Penyakit kelamin atau Venereal Diseases (VD) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit baru sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Sexually Transmitted Diseases (STD). Sejak tahun 2008, istilah STD mulai berubah menjadi Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmitted Infection (STI), agar dapat menjangkau pasien atau penderita yang asimtomatik. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan invasi organisme virus, bakteri, jamur, dan parasit yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual. 2 Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat pada sebagian besar wilayah dunia. Menurut WHO tahun 2012, terdapat 357 juta kasus baru IMS di dunia dengan perkiraan 1 juta kasus baru setiap harinya.3 Di Amerika Serikat, data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) tercatat ada lebih dari 19,7 juta kasus baru IMS setiap tahunnya. Pada tahun 2016, di Indonesia terdapat 61.000 kasus IMS, sedangkan di kota Bandung pada tahun 2012 terdapat 1.419 kasus. Salah satu jenis IMS yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara termasuk Indonesia adalah kondiloma akuminata. Kondiloma akuminata (KA) merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang menjadi masalah kesehatan di seluruh negara terutama negara-negara berkembang. Kondiloma akuminata jika di artikan kedalam bahasa Yunani akan memiliki arti yang khas terhadap penyakit ini. Kondiloma yang memiliki arti “tumor bulat” dan akuminata yang memiliki arti “titik yang tajam” dimana jika di gabungkan akan memiliki arti tumor bulat yang dipermukaannya tampak jelas seperti kumpulan kutil yang tidak memiliki permukaan yang rata, jika disimpulkan memiliki arti adanya kutil di sekitar kelamin. Kondiloma akuminata biasanya asimptomatik, namun tergantung pada ukuran dan lokasinya. Gejala yang timbul dapat berupa gatal, keluar darah, kemerahan dan dispareunia. Kondiloma akuminata atau genital warts atau yang lebih dikenal masyarakat awam sebagai kutil kelamin adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Human papillomavirus (HPV) yang menyebabkan hiperplasia pada mukosa dan kulit perineum. Pada >95% kasus yang ditemukan pada penderita disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 11, namun dapat juga disebabkan HPV yang berisiko tinggi menjadi ganas seperti HPV 16 dan 18. Adanya kontak seksual menjadi faktor risiko terjadinya infeksi HPV, dan risiko akan meningkat dengan banyaknya jumlah partner seksual. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa 30% sampai 50% orang dewasa aktif seksual terinfeksi oleh HPV. Kebanyakan individu yang aktif seksual terinfeksi HPV subklinis dan asimptomatik. Kondiloma akuminata dapat menyerang semua bangsa dimana frekwensi antara laki-laki dan perempuan adalah sama. (Faharuddin A, 2004). Transmisi HPV dapat terjadi melalui kontak seksual langsung, genitogenital, orogenital dan anogenital. Persalinan pada ibu dengan kutil anogenital dapat menularkan HPV pada neonatus yang menyebabkan kutil extragenital dan papillomatosis laryngeal pada anak. (Androphy E, 2008). Kondiloma akuminata dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti kanker serviks, kanker genital lain seperti kanker vulva vagina atau anus, infeksi HIV dan komplikasi selama kehamilan dan persalinan karena KA selama kehamilan dapat terus membesar di daerah dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Faktor risiko lain yang juga berperan adalah kegiatan seksual pada usia yang lebih muda, adanya riwayat infeksi menular seksual, dan kebiasaan merokok yang berperan dalam infeksi HPV yang persisten. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada lesi yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dermatopatologi (biopsi), pap smear, deteksi HPV DNA, dan pemeriksaan serologis. (N Lacey, 2010). Tujuan utama pengobatan menghilangkan lesinya. Terapi yang tersedia tidak mengeradikasi infeksi HPV. Pemilihan terapi bergantung pada kemampuan pasien, sumber daya yang tersedia dan pengalaman yang dimiliki oleh penyedia layanan kesehatan. Tidak ada terapi yang lebih superior dibandingkan yang lainnya dan belum ada satu terapi yang ideal untuk semua pasien dengan kondiloma akuminata. (Setiati S, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari makalah ini diharapkan menambah informasi mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata. 1.4.2 Bagi Masyarakat Hasil dari makalah ini diharapkan menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata. 1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan Hasil dari makalah ini diharapkan meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata 1.4.4 Bagi Penulis Hasil dari makalah ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kondiloma Akuminata