Anda di halaman 1dari 66

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pengertian media

Menurut Arsyad (2000) kata media berasal dari bahasa latin

yaitu “Medius” yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau

“pengantar”. Dalam Bahasa Arab media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Pengertian

media dalam proses belajar mengajar sebagai alat grafis, fotografis dan

elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali

informasi visual dan verbal. Briggs (1990) berpendapat media

pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. National

Education Associaton (dalam Black, 1998) mengungkapkan media

pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.


commit to user

Berdasarkan ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,

dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta

didik.
Bromley (2010) mengungkapkan bahwa media pembelajaran

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi

terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran

hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang

digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–20


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,

sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya

dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media

pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya

komputer dan internet.

Media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya

pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan bantuan media dapat

mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu

yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar peserta didik dengan

bantuan media akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

Dengan adanya media :

1) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih


commit to user

dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan dapat menguasai

tujuan pengajaran lebih baik.

2) Metode mengajar lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh dosen, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.


3) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya

mendengarkan uraian dari dosen, tetapi aktivitas lain seperti

mengamati dan mendemonstrasikan.

4) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penggunaan media pendidikan dapat mempertinggi proses dan

hasil pengajaran karena berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Tarap

berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir

konkrit menuju berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana

meneuju berpikir kompleks. Penggunaan media pendidikan erat

kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut, sebab melalui media

pendidikan hal-hal abstrak dapat dikonkritkan, hal-hal kompleks dapat

disederhanakan.

Peranan Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac

dan Ely dalam Black (1998) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan

yang dimiliki media pengajaran yaitu : (1) Media memiliki kemampuan

untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek

atau kejadian, (2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan


commit to user

kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan

dengan keperluan, dan (3) Media mempunyai kemampuan utuk

menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna.

Begitu juga, Ibrahim (1982) mengemukakan fungsi atau

peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain :


1) Dapat menghindari terjadinya verbalisme.

2) Membangkitkan minat atau motivasi.

3) Menarik perhatian.

4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran.

5) Mengaktifkan siswa dalam belajar.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa

media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi

yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik

bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk

digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat

memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.

Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka

media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria

lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya,

ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Beberapa prinsip perlu diperhatikan agar media dapat

dipergunakan secara maksimal, efektif dan efisien. Rahardjo (1988)


commit to user

menyebutkan beberapa prinsip dalam pemilihan media yang tepat, yaitu

1) Adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media,

untuk siapa, dipakai dimana, keperluan apa dan lain sebagaina.


2) Familiaritas media, pengguna media harus mengenal sifat dan ciri-

ciri media yang akan dipilih.

3) Media pembanding, hal ini diperlukan untuk memberikan alternatif

pertimbangan dalam rangka mengambil kepurusan yang tepat

tentang media ang akan dipergunakan,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Adanya norma atau patokan yang akan dipakai dan dikenakan pada

proses pemilihan.

Erickson dan Curl dalam Rahardjo (1998) mengembangkan

kriteria pemilihan dalam bentuk beberapa pertanyan, yaitu sebagai

berikut :

1) Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa ?

2) Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar ?

3) Apakah ada kaitan yang mengena dan langsung dengan tujuan

khusus yang hendak dicapai ?

4) Bagaimana format penyajiannya diatur? Apakah memenuhi

sekuens atau tata urutan belajar yang logis ?

5) Apakah materi yang disajikannya mutakhir dan otentik ?

6) Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya ?


commit to user

7) Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar ?

8) Bila tidak, apakah ada keseimbangan kontroversial ?

9) Apakah pandangannya objektif dan tidak mengandung unsur

propaganda dan sebagainya?


10) Apakah memenuhi standar kualitas teknis ? (Gambar, Narasi, Efek,

Warna, dan sebagainya)

11) Apakah struktur materinya direncanakan dengan baik oleh

produsennya ?

12) Apakah sudah dimantapkan melalui proses uji coba atau validasi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Oleh siapa, kondisinya, karakteristik sasarannya, dan sejauh mana

hal tersebut berhasil ?

Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung

pada derajat kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan.

Disamping itu efektifitas penggunaan media pembelajaran tergantung

juga pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut. Dalam hal

ini Dick & Carey (dalam Lamudji, 2005) menyatakan bahwa salah satu

keputusan yang paling penting dalam merancang pembelajaran ialah

dengan menggunakan media yang sesuai dalam rangka penyampaian

pesan pembelajaran.

Menurut Miarso (1984) media yang dirancang dengan baik

dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog

internal dalam diri siswa yang belajar. Dengan perkataan lain terjadi
commit to user

komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung

antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media berhasil

membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas

dalam diri siswa.


Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat

dicapai jika proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif

dan fungsional bagi pencapaian kompetensi yang dimaksud. Oleh sebab

itu usaha meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari usaha

memperbaiki proses pembelajaran.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas

komponen- komponen yang bersifat sistemik. Artinya komponen-

komponen dalam proses pembelajaran itu saling berkaitan secara

fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses

dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut

menurut Mudhoffir (1999) dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat,

teknik, dan lingkungan. Winkel (1999) juga menyatakan bahwa

komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal,

prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian.

Tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran adalah

sebagai : (1) organisator, (2) fasilitator, (3) dinamisator, dan (4)

evaluator.

Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses


commit to user

pembelajaran meliputi seluruh penanganan komponen pembelajaran

yang meliputi proses pembuatan rencana pembelajaran, penyampaian

materi pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan, dan penilaian,

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan membuahkan

hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru
dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan

kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran,

sehingga seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Jenis media pembelajaran.

Dalam pembelajaran pada hakekatnya terdapat dua proses

yang saling keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu

proses belajar dan proses mengajar. Proses belajar dapat terjadi kapan

saja dan dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses

belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Apabila mengajar kita pandang sebagai kegiatan atau proses yang

terarah dan terencana yang mengusahakan agar terjadi proses belajar

pada diri seseorang maka pendapat bahwa seseorang belajar karena ada

yang mengajar tidaklah benar.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi

hingga liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
commit to user

belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotorik) maupun menyangkut nilai dan sikap

(afektif).
Kalau dilihat dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas

mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua, karena

tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-

sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan berkembangnya


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masyarakat serta budaya pada umumnya, maka berkembang pulalah

tugas dan peranan guru seiring dengan berkembangnya jumlah anak

yang memerlukan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran

seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang

membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh

guru. Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :

1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa.

3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus.

4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya.


commit to user

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik

yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected

motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu

alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan
komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat

meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Mudhoffir (1999) mengemukakan tentang hubungan antara

media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di

bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Hubungan antara Media dengan Tujuan Pembelajaran

Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiruan Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Sadiman (2005)commit
juga menyebutkan jenis media pembelajaran
to user

adalah :

1) Media pembelajaran Audio

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya

hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain,


media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi

unsur bunyi atau suara semata (Setyosari dan Sihkabuden, 2005)

Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran

suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitude yang

berubah secara kontinyu terhadap waktu. Suara dalam Kamus


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Besar Bahasa Indonesia (1995: 966) di antaranya berarti bunyi

yang dikeluarkan dari mulut manusia, bunyi binatang, ucapan

(perkataan), dan bunyi bahasa (bunyi ujar). Berdasarkan itu, dilihat

dari sifat pesan yang diterima, media audio bisa menyampaikan

pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan

atau kata-kata, sedang pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian

dan vokalisasi seperti gerutuan, gumam, musik.

Pertumbuhan media jenis ini tidak bisa dilepaskan dari

sejarah panjang perkembangan teknologi di bidang komunikasi

suara. Samsul F.B.Morse, pada tahun 1844, mengirim berita lewat

kawat dari Baltimore ke Washington, maka lahirlah Telegrafi.

Kemudian Alexander Graham Bell berpikir, kalau bunyi bisa

disalurkan melalui kawat, mengapa suara tidak? Maka pada tahun


commit to user

1875, Bell melalukan percakapan lewat telepon. Kemudian dalam

rentang waktu yang tidak begitu lama (9 tahun) suara manusia

dapat disiarkan ke seluruh dunia melalui radio. Kemudian lahir alat

perekam suara dari tangan Thomas Edison dengan ditemukannya

alat Phonograf. Melalui alat ini orang merekam suara melalui


piringan hitam. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka

orang dapat merekam suara dengan alat perekam yang disebut

Casette tape Recorder (Setyosari dan Sihkabuden, 2005). Kini

media ini semakin berkembang dengan ditemukannya berbagai

perangkat baru yang bersifat digital seperti compact disc (CD),


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hard disc, flash disc.

Pendengaran adalah alat untuk mendengarkan. Sebelum

Johanes Gutenberg menemukan mesin cetak, kebanyakan informasi

disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan. Banyak orang

menghabiskan waktu untuk mendengarkan daripada untuk

melakukan metode komunukasi lainnya. Mendengar sesungguhnya

suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur penting, yaitu: 1).

Mendengar, 2). memperhatikan, 3). Memahami, 4). Mengingat.

Jadi mendengarkan adalah proses selektif untuk mendengar,

memperhatikan, memahami dan mengingat simbol-simbol Munadi

(2008).

Jenis-jenis media Audio :

Untuk dapat menggunakan perangkat audio sebagai media


commit to user

pembelajaran, maka ada baiknya kita mengenal peralatan audio

tersebut, terutama peralatan yang mampu merekam suara. di

antaranya adalah:
a) Phonograph (Gramaphone)

Alat rekam ini menggunakan cakram datar yang disebut

gramafon (gramaphone), yang kemudian dikenal dengan nama

piringan hitam (record), yang telah berkali-kali mengalami

perkembangan pembuatannya. Piringan hitam ini, mampu


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan kata-kata,

suara badai, kicau burung, music simponi dan lain-lain.hanya

saja piringannya mudah tergores dan aus serta diameternya yang

besar. Alat ini cocok digunakan untuk music, drama, puisi,

dongeng, tutur cerita.

b) Open Reel Tapes

Kelebihan program audio yang menggunakan pita Open

Reel Tape Recorder ialah kualitas suaranya lebih bagus

dibandingkan dengan pita kaset. Open Reel Tape Recorder ini,

ada yang menggunakan sistem full track (mono) dan yang

menggunaka sistem stereo. Namun pada umumnya program-

program audio diperbanyak dalam bentuk mono.

c) Cassette Tape Recorder


commit to user

Perekam kaset audio ini adalah yang paling popular dalam

masyarakat. Untuk berbagai keperluan maka dibuat pita kaset

dalam beberapa kualitas, yaitu dari yang rendah, normal dan

metal. Umumnya program audio (untuk pendidikan), dibuat di

atas pita kaset normal.


Kelebihan dari cassette tape recorder yakni: 1) memiliki

fungsi ganda yang efektif, 2) cepat dan praktis, 3) dapat diputar

berulang tanpa mempengaruhi suara, 4) digunakan sewaktu-

waktu 5) mudah diperbanyak/ direproduksi, 6) mudah

menggunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterbatasannya sebagai berikut: 1) rekaman hanya

memberikan konsumsi suara saja, 2) komunikasi hanya satu

arah saja, 3) pita kaset suara memiliki kekuatan terbatas, 4) tidak

memiliki jangkauan yang luas.

d) Compact Disc (CD)

Inovasi secara revolusioner di dunia audio rekam terjadi

pada tahun 1979, yakni lahirnya compact disc (CD) sebagai

hasil percampuran computer dan tenaga laser. Compact Disc

atau cakram padat adalah sebuah piringan optical yang

digunakan untuk menyimpan data secara digital. Teknologi

cakram padat kemudian diadopsi untuk digunakan sebagai alat

penyimpan data yang dikenal sebagai CD-ROM.

Beberapa kelebihan CD, yaitu: 1) Dibanding dengan


commit to user

piringan hitam, CD lebih kecil diameternya; 2) CD dapat tahan

dalam penggunaan berulang; 3) Teknologi CD juga

memungkinkan menghilangkan suara gangguan permukaan

yang sering terjadi; dan 4) Mutu suara dapat diperbaiki karena

musik direkam secara digital.


e) Radio

Radio adalah satu alat komunikasi elekro magnetic untuk

mengirim dan menerima pesan suara dengan menggunakan

sistem gelombang suara melalui udara.

Pemancar radio mengubah, atau melakukan modulasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gelombang radio agar dapat menyampaikan informasi. Dalam

dunia pendidikan, hingga kini radio masih digunakan sebagai

media pembelajaran, khususnya untuk program pembelajaran

jarak jauh. Penggunaan radio sebagai media pendidikan tidak

perlu diragukan lagi peranannya, hal ini disebabkan karena radio

memiliki daya jangkauan yang luas.

Kelebihan dari penggunaan radio adalah: 1) berita langsung

dan up to date, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan

memperkaya pengalaman, 3) realistik dan otentik, 4)

mempengaruhi emosi dan mengembangkan imajinasi, 5) murah

dan dapat dibawa kemana-mana. Keterbatasan penggunaannya

adalah: 1) merupakan komunikasi satu arah, 2) menuntut

pemusatan perhatian, 3) terikat oleh jadwal pemancar dan


commit to user

jadwal siaran, 4) tidak dapat diulang dengar, 4) hanya dapat

didegar saja (Setyosari dan Sihkabuden 2005).

Secara umum, media audio memiliki kelebihan dan

keterbatasan. Kelebihannya: fleksibel, relatif murah, ringkas, mudah


dibawa (portable). Keterbatasannya : memerlukan peralatan khusus dan

memerlukan kemampuan/ketrampilan khusus untuk pemanfaatannya.

2) Media pembelajaran visual

Media pembelajaran visual adalah media berbentuk gambar,

model, benda/alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

nyata.

Kelebihan :

a) Lebih menarik karena ada gambar/model, sehingga memberikan

pengalaman nyata untuk siswa.

b) Lebih mudah mengingat dengan visual peta konsep, maid mapping

dan singkatan.

c) Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui

elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan siswa.

d) Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan

hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Kekurangan :

1) Akan terjadi kesulitan jika siswa mengalami masalah pada indra

penglihatannya.
commit to user

2) Siswa tidak akan memahami gambar/model jika gambar tidak jelas

atau tidak sama dengan bentuk nyatanya.

