Anda di halaman 1dari 19

Patofisiologi dan asuhan

keperawatan pada anak


Dengan masalah
Cedera kepala
SLIDESMANIA
Anggota klp 1
 

1. Odelia Sabrina Visandri 2011312011


2. Aelliya engelina 2011313029
3. Aisy rasyifa zuhdiyyah 2011312002
4. Siska Yulianti 2111316019
5. M.Hafiz Alfarizi N 2111316004
SLIDESMANIA
Cedera kepala
 

Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur


kepala akibat mengalami benturan yang berpotensi menimbulkan
gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan,
memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang
tengkorak, atau gegar otak.
SLIDESMANIA
patofisiologi
SLIDESMANIA
Klasifikasi Trauma kepala
Trauma kepala dibagi berdasarkan
skor pada Skala Koma Glasgow
Pediatrik. Skor 13-15 digolongkan
sebagai trauma kepala ringan, skor
9-12 sebagai trauma kepala sedang
dan skor 3-8 sebagai trauma
kepala berat. Makin rendah skor
pada Skala Koma Glasgow
menunjukkan makin beratnya
cedera otak dan makin buruknya
prognosis.
SLIDESMANIA
Manifestasi Klinik
1. Cedera kepala ringan

a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.

b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.

c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku

2. Cedera kepala sedang

a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan koma.

b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologik, perubahan tanda-tanda vital (TTV), gangguan
penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan

3. Cedera kepala berat

a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran
SLIDESMANIA

b. Pupil tidak actual, pemeriksaan motorik tidak actual, adanya cedera terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologic

c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukkan fraktur


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
SLIDESMANIA
PENGKAJIAN
 
1. Identitas klien

2. Riwayat kesehatan

Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem respirasi: Suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik), nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronki,
mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).

b. Kardiovaskuler: Pengaruh perdarahan organ atau pengaruh peningkatan tekanan intracranial (TIK).

c. Kemampuan komunikasi: Kerusakan pada hemisfer dominan,disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.

d. Psikososial: Data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.

e. Aktivitas/istirahat: Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan,perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese, goyah dalam
SLIDESMANIA

berjalan (ataksia), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.

f. Sirkulasi: Tekanan darah normal atau berubah (hiper/normotensi),perubahan frekuensi jantung nadi bradikardi, takhikardi dan aritmia.
g. Integritas Ego: Perubahan tingkah laku/kepribadian, mudah tersinggung, delirium, agitasi, cemas, bingung, impulsive dan depresi.

h. Eliminasi: buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) mengalami inkontinensia/disfungsi.

i. Makanan/cairan: Mual, muntah, perubahan selera makan, muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, disfagia).

j. Neurosensori: kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus,kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, diplopia, gangguan

pengecapan/pembauan, perubahan kesadaran, koma. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi)

perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan penginderaan,pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Postur

(dekortisasi,desebrasi), kejang. Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.

k. Nyeri/Keyamanan: sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang berbeda, wajah menyeringa, merintih, respon menarik pada

rangsang nyeri yang hebat, gelisah

l. Keamanan: Trauma/injuri kecelakaan, fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan range of motion (ROM), tonus otot hilang
SLIDESMANIA

kekuatan paralysis, demam, perubahan regulasi temperatur tubuh.

m. Penyuluhan/Pembelajaran: Riwayat penggunaan alcohol/obat-obatan terlarang


4. Pemeriksaan penunjang

a. Computed Temografik Scan (CT-Scan) (tanpa/denga kontras) : Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Sama dengan Computed Temografik Scan (CT-Scan) dengan atau tanpa kontras.

c. Angiografi serebral: Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma

d. Electroencephalogram (EEG) : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.

e. Sinar-X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan,
edema), adanya fragmen tulang.

f. Brain Auditory Evoked Respons (BAER): Menentukan fungsi korteks dan batang otak.

g. Positron Emission Tomography (PET): Menunjukan perubahan aktifitas metabolisme pada otak.

h. Fungsi lumbal, cairan serebrosspinal (CSS): Dapat menduka kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid.

i. Gas Darah Artery (GDA) : Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan
SLIDESMANIA

tekanan intracranial (TIK).


j. Kimia /elektrolit darah : Mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam peningkatan tekanan intracranial
(TIK)/perubahan mental.

k. Pemeriksaan toksikologi: Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.

l. Kadar antikonvulsan darah: dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang

Diagnosa

1. Resiko perfusi jaringan serebral b.d cedera kepala

2. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurolgis(cedera kepala)

