Resiko Tujuan : 7.1 Pertahankan
ketidakseimbangan Kebutuhan elektrolit
elektrolit terpenuhi catatan intake dan
berhubungan dengan output yang adekuat
ketidakseimbangan Kriteria hasil : 7.2 Monitor status hidrasi
cairan (mis. 1. Input dan output cairan (kelembaban
Dehidrasi, seimbang membrane mukosa,
intoksikasi air), 2. Tidak ada tanda-tanda nadi adekuat, tekanan
diare. dehidrasi darah ortostatik)
3. Elastisitas turgor kulit 7.3 Monit vital sign
Batasan baik, membrane mukosa 7.4 Monitor
karakteristik lembab, tidak ada rasa
: haus yang berlebihan masukan makanan/
4. Tanda-tanda vital dalam cairan dan hitung intake
Kekurangan
batas normal kalori harian
volume
N :75- 7.5 Kolaborasikan
cairan
160x/menit RR : pemberian cairan IV
Bab > 3x sehari
21-30x/menit T : 7.6 Monitor status nutrisi
Kelebihan 36-37oC 7.7 Dorong masukan oral
volume cairan 7.8 Monitor status cairan
Gangguan
mekanism
e
1. Fase orentasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya
bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.
2. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu
perawat diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang
klien dan masalah kesehatanya.
3. Fase terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat meninggalkan
pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika dievaluasi
nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka
dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila
ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan.
2.2.5 Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon klien segera setelah tindakan. Biasanya digunakan dalam catatan
keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif
Menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisa status kesehatan klien
dalam satu periode. Evaluasi sumatif menjelaskan perkembangan kondisi
dengan menilai apakah hasil yang telah diterapkan tercapai.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : By. Lili
TTL : 02-06-2021
Jenis Kelamin : .Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Alamat : Jl. RTA Milono komp bangas permai
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. Lili
TTL : ........................................................
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : ........................................................
Pendidikan : ........................................................
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
2.1.2.7 Eliminasi
........................................................................................................................................
2.1.2.8.Ekstremitas
Ekstremitas norma, atas tidak, bawah tidak
2.1.2.7 Genetalia
........................................................................................................................................
2.1.2.8 Persyarafan
Kejang tidak, kejang spell
2.1.2.9 Integumen
Suhu kulit hangat, turgor kulit baik, ruam popok tidak, luka dekubitus tidak
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Nutrisi
a. Frekuensi
a. .........................................................
b. Nafsu Makan/selera
b. .........................................................
c. Jenis Makanan
c. .........................................................
Eliminasi
a. BAB
a. ............ x/hari
b. BAK
b. .................. sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. .............. jam
b. Malam/jam b. .............. jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. ....... x/hari
b. Oral Hygene
b. ....... x/hari
Cefotaxime 3X 150g j. 15
j. 23
j. 07
Gentamycin 2X 12,5 j. 19
j. 07
j. 07
Mahasiswa,
Tri Berger
ANALISA DATA
DS : Ibu pasien mengatakan anak terlihat Infeksi saluran nafas bawah Gangguan
PRIORITAS MASALAH
2. Gangguan
Setelah dilakukan tindakan
pertukaran gas 2.1 Observasi Tanda tanda
keperawatan 3 x 24 jam
(D.0003) vital anak (nadi, repirasi,
diharapkan masalah gangguan
suhu)
pertukaran gas teratasi dengan
2.2 Kaji frekuensi,
kriteria hasil :
Kedalaman dan
1. suara nafas bersih, tidak ada
kemudahan
dyspneu
pernafasan
2. mampu bernafas dengan
2.3 Observasi warna kulit,
mudah
membran mukosa dan
3. tanda-tanda vital dalam batas
kuku anak apakah
norma
terdapat sianosis
2.4 Mempertahankan
istirahat dan tidur pada
anak
2.5 Kolaborasi pemberian
oksigen
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN