Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN NY. S DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN

DI BANGSAL PRABU KRESNA RSUD KRMT WONGSONEGORO

Disusun Oleh :

Suzahra Khoirunisya

P27220019183

PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN SUARAKARTA
TAHUN 2021
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab tersering pasien dibawa ke dokter
atau unit gawat darurat. Hanya sebagian kecil dari anak yang mengalami trauma kepala
mengalami cedera pada otak, apabila terjadi cedera pada otak dapat menyebabkan
kematian atau gangguan fungsi kognitif dan motorik yang menetap. Penyebab tersering
trauma kepala adalah jatuh dan kecelakaan lalu lintas.( Irawan,dkk.2021). Cedera Otak
Ringan adalah cedera otak yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesadaran yang
diukur dengan menggunakan skala GCS (Glasgow Coma Scale) 13-15 yang diukur 30
menit setelah trauma (1,2,5) (Universitas Airlangga,2016).
Trauma kepala dibagi berdasarkan skor pada Skala Koma Glasgow Pediatrik.
Skor 13-15 digolongkan sebagai trauma kepala ringan, skor 9-12 sebagai trauma kepala
sedang dan skor 3-8 sebagai trauma kepala berat. Makin rendah skor pada Skala Koma
Glasgow menunjukkan makin beratnya cedera otak dan makin buruknya prognosis
(Universitas Airlangga,2016).
Cidera kepala ringan adalah gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi tak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak Istilah yang dipakai dalam cidera kepala antara lain (Universitas
Airlangga,2016) ;
1. Terbuka dan tertutup
 Cidera kepala terbuka berarti mengalami laserasi kulit kepala atau peluru
menembus otak.
 Cidera kepala tertutup dapat disamakan dengan pasien edema
2. Kup dan kontra kup (menggambarkan lokasi) Kup menyebabkan kerusakan yang
relative dekat dengan daerah yang terbentur.
3. Kontra kup kerusakan yang terjadi berlawanan dengan daerah benturan Akselerasi
dan deselerasi Menggambnarkan gerakan kepala bila terjadi guncangan atau
benturan. Tipe kerusakan tergantung dari jumlah dan jenis aselerasi, nilai cidera
aselerasi dan durasi
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi cidera kepala:
1. Cedera Kepala Primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan instegritas
fisika, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut yang menyebabkan kematian sel.
2. Cidera Kepala Sekunder
Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang
terjadi setelah traumamenyebabkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon
fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan biokimia, dan perubahan
hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik dan infeksi local atau
sistemik.

Menurut jenis cidera :


1. Cedera kepala terbuka : Dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laseri
diameter. Truma yang menembus tengkorak fan jaringan otak
2. Cidera kepala tertutup : Dapat disamakan pada pasien dengan gagar otak ringan
dengan cedera serebral yang luas.

Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale) :


 Cidera Kepala Ringan/Minor
- GCS 14-15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada kontusia serebral
Skala Koma Glasgown (Nanda NIK NOC, 2015) :
Dewasa Respon Bayi dan anak-anak
Buka Mata (Eye)
Spontan 4 Spontan
Berdasarkan perintah verbal 3 Berdasarkan suara
Berdasarkan rangsang nyeri 2 Berdasarkan Rangsang
syaraf
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi respon
Respon Verbal
Orientasi baik 5 Senyum, orientasi
terhadap obyek
Percakapan Kacau 4 Menangis tetapi dapat
ditenangkan
Kata kata kacau 3 Mengerang dan agitatif
Mengerang 2 Tidak memberi respons
Tidak memberi respons 1
Respon Motorik
Menurut perintah 6 Aktif
Melokalisir rangsang 5 Melokalisir rangsang
nyeri nyeri
Menjauhi rangsang 4 Menjauhi rangsang nyeri
nyeri
Fleksi abnormal 3 Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal 2 Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons 1 Tidak memberi respons
Skor 14 – 15 12 – 13 11 - 12 8 – 10 <5
Kondisi Compos Apatis Somnolent Stupor Koma
Mentis
C. MANIFESTASI KLINIS
Kondisi cedera kepala yang dapat terjadi antara lain :
1. Komsio Serebri
Tidak ada jaringan otak yang rusak, tetapi hanya fungsi otak sesaat (pingsan <10
menit) atau amnesia pasca cedera kepala.
2. Kontusio Serebri
Adanya kerusakan jaringan otak dan fungsi otak (pingsan>10 menit) atau terdapat lesi
neurologic yang jelas. Kontusio serebri sering terjadi dan sebagian besar terjadi di
lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian otak.
Kontusio serebri dalam waktu beberapa jam tau hari, dapat berubah menjadi
perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi. (Brain Injury
Association of Michigan).
3. Laserasi serebri
Kerusakan otak yang luas disertai robekan durameter serta fraktur terbuka pada
cranium. (Brain Injury Association of Michigan).
4. Epidural Hematom (EDH)
Hematom antara derameter dan tulang, biasanya sumber perdarahannya adalah
robeknya arteri meningea media. Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan
ketidakseimbangan neurologis sisi kiri dan kanan (hemiparase/plegi, pupil aniisokor,
reflex patologis satu sisi). Gambaran CT Scan area hipedens dengan bentuk bikonvek
atau lentikuler diantara 2 sutura. Jika perdarahan . 20 cc atau 1 cm midline shift 5 mm
dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan.
5. Subdural hematom (SDH)
Hematom dibawah lapisan durameter dengan sumber perdarahan dapat berasal dari
Bridging vein, a/v cortival, sinus venous. Subdural hematom adalah terkumpulnya
darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik . terjadi
karena pembuluh darah vena, pembuluh darah lambat dan sedikit. Periode akut dapat
terjadi antara 48 jam – 2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan. Gejalanya adalah nyeri
kepala, bingung, mengantuk, berpikir lambat, kejang dan udema pupil.secara klinis
ditandai dengan penurunan kesadaran, disertai pemeriksaan CT Scan didapatkan
gambaran hiperdens yang berupa bulan sabit (cresent). Indikasi operasi jika
perdarahan tebalnya > 5 mm.
6. SAH (Subarachnoid Hematom )
Perdarahan fokal didaerah spade ubarachnois.gejala klinisnya menyerupai kontusui
serebri. Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah
girus-girus serebri didaerah yang berdekatan dengan hematom. Hanya diberikan
terapi konservatif, tidak memerlukan terapi operatif. (Misulis KE, Head TC)
7. ICH (Intracerebral Hematom)
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya
akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Pada pemeriksaan CT
Scan didapatkan lesi perdarahan di antara neuron otak yang relative normal. Indikasi
dilakukan operasi adanya daerah hiperdens, diameter > 3 cm, perifer, adanya
pergeseran garis tengah.
8. Fraktur basis krani (Misulis KE, Head TC)
Fraktur dari dasar tengkorak, biasanya melibatkan tulang temporal, oksipital sphenoid
dan etmoid. Terbagi menjadi fraktur basis kranii anterior dan posterior. Pada fraktur
anterior melibatkan tulang etmoid dan sphenoid sedangkan pada fraktur posterior
melibatkan temporal, oksipital dan beberapa bagian tulang sphenoid. Tanda terdapat
fraktur basis kranii anatara lain :
a. Ekimosis periobital (Racoon’s eyes)
b. Ekimosis mastoid (Battle’s sign)
c. Keluar darah beserta cairan serebrospinal dari hidung atau telinga (rinore atau
otore)
d. Kelumpuhan bervus cranial

D. ETIOLOGI
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-deselerasi,
coup caountre coup, dan cedera rotasional.
1. Cedera Akselerasi
Terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak (mis. Alat
pemukul menghantam kepala atau peluru yang bertembakkan kekepala).
2. Cedera Deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti pada kasus jatuh
atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil.
3. Cedera Kepala Akselerai-Deselerasi
Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan episode kekerasan
fisik.
4. Cedera Coup Countre Coup
Terjadi jika terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan
dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang
pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
5. Cedera Rotasional
Terjadi jika pukulan/bentukan menyebabkan otak beputar dalam rongga tengkorak,
yang mengakibatkan peregangan atu robekna neuron dalam substansia alba serta
robeknya pembuluh darah yang mengfiksasi otak dengan bagian dalam rongga
tengkorak.

E. PATOFISIOLOGI
Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, berusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kesusahan
yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju galia aponeurotika sehingga
banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak. Hal itu menyebabkan pembuluh
darah robek sehingga akan menyebabkan hematoma epidural, subdural maupun
intrakranial, perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak
menurun. Sehingga suplai oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan
menyebabkan edema cerebral. Akibat dari hematoma di atas akan menyebabkan distorsi
pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada
kenaikan T.I.K. (Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid adrenal
sehingga sekresi asam lambung meningkat, akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan
anoreksia sehingga masukan nutrisi kurang (Universitas Airlangga,2016).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
2. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan MRI
4. CT Scan
Indikasi CT Scan nyeri kepala atau muntah-muntah, penurunan GCS lebih 1 point,
adanya lateralisasi, bradikardi (nadi<60 kali/mnt), fraktur impresi dengan lateralisasi
yang tidak sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari perawatan dan luka tembus
akibat benda tajam atau peluru.

G. PENATALAKSANAAN
Penanganan cedera kepala :
1. Stabilisasi kerdiopulmoner mengcakup prinsip-prinsip ABC (Airway-Breating-
Circulation). Keadaan hipoksia, hipoksemia, hipotensi, anemia, akan cenderung
memperhebat peningkatan TIK dan menghasilkan prohnosis yang lebih buruk.
2. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan -
gangguan dibagian tubuh lainnya.
3. Pemeriksaan neurologis mengcakup respon mata, motoric, verbal, pemeriksaan pupil
reflek okulosefalik dan reflek okuloves tubuler. Penilaian neurologis kurang
bermanfaat bila tekanan darah penderita rendah (syok)
4. Penanganan cedera-cedera bagian lainnya
5. Pemberian pengobatan seperti antiedemaserebri, anti kejang, dan natrium bikarbonat.
6. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti : Sken tomografi computer otak, angiografi
serebral, dan lainnya.

 Indikasi rawat inap pada penderita cedera kepala ringan :


1. Amnesia antegrade/pascatrumatik
2. Adanya riwayat penurunan kesadaran/ pingsan
3. Adanya keluhan nyeri kepala mulai dari derajat yang moderat sampai berat
4. Intoksikasi alchohol atau obat-obatan
5. Adanya fraktur tulang tengkorak
6. Adanya kebocoran likuor serebro-spinalis (ottore/rinorre)
7. Cidera berat bagian tubuh lainnya
8. Indikasi social (tidak ada keluarga/pendamping dirumah)
H. PATHWAY

Kecelakaan, jatuh, benturan pada cranium

Akselerasi-deselerasi

CKR Hematom Periorbita Sinistra

Dampak Tekanan Kuat

Trauma Tertutup Trauma Terbuka

Rusaknya lapisan Terbukanya barrier

jaringan otak pertahanan


sekunder

Getaran trauma stimulasi Jejas Kerusakan Integritas

Neurotransmitter nyeri kulit

Kurangnya Percaya

Subtansi prostaglandin diri


Resiko Infeksi

Stress dan Menangis


Nyeri Akut

Gangguan Citra
Tubuh
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
Anamnesa pada strok meliputi identitas pasien,keluhan utama,riwayat penyakit
sekarang,riwayat penyakit dahulu,riwayat penyakit keluarga, dengan pengkajian
pesikososial.(Muttaqian 2008)
2. Identitas pasien
Meliputi,nama,umur,jenis,kelamin,pendidikan,alamat,pekerjaan,agama ,suku
bangsa ,tangal dan jam MR,nomer regestrasi dan diaknosa medis.
3. Keluhan utama
Sering menjadi keluhan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan,nyeri kepala hebat,bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi
dan penurunan tingkat kesadaran.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi,riwayat strok sebelumnya,diabetes militus, penyakit jantung
anemia, riwayat terauma kepala, kontraspesi oral yang lama, penggunaan obat-obatan
anti kogulan,aspirin, vasiodilator, obat-obatan adiktif, kegemukan.pengkajian pemakaian
obat yang sering digunakan klien,seperti penggunaan obat antilipedemia penghambat
beta,dan lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes militus, atau adanya
riwayat strok dari generasi dahulu.
6. Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian pasien strok meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai setatus emosi,kognitif,perilaku pasien.
7. Pemeriksaan fisik
a) Kulit kepala
Seluruh kulit kepala di periksa.sering terjadi pada penderit yang datang dengan cedera
ringan,tiba-tiba ada dearah di lantai yang datang dengan cedera ringan.tiba-tiba ada
darah di lantai yang berasal dari bagian belakang kepala penderita.lakukan inspeksi
dan palpasi seluruh kepa dan wajah untuk adanya
pigmentasi,laserasi,massa,kontusion,fraktur dan luka terauma ,ruam, pendaraha, nyeri
tekan serta adanya sakit kepala (Arif M utaqqim 2008)

b) Wajah
Inspeksi adanya kesimetrisan kanan dan kiri,apabila terdapat cedera di sekitar mata
jangan lalai memeriksa mata,karena pembengkakan di mata akan menyebabkan
pemeriksaan mata selanjutnya menjadi sulit.reevalusi tingkat kesadaran dengan sekor
GCS.
1) Mata
Periksa kornea ada cedera atau tidak,ukuran pupil apakah hisokor,atau aniskor
serta bagaimana reflex cahayanya,apakah pupil mengalami miossis atau
midriasis,adanya serta dipolpia.
2) Hidung
Periksa adanya penderahan,perasaan nyeri, penyumbataan penciuman, apabila ada
diformatas, lakukan palpasi akan kemungkinan krpitasi dari suatu fraktur.
3) Telinga
Periksa adanya nyeri tinitus,pembengkakan, pendarahan, penurunan atau
penghilang pendengaran,periksa dengan senter mengenai keutuhan membran
timpani atau adanya hemotimpanun.
4) Rahang atas
Periksa stabilitas rahang atas
5) Rahang bawah
Periksa adanya fraktur
6) Mulut dan faring
Inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur,warna kelembaban, dan adanya lesi
antara lidah tekstur, warna kelembaban,lesi, apakah tosil meradang.pegang dan
tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa tumor.
8. Vertebra servikalis dan lahan
Pada memeriksa leher,periksa adanya deformitas tulang atau kerpitas edema,raum ,lesi
dan massa, kaji adanya keluhan disfagia dan suara serak harus di perhatikan, cedera
tumpul atau tajam devisi trakea, dan pemakaian otot tambahan.
9. Toraks
- Inspeksi : inspeksi dinding dada bagian depan,samping dan belkang untuk adanya
trauma tumpul,luka lecet,memar,raum, ekiomosis, bekas luka, kedalamn
pernafasan.
- Palpasi : seluruh dinding dada untuk adanya terauma tajam/tumpul enfesema, neri
tekan.
- Perkusi :untuk mengetahui kemampuan hipersonor dan keredupan.
- Askultasi : suara nafas tambahan (apakah adanya ronki rales,) dan bunyi jantung
- Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,pemeriksaan motorik dan sendorik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d trauma
2. Resiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer d.d kerusakan integritas
kulit
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk/struktur tubuh

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
Dx
1 Nyeri akut b.d L.08066 I.08238
agen pencedera Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
fisik d.d trauma tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi,  Untuk mengetahui
2 x 24 jam, maka karakteristik, durasi, lokasi,

tingkat nyeri frekuensi, kualitas, karakteristik,

menurun dengan integritas nyeri durasi, frekuensi,

kriteria hasil : 2. Identifikasi skala kualitas, integritas

1. Keluhan Nyeri nyeri nyeri

munurun skala 5 3. Identifikasi skala  Untuk mengetahui


2. Perasaan depresi nyeri skala nyeri

(tertekan) menurun 4. Identifikasi respon  Untuk mengetahui


skala 5 nyeri non verbal skala factor yag
3. Mual menurun 5.identifikasi memperberat dan
skala 5 pengaruh nyeri pada memperingan nyeri
kualitas hidup nyeri
7. monitor  Untuk mengetahui
keberhasilan terapi respon nyeri non
komplementer yang verba
sudah diberikan  Untuk mengetahui
8. monitor efek pengaruh nyeri
samping penggunaan pada kualitas hidup
analgetik  Untuk mengetahui
keberhasilan terapi
Teraupetik : komplementer
1. Berikan teknik yang sudah
nonfarmakologgis diberikan
untuk mengurangi  Untuk mengetahui
rasa nyeri (mis. kondisi pasien
TENS, hypnosis,  Untuk memberikan
akupuntur, terapi lingkungan yang
music, biofeedback, nyaman bagi
terapi pijat, pasien
aromaterapi, teknik  Untuk memberikan
imajinasi terbimbing, Fasilitasi istirahat
kompres hangat/ dan tidur
dingin, terapi
bermain)
2.Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi
4. Jelaskan strategi

