PENDAHULUAN
Trauma kepala adalah cedera pada kepala yang dapat melibatkan seluruh
struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling “ringan”,
tulang tengkorak, duramater, vaskuler otak, sampai jaringan otaknya sendiri; baik
berupa luka yang tertutup, maupun trauma tembus.
1
Trauma Kapitis
Cidera kepala atau trauma kapitis adalah cidera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.1
2
berkomunikasi tidak sesuai
3 Menyebutkan Menangis dan Kadang-kadang
kata-kata yang menjerit menangis/
tidak sesuai menjerit lemah
(kasar, jorok)
2 Mengeluarkan Mengeluarkan Mengeluarkan
suara suara lemah suara lemah
1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon
Diagnosa
3
Tidak ada lesi struktural pada otak observasi dan konservasi saja, karena
tidak ada defisit neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana
Perawatan
Bed rest hingga semua keluhan hilang
Mobilisasi berangsur-angsur, belajar duduk, berdiri, berjalan dan
selanjutnya dipulangkan dengan pesan kontrol seminggu setelah
meninggalkan rumah sakit
Lama perawatan juga dilakukan terhadap luka atau fraktur yang ada
Selama perawatan dilakukan observasi paling sedikit 2 x 24 jam terhadap
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, gejala tekanan intrakranial
meningkat, defisit neurologis yang timbul progresif, pupil mata
Pasien pingsan harus dirawat, EEG & rontgen
Medikamentosa
Pengobatan terhadap luka dan perdarahan dengan antibiotik untuk
pencegahan :
Antikoagulan
Ampisilin/amoksisilin
Tetrasiklin
ATS profilaksis
Hemostatistika :
Karbasokrom Na-sulfonat (adona AC 17)
Asam treneksamat
Vit. B1, B6 dan B12 untuk neurologis
4
Obat encephalotropik
Pengobatan simptomatik, hanya diperlukan pada keadaan terpaksa/sangat
diperlukan :
Analgetika : metampyron, paracetamol, asam mefenamat.
Antimuntah : metoklopramid, dimenhidrinat (dramamine)
Tranquilizer : diazepam
Prognosa
Sembuh sempurna
Sembuh dengan gejala sisa berupa Sindroma Cerebral Post Traumatika,
meliputi :
Neurosis post traumatika
Gangguan emosi, intelektual dan kecerdasan
Cephalgia/pusing/vertigo
Epilepsi
Gejala tersebut timbul segera setelah trauma kapitisnya sembuh atau dapat
juga jauh sesudahnya.
Anamnesa
Traumanya bagaimana
Penderita tertabrak mobil, terpelanting, kepala bagian depan terbentur
aspal langsung pingsan. Tidak ada lucide interval (masa bebas serangan
atau gejala). Bila tdk pingsan lalu pingsan hati-hati kemungkinan
adanya epidural/subdural hematom.
Penderita sedang duduk tiba-tiba dipukul dari belakang. Kepala dalam
keadaan diam dipukul kerusakan besar. Lesi bentur lebih hebat
dari lesi kontra. Bila terbentur di dahi tapi occipital lbh parah
kemungkinan jatuh terpelanting
Setelah sadar penderita merasa pusing, mual, muntah, ada darah keluar dari
hidung, mata, telinga.
5
Pemeriksaan Fisik
Periksa :
Tanda vital
Luka-luka di tempat lain
Periksa nn. Craniales n. VII & VIII yg sering
Refleks Babinsky & Chaddock
Lumpuh jarang
Rontgen & EEG
Patofisiologi
6
Proses patologi ini bila tidak teratasi akan segera disusul dg terbentuknya edema
otak yang makin lama makin hebat, meningkatnya tekanan intrakranial dan
herniasi.
Bentuk Klinik
Contusio ringan
Contusio sedang
Contusio berat, bahkan pada keadaan yg sangat berat dapat segera diakhiri
dengan kematian.
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
7
Rontgen kepala sering dijumpai fraktur kranii
CT-scan otak dapat dilihat adanya edema otak/perdarahan
Tata Laksana
Prinsip ditujukan terhadap 2 hal yaitu efek primer dan sekunder. Tujuannya untuk
mencegah/mengatasi edema otak, menurunkan tekanan intrakranial serta
memperbaiki aliran darah ke otak sehingga otak terlindungi dari kerusakan lebih
lanjut dan proses penyembuhan dipercepat.
Perawatan
Bed rest total, dan lamanya tergantung keadaan klinis. Bila keadaan membaik,
mobilisasi berangsur. Perawatan juga dilakukan terhadap luka/fraktur yang
ada. Selama perawatan perhatian ditujukan pada :
Sistem kardiovaskuler
Pengawasan sedini mungkin terhadap gangguan sirkulasi seperti tensi dan
nadi.
Sistem respirasi
Menjamin jalan nafas yang lancar dan faal paru yang optimal :
8
Biasanya pemberian cairan 2-3 hari pertama dibatasi 1500 cc serta
disesuaikan dengan keadaan jantung dan suhu. Jika febris maka
kenaikan 1°, jumlah cairan ditambah 12-15%
Infeksi
Perhatikan kemungkinan infeksi sekunder
Medikamentosa
Terapi steroid
Untuk mencegah/mengatasi edema otak diberikan kortikosteroid kuur,
yaitu deksametazon parenteral
9
Untuk menekan produksi LCS dapat diberikan furosemide atau
asetozolamide, tetapi dpt mengganggu keseimbangan asam-basa dan
elektrolit
Terapi homeostatistika
Untuk mengatasi/mencegah perdarahan lebih lanjut dapat diberikan
karbosokrom sodium sulfonat (adona AC 17), asam traneksamat
Terapi simptomatik
Bila febris, dikompres
Muntah dapat diberikan sulfas atropine 0,25 mg subcutan
Kejang/sangat gelisah diberikan diazepam IV
Terapi profilaksis thdp infeksi
Antibiotika : ampisilin/amoksisilin, tetrasiklin
ATS profilaksis
Neurotropik vitamin dan encephalotropics drugs
Vit. B1, B6, B12, E tablet
Pyritinol HCl tab/sirup, cutucholine (nicholin)
Terapi Suportif
Psikoterapi diberikan pada penderita sadar.
Komplikasi
Akibat lanjut benturan, bila tidak segera diobati akan menimbulkan edema serebri
bertambah hebat, tekanan intrakranial meningkat dg akibat terjadinya herniasi
dan disusul dg kematian penderita.
Prognosa
Sembuh sempurna
10
Meninggal dunia akibat kerusakan otak difus dan permanen
Memberikan gejala sisa, baik gejala neurofisik atau neuropsikologik
Jarang menimbulkan sindroma serebral post traumatik
3 Hematome Epidural
Patofisiologi
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
11
Rontgen kepala sering ditemui fraktur linier pada sisi hematom
Arteriografi karotis terlihat hematom berupa area avaskuler berbentuk
konveks/semilunair/bulan sabit antara jaringan otak dan tulang kranium
Ct-scan otak tampak hematom berupa area hiperdens
Tata Laksana
Komplikasi
Bila tidak segera dioperasi, edema serebri akan bertambah hebat, tekanan
intrakranial makin meningkat. Selanjutnya terjadi herniasi yg disusul dg kematian
penderita.
Prognosa
Mortalitas hampir 100% dan lebih dari 50% pada kasus yg diobati
disebabkan keterlambatan dlm menegakkan diagnosa dan sebagian lagi memang
karena beratnya kerusakan jaringan otak yg terjadi.
4 Hematome Subdural
Patofisiologi
12
Bentuk Klinik
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi
Jika diagnosa dapat segera ditegakkan dan tindakan operatif cepat dilakukan maka
komplikasi tidak akan terjadi.
Prognosa
5 Perdarahan Subarakhnoid
13
Pecahnya pembuluh darah di daerah subarakhnoid
Pecahnya pembuluh darah di luar subarakhnoid yg kemudian mengisi ruang
subarakhnoid, mis : contusio cerebri, perdarahan intraserebral.
Etiologi
Non traumatik
Spontan, akibat pecahnya aneurisma. Disebut perdarahan subarakhnoid
primer.
Traumatik
Akibat trauma kepala. Disebut perdarahan subarakhnoid sekunder.
Patofisiologi
Diagnosa
Gejala dijumpai dari tingkat yg paling ringan sampai yang paling berat,
tergantung beratnya perdarahan yang terjadi.
Dimulai dengan keluhan sakit kepala ringan yang makin lama makin hebat
Kemudian disertai Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : kaku kuduk, kernig
sign (+)
Selanjutnya pada keadaan berat akan dijumpai :
- Gangguan kesadaran sampai koma
- Defisit neurologis : hemipharese, refleks patologis
- Kejang : rigiditas deserebrasi, gangguan pernapasan dan dilatasi pupil
Pemeriksaan Penunjang
14
LCS mengandung darah/xanthochrom
Tata Laksana
Perawatan
Bed rest total
Medikamentosa
Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC), asam treksamat
Metabolic activator : citicholine (nicholin), pyritinol mesylate (hidrogin)
Neurotonika : vit. B1, B6, B12, E tab/injeksi
Fisioterapi
Bila ada gejala sisa neurofisik spt hemipharese dpt dilakukan fisioterapi
Prognosa
Pada bentuk ringan, prognosa lebih baik daripada bentuk yang berat.
Bahkan pada bentuk yg berat sekali dapat menyebabkan kematian.
6 Fraktur Cranii
Pembagian klinik
15
a. Segera kirim ke bagian bedah syaraf untuk tindakan operatif, kecuali
fraktur basis cranii sebagian besar dilakukan tindakan konservatif.
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
16
LCS bercampur darah
EEG sesuai dg jenis trauma kapitis penyertanya
Rontgen 60% tdk terlihat karena daerah basis yang kompleks
Tata Laksana
Perawatan
Bed rest total, kepala ditahan dg bantal pasir dg posisi perdarahan/likwore
di sebelah atas
Perawatan thdp perdarahan/likwore, jika perlu konsul ke THT
Medikamentosa
Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC), asam treksamat
Antibiotik adekuat diberikan guna menghadapi ancaman komplikasi
meningitis : ampisilin, amoksisilin. Harus diberikan antibiotik dosis tinggi
karena pada fraktur basis terdapat celah yang memungkinkan terjadi
infeksi.
Jika dengan contusio beri KIR
Obat-obat yg ditujukan untuk gejala penyerta
Komplikasi
Prognosa
Sembuh sempurna
Meninggalkan gejala sisa berupa lesi nn.Craniales dan sindroma cerebral post
traumatika.
17
ALGORITME TRAUMA KEPALA
18
Nervus Cranialis
Sensorik Mengecap
Sensorik Mengecap
19