Oleh:
Nama : Wahyu Artyningsih
NIM : P17212215033
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
.......................................... Di................................................ Periode................................S/D
.................................... Tahun Ajaran..................................Telah disetujui dan disahkan pada
Tanggal...... Bulan..........................Tahun................
Malang,
Preceptor Akademik
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Cedera kepala terjadi akibat adanya pukulan atau benturan secara mendadak yang
mengenai kepala dan dapat disertai peningkatan tekanan intrakranial tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak
maupun otak yang dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Takatelide, Kumaat, &
Malara, 2017). Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak yang dapat
menyebabkan penurunan tingkat kesadaran, gangguan fungsi tubuh, gangguan
emosional dan tingkah laku (Manurung, 2018).
B. ETIOLOGI
Beberapa etiologi cedera kepala (Yessie dan Andra, 2013) :
1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera
lokal. Kerusakan local meliputi contusion serebral, hematom serebral, kerusakan
otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi):
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk, yaitu cedera akson,
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar pada hemisfer serebral,
batang otak atau kedua-duanya.
Akibat cedera tergantung pada (Yessie dan Andra, 2013) :
C. KLASIFIKASI
Penilaian cedera kepala dapat dinilai menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
3) GCS 13-15
1. Kehilangan kesadaran
2. Muntah
3. GCS 9-12
4. Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)
1) GCS 3-8
2) Hilang kesadaran >24 jam
3) Adanya kontusio serebri, laserasi/hematom intrakranial
Tabel 2.1: Klasifikasi Cedera Kepala
- Spontan 4
- Terhadap suara 3
- Terhadap nyeri 2
- Berorientasi baik 5
1. Composmentis (normal)
a. Sadar penuh
a. Acuh
3. Somnolent (ngantuk)
a. Keadaan ngantuk
4. Dellirium (mengigau)
E. PATOFISIOLOGI
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan dapat
menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah cedera otak yang terjadi segera
setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi. Cedera
kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan
kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran
darah ke otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan
metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan
peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan peningkatan tekanan darah. Penurunan
tekanan pembuluh darah di daerah pulmonal mengakibatkan peningkatan tekanan
hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat menyebabkan
odeme dan hematoma pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra
kranial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada daerah kepala
(Padila, 2012).
PATHWAY
2) Pemeriksaan laboratorium
AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau
natrium, retensi Na berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na, peningkatan
komposisi, tekanan).
kesadaran.
f. Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
mengatasi kejang.
G. PENATALAKSANAAN
Beberapa penatalaksaan pada pasien cedera kepala (Tim Pusbankes, 2018):
2) CT scan abnormal
5) Kesadaran menurun
7) Intoksikasi alcohol/obat-obatan
8) Fraktur tengkorak
9) Rhinorea/otorea
11) Amnesia
b. Rawat jalan
cedera kepala ringan. Apabila dijumpai gejala-gejala dibawah ini maka penderita
3) Kejang
8) Gangguan penglihatan
menuruti perintah-perintah.
Pemeriksaan awal:
a. Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darah sederhana
Perawatan:
b. Pemeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila penderita
akan dipulangkan
a. Pulang
b. Kontrol di poli
Bila penderita tidak mampu melakukan perintah lagi segera lakukan pemeriksaan
menurun.
a. Airway
tekanan intrakranial.
2) Pastikan jalan nafas korban aman, bersihkan jalan nafas dari lender, darah atau
kotoran, pasang pipa guedel dan siapkan untuk intubasi endotrakeal, berikan
disingkirkan
b. Sirkulasi
2) Atasi hipotensi yang terjadi, yang biasanya merupakan petunjuk adanya cedera
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpul dan dan analisis informasi secara sistematis dan
6. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama penanggung jawab,
umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah, pendidikan
a. Umur
Cedera kepala berdasarkan umur biasanya sering terjadi pada umur 15-24 tahun
(Riskesdas, 2018).
b. Jenis kelamin
Cedera kepala berdasarkan jenis kelamin sering dialami oleh laki-laki (Riskesdas,
2018).
c. Pekerjaan
Biasanya pelajar adalah penderita terbanyak pada kasus cedera kepala karena
7. Keluhan utama
Terjadi penurunan kesadaran, letargik, mual dan muntah, nyeri kepala, wajah tidak
simetris, lemah, sulit beristirahat, sulit mencerna dan menelan makanan (Yessie dan
Andra, 2013).
kejadian, sulit beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap dan mencium bau, sulit
Pasien pernah mengalami penyakit system persarafan, riwayat cedera masa lalu,
Andra, 2013).
a. Nutrisi
c. Istirahat
d. Aktivitas
Secara umum keadaan umum klien dapat dilakukan pengkajian dengan 3 kriteria,
kebutuhan mandiri.
2) Sedang: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan apatis, tanda-tanda vital
3) Berat: terdiri dari kesadaran penuh sampai dengan samnolen, tanda-tanda vital
Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi,
tersedak
tekan abdomen.
Nyeri berat terjadi tiba-tiba atau bahkan terlokalisasi pada area jaringan yang
1) Olfaktorius
Pada saraf ini klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman.
2) Optikus
Gangguan mengangkat kelopak mata terutama pada klien dengan cedera yang
4) Trigeminus
5) Fasialis
6) Toklearis
8) Aksesorius
Jika tidak melibatkan cedera pada leher, mobilitas klien cukup baik dan tidak
9) Hipoglosus
Melalui analisa data yang sistematis, kita dapat menarik kesimpulan mengenai
masalah kesehatan klien. Ketika mengkaji klien, lihat kekuatan yang dimiliki klien
yang dapat ia gunakan untuk menghadapi masalah (Rosdahl dan Kowalski, 2015). Data
dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien,
kemampuan pasien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi
dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal
Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Tujuan pengumpulan
data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, menentukan
masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat
3. Diagnosa Keperawatan
mengurangi, mencegah, atau menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada pada
tanggung jawabnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Setelah penulis melakukan analisa
data didapatkan diagnosa utama yang muncul menurut SDKI (2018), yaitu risiko
4. Intervensi Keperawatan
untuk memberi asuhan kepada klien. Biasanya berdasarkan prioritas, hasil yang
diharapkan (sasaran jangka pendek atau panjang) dan program keperawatan (Roshdal
i. Monitor status
sel sabit) pernafasan
k. Dilatasi j. Monitor intake
kardiomiopati dan output cairan
l. Koagulasi k. Monitor
intravaskula 2. Teraupetik
r diseminata a. Minimalkan
m. Embolisme stimulus dengan
n. Cedera kepala menyediakan
o. Hiperkoleste lingkungan yang
r onemia tenang
p. Hipertensi b. Berikan posisi
q. Neoplasma semi fowler (30-
otak 400)
r. Penyalahguna c. Hindari
an zat maneuve
Kondisi klinis r valsava
d. Cegah terjadinya
terkait: kejang
e. Pertahankan suhu
a. Stroke tubuh normal
b. Cedera kepala 3. Kolaborasi
c. Ateroskleroti a. Kolaborasi
k aorta pemberian sedasi
d. Infark dan
miokard akut antikoavulsan,
e. Diseksi arteri jika perlu
f. Embolisme b. Kolaborasi
g. Fibrilasiatri pemberian
um diuretic osmosis,
h. Hipertensi jika perlu
i. Neoplasma Pemantauan TIK
otak
j. Hidrosefalus 1. Observasi
k. Infeksi otak a. Observasi
(mis. penyebab
Meningitis, peningkatan TIK
ensefalitis,ab (mis. Lesi
s es serebri) menempati ruang,
gangguan
metabolisme,
edema serebral,
peningkatan
tekanan vena,
obstruksi cairan
serebrospinal,
hipertensi)
b. Monitor
peningkatan TD
c. Monitor
pelebaran
31
tekanan nadi
(selisih TDS dan
TDD)
d. Monitor
penurunan
frekuensi jantung
e. Monitor
ireguleritas irama
jantung
f. Monitor
penurunan
tingkat kesadaran
g. Monitor
perlambatan atau
ketidaksimetrisan
respon pupil
h. Monitor kadar
CO2 dan
pertahankan
dalam rentang
yang
diindikasikan
i. Monitor tekanan
perfusi serebral
j. Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
serebrospinal
k. Monitor efek
stimulus
lingkungan
terhadap TIK
2. Teraupetik
a. Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
b. Pertahankan
posisi kepala
dan leher netral
c. Pertahankan
sterilisasi
sistem
pemantauan
d. Dokumentasika
n hasil
pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
32
pemantauan
b. Informasi
kan hasil
pemantau
an, jika
perlu
5. Implementasi
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
6. Evaluasi
kegiatan yang disengaja dan terus menerus melibatkan klien, perawat, dan anggota
tim medis lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
Jenis evaluasi yang digunakan adalah evaluasi berjalan ata formatif dengan memakai
S : Data Subjektif
33
O : Data Objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan.
A : Analisis
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan dari hasil analisis diatas yang berisi
teratasi.
34
DAFTAR RUJUKAN
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan NAnda NIC
NOC (1 ed.). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Awaloei, A. C., Mallo, N. T., & Tomuka , D. (2016). Gambaran Cedera Kepala Yang
Menyebabkan Kematian Dibagian Forensik Dan Medikolegal Rsup Prof
Dr.R.D Kandou Periode Juni 2015-Juli2016. Jurnal E-Clinic, 1-5.
Desmawati. (2013). Sistem Hematologi & Imunologi : Asuhan Keperawatan Umum
& Maternitas Dilengkapi Dengan Latihan Soal-Soal. Jakarta: Penerbit In
Media.
Hariyani, V., & Budiyono, M. (2012). Asuhan Keperawatan Dengan
Cedera Kepala Berat. Jurnal Keperawatan, 1-10.
Innez Karunia Mustikarani 1 , Yunita Wulandari 2 , Zeni Dwi Setyowati
3 , Nur Rakhmawati 4, 2017, Kombinasi Guided Imagery And
Music (GIM) Dan Relaksasi Autogenik Terhadap Nyeri Pada
Cedera Kepala.
Nursalam. (2016). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan.
Rawis, L. M., Lalenoh, C. D., & Kumaat, T. L. (2016). Profil Pasien Cidera Kepala
Sedang Dan Berat Yang Dirawat Di Icu Dan Hcu.
Jurnal E-Clinic, 1-8.
Ristanto, R., Indra, R. M., Poeranto, S., & Setyorini, I. (2016). Akurasi Revised
Trauma Score Sebagian Prediktor Mortality Pasien Cidera Kepala . 76- 90.
Ristanto, R., Indra , R Pueranto , S ., & Styorini, I. (2017). Akuransi Reviset Trauma
Score Sebagai Predikator Murtality pasien Cidera Kepala. Jurnal Fakultas
Kedokteran, 1-15.
Wahyuni, Nurul Sri. 2016. Dokumentasi Keperawatan Ponorogo: UNMUH Ponorogo
Press.
Yesi Pusparini, 2017, Pengaruh Guide Imagery Terhadap Nyeri Kepala Pasien
CKR, Volume XI Nomor 1. Januari 2017
36