meredakan nyeri
 memahami strategi
5. Anjurkan teknik
pereda nyeri
nonfarmakologi
 Untuk mengurangi
untuk mengurangi
nyeri
nyeri

Kolaborasi
1. kolaborasi  Untuk dapat
pemberian analgetik, mengkolaborasikan
jika perlu analgesic pasien

I.08243
Pemberian
Analgesik
Tindakan :
1. Identifikasi  Untuk mengetahui
karakteristik nyeri karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,  Untuk mengetahui
pereda, kualitas, riwayat alagergi
lokasi, intensitas, obat pasien
frekuensi, durasi)  Untuk mengetahui
2. identifikasi ttv pasien stabil atau
riwayat alergi obat tidak
3. identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika. Non-
narkotik, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
4. monitor tanda-
tanda vital sebelum
dan sesudah
pemberian analgesik

2 Resiko infeksi b.d L.14125 I.14539


ketidakadekuatan Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
pertahanan tubuh tindakan Observasi :
primer d.d keperawatan selama Monitor tanda dan
kerusakan 2 x 24 jam, maka gejala infeksi local
integritas kulit Integritas kulit dan sistemik
Jaringan meningkat
dengan kriteria hasil : Teraupetik :
 Untuk memberikan
1. Kerusakan 1. batasi jumlah
jam istirahat pasien
jaringan menurun pengunjuang  Untuk memberikan
skala 5 2. berikan perawatan perawatan kulit
2. Kerusakan lapisan kulit pada area pasien
kulit meningkat edema  Untuk menjanga
skala 5 3. cuci tangan kebersihan tangan
3. Nyeri menurun sebelum dan sesudah agar tidak terjadi
skala 5 kontrak dengan infeksi
4.Kemerahan pasien dan  Untuk meredakan
menurun skala 5 lingkungan pasien nyeri pasien
4. pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
3 Gangguan citra L.09067 I.09305
tubuh b.d Citra Tubuh Promosi Citra
perubahan Setelah dilakukan Tubuh
bentuk/struktur tindakan Observasi :
 Untuk mengetahui
tubuh keperawatan selama 1. Identifikasi
tahap
2 x 24 jam, maka harapan citra tubuh
perkembangan
Citra tubuh berdasarkan tahap
citra tubuh pasien
meningkat dengan perkembangan
kriteria hasil : 2. identifikasi  Untuk mengetahui
1. Melihat bagian budaya, agama,jenis budaya,

tubuh meningkat kelamin, umur terkait agama,jenis

skala 5 citra tubuh kelamin, umur

2. Menyentuh bagian 3. Identifikasi terkait citra tubuh

tubuh meningkat perubahan citra  Untuk mengetahui


skala 5 tubuh perubahan citra

3. Verbalitas 4. Monitor frekuensi tubuh

perasaan negative pernyataan kritik  Untuk meng etahui


tentang perubahan terhadap diri sendiri perasaan pasien

tubuh meningkat 5. Monitor apakah terhadap citra diri


skala 5 pasien bisa melihat  Untuk mengetahui
4. Verbalisasi bagian tubuh yang pasien masih dapat
kekhawatiran pada berubah melihat secara
penolakan /reaksi normal
orang lain meningkat Teraupetik :
skala 5 1.Diskusikan  Untuk mengetahui
5. Respon nonverbal perubahan tubuh dan perubahan tubuh
pada perubahan fungsinya dan fungsi pasien
tubuh meningkat 2.Diskusikan
perbedaan  Untuk mengetahui
skala 5
penampilan fisik perbedaan

terhadap harga diri penampilan fisik

3. Diskusikan kondisi terhadap harga diri

stress yang  Untuk mengetahui


mempengaruhi citra keadaan psikologis

tubuh (mis. Luka, pasien

penyakit,
 Agar Citra tubuh
pembedahan)
pasien meningkat
4. Diskusikan cara
mengembangkan  Agar pasien merasa
harapan citra tubuh nyaman untuk
secara realitas bercerit
5.Diskusikan
persepsi pasien dan
keluarga perubahan
citra diri

Edukasi :  Agar pasien dapat


1. Jelaskan kepada mengetahui
keluarga tentang perawatan
perawatan perubahan perubahan citra
citra tubuh tubuh
2.Anjurkan  Agar pasien
mengungkapkan mengerti gambaran
gambaran diri diri terhadap citra
terhadap citra tubuh tubuh
3.Anjurkan  Agar pasien dapat
mengikuti kelompok bersemangat
pendukung (mis. meningkatkan citra
Kelompok sebaya) diri
4. Latihan fungsi  Agar pasien lebih
tubuh yang dimiliki percaya diri saat
5. Latihan bertemu orang lain
peningkatan
penampilan diri
6. Latihan
mengungkapkan
kemampuan diri
kepada orang lain
maupun kelompok

D. EVALUASI

Subjective: Pernyataan atau keluhan dari pasien


Objective : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. 
Analisys: Kesimpulan dari objektif dan subjektif
Planning yaitu Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis

DAFTAR PUSTAKA
Gebby Gabriela. 2019. Askep cidera kepala ringan. Sekolah ilmu kesehatan perintis padang.
http://repo.stikesperintis.ac.id/831/1/10%20GEBI%20GABRIELA.pdf , diakses pada 20
September 2021

Nova Friska. 2019. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Edema Serebri pada cidera kepala
traumatic. Universitas Syiah Kuala. https://bimiki.e-journal.id/bimiki/article/view/27 ,
diakses pada 20 September 2021.

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia. 2010. Clinical Pathology and Medical
Laboratory. https://www.google.com/search?
q=Perhimpunan+Dokter+Spesialis+Patologi+Klinik+Indonesia.
+2010.+Clinical+Pathology+and+Medical+Laboratory.&oq=Perhimpunan+Dokter+Spes
ialis+Patologi+Klinik+Indonesia.+2010.+Clinical+Pathology+and+Medical+Laboratory.
+&aqs=chrome..69i57.1084j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8# , diakses pada 20
September 2021.

Dr. Soetomo. 2016. Modul Trauma. Universitas Airlangga. https://www.google.com/search?


q=Dr.+Soetomo.+2016.+Modul+Trauma.+Universitas+Airlangga.
+&sxsrf=AOaemvK4WGI0pgn0eakzNLm60KlTNpKD3g
%3A1632532578520&ei=YnhOYY2XH5rCz7sP_tazuA8&oq=Dr.+Soetomo.
+2016.+Modul+Trauma.+Universitas+Airlangga.
+&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAM6BwgjEOoCECdKBAhBGABQncwCWJ3MAmDQ1gJo
AXAAeACAAZoBiAGaAZIBAzAuMZgBAKABAaABArABCsABAQ&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwiN0LTj-ZjzAhUa4XMBHX7rDPcQ4dUDCA0&uact=5# , diakses
pada 20 September 2021.

Irawand,dkk. 2016. Rekomendasi Trauma Kepala. Ikatan Dokter anak Indonesia.


https://www.google.com/search?q=Irawand%2Cdkk.
+2016.+Rekomendasi+Trauma+Kepala.
+Ikatan+Dokter+anak+Indonesia&sxsrf=AOaemvKAJw2SPpWYIgfZQ-aQe7UwPbCrIg
%3A1632532624502&ei=kHhOYeKSHrfTz7sP2ou68Ac&oq=Irawand%2Cdkk.
+2016.+Rekomendasi+Trauma+Kepala.
+Ikatan+Dokter+anak+Indonesia&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAM6BwgjEOoCECdKBAhB
GABQwtEDWMLRA2DS1wNoAXACeACAAVKIAVKSAQExmAEAoAEBoAECsAE
KwAEB&sclient=gws-wiz&ved=0ahUKEwjimqv5-
ZjzAhW36XMBHdqFDn4Q4dUDCA0&uact=5# , diakses pada 20 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai