DOSEN PEMBIMBING :
NPM : 61116001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
1
2
Skenario 1
CEDERA KEPALA
Tuan joni, 27 tahun dirujuk dari puskesmas dengan keluhan tidak sadar setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Sewaktu dipuskesmas, tuan joni sempat sadar, lalu secara
perlahan-lahan kesadarannya turun kembali dan diperjalanan menuju rumah sakit sempat muntah
4 kali. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga dirumah sakit , didapatkan gcs 8, TD
160/100 mmHg , nadi 56 kali/menit, suhu 37,8’c, nafas 20kali permenit, pupil anisokor, kanan 5
mm dan kiri 2 mm.
Tuan joni dikonsulkan ke bagian penyakit saraf. Dari hasil pemerikasaan ditemukan
reflex cahaya kanan menurun,kiri normal, reflex bisep dan trisep kanan kiri normal, dan
ditemukan reflex babinsky di sisi kiri. Hasil pemeriksaan ronsen foto schedel serta pemeriksaan
CT scan kepala ditemukan adanya fraktur linier os temporal kanan serta lesi hiperdens di fronto
temporal kanan.
Segera dilakuan konsul ke cito bagian bedah saraf. Dari hasil konsul bedah saraf tuan joni
dianjurkan operasi craniectomy untuk evakuasi hematom. Setelah operasi selesai, tuan joni
dirawat di ICU dan setelah kondisi stabil, tuan joni dipindahkan ke bangsal penyakit saraf untuk
pemulihan. Dibagian penyakit saraf, tuan joni dirawat di runang pemulihan.
TERMINOLOGI ASING
2. Pupil anisoskor
Adalah ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata. ( kamus saku Dorland edisi 29
halaman 45)
3. Reflex babinsky
Adalah dorsofleksi ibujari kaki pada perangsangan telapak kaki; timbul lesi pada tractus
pyramidalis walaupun merupakan reflex normal pada bayi. ( kamus saku Dorland edisi
29 halaman 653)
4. Operasi craniectomy
Adalah operasi pada cranium. ( kamus saku Dorland edisi 29 halaman 187)
5. Lesi hiperdens
Adalah bayangan yang dihasilkan oleh alat Ct Scan karena terdapat adanya lesi atau
kebocoran vaskuler.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa reflex cahaya kanan menurun kiri normal sehingga menyebabkan pupil
anisokor pada tuan joni?
2. Mengapa kesadaran tuan joni tidak stabil?
3. Mengapa tuan joni muntah-muntah setelah terjadi kecelakaan?
4. Mengapa reflex babinsky hanya di sebelah kiri?
5. Mengapa dokter bedah saraf melakukan operasi craniectomy?
6. Mengapa tuan joni dirawat di ICU setelah operasi?
7. Mengapap dilakukan CT-Scan?
5
HIPOTESIS
1. Pupil anisokor disebabkan karena adanya trauma kepala tuan joni sehingga menyebabkan
Kegagalan persarafan parasimpatis pada nervus occulomotorius yang
menyebabkan pupil yang relatif dilatasi akan bereaksi lambat terhadapat
cahaya langsung.
6. Tuan joni di rawat di ICU (Intensive Care Unit) untuk pemantauan intensif pada pasien
sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan
tenaga kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus.
7. CT San dilakukan untuk melihat apakah ada nya cedera pada kepala tuan joni.
6
SKEMA
Trauma kepala
-Rontsen foto
-TD 160/100 mmHG
ANAMNESIS schedel
-nadi 56x/menit
-Muntah 4 kali -Pemeriksaan CT
-suhu 37,8°C Scan kepala (fraktur
-Kesadaran menurun
linier os temporal
-napas 20x/menit, kanan serta lesi
-pupil anisokor, kanan heperdens di fronto
5mm dan kiri 2 mm temporal kanan)
CEDERA KEPALA
7
LEARNING OBJECTIVE
PEMBAHASAN
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional
jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera
kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran dan dapat menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois,
Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi, yaitu berdasarkan; mekanisme, beratnya cedera,
dan morfologi.
- cedera tusukan
Respon motoric
Mengikuti perintah 6
Mampu melokalisasi nyeri 5
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Respon verbal
Orientasi baik 5
Faktor resiko
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan
kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada
pengguna jalan raya.
Kekuatan benda yang bergerak akan menyebabkan deformitas akibat percepatan, perlambatan
dan rotasi yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba terhadap kepala dan jaringan otak
Kepala yang sedang bergerak kemudian membentur suatu benda yang keras, maka akan terjadi
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena menyender pada benda lain dibentur oleh
Pada kepala yang tergencet pada awalnya dapat terjadi retak atau hancurnya tulang tengkorak.
Klinis :
a. Keadaan penderita sadar
b. Mengalami amnesia yang berhubungna dengan cedera yang dialaminya
c. Dapat disertai dengan hilangnya kesadaran yang singkat
Pembuktian kehilangan kesadaran sulit apabila penderita dibawah pengaruh obat-
obatan / alkohol.
d. Sebagain besar penderita pulih sempurna, mungkin ada gejala sisa ringan
Fractur tengkorak sering tidak tampak pada foto ronsen kepala, namun indikasi
adanya fractur dasar tengkorak meliputi :
a. Ekimosis periorbital
b. Rhinorea
c. Otorea
d. Hemotimpani
e. Battle’s sign
Penilaian terhadap Foto ronsen meliputi :
a. Fractur linear/depresi
b. Posisi kelenjar pineal yang biasanya digaris tengah
c. Batas udara – air pada sinus-sinus
d. Pneumosefalus
e. Fractur tulang wajah
f. Benda asing
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah rutin tidak perlu
b. Kadar alkohol dalam darah, zat toksik dalam urine untuk diagnostik / medikolagel
13
Therapy :
a.Obat anti nyeri non narkotik
b. Toksoid pada luka terbuka
Penderita dapat diobservasi selama 12 – 24 jam di Rumah Sakit
2. Sirkulasi
Normalkan tekanan darah bila terjadi hypotensi
Hypotensi petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat pada kasus
multiple truama, trauma medula spinalis, contusio jantung / tamponade
jantung dan tension pneumothorax.
Saat mencari penyebab hypotensi, lakukan resusitasi cairan untuk
mengganti cairan yang hilang
UGS / lavase peritoneal diagnostik untuk menentukan adanya akut
abdomen
B. seconady survey
Penderita cedera kepala perlu konsultasi pada dokter ahli lain.
C. Pemeriksaan Neurologis
Dilakukan segera setelah status cardiovascular penderita stabil, pemeriksaan
terdiri dari :
GCS
Reflek cahaya pupil
Gerakan bola mata
Tes kalori dan Reflek kornea oleh ahli bedah syaraf
Sangat penting melakukan pemeriksaan minineurilogis sebelum penderita
dilakukan sedasi atau paralisis
Tidak dianjurkan penggunaan obat paralisis yang jangka panjang
Gunakan morfin dengan dosis kecil ( 4 – 6 mg ) IV
Lakukan pemijitan pada kuku atau papila mame untuk memperoleh respon
motorik, bila timbul respon motorik yang bervariasi, nilai repon motorik yang
terbaik
Catat respon terbaik / terburuk untuk mengetahui perkembangan penderita
Catat respon motorik dari extremitas kanan dan kiri secara terpisah
Catat nilai GCS dan reaksi pupil untuk mendeteksi kestabilan atau perburukan
pasien
Tujuan utama perawatan intensif ini adalah mencegah terjadinya cedera sekunder
terhadap otak yang telah mengaalami cedera
A. Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita agar tetap
normovolemik
B. Hyperventilasi
Tindakan hyperventilasi harus dilakukan secara hati-hati, HV dapat menurunkan
PCo2 sehingga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak
HV yang lama dan cepat menyebabkan iskemia otak karena perfusi otak menurun
C. Manitol
Dosis 1 gram/kg BB bolus IV
Indikasi penderita koma yang semula reaksi cahaya pupilnya normal, kemudian
terjadi dilatasi pupil dengan atau tanpa hemiparesis
Dosis tinggi tidak boleh diberikan pada penderita hypotensi karena akan
memperberat hypovolemia
D. Furosemid
Diberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan akan
meningkatkan diuresis
E. Steroid
Steroid tidak bermanfaat
F. Barbiturat
Bermanfaat untuk menurunkan TIK
Tidak boleh diberikan bila terdapat hypotensi dan fase akut resusitasi, karena
barbiturat dapat menurunkan tekanan darah
G. Anticonvulasan
Penggunaan anticonvulsan profilaksisi tidak bermanfaat untuk mencegaah terjadinya
epilepsi pasca trauma
Phenobarbital & Phenytoin sering dipakai dalam fase akut hingga minggu ke I
PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN
Penyebab infeksi adalah pencucian luka dan debridement yang tidak adekuat
Lakukan insfeksi untuk fraktur dan adanya benda asing, bila ada CSS pada luka
menunjukan adanya robekan dura. Consult ke dokter ahli bedah saraf
Tindakan operatif
Prosedur ini penting pada penderita yang mengalami perburukan secara cepat dan
tidak menunjukan respon yang baik dengan terapy yang diberikan
17
Trepanasi dilakukan pada pasien koma, tidak ada respon pada intubasi endotracheal ,
hiperventilasi moderat dan pemberian manitol
DAFTAR PUSTAKA
Novak, patricia D (2015) Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 29. Singapura. Elsevier
Soertidewi L, Misbach. (2006) Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma
spinal. Jakarta: Perdossi