PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
PADA TRAUMA KEPALA
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala traumatis adalah masalah medis dan sosial - ekonomi utama. 1 Cedera
kepala
pemeriksaan radiologis pada pasien trauma kepala adalah untuk mengkonfirmasi adakah cedera
intrakranial yang berpotensi mengancam jiwa pasien bila tidak segera dilakukan tindakan.
BAB II
TRAUMA KEPALA
temporalis
dan
fosa
Gambar 2. Vaskularisasi
pada Tulang Tengkorak
II.1.3 Meningen
Gambar 3. Potongan
Melintang Tulang Tengkorak
dan Meningens
Meningia merupakan selaput yang menutupi seluruh permukaan otak. Fungsi meningia
yaitu melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran. Meningia terdiri atas 3 lapisan, yaitu: 4
a. Duramater (Lapisan sebelah luar)
Duramater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan duramater
propia di bagian dalam. Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang
mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior
yang terletak diantara kedua hemisfer otak.
b. Arachnoid (Lapisan tengah)
Arachnoid adalah membran impermeabel halus yang meliputi otak dan terletak
diantara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Ruang sub
arachnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut
sistermagna.
c. Piamater (Lapisan sebelah dalam)
Piamater merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arachnoid melalui struktur jaringan ikat.
II.1.4 Otak
Otak merupakan suatu organ tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat dari
semua organ tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium)
yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), dan batang otak (Trunkus serebri).4
menyampaikan rangsangan dari bagian lain. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur
keseimbangan tubuh serta mengkoordinasikan kerja otot ketika bergerak.
c.
II.2
Trauma Kepala
II.2.1 Definisi
Trauma kepala atau trauma kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional
jaringan otak. Menurut Brain Injury Association of America, trauma kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.2
II.2.2 Patofisiologi
Trauma pada kepala dapat menimbulkan cedera primer dan sekunder. Cedera primer
merupakan kerusakan pada otak yang diakibatkan langsung oleh benturan pada kepala dan
tekanan akselerasi-deselerasi yang ditimbulkannya, sehingga menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan lesi intrakranial. Lesi intrakranial yang terjadi dapat berupa cedera difus maupun
cedera fokal (kontusio serebri, hematoma epidural, hematoma subdural, dan hematoma intra
serebral, perdarahan subarakhnoid). Beberapa saat, jam, atau beberapa hari setelah kejadian,
dapat timbul cedera sekunder, yang mungkin merupakan penentu prognosis neurologik pasien.
Cedera sekunder terutama timbul akibat hipoksia dan iskemia serebral. Penyebabnya antara lain
gangguan respirasi, instabilitas kardiovaskular, dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).3
II.2.4 Fraktur Tulang Kepala
Fraktur tulang kepala atau tengkorak dapat terjadi pada atap maupun dasar tengkorak,
dapat berbentuk garis atau bintang, dan dapat pula terbuka ataupun tertutup. Adanya tanda-tanda
klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan kita untuk melakukan
pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda tersebut antara lain ekimosis periorbital (raccoon eyes
sign), ekimosis retroaurikular (battles sign), kebocoran cairan serebrospinal dari hidung
(rhinorrhea) atau dari telinga (otorrhea) dan gangguan fungsi saraf kranialis VII (fasialis) dan
VII (gangguan pendengaran) yang mungkin timbul segera atau beberapa hari paska trauma
kepala.4
bulan sabit hiperdens yang ditemukan pada otak dan pada pemeriksaan CT Scan.6,8
b.
cedera akut.6
c.
subdural gambaran menjadi hipodens dan sangat mudah dilihat pada gambaran CT
tanpa kontras.6.8
II.2.5.3 Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid adalah ekstravasasi darah ke dalam rongga subaraknoid yang
terdapat di antara lapisan piamater dan membran araknoid. Etiologi yang paling sering dari
perdarahan subaraknoid non traumatik adalah
aneurism). Gejala yang paling sering berupa sakit kepala, pusing, nyeri daerah orbital, diplopia,
dan gangguan penglihatan.7
10
11
BAB III
INTERPRETASI RADIOLOGIS PADA TRAUMA KEPALA
1.Foto Polos Kepala
Foto polos kepala hanya menunjukkan ada tidaknya patah tulang, dan tidak mampu
menghasilkan visibilitas yang baik pada otak atau adanya darah untuk menunjukkan cedera
intrakranial. Foto polos kepala sangat membantu pada pasien yang patah tulang tengkorak
depresi, cedera kepala akibat penetrasi oleh benda asing, pneumocephalus ( udara masuk ke
rongga tengkorak) dan adanya brain shift, terdapatnya kalsifikasi di kelenjar pineal.13
12
Gambar 9.a Gambaran Fraktur Impresi (kiri), Fraktur Linear (tengah), dan Fraktur Diastasis
(kanan) pada Foto Polos Kepala
kepala, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.
Menurut Canadian CT Head Rule (CATCH) indikasi pemeriksaan CT scan pada kasus trauma
kepala adalah seperti berikut:10
1. Pemeriksaan GCS <15 dalam 2 jam setelah adanya trauma.
2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.
3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.
4. Mual & muntah lebih dari 2 kali
5. Penderita lansia (>65 tahun) dengan adanya amnesia dan penurunan kesadaran
6. Mechanism Dangerous (tertabrak oleh kendaraan, terlempar dari kendaraan
atau jatuh dari ketinggian).
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala, dan merupakan
alat yang paling baik untuk mengetahui, menentukan lokasi dan ukuran dari perdarahan
intrakranial. CT Scan kepala merupakan gold srandard untuk mendeteksi perdarahan
intrakranial. Semua pasien dengan GCS < 15 sebaiknya menjalani pemeriksaaan CT Scan.10,13
13
2.2
14
Gambar 14. Gambaran Perdarahan Subdural subakut dan Perdarahan Subdural kronis (kanan)
16
Perdarahan intraserebral juga bisa disebabkan adanya komplikasi dari infark cerebral
dinamakan sebagai Hemorrhagic Transformation dan juga bisa mengakibatkan adanya
perdarahan intraventricular.
BAB IV
KESIMPULAN
Trauma kepala adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga
dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak.
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, trauma kepala dibagi atas trauma kepala ringan (SKG 1415), sedang (SKG 9-13) dan berat (SKG 3-8). Trauma kepala dapat menimbulkan perdarahan
intrakranial berupa fraktur tulang kepala, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan
17
subarakhnoid, dan perdarahan intraserebral. Pemeriksaan foto polos kepala digunakan untuk
melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada
tidaknya perdarahan intrakranial.
Pemeriksaan tomografi computer (CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma kepala
karena isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala, fraktur,
perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. H Haddad dan Yaseen M Arabi. Critical care management of severe traumatic brain
injury in adults. Samir. Haddad and Arabi Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation
and
Emergency
Medicine.
2012.
Available
from
http://www.sjtrem.com/content/pdf/1757-7241-20-12.pdf
18
Adam
BCMJ,
Vol.
53,
No.
1.
2010.
Available
from
http://www.bcmj.org/articles/pharmacological-interventions-traumatic-brain-injury
3. Segun T Dawodu. Traumatic Brain Injury (TBI) - Definition, epidemiology,
pathophysiology. Mar 2013. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/326510-overview
4. John F. Advanced Trauma Life Support Student Course Manual. Edisi 8. 2008.
American College of Surgeon
5. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. 2013. Balai Penerbit
FKUI
6. Meagher
Richard
J.
Subdural
Hematoma.
Jan
http://emedicine.medscape.com/article/1137207-overview
7. Becske
T.
Subarachnoid
Hemorrage.
Apr
2015.
2014.
Available
from:
Avaible
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1164341-overview
8. Herring William. Learning Radiology: Recongnizing The Basics. 2nd Edition. 2015.
Elsevier
9. Zucarello
Mario.
Intracerebral
Hemorrage.
Feb
2013.
Avaible
from:
http://www.mayfieldclinic.com/PE-ICH.HTM
10. Ebell Mark H. Computed Tomograpghy After Minor Injury. Jun 2006. Avaibale from:
http://www.aafp.org/afp/2006/0615/p2205.html
11. Geershen Abner. Imaging in Subarachnoid Haemorrage. Jul 2014. Avaible from:
http://emedicine.medscape.com/article/344342-overview
12. Imaging Radiology Masterclass. Access 15 Aug
2015.
Avaible
from:
http://www.radiologymasterclass.co.uk/gallery/ct_brain/ct_brain_images/intracerebral_ha
emorrhage_ich_ct_brain.html#top_3rd_img
13. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. 2010. Gramedia Pustaka
19