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


SLIDESMANIA
INTERVENSI
 
Diagnosa keperaawatan SLKI SIKI
1. Resiko perfusi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :
jaringan serebral b.d selama 1x24 jam maka resiko perfusi • Identifikasi penyebab peningkatan
cedera kepala jaringan serebral membaik dengan TIK
kriteria hasil :
• Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
1. Tingkat kesadaran meningkat
• Monitor status pernapasan
2. Sakit kepala menurun Gelisah menurun
• Monitor intake dan output cairan
SLIDESMANIA
SIKI
Teraupetik :
• Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
• Berikan posisi semi fowler
• Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian sedasi dan anti konvulsan jika perlu
pemberian diuretic osmosis jika perlu
SLIDESMANIA
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan 1. Observai
b.d gangguan keperawatan selama 1x24 jam
 Monitor pola napas
neurolgis(cedera kepala) diharapkan inspirasi dan atau ekspirasi Monitor bunyi napas

yang memberikan ventilasi adekuat
 Monitor sputum
membaik dengan kriteria hasil :
2. Terapeutik
1. Disspnea menurun
 Pertahankan kepatenan
2. Penggunaan otot bantu napas
 jalan napas
menurun
 Posisikan semi-fowler
3. Pernapasan cuping hidung
 Berikan minum hangat
menurun
 Lakukan fisioterafi dada
 Berikan oksigen jika perlu

3. Edukasi

 Ajarkan Teknik batuk efektif

4. Kolaborasi
SLIDESMANIA

 Kolaborasi pemberian bronkodilator


3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Observasi :
pencedera fisik keperawatan selama 1x24 jam, • Identifikasi skala nyeri
maka nyeri akut membaik dengan
• Identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil:
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri menurun
nyeri
2. Meringis menurun
Teraupetik :
3. Gelisah menurun
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kesulitan tidur menurun
• Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Kolaborasi :
SLIDESMANIA

• Kolaborasi pemberian analgetic jika perlu


Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat

harus mengetahui alasan mengapa tindakan IMPLEMENTASI


 
tersebut dilakukan. Beberapa hal yang harus

diperhatikan diantaranya tindakan keperawatan

yang dilakukan harus sesuai dengan tindakan

yang sudah direncanakan, dilakukan dengan cara

yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi

klien, selalui dievaluasi mengenai keefektifan dan


SLIDESMANIA

selalu mendokumentasikan menurut urutan waktu


EVALUASI
 
Edukasi kesehatan yang perlu diberikan kepada orang tua:

• Trauma kepala ringan tanpa penurunan kesadaran dapat dirawat dirumah.


• Tirah baring selama 3 hari.
• Selama observasi di rumah sebaiknya anak tidak minum obat anti muntah, karena dapat menutupi
gejala perburukan yaitu muntah. Analgetik diberikan jika perlu.
• Pengawasan dilakukan dengan memeriksa anak tiap 2-3 jam sampai 72 jam setelah trauma.
• Anak segera di bawa ke rumah sakit apabila selama observasi didapatkan:

- Anak tampak tidur terus atau tidak sadar.

- Anak menjadi gelisah, bingung atau delirium.

- Kejang pada wajah atau ekstremitas.

- Anak mengeluh sakit kepala yang menetap dan bertambah berat, atau adanya tanda kekakuan di leher.
SLIDESMANIA

- Muntah yang menetap terutama di pagi hari.


EBNP

Pemberian terapi genggam jari untuk mengurangi tingkat nyeri terapi diberikan selama 15 menit. Terapi genggam jari dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan menghasilkan implus yang dikirim melalui serabut saraf aferon nonnosiseptif. Serabut saraf non-nosiseptif
menyebabkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus ke korteks serebral terlambat atau dikurangi karena stimulusasi yang berlawanan
dari terapi genggam jari. Hal ini membuat intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi karena stimulus terapi genggam jari
lebih awaldan lebih banyak sampai ke otak (Pinandita, 2012 dalam Astrid, Nola, dan Djemi, 2016).

Wulandari,devi,dkk.2021.NURSING IN LIGHT HEAD INJURY PATIENTS IN THE


FULFILLMENT OF THE NEEDS FOR SAFETY AND COMFORT: PAIN.jurnal
universitas Kusuma hesada
mendonsa,joanquim dacosta.2019.ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. P.P
DENGAN CEDERA KEPALA SEDANG DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG.karya tulis ilmiah poltekes
kemenkes kupang
gabriella,gebi.2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN CEDERA
KEPALA RINGAN DI RUANG AMBUN SURI LANTAI 2 RSUD Dr. ACHMAD
SLIDESMANIA

MOCHTAR BUKITTINGGI.karya tulis ilmiah sekolah tinggi ilmu kesehatan perintis


padang
TERIMAKASIH
SLIDESMANIA

Anda mungkin juga menyukai