3) Tidak dapat melayani siswa dengan gaya belajar auditif dan

kinestetik.
4) Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat gambar/model dan

ketrampilan khusus menyajikan gambar/model sesuai wujud aslinya.

3) Media Pembelajaran Audiovisual

Perkembangan media pembelajaran mengikuti arus

perkembangan teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas dasar

fisik mekanik. Kemudian lahir teknologi audiovisual yang

menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan

pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-

processor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan

interaktif.

Media audiovisual adalah media yang penyampaian pesannya

dapat diterima indera pendengaran dan penglihatan, akan tetapi gambar

yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur

gerak (Sadiman, 2003).

Teknologi audio-visual merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan audio dan visual


commit to user

Ciri-ciri teknologi media audiovisual adalah :

1) Bersifat linear

2) Menyajikan visualisasi yang dinamis

3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang atau pembuatannya.


4) Merupakan representasi fisik dari gagasan rill atau abstrak.

Contoh-contoh Media Pembelajaran Audiovisual

1) Film suara

Film sebagai media audiovisual adalah film yang bersuara.

Slide atau film strip yang ditambah suara bukan alat audio-visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang lengkap, karena suara dan rupa terpisah, oleh sebab itu slide

atau film strip termasuk media audio-visual saja atau media visual

diam plus suara.

Film yang dimaksud disini adalah film sebagai alat audio-

visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Banyak hal-

hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang : proses

yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu

industri, kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di

Negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan

sesuatu keterampilan, sejarah kehidupan orang besar dan

sebagainya. Film merupakan media yang amat besar

kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Ada 3

macam ukuran film yaitu 8 mm, 16 mm dan 35 mm.


commit to user

Jenis pertama biasanya untuk keluarga, tipe 16 mm tepat

untuk dipakai di sekolah sedang yang terakhir biasanya untuk

komersial. Bentuk yang lama biasanya bisu. Suara disiapkan

tersendiri dalam rekaman yang bisanya terpisah. Sebuah film terdiri

dari ribuan gambar.


Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam hubungannya dengan apa yang dipelajari.

Oemar Hamalik (1985:104) mengemukakan prinsip pokok yang

berpegang kepada 4-R yaitu : “ The right film in the right place at

the right time used in the right way”.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Video / VCD

Video sebagai media Audio-Visual yang menampilkan

gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita.

Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat

informatif, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas

film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video

akan menggantikan kedudukan film.

Media video merupakan salah satu jenis media audiovisual,

selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan

pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD. Kelebihan video

a) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat

b) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton


commit to user

memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis

c) Menghemat waktu

d) Bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak


3) Film Televisi

Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan

pesan-pesan pembelajaran secara Audio-Visual dengan disertai

unsur gerak. Dilihat dari sudut jumlah penerima pesannya, televisi

tergolong ke dalam media massa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selain sebagai media massa, kita mengenal adanya program

Televisi Siaran Terbatas (TVST) atau Closed Circuit Television.

Pada TVST sebagai suatu sistem distribusi TV, alat pengirim dan

alat penerima secara fisik dihubungkan dengan kabel.

Hubungan itu bisa antara sebuah kamera dan alat penerima

di dalam ruang yang sama, bisa pula beberapa kelas dihubungkan

dengan satu sumber ruang yang sama, sehingga penonton serentak

dapat mengikuti program yang disiarkan.

Menurut Oemar Hamalik dalam Siahaan (2003)

mengemukakan : “Television is an electronic motion picture with

conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the

eye and ear simultaneously from a remote broadcast”. Definisi

tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah


commit to user

perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar

hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya

sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini

berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat

dilihat dan didengar secara bersamaan.


Kelebihan Media Pembelajaran Audiovisual :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Beberapa kelebihan atau kegunaan media Audiovisual

pembelajaran sama dengan pengajaran Audio dan visual yaitu:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka).

b) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

1) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas,

gambar, film bingkai, film atau model

2) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film atau gambar

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu

dengan tame lapse atau high speed photography

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa

ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai,


commit to user

foto maupun secara verbal

5) Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram.


6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,

iklim) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai,

gambar.

Kekurangan Media pembelajaran audiovisual :


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengajaran audiovisual juga mempunyai beberapa

kelemahan yang sama dengan pengajaran visual, yaitu :

1) Terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada

proses pengembangannya dan tetap memandang materi

audiovisual sebagai alat bantu guru dalam proses

pembelajaran.

2) Media audiovisual cenderung menggunakan model

komunikasi satu arah.

3) Media audiovisual tidak dapat digunakan dimana saja dan

kapan saja, karena media audiovisual cenderung tetap di

tempat.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria

pemilihan media pengajaran antara lain “tujuan pengajaran yang diingin


commit to user

dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan

perangkat lunak, mutu teknis, dan biaya” (Basyiruddin, 2002).

Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sesuai dengan

pendapat lain yang mengemukakan bahwa pertimbangan pemilihan

media pengajaran sebagai berikut:


1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan

dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan

kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip seperti sebab akibat,

melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau

hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan tugas-tugas yang

melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang yang sifatnya fakta,

konsep, prinsip yang generalisasi agar dapat membantu proses

pengajaran secara efektif, media harus selaras dan menunjang

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan serta sesuai dengan

kebutuhan tugas pengajaran dan kemampuan mental siswa.

3) Aspek materi yang menjadi pertimbangan dianggap penting dalam

memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media

yang digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa.


commit to user

4) Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru

mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang

perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil


atau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompok besar,

kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.

6) Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf

harus memenuhi persaratan teknis tertentu misalnya visual pada

slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar

belakang (Arsyad, 2002)

Dengan adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media

audiovisual memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus

dipraktekkan oleh pemakai media, kriteria tersebut antara lain:

a) Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang

bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka

harus dibeli atau dibuat sendiri.

b) Efektivitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran.

c) Harus luwes, kepraktisan, dan ketahan lamaan media yang

bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya bisa digunakan

dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun

serta mudah dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2003)


commit to user

Melalui berbagai dasar pemilihan tersebut di atas, maka dapat

dipahami bahwa pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan

karakteristik anak didik, pemilihan media audiovisual dapat membantu

siswa dalam menyerap isi pelajaran, media yang dipilih harus mampu
memberikan motivasi dan minat siswa untuk lebih berprestasi dan

termotivasi lebih giat belajar.

Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi

yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non

fisik. Untuk itu, diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan kecakapan yang memadai, kinerja, dan sikap yang baru serta

memiliki peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang lebih

teratur

4) Media Pembelajaran Tiruan 3D (Phantom)

Media tiruan tiga dimensi dari beberapa obyek nyata.

Kelebihan :

a) Siswa seakan melihat benda yang nyata dengan media 3D.

b) Menimbulkan ketertarikan siswa untuk berfikir dan menyelidikinya.

c) Pembelajaran akan berjalan dengan lebih sempurna karena murid

dapat belajar langsung dengan menggunakan bahan-bahan replika

atau mirip dengan aslinya.

d) Murid dapat memahami tentang sifat, bentuk serta pergerakan

sesuatu benda itu dengan lebih baik


commit to user

e) Memberi pengalaman tentang keadaan sebenarnya sesuai bahan atau

benda itu.

f) Menggalakkan murid membuat kajian lebih lanjut mengenai

pembelajaran melalui media 3D


g) Memberi lebih banyak peluang kepada murid berinteraksi diantara

satu sama lain.

Kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Biaya pembuatannya mahal dan membutuhkan banyak waktu.

b) Membutuhkan ketrampilan dalam pembuatannya.

c) Siswa tidak akan memahami jika bentuk media 3D tidak sama

dengan benda nyatanya.

d) Terbentur alat untuk membuat media 3D (sulit mencari atau

pembuatannya).

Contoh media pembelajaran tiruan 3D salah satunya adalah

phantom. Phantom dalam mata kuliah obstetri sering diadaptasi dan

diartikan menjadi simulasi persalinan. Phantom persalinan atau

phantom melahirkan dibuat khusus untuk membantu mahasiswa

kebidanan, keperawatan dan kedokteran dalam menangani pasien yang

akan melahirkan. Melalui bahan silicon yang membuat praktek menjadi

lebih nyata dari proses mengeluarkan bayi sampai pemotongan plasenta


commit to user

(ari-ari) bayi. Phantom persalinan ini dilengkapi dengan bayi dan

plasenta sehingga dapat juga digunakan untuk perawatan bayi seperti

memandikan bayi, perawatan ari-ari (plasenta) bayi, memotong plasenta

bayi. Phantom persalinan sangat memudahkan calon perawat, bidan

maupun dokter dalam memahami proses melahirkan (Depkes RI, 2002).


5) Media Berbasis Manusia (Human Media)

Media berupa orang, materi, atau peristiwa yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan.

Kelebihan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Ekonomis, karena tidak mengeluarkan banyak biaya.

b) Bisa dilakukan dimanapun, kapanpun jika ada kesempatan.

c) Tidak membutuhkan alat-alat tertentu dalam

penyampaiannya.(cukup alat bicara/loudspeaker untuk membantu)

d) Dapat memberikan motivasi kepada siswa. Karena di samping guru

dapat memberikan pembelajaran juga bisa menyisipkan motivasi-

motivasi sehingga anak-anak dapat dengan baik menyerap

pembelajaran sehingga termotivasi menjadi siswa yang baik

e) Dapat terjadi interaksi dan komunikasi yang timbal balik. Tanya

jawab, tanggapan maupun sanggahan. Siswa aktif setelah diberi

informasi.

Kekurangan
commit to user

a) Informasi dan pengetahuan hanya terbatas pada kemampuan

menyampai pesan (guru).

b) Terkadang membuat siswa jenuh dan bosan.

c) Tidak efektif untuk jumlah audiens yang banyak


d) Pembelajaran tidak dapat ditangkap oleh siswa dengan baik jika

terdapat masalah pada alat penyampainya. Misalnya suara tidak

jelas atau bahasa tidak dimengerti oleh siswa.

6) Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informatika (Multimedia)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kelebihan :

a) Menarik karena dapat menampilkan gambar-gambar maupun suara.

b) Mudah diatur dalam menyampaian informasi, jadi informasi yang

disampaikan dapat di sesuaikan.

c) Dapat menampilkan tampilan yang luar biasa (audio maupun

visual) yang jelas sehingga seperti melihat nyata.

d) Memberikan pengalaman nyata untuk siswa dengan jelas, hal-hal

yang belum pernah diketahui bisa dengan mudah diketahui.

e) Mudah mengaksesnya untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

f) Media yang lengkap menyediakan banyak informasi.

Kekurangan

a) Biaya membuat maupun mengakses media informatika mahal.


commit to user

b) Belum tentu semua siswa dapat mengakses maupun menikmatinya.

c) Pembuatan susah dan butuh banyak waktu dalam proses

pembuatan.

d) Harus didukung oleh daya penyalur, listrik maupun jaringan

internet.
e) Belum bisa diakses dengan mudah dan murah di tempat-tempat

tertentu.

Pada dasarnya semua media baik diterapkan dalam

pembelajaran, namun juga harus melihat kondisi sekolah dan anak didik

sendiri sebagai subjek utama yang harus diperhatikan. Agar hasil


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran memuaskan ada baiknya menggunakan media yang dapat

mengembangkan dan menyeimbangkan kognitif, afektif dan psikomotor

siswa.

2. Tingkat Kemahiran

a. Definisi

Tingkat kemahiran adalah sebuah penjelasan tentang apa yang

dapat dilakukan dalam sebuah kegiatan. Masing-masing tingkat

menggambarkan tingkat kemajuan kecakapan. Tingkat kemahiran

sangat penting dalam menyusun tujuan belajar, atau dalam menilai

kemajuan siswa. Tingkat kemahiran juga berguna untuk menentukan

apa yang ingin dicapai agar seseorang tahu kapan bisa mencapai tujuan

itu (Depkes RI, 2007).


commit to user

b. Penilaian tingkat kemahiran diukur dengan menggunakan skala :

1) Nilai 1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar

dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak

dikerjakan.
2) Nilai 2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan

sesuai urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.

3) Nilai 3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan efisien,

sesuai dengan urutannya dan tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penilaian tingkat kemahiran dapat digambarkan dalam tabel

2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Tingkat Kemahiran

No Kategori Rentang skor Lambang

1 Tingkat mahir 3,51-4,00 A

2 Tingkat mampu 2,75-3,50 B

3 Tingkat awal £ 2,74 C

(diadopsi dari JNPKKR Depkes RI, 2007)

3. Penilaian Pembelajaran commit to user

a. Pengertian Penilaian

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses

menentukan nilai suatu objek. Dapat dikatakan bahwa ciri penilaian

adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan dengan kriteria

yang seharusnya (Sudjana, 2001).

Penilaian (assessment) adalah suatu proses untuk memperoleh

informasi tentang proses dan hasil belajar atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan siswa) sesuai dengan tujuan atau kriteria yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

telah ditetapkan dengan penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian.

b. Tujuan dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran

Penilaian pembelajaran mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingka laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan


commit to user

pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Fungsi penilaian dalam pendidikan adalah sebagai berikut:


1) Alat untuk mengetahui tercapainya atau tidaknya tujuan

instruksional.

2) Sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran

selanjutnya.

3) Sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kepada para orangtua siswa.

d. Cara Penilaian

Ada dua cara penilaian, yang dapat ditempuh dalam

melaksanakan penilaian yaitu:

1) Cara kwantitatif, yaitu cara hasil penilaian diberikan dalam bentuk

angka. Misalnya dari 0 sampai dengan 10 atau dari 0 sampai

dengan 100.

2) Cara Kwalitatif, yaitu cara dimana hasil penilaian dalam bentuk

pernyataan verbal, misalnya baik, cukup, kurang, memuaskan, dan

pernyataan lain sejenisnya.

e. Tehnik Penilaian
commit to user

Menurut Cartono (2006) tehnik penilaian yang digunakan di

sekolah dapat dikategorikan dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut:

1) Teknik tes, yang umumnya digunakan untuk menilai kemampuan

siswa yang mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil

belajar, bakat khusus dan bakat umum.


2) Teknik nontes, yang umumnya digunakan untuk menilai

karakteristik - karakteristik lainnya dari siswa misalnya, minat,

sikap dan kepribadian.

f. Peranan Penilaian dalam Pembelajaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penilaian akan memberikan makna baik bagi guru ataupun

siswanya sendiri. Makna bagi siswa yaitu siswa dapat mengetahui

sejauh mana keberhasilan dirinya dalam mengikuti pelajaran yang telah

diberikan oleh guru. Penilaian bagi guru memberikan beberapa makna

yaitu: (1) dengan hasil penilaian, guru dapat mengetahui siswa mana

yang telah menguasai konsep, dengan demikian guru dapat memusatkan

perhatiannya dan memberikan perlakuan yang lebih teliti, (2) guru

dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa

sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang

tidak perlu diadakan perubahan, (3) guru dapat mengetahui apakah

metode yang digunakan telah tepat atau belum.

g. Sistem Penilaian Hasil Belajar


commit to user

Sistem penilaian hasil belajar ada dua pendekatan, yaitu

penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau

norm referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada

kriteria atau patokan (Penilaian Acuan Patokan / criterion referenced)

(Cartono, Utari, 2006)


1) Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian tipe ini bermaksud membandingkan kedudukan

siswa atas hasil belajarnya terhadap teman-teman sekelasnya yang

sama-sama mengerjakan tugas (tes) yang sama. Tes ini

menghasilkan indeks relatif tentang kemampuan hasil belajar


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

siswa. Disebut relatif, karena hasil tes ini menggambarkan hasil

belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya

dalam kelompok yang sama, sehingga tes ini lebih mengungkapkan

kedudukan setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya

dalam tes yang sama dan sedikit atau kurang memberikan

gambaran tentang seberapa besar siswa menguasai bahan pelajaran

yang telah diberikan.

2) Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Jenis penilaian tipe ini berusaha mengukur hasil belajar

siswa dengan cara membandingkan kedudukan siswa dengan

standar tertentu yang telah ditetapkan. Standar tertentu ini

merupakan patokan atau sebagai kriteria keberhasilan atas

pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian ini bermaksud untuk


commit to user

mengetahui kemampuan-kemampuan apa yang telah dikuasai siswa

setelah yang bersangkutan menyelesaikan suatu unit program

pengajaran atau setelah menyelesaikan suatu program belajar-

mengajar, sampai seberapa besar siswa dapat menguasai


kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan dalam tujuan

pengajaran.

h. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)

1) Pengertian Penilaian Kinerja


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penilaian kinerja (unjuk kerja) merupakan penilaian yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam

melakukan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang

menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun hasil belajar

dengan mengacu pada standar tertentu. Penilaian kinerja secara

sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan

siswa yang ditunjukkan melalui perbuatan (Moskal, 2003).

Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa

yang dapat mereka lakukan. Penilaian kinerja dapat menilai proses

dan hasil pembelajaran. Penilaian proses belajar secara langsung

tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara

otentik. Oleh karena itu, dalam penilaian unjuk kerja perlu

mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut : (1) Langkah–


commit to user

langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk

menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi, (2) Kelengkapan dan

ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, (3)

Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, (4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai


tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati, (5)

Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang

akan diamati (Cartono, 2006). Menurut Moskal (2003) terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

penilaian unjuk kerja agar pelaksanaan penilaian kinerja dapat


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berjalan dengan baik :

a) Penjelasan mengenai langkah–langkah kinerja, baik secara

lisan maupun tulisan harus jelas, singkat dan disajikan dalam

bahasa yang dimengerti oleh siswa. Siswa harus diberikan

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi sebelum

melakukan unjuk kerja.

b) Alat atau fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan

penilaian harus tersedia sesuai dengan kebutuhan.

c) Rubrik skoring harus didiskusikan dengan para mahasiswa

sebelum mereka dinilai unjuk kerjanya.

2) Kelebihan dan Keterbatasan Penilaian Unjuk Kerja

Merancang dan melaksanakan penilaian unjuk kerja


commit to user

menghabiskan energi dan waktu yang lebih banyak daripada

membuat dan melaksanakan tes konvensional, tetapi penilaian

kinerja memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut : (1) proses yang

didemonstrasikan dapat diobservasi langsung, (2) Menyediakan

evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam


penalaran, kemampuan lisan, dan keterampilan–keterampilan fisik,

(3) Adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria

penilaian dan tugas-tugas yang akan dikerjakan, (4) Menilai hasil

pembelajaran dan keterampilan–keterampilan yang kompleks, (5)

Memberi motivasi yang besar bagi siswa, (6) Mendorong aplikasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.

Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga

beberapa keterbatasan, yaitu: a) sangat menuntut waktu dan usaha;

b) pertimbangan (judgement) dan penskoran sifatnya lebih

subjektif; dan c) lebih membebani guru.

3) Metode Penilaian Unjuk kerja

Metode - metode yang dapat digunakan untuk penilaian

kinerja antara lain: (1) observasi, (2) interview, (3) portofolio, (4)

penilaian essay, (5) ujian praktik, (6) paper, (7) penilaian proyek,

(8) kuesioner, (9) daftar cek (cheklist), (10) penilaian oleh teman,

(11) penilaian diskusi, (12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.

commit to user

4. Vaginal Toucher (VT)

a. Pengertian Vaginal Toucher (VT)

Menurut Price dan Wilson (2007) Vaginal Toucher (VT)

adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam

liang senggama untuk mengetahui :


1) Pasien yang baru datang, sudah inpartu/belum

2) Menetapkan titik awal suatu persalinan

3) Menetapkan ramalan perjalanan persalinan

Selanjutnya VT dilakukan berdasarkan indikasi, hal ini penting

untuk mencegah timbulnya infeksi.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Indikasi vaginal toucher (VT):

1) Bila ketuban pecah sebelum waktunya.

2) Untuk mengevaluasi pembukaan cervik uteri.

3) Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan.

4) Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam.

c. Kontra indikasi vaginal toucher (VT):

1) Pasien hamil dengan perdarahan pervagina

2) Adanya infeksi daerah genetalia

d. Hal-hal yang diperhatikan saat VT :

1) Pencegahan infeksi

(a) Terhadap diri sendiri

(1) Pakai sarung tangan steril

(2) Bidan/tenaga kesehatan kemungkinan besar terkena infeksi


commit to user

(b) Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim

(1) Lakukan vulva higiene dengan benar.

(2) Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri.


(3) Masukkan jari tengah dan jari telunjuk ke dalam liang

sanggama, dan tidak boleh dikeluarkan sebelum seluruh

pemeriksaan dapat dievaluasi.

e. Yang dicari saat VT menurut Rohani (2011) adalah :


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Perabaan serviks

(a) Lunak atau kaku

(b) Pendataran (effacement)

(c) Tebal tipisnya

(d) Pembukaan

(e) Kemana arah cerviks

2) Ketuban

(a) Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak

dalam his

(b) Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah

anak sudah didasar panggul, bisa dipecahkan

3) Bagian terendah anak dan posisinya

(a) Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun
commit to user

(b) Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-

ubun kecil/besar

(c) Penurunan sesuai dengan bidang Hodge

(d) Apakah terdapat caput suksedaneum dan seberapa besarnya


(e) Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala:

misal tangan/lengan menumbung, atau tali pusat

(f) Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya

4) Periksa ukuran-ukuran dalam panggul

Keadaan panggul diperkirakan normal bila :


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(a) Persalinan spontan bayi hidup, aterm

(b) Primigravida hamil 36 minggu kepala sudah masuk PAP

Ukuran-ukuran panggul yang diperhatikan :

(a) Apakah promontorium teraba atau tidak

(b) Apakah lineainominata teraba sebagian atau seluruhnya

(c) Apakah os sakrum konkaf

(d) Bagaimana keadaan dinding samping panggul

(e) Apakah spina ischiadika menonjol/tidak

(f) Keadaan arcuspubis, Bagaimana keadaan dasar panggul?

5) Keadaan abnormal/patologis

(a) Terdapat tumor atau terjai penyempitan vagina

(b) Kekakuan cerviks: mengganggu pembukaan

(c) Arah dan panjang cerviks


commit to user

(d) Tumor yang menghalangi penurunan bagian terendah

(e) Keadaan abnormal tulang panggul, deformitas jalan lahir

6) Pemeriksaan keadaan rongga panggul dengan periksa dalam

a. Menilai ukuran melintang dari PBP


(1) Masukkan kedua jari pada liang sanggama, tekankan pada

Marcus pubis. Regangan 2 jari tadi apakah masih dapat

ditambah 1 jari lagi.

(2) Bila dapat : keadaan normal sudut lengkung kemaluan >

90◦
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Meraba promontorium

Dicoba dengan 2 jari yang ada di liang sanggama, bila

promontorium dapat dicapai, ada dugaan kesempitan panggul

Normal : promontorium tidak tercapai

c. Meraba lineainominata

Diperiksa apakah linea inominata teraba seluruhnya.

Bila ya maka dugaan panggul sempit

d. Meraba tulang kelangkang

Diperiksa cekungan tulang kelangkang dan apakah

tulang tungging (koksigis) menonjol kedepan. Normal : tulang

kelangkang cekung 2 arah : dari atas kebawah dan dari kiri ke

kanan.

commit to user

e. Meraba ligamentums akrospinosum

Diukur panjangnya ligamentum sakrospinosum.

Normal : panjang 2 jari atau lebih, bila kurang 2 jari maka

dugaan panggul sempit

f. Meraba spina ischiadika


Diperiksa spinaischiadika menonjol. Jarak antara

spina ischiadika memberi gambaran tentang keadaan panggul

tengah.

g. Mengukur conjugata diagonalis

(1) Bila promontorium tercapai dengan jari yang berada di


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

liang sanggama diukur conjugata diagonalis yaitu dari

pinggir bawah symphisis sampai promontorium.

(2) Ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata

vera dengan mengurangi ukuran conjugata diagonalis –

1,5 cm. Normal conjugata diagonalis : 12,5 cm/lebih.

7) Langkah-langkah pemeriksaan dalam menurut Depkes RI (2007)

yaitu :

(a) Persiapan alat

1. Apron / schort

2. Sabun dan air mengalir

3. Tempat tidur

4. Selimut
commit to user

5. Sarung tangan steril / DDT

6. Kapas DDT dalam tempatnya

7. Air DDT dalam tempatnya

8. Tempat sampah

9. Ember berisi larutan klorin 0,5%


10. Status pasien dan alat tulis

(b) Prosedur kerja

1. Siapkan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dalam

2. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tindakan yang

akan dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Bantu ibu dalam posisi dorsal rekumben (telentang dengan

kaki ditekuk pada lutut dan kedua kaki menapak tempat

tidur)

4. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan keringkan

dengan handuk

5. Memakai sarung tangan DDT

6. Bersihkan labia dengan menggunakan gulungan kapas DDT

yang dicelupkan ke air DDT

7. Lakukan pemeriksaan untuk menentukan beberapa hal

berikut :

(a) Serviks kaku atau lunak

(b) Serviks sudah mendatar atau belum

(c) Bibir serviks tebal atau tipis


commit to user

(d) Perkiraan pembukaan

(e) Ketuban + / -

(f) Penurunan kepala, posisi uuk / uub

(g) Pastikan tidak teraba bagian-bagian kecil dari janin


8. Keluarkan kedua jari jika pemeriksaan telah selesai.

Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,

lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam

dalam larutan tersebut.

9. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan handuk bersih

10.Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman

11.Catat dalam status pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan

pada keluarga.

5. Intranatal Care

a. Pengertian Intranatal Care

Intranatal care atau asuhan persalinan normal adalah suatu

proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir

cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin

dari tubuh ibu (Mitayani, 2009)

b. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


commit to user

Wiknjosastro (2007) menyatakan sebab–sebab mulainya

persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang

memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan.

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah :

(1) Penurunan kadar progesteron


Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,

sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama

kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan

estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar

progesterone menurun sehingga timbul his.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2) Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh

karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

(3) Ketegangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung,

bila dindingnya terenggang oleh karena isinya.

(4) Pengaruh janin / fetal cortisol

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan, oleh karena itu pada anencephalus kehamilan

sering lebih lama dari biasa.

(5) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka


commit to user

menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil dari

percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang

diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial menimbulkan

kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik


dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan.

c. Tanda dan Gejala Inpartu

Gejala persalinan menurut Mahboubeh (2007) dalam Journal


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Occuptional and Environmen Medicine adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : pengeluaran

lendir bercampur darah

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :

a. Perlukaan cervix

b. Pendataran cervix

c. Pembukaan cervix

d. Batasan Berlangsungnya Persalinan Normal

Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :


commit to user

(1) KALA I

a) Batasan

persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai

10cm (lengkap).

b) Fase-fase persalinan kala I


(a) Kala I fase laten

• pembukaan cervix kurang dari 3 cm

• cervix membuka perlahan selama fase ini

• fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam

(b) Kala I fase aktif :


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

• pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.

• his dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka

lebih cepat.

• Fase aktif tidak boleh berlangsung dari 7 jam

(2) KALA II

a) Batasan

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai

lahirnya seluruh tubuh janin.

b) Tanda dan gejala persalinan kala II

Didapatkan hal-hal berikut ini :

(1) Ibu ingin meneran

(2) Perineum menonjol


commit to user

(3) Vulva dan anus membuka

(4) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

(5) Kepala telah turun di dasar panggul.

Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat

dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan :


(1) pembukaan cervix lengkap

(2) kepala bayi terlihat pada introitus vagina.

(3) KALA III

a) Batasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai

plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar ± 15-30

menit setelah bayi lahir.

b) Fisiologi dan penatalaksanaan kala III

Pada persalinan kala III myometrium akan

berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus

secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Pengurangan ukuran

uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi kecil

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan

terlepas dari dinding uteri setelah plasenta terpisah, ia akan

turun ke segmen bawah rahim. Tanda-tanda pelepasan plasenta


commit to user

: (1) Bentuk uterus globuler (2) Tali pusat bertambah panjang

(tanda afeld) dan (3) Semburan darah tiba-tiba.

Cara pelepasan plasenta ada 2 :

(a) Secara Schultze


Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari

plasenta dan terjadi hematoma retroplasentair yang

selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta

dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan

menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tampak pada vulva adalah permukaan foetal sedangkan

hematoma sekarang berada dalam kantong yang berputar

balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada

perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-

kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta

lahir darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan

secara schultze paling sering kita jumpai.

(b) Secara Duncan

Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah

mengalir antara selaput janin dan dinding rahim, jadi

perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas

dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara

keseluruhan. Pelepasan secara ducan sering terjadi pada


commit to user

plasenta letak rendah.

(4) KALA IV

a. Batasan

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1

jam setelah itu.


b. Pemantauan pada kala IV :

1) kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

2) perkiraan pengeluaran darah

3) laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan

perdarahan aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.

e. Mekanisme Persalinan Normal

1) Kala II

Saat pembukaan lengkap seiring dengan adanya his ibu

ingin meneran, perineum menonjol, vulva dan anus membuka.

Maka ibu dipimpin mengejan sambil mendukung/memuji usaha

ibu. Apabila tidak ada his ibu dianjurkan istirahat. Apabila

ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi pada saat tidak

ada his. Pada saat kepala janin kelihatan di vulva dengan diameter

5-6 cm, handuk bersih dipasang diatas perut ibu untuk

mengeringkan janin. Melekkan kain bersih dilipat 1/3 bagian di

bawah bokong ibu. Saat subocciput tampak di bawah symphisis,


commit to user

tangan kanan menahan perineum untuk menjaga supaya tidak

terjadi rupture dan tangan kiri menahan puncak kepala supaya

tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Setelah kepala lahir kita tunggu

sampai kepala janin melakukan putar paksi luar secara spontan.

Setelah kepala janin menghadap salah satu paha ibu, tangan kanan
berada diatas dan tangan kiri berada dibawah kepala janin, kepala

kita pegang secara biparietal kemudian dielevasi kebawah sampai

bahu depan lahir kemudian elevasi keatas sampai bahu belakang

lahir. Setelah itu tangan kanan pindah menyangga kepala, leher

dan bahu sedangkan tangan kiri menelusuri punggung, bokong


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampai menjepit kedua tungkai janin, maka lahirlah seluruh tubuh

janin. Setelah itu kita nilai secara sepintas gerak, tangis dan warna

kulit. Kemudian kita klem tali pusat dengan jarak ± 3 cm dari

umbilicus, kemudian kita urut kearah maternal lalu kita klem

dengan jarak ± 2cm dari klem I. kemudian tali pusat kita potong

dengan tangan kiri melindingi tubuh bayi dari gunting. Setelah itu

kita ikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilical.

2) Kala III

Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan

tunggal/ganda. Setelah itu suntik oxytocin 10 IU secara IM pada

bagian luar paha kanan 1/3 atas dengan jangka waktu kurang dari

2 menit setelah bayi lahir. Kekemudian melakukan penegangan

tali pusat terkendali. Klem dipindah dengan jarak kurang lebih 5


commit to user

cm dari vulva. Apabila tali pusat bertambah panjang, uterus

globuler dan ada semburan darah berarti plasenta sudah lepas,

maka kita lakukan PTT, tangan kanan menarik plasenta sedang

tangan kiri menekan uterus kearah dorsokranial. Setelah plasenta

divulva, plasenta dipegang den kedua tangan kemudian kita putar


searah jarum jam sampai plasenta lahir seluruhnya. Setelah

plasenta lahir tangan kiri memeriksa kontraksi uterus (masase)

dan memeriksa kandung kencing. Sedangkan tangan kanan

memeriksa kelengkapan plasenta

Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

telah diuraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih,

uraian-uraian pengalaman dan harapan pelatih maupun peserta,

baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien

termasuk uraian kuesioner awal dan tengah, evaluasi peserta dan

Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan.

Ada beberapa catatan penulis dan dikombinasikan dengan

catatan-catatan lainnya dalam penanganan persalinan dan bayi

baru lahir yang tentunya perlu diketahui oleh mereka yang

bekerja di unit-unit pelayanan kesehatan, bidan-bidan desa, bidan

puskesmas dan di klinik-klinik persalinan yaitu :

a) 58 langkah standar dalam memberikan Asuhan Persalinan

Normal yang sebelumnya terdiri dari 60 langkah sekarang

menjadi 58 langkah, tambahannya adalah langkah


commit to user

pemeriksaan kesehatan lengkap Bayi Baru Lahir (BBL). Hal

ini dilakukan karena banyak bayi yang baru dilahirkan, tampa

disadari oleh sang penolong persalinan (tenaga

kesehatan/bidan) telah mengalami kelainan, dan celakanya


yang mengetahui terlebih dahulu adalah ibu dan atau

keluarga sang bayi.

b) Langkah yang penting adalah langkah dimana ketika bayi

baru saja dilahirkan, tidak langsung dipotong tali pusatnya,

tetapi diletakkan diatas perut ibu, kemudian diberikan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

suntikan oksitosin, sebelumnya langkah ini (masih dalam

standar langkah 60), dipotong tali pusat kemudian kemudian

diberikan suntikan oksitosin. Perubahan ini karena dengan

pemberian suntikan terlebih dahulu, maka aliran darah

melalui plasenta masih sempat terjadi yaitu seitar 35 cc per

menit, jadi jika standarnya ketika bayi lahir, kemudian

diletakan diatas perut ibu lalu disuntikan oksitosin berkisar 2-

3 menit artinya sekitar 100 cc darah masih sempat diperoleh

sang bayi dan sebagai awal penyesuaian diri dengan

lingkungan diluar rahim ibunya.

c) Langkah lainnya terlepas dari standar langkah APN adalah

yaitu langkah 43 ketika bayi dibiarkan tetap melakukan

kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Dan


commit to user

kemudian masuk pada langkah selanjutnya. 1 jam bayi

bersama ibunya adalah kesempatan yang diberikan oleh

bidan untuk melakukan Inisiani dini bayi. Sang bayi akan

merangkak mencari payudara (The Breast Crawl). Ini

berdasarkan penelitian Bayi pada usia beberapa menit dapat


merangkak kearah payudara dan menyusu sendiri (the Breast

Crawl) (Marshall Klaus: Mother and Infant : Early

Emotional Ties Ped 1998, UNICEF India: BREAST CRAWL

Initiation of breastfeeding by breast crawl. UNICEF India

2007). Penelitian lainnya Kemampuan kulit ibu


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi

(thermoregulator thermal synchron). (Fransson A Arch Dis

Child Fetal Neonatal Ed 90 : 2005, Niels Bergman:

Kangoroo Care 2005, Bergstorm et al Acta Paediatr 2007).

Inisiasi dini ini adalah langkah awal untuk Pemberian ASI

Esklusif 6 bulan.

d) Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah masalah

pendarahan, masalah ini penting karena prosentase penyebab

utama kematian ibu adalah pendarahan. Masalah perdarahan

ini karena pada saat melahirkan ketika terjadi pendarahan,

jumlah darah yang keluar 350-500 cc permenitnya artinya

jika jumlah darah normal sekitar 5 liter maka dalam jangka

waktu sekitar 10-15 menit saja sang ibu akan kehilangan


commit to user

darah, dan inilah yang menyebabkan kematian.

e) Semua langkah dalam APN adalah penting, setiap langkah

yang dibuat oleh para ahli mempunyai arti, maksud dan

tujuan, apa yang terjadi pada setiap langkah selalu didahului

oleh tanda-tanda, bidan yang melakukan persalinan harus


dengan tenang, dan jangan tergesa-gesa, hanya bisa

dilakukan bila setiap langkah difahami dengan benar. Setiap

langkah ada penjelasannya, ada jawabannya dan ada

pengambilan keputusan. Seperti yang dikemukakan Setia

Budi dalam pelatihan APN Depkes (2007) yaitu:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“pengambilan keputusan itu adalah kepemimpinan, ada

aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada

waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan

persalinan”.

Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan

normal berdasarkan buku panduan asuhan persalinan normal

Depkes RI (2007) yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan

harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :

1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan

termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat

suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastik.


commit to user

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang

akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.


6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,

isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah

partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah

dengan gerakan vulva ke perineum.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus

selesai- pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila

ibu sudah merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.


commit to user

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit.


15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm.

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong

ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada

perut ibu.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan

distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan


commit to user

kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.


Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

tangan dan siku sebelah atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri

punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk

memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diantara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat

dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi

bergerak aktif ?

26) Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang

kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar

uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10


commit to user

unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke


arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal

dari klem pertama.

31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang

topi di kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm

dari vulva

35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali

pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan

tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan

hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah


commit to user

30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian


kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorso-kranial).

38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan

plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),

pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah

robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus

uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga

kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan

selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam

kantong plastik yang tersedia.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi


commit to user

perdarahan pervaginam.

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.


44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,

beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg

intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam.

47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik.

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah di dekontaminasi.


commit to user

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.

Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu

ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.


54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Melengkapi partograf.

Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada

lima topik materi yang diajarkan dengan Metode yang digunakan

adalah teori pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien.

Kelima materi tersebut adalah :

a) Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal

b) Pencegahan Infeksi

c) Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan

pimpinan meneran, manajemen aktif kala III

d) Asuhan Bayi Baru Lahir


commit to user

e) Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan

B. Penelitian Relevan

Penelitian tentang penggunaan media audiovisual dalam proses

pembelajaran pernah dilaksanakan oleh Nesia Permatasari dari Program Studi


Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang dengan judul Pengaruh Multimedia

Audiovisual sebagai Penyuluhan Interaktif dalam Meningkatkan Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Siswa SMP Negeri 2 Wonosegoro Kabupaten Boyolali

Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah : pada

penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah pengetahuan kesehatan

reproduksi, sedangkan pada penelitian ini adalah unjuk kerja ketrampilan vaginal

toucher (VT) dan intranatal care.

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian Ross JA (1998) tentang Skills

training versus action research in-service: The reliability, validity, and utility of

audiovisual didapatkan bahwa dengan media audiovisual membantu untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki perilaku belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

Media audiovisual sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran


commit to user

merupakan media pandang dengar yang berupa potongan-potongan gambar serta

efek suara dan diolah melalui teknik tertentu dan memberikan kesan hidup pada

gambar. Media audiovisual dapat merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi

dan lebih memahami materi yang diajarkan karena penyampaian materi dengan

media audiovisual bisa lebih menarik perhatian daripada penyampaian materi


melalui ceramah. Selain itu, media audiovisual memberikan kesan positif karena

lebih menarik, lebih menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat pada

mahasiswa. Media audiovisual menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan

mahasiswa sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan meresapi makna yang

terkandung dalam tayangan media tersebut. Hal tersebut diharapkan mempermudah


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mahasiswa dalam menerima pesan.

Dalam pendidikan S1 Keperawatan, pembelajaran praktek pada mata

kuliah asuhan keperawatan maternitas merupakan proses pembelajaran yang

memberi kesempatan mahasiswa mengaplikasikan teori dan konseptual model yang

mendukung pembelajaran praktikum tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

melatih mahasiswa sampai kompeten dalam melakukan unjuk kerja ketrampilan

termasuk ketrampilan vaginal toucher (VT) dan intranatal care .

Kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ketrampilan vaginal

toucher (VT) dan intranatal care sangat dipengaruhi suatu media komunikasi antara

dosen dan mahasiswa dalam pengajaran, sudah barang tentu sangat erat kaitannya

dengan kegiatan proses belajar mengajar. Pemilihan media yang baik sangat

membantu dalam proses penyampaian materi ketrampilan vaginal toucher (VT) dan

intranatal care dari dosen ke mahasiswa sehingga materi tersebut lebih mudah
commit to user

diterima, diingat dan dapat diaplikasikan. Media yang dapat membantu dalam

penyampaian materi unjuk kerja ketrampilan vaginal toucher (VT) dan intranatal

care adalah audiovisual intranatal karena media audiovisual dapat diterima oleh

indera pendengaran dan indera penglihatan dan juga phantom.


Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran pada penelitian yang

berjudul Pengaruh Penggunaan Audiovisual intranatal dan Phantom Terhadap

Tingkat Kemahiran Unjuk Kerja Keterampilan Vaginal Toucher (VT) dan

Intranatal Care (Suatu Eksperimen di Program Studi S1 Keperawatan STIKes

Hutama Abdi Husada Tulungagung), diilustrasikan pada gambar 2.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Media pembelajaran

Faktor yang
Faktor yang Audiovisual Phantom (Media mempengaruhi :
mempengaruhi : intranatal tiruan 3D) · Biaya mahal dan
§ Ketersediaan sumber
perlu banyak
setempat
waktu.
§ Efektivitas biaya,
tujuan · Membutuhkan
§ Harus luwes, ketrampilan dalam
kepraktisan, dan § Melihat § Praktek pembuatannya.
ketahan lamaan pemutaran VCD langsung ke · Tidak akan
tentang 58 model/ phantom dipahami jika
langkah persalinan bentuk media 3D
pertolongan tidak sama dengan
persalinan benda nyatanya.

commit to user

Tingkat kemahiran Unjuk kerja Ketrampilan


vaginal toucher (VT) dan intranatal care

Gambar 2.1. Kerangka Pikir


Keterangan Gambar

: variabel yang diteliti

D. Hipotesis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Ada pengaruh penggunaan media audiovisual intranatal dan phantom

terhadap tingkat kemahiran unjuk kerja ketrampilan vaginal toucher (VT)

pada mahasiswa semester 4 prodi S1 Keperawatan STIKes Hutama Abdi

Husada Tulungagung.

2. Ada pengaruh penggunaan media audiovisual intranatal dan phantom

terhadap tingkat kemahiran unjuk kerja ketrampilan intranatal care pada

mahasiswa semester 4 prodi S1 Keperawatan STIKes Hutama Abdi Husada

Tulungagung.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai