Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA

DI RSUD KARSA HUSADA BATU

Untuk memenuhi tugas praktik klinik matakuliah Perioperatif 3


Yang dibina oleh Ibu Sulastyawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh :
SINNA SHERINA FAIRUZIA
(P17211183051)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan, Asuhan keperawatan, dan instrumen teknik pada Pasien dengan Diagnosa

Medis ………………. Di ruang OK RSUD KARSA HUSADA BATU Periode ………………..

s/d ……………… Tahun Ajaran 2021/2022

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan ............................Tahun 2022

Malang, April 2022

Preceptor Klinik Preceptor Akademik


P
e
m
b
i
m
b
NIP. NIP.
i
n
g

K
Kepala Ruangan
l
i
n
i
k
NIP.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

N
I
P
.

KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA

A. Definisi
1. Pengertian
Persalinan section caesarea merupakan persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2010). Section
caesarea merupakan tindakan pengeluaran janin dan plasenta melalui tindakan insisi
pada perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh (Ratnawati, 2016). Dari kedua
pengertian tersebut disimpulkan bahwa section caesarea merupakan salah satu cara
persalinan yang mana janin dikeluarkan dengan dilakukan insisi pada abdomen dan
uterus. Tindakan section caesarea merupakan tindakan yang dapat menjadi salah satu
cara untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin apabila tindakan ini diperlukan.
Prosedur yang dilakukan dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-
masing pasien, namun prosedur section caesarea umumnya terbagi menjadi beberapa
fase yaitu laparotomi, histerektomi, persalinan, reparasi uterus, dan penutupan
abdomen. Jenis-jenis teknik pembedahan section caesaria adalah :
- Laparotomi dilakukan untuk memberikan akses ke rongga peritoneum dan uterus
dengan membuka lapisan abdomen.
- Histerektomi adalah prosedur membuka uteris dengan insisi. Pada teknik ini operator
harus waspada letak plasenta dan letak bayi sebelum membuka uterus.
- Persalinan, proses persalinan dimulai setelah uterus berhasil dibuka dan dimulai
dengan mengeluarkan bayi, perawatan tali pusat, pemberian oksitoksin, hingga
melahirkan plasenta.
- Reparasi uterus merupakan tindakan yang dilakukan setelah bayi dan plasenta
dilahirkan, penting untuk memastikan tidak terdapat jaringan yang tertinggal dan
tangani perdarahan sebelum melakukan reparasi uterus. Lakukan reaproksimasi uterus
dan tutup insisi.
- Penutupan abdomen, sebelum melakukan penutupan abdomen, operator, asisten
operai, dan perawat instrument harus memastikan tidak ada instrument maupun bahan
habis pakai yang tertinggal di dalam rongga abdomen.
Sectio caesarea diklasifikasikan menjadi :
a. Section caesarea klasik, yaitu pembedahan dengan dilakukaninsisi
longitudinal di garis tengah yang dibuat dengan scalperl ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting yang
mempunyai ujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi
sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan
dan dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa
modern ini hamper tidak dipertimbangkan lagi untuk tindakan section
caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah
kesulitan teknis untuk menyingkapkan segmen bawah.
b. Section caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis/lower segmen
caesarean section)
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi, pembedahan ini merupakan
section caesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Jika
memungkinkan histerektomi harus dikerjakan lengkap. Akan tetapi,
karena pembedahan subtoral lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih
cepat, maka pembedahan hebat dan pasien terjadi syok atau jika pasien
dalam keadaan jelek akibat sebab yang lain. Pada kasus semacam ini
lanjutan pembedahan adalah menyelesaikan secepat mungkin.
d. Section caesarea ekstraperitoneal, pembedahan extraperitoneal dikerjakan
untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang
sering bersifat fatal. Ada beberapa metode section caesarea yaitu metode
waters, latzko, dan Norton, T. teknik pada prosedur ini relative lebih sulit,
sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum peritoneal dan insiden cedera
vesica urinaria meningkat.
e. Section caesarea vaginal

2. Anatomi Sectio Caesarea


3. Patofisiologi Sectio Caesarea
Patofisiologi sectio caesarea ialah terjadi kelainan pada kelainan pada ibu dan
kelainan pada janin yang menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara
normal. Kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis
dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, rupture uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsi, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (Prawirohardjo, 2010).
Pada proses operasi dilakukan tindakan anesthesia yang akan menyebabkan
pasien akan mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah hambatan
mobilitas fisik. Adanya ketidakberdayaan yang bersifat sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Pada proses
pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen dan uterus sehingga
akan menyebabkan terputusnya jaringan dan pembuluh darah di sekitar daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang akan
menimbulkan masalah nyeri dan terdapat luka post operasi, yang mana bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan risiko infeksi.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada operasi section caesarea digolongkan menjadi indikasi fetal
dan indikasi maternal. Indikasi fetal melupiti :
- Gawat janin
- Malpresentasi (presentasi sungsang preterm, non frank breech, presentasi
lintang, presentasi muka)
- Makrosomia
- Infeksi
- Kelainan congenital atau musculoskeletal
- Kelainan tali pusat berdasarkan pemeriksaan Doppler
- Trombositopenia
- Asidemia memanjang
- Riwayat trauma lahir atau kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses
persalinan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatal
Indikasi maternal pada section caesarea ialah :
- Kegawat daruratan obstetric : gawat ibu, atonia uteri, rupture uteri
- Riwayat persalinan : riwayat SC sebelumnya, riwayat histerektomi klasik,
riwayat rekonstruksi pelvis
- Kelainan anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas
pelvis yang mengganggu, kepala bayi masuk pintu atas panggul
- Massa atau lesi obstruktif pada traktus genital bawah, riwayat miomektomi full
thickness, kanker serviks invasive
- Kardiovaskular : kondisi jantung yang tidak memungkinkanmanuver valsava
dilakukan, aneurisma serebral atau malformasi arteriovena
- Dehisensi insisi uterus, HIV atau HSV, persalinan SC terencana dengan catatan
tertentu
Indikasi fetal dan maternal
- Plasenta previa dan plasenta akreta
- Solusio plasenta
- Disproporsi sefalopelvik
- Kehamilan post term
- Kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vaginam
- Percobaan persalinan per vaginam gagal
Pada operasi section caesarea indikasi-indikasi di atas dapat dilakukan secara
elektif mataupun emergensi berdasarkan kategori tingkat urgensinya. Studi
menunjukkan bahwa melakukan SC dengan indikasi secara terencana memberikan
dampak lebih baik secara psikologis. Meskipun begitu, upaya untuk mencegah SC
perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan SC bila memungkinkan.
Operasi Section caesarea diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Sectio
caesarea primer merupakan tindakan yang dilakukan pertama klai, sedangkan SC
sekunder merupakan tindakan SC dengan riwayat SC sebelumnya. Berdasarkan
tingkat urgensinya, section caesarea dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif.
Hanya 1% kehamilan yang memerlukan SC cito, yaitu SC yang dilakukan setelah
proses persalinan dimulai. Sedangkan sc elektif adalah tindakan sc terencana yang
dilakukan sebelum proses persalinan dimulai. Operasi sc emergensi dibagi ke dalam
3 kategori, yaitu :
- Kategori 1 : gawat janin atau gawat ibu yang membahayakan nyawa
- Kategori 2 : kegawatan janin atau ibu yang tidak membahayakan nyawa
- Kategori 3 : persalinan dibutuhkan tanpa adanya tanda gawat janin atau gawat
ibu
Tingkat urgensi section caesarea akan menentukan waktu tindakan harus
dilakukan. Persalinan yang termasuk ke dalam kategori 1 dan 2 perlu mendapatkan
penanganan dengan SC secepatnya. Tindakan SC harus dilakukan segera setelah
diagnosis dibuat, yaitu dalam kurun waktu 30 menit pada kategori 1 dan dalam 75
menit pada kategori 2.

5. Pemeriksaan Penunjang
- Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
- Pemantauan EKG
- JDL dengan diferensiasi
- Elektrolit
- Hemoglobin/hematokrit
- Golongan darah
- Urinalis
- Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
- Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
- Ultrasound sesuai indikasi

6. Penatalaksanaan Medis

7. Komplikasi
Komplikasi persalinan section caesarea adalah kerusakan organ-organ seperti
vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anetesi,
perdarahan, infeksi, dan tromboemboli. Hal yang paling sering terjadi pada pasien
post operasi section caesarea adalah infeksi jahitan pasca section caesarea, infeksi ini
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya infeksi intrauteri, adanya penyakit
penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya abses tuboofaria, apendiksitis
akut atau perforasi, diabetes mellitus, kondisi imunokompromised misalnya infeksi
HIV, tuberculosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gizi
buruk, anemia berat, serta sterilitas kamar operasi yang kurang terjaga.
Akibat infeksi ini luka bekas operasi section caesarea akan terbuka dalam minggu
pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, namun
bisa juga hingga ke fasia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya luka akan
bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat
menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat,
dibersihkan, dan dilakukan kultur dari cairan luka tersebut.

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pre Operatif
a. Data Subjektif
- Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan
setelah di bedah.
- Kegiatan rutin sebelum operasi.
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
- Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
- Pengalaman bedah terdahulu
- Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
- Penghayatan – penghayatan dan ketakutan – ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
- Agama dan artinya bagi pasien.
- Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
- Keluarga dan sahabat dekat
- Perubahan pola tidur
- Peningkatan seringnya berkemih.
- Status Fisiologi
- Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang
mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
- Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
- Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
- Nutrisi : intake gizi yang sempurna ( makanan, cairan ) mual, anoreksia.
- Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu ( penggantian sendi, fusi spinal ).
- Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
- Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

b. Data Objektif
- Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang
perasaan ( cemas ), kemampuan menggunakan bahasa.
- Tingkat interaksi dengan orang lain.
- Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang
sibuk ( cemas ).
- Tinggi dan berat badan.
- Gejala vital.
- Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
- Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
- Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
- Thorak : bunyi nafas ( terdapat, sisanya ) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan
pada pasca bedah).
- Ekstremitas : kekuatan otot ( terutama ) kaki, karakteristik nadi perifer
sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
- Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau
bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

Intra Operatif
1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua
bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
a. Anggota steril
- Ahli bedah utama / operator
- Asisten ahli bedah
- Scrub Nurse / Perawat Instrumen
- Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
- Ahli atau pelaksana anaesthesi.
- Perawat sirkulasi
- Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit)
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
1) Persiapan Psikologis Pasien
2) Pengaturan Posisi Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa
nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
(1) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
(2) Prinsip-prinsip dalam pengaturan posisi pasien :
- Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman
- Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan
dibedah dan kakinya ditutup dengan duk
- Amankan pasien di atas meja operasi dengan lilitan sabuk yang
baik yang bisa dililitkan di atas lutut. Saraf, otot dan tulang
dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan
- Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara
- Hindari tekanan pada dada atau bagian tubuh tertentu, karena
tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus
- Usahakan ekstremitas pasien tidak tergantung atau mengayun di
luar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan
menyebabkan terjadinya kerusakan otot
- Hindari penggunaan ikatan yang berlebih pada otot pasien
- Pengkajian psikososial
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi
- Umur dan ukuran tubuh pasien
- Tipe anasthesi yang digunakan
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
2. Pengkajian
Selama dilaksanakannya operasi hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi
bagi pasien yang diberi anasthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan
pada pasien yang diberi anasthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anastesi lokal dan pasien masih sadar atau terjaga maka
sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan dan
memberikan dukungan agar tidak merasa cemas atau takut menghadapi prosedur
tersebut
2) Pengkajian fisik
(1) Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien
maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
beda)
(2) Transfusi atau infus (monitor flabot transfuse sudah habis apa belum. Bila
hamper habis harus segera diganti
(3) Pengeluaran urin (normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1
cc/kg/BB

Post operasi
Periode segera sesudah anasthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan
harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari
anasthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi :
(1) Mempertahankan ventilasi pulmonal
(2) Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah ke belakang
dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek pelindung pulih
(3) Saluran nafas buatan, saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah
pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka
(4) Terapi oksigen, O2 sering diberikan pada pasien pasca operasi, karena obat
anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan
latihan nafas dalam setelah pasien sadar
(5) Mempertahankan sirkulasi
(6) Hipotensi dan aritmia adalah komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali
selama pasien berada di ruang pemulihan
(7) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian infuse merupakan
usaha untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
(8) Mempertahankan keamanan dan kenyamanan, pasien post operasi sebaiknya pada
tempat tidurnya dipasangkan pengaman sampai pasien sadar penuh. Posisi pasien
sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan
persendian

Perawatan pasien yang perlu diperhatikan oleh perawat di recovery room adalah :
(1) Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasien dengan anaesthesi regional posisi semi
fowler
(2) Pasang pengaman pada tempat tidur
(3) Monitor tanda vital : TN, nadi, respirasi per 15 menit
(4) Penghisapan lendir daerah mulut dan trachea
(5) Beri O2 2,3 liter sesuai program
(6) Observasi adanya muntah
(7) Catat intake dan out put cairan
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi kritis
(1) Tekanan sistolik <90-100 mmHg atau >150-160 mmHg, diastolic <50 mmHg atau
> 90 mmHg
(2) HR kurang dari 60x/menit >10x/menit
(3) Suhu >38,3oC atau <35oC
(4) Meningkatnya kegelisahan pasien
(5) Tidak BAk + 8 jam post operasi
Pengeluaran dari ruang pemulihan atau recovery room
Kriteria umum yang digunakan untuk mengevaluasi pasien :
(1) Pasien harus pulih dari efek anaesthesi
(2) Tanda-tanda vital harus stabil
(3) Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh
(4) Efek fisiologis dari obat bius harus stabil
(5) Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna
(6) Urine yang keluar harus adekuat (1cc/Kg/Jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan
(7) Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing
(8) Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan
(9) Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingat untuk menyiapkan
dan menerima pasien tersebut
Pemindahan pasien ke ruangan
(1) Keadaan penderita serta order dokter
(2) Usahakan pasien agar mendapatkan suhu yang baik dan minimalkan hipotermi
(3) Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat

1. Data subjektif
Pasien atau keluarga hendaknya ditanyai mengenai gejala ketidak myamanan
setelah ditempatkan di tempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang.
Ketidaknyamanan yang dapat ditanyakan meliputi tingkat nyeri yang dirasakan, keluhan
lain yang timbul pasca operasi, mual atau muntah yang timbul akibat anaesthesi.

2. Data objektif
a. Sistem respiratori
b. Sistem sirkulator
c. Tingkat kesadran
d. Balutan atau kassa
e. Posisi tubuh
f. Status urinary
3. Diagnosa Keperawatan
(1) Nyeri akut b.d proses kontraksi menghadapi persalinan d.d meringis kesakitan,
frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat
(2) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, dan tindakan yang akan dijalani
(3) Kerusakan integritas kulit b.d insisi akibat tindakan pembedahan d.d adanya bekas
sayatan
Risiko
(1) Risiko infeksi b.d proses pembedahan
(2) Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan yang disebabkan kehamilan kembar
4. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Kriteria Standart Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) - Untuk mengetahui rasa nyeri yang
keperawatan selama …x30 menit Observasi diderita pasien dengan lebih spesifik
diharaprkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dan pemberian terapi yang tepat
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri - Untuk mengukur skala nyeri yang
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien dan menentukan
- Tekanan darah membaik - Identifikasi respon nyeri non-verbal apajah nyeri yang dirasakan cukup
- Keluhan nyeri cukup menurun Terapeutik diberikan terapi non farmakologis
- Meringis kesakitan cukup - Berikan teknik nonfarmakologis napas saja atau dengan terapi
menurun dalam dan distraksi farmakologis
- Pola napas cukup membaik - Berikan tempat dan lingkungan yang - Respon non verbal dapat
nyaman diobservasi kesakitan atau ketidak
Kolaborasi nyamanan yang dirasakan dan untuk
- Kolaborasi pemberian obat nyeri observasi apakah terapi yang
dengan dokter diberikan efektif atau belum
- Napas dalam dapat membantu
merilekskan otot-otot pada tubuh
sehingga tingkat nyeri yang
dirasakan juga dapat menurun
2. Setelah dilakukan tindakan Persiapan Pembedahan (I.14573) - Identifikasi tingkat pengetahuan
keperawatan selama ..x30 menit Observasi pasien untuk mengukur pemahaman
diharapkan tingkat ansietas menurun - Identifikasi kondisi umum pasien atau informasi yang dimiliki oleh
dengan kriteria hasil : (pengetahuan mengenai tindakan pasien mengenai tindakan bedah
- Verbalisasi kebingungan menurun operasi yang akan dilakukan) yang akan dilakukan
- Verbalisasi khawatir yang dihadapi - Monitor tekanan darah, nadi, - Pada beberapa pasien terkadang jika
akibat kondisi yang dihadapi pernapasan, suhu tubuh merasakan gelisah akan
menurun Edukasi mempengaruhi tekanan darah, nadi,
- Perilaku tegang menurun - Jelaskan tentang prosedur pembedahan dan frekuensi napas
- Frekuensi pernapasan menurun yang akan dilakukan, waktu, dan durasi - Memberikan edukasi mengenai
- Frekuensi nadi menurun operasi tindakan yang akan dilakukan
- Tekanan darah menurun - Latih teknik mengurangi nyeri pasca supaya pasien dapat lebih siap
operasi menghadapi tindakan yang akan
dilakukan
- Memberikan teknik mengurangi
nyeri pasca operasi untuk
meminimalisir nyeri yang dirasakan
pasien saat efekanasthesi habis

3. Setelah dilakukan tindakan - Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi - Area ini meningkat risikonya untuk
keperawatan selama …x30 menit dan pruritus kerusakan dan memerlukan
diharapkan kerusakan integritas kulit - Gunakan krim kulit/ minyak sesuai yang pengobatan lebih intensif.
berhubungan dengan adanya proses direkomendasikan oleh dokter - Untuk meliarkan kulit dan
pembedahan menurun dengan kriteria - Diskusikan pentingnya perubahan posisi menurunkan gatal
hasil : yang sering, perlu untuk - Meningkatkan sirkulasi dan perfusi
- Hidrasi kulit membaik mempertahankan aktifitas kulit dengan mencegah tekanan lama
- Perfusi jaringan membaik pada jaringan hemoroid
- Perdarahan menurun
- Elastisitas meningkat

4. Setelah dilakukan tindakan - Pantau tanda-tanda vital, perhatikan - Adanya peningkatan suhu tubuh
keperawatan selama …x30 menit peningkatan suhu tubuh adalah karakteristik infeksi.
diharapkan risiko infeksi menurun - Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak - Tanda adanya syok septik,
dengan kriteria hasil : membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, endotoksin sirkulasi menyebabkan
- Demam menurun penurunan tekanan nadi, takikardia, vasodilatasi, kehilangan cairan dari
- Kemerahan menurun demam takipnea sirkulasi dan rendahnya status curah
- Nyeri menurun - Lakukan pencucian tangan yang baik dan jantung.
- Kultur area luka membaik perawatan prolaps aseptik. Berikan - Menurunkan risiko infeksi
perawatan paripurna. (penyebaran bakteri)
- Berikan informasi yang tepat, jujur pada - Pengetahuan tentang kemajuan
pasien/orang terdekat situasi memberikan dukungan
- Kolaborasi dalam memberikan antibiotik emosi, membantu menurunkan
sesuai indikasi ansietas.
- Mungkin diberikan secara profilaksi
atau menurunkan jumlah organisme
(pada infeksi yang telah ada
sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan
bakteri
5. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan (I.02067) -
keperawatan selama …x30 menit Observasi
diharapkan risiko perdarahan menurun - Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan kriteria hasil : - Monitor nilai hematokrit dan
- Perdarahan pasca operasi menurun hemoglobin sebelum dan sesudah
- Tekanan darah membaik kehilangan darah
- Frekuensi nadi membaik Perawatan Area Insisis (I.14558)
- Suhu tubuh membaik Observasi
- Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
bengkak
- Monitor proses penyembuhan area
insisi
Terapeutik
- Bersihkan area insisi dengan pembersih
yang tepat
- Usap area insisi dari arah bersih kea rah
yang kurang bersih
- Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
- Ajarkan meminimalkan tekanan pada
area insisi
LAPORAN PENDAHULUAN TEKNIK INSTRUMENTASI SECTIO CAESAREA

DI RSUD KARSA HUSADA BATU

Oleh :

SINNA SHERINA FAIRUZIA

NIM P17211183051

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG

2022

A. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Etiologi dari operasi ini

adalah adanya kelainan dalam bentuk janin (bayi terlalu besar, gawat janin, janin

abnormal, kembar), kelainan panggul, hambatan jalan lahir. Section caesarea adalah

suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syaraf rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.

B. Indikasi

Indikasi fetal melupiti :

- Gawat janin

- Malpresentasi (presentasi sungsang preterm, non frank breech, presentasi lintang,

presentasi muka)

- Makrosomia

- Infeksi

- Kelainan congenital atau musculoskeletal

- Kelainan tali pusat berdasarkan pemeriksaan Doppler

- Trombositopenia

- Asidemia memanjang

- Riwayat trauma lahir atau kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses

persalinan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatal

Indikasi maternal pada section caesarea ialah :

- Kegawat daruratan obstetric : gawat ibu, atonia uteri, rupture uteri

- Riwayat persalinan : riwayat SC sebelumnya, riwayat histerektomi klasik, riwayat

rekonstruksi pelvis

- Kelainan anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas pelvis

yang mengganggu, kepala bayi masuk pintu atas panggul


- Massa atau lesi obstruktif pada traktus genital bawah, riwayat miomektomi full

thickness, kanker serviks invasive

- Kardiovaskular : kondisi jantung yang tidak memungkinkanmanuver valsava

dilakukan, aneurisma serebral atau malformasi arteriovena

- Dehisensi insisi uterus, HIV atau HSV, persalinan SC terencana dengan catatan

tertentu

Indikasi fetal dan maternal

- Plasenta previa dan plasenta akreta

- Solusio plasenta

- Disproporsi sefalopelvik

- Kehamilan post term

- Kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vaginam

- Percobaan persalinan per vaginam gagal

C. Tujuan

- Memperlancar jalannya operasi

- Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument

- Dapat mengurangi rasa tidak nyaman pada penderita

- Dapat mengatur alat secara sistematis di meja mayo

D. Petugas

- Dokter operator dan asisten

- Perawat instrument kamar operasi

- Dokter dan perawat anesthesia

- Perawat sirkuler

E. Persiapan Lingkungan dan Pasien


1. Persiapan pasien

Perawat kamar operasi memeriksa kembali identitas pasien. Lihat kembali lembar

persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan berbagai

hasil pemeriksaan diagnostic. Pastikan bahwa alat dan barang berharga telah

dilepas dan periksa kembali rencana perawatan praoperatif yang berkaitan dengan

rencana perawatan intraoperatif

2. Persiapan lingkungan

1) Peralatan nonsteril

- Meja operasi

- Lampu operasi

- Mesin couter, mesin suction

- Tempat sampahlampu foto radiologi

2) Peralatan steril

A. Meja mayo

INSTRUMEN JUMLAH

Hendle mess no.4 1

Gunting metzenbaum 1

Gunting jaringan kasar 1

Gunting mayo 1

Pinset anatomis 2

Pinset chirugis 2

Desinfeksi klem 1

Duk klem 3

Klem mosquito 2

Klem pean bengkok besar 4

Klem kocher tanggung 2


Needle holder 2

Gunting lurus 1

Ring klem 4

langenback 1

Haak sectio 1

Peritoneum klem 4

Jarum round sedang/besar 1 atau 2

Jarum cutting 1

B. Meja Instrumen

INSTRUMEN JUMLAH UNIT

Duk besar 2

Duk panjang/sedang 2

Duk kecil 4

Gaun steril 6

Sarung meja mayo 1

Under pad steril 1

Bengkok 1

Cucing atau kom 1

Selang suction 1

Couter 1

C. Bahan Habis Pakai


INSTRUMEN JUMLAH

Handscoon steril 4

Paragon mess 1

Ns 0,9% 1 (500cc-1000cc)

Povidon Iodine 10% 2

Chromic no 2 1

Plain no 1/plain no 2-0 1

Vicryl no 1 1

Monosyn no 3-0 1

Deepers/kassa kecil 3

Big kass 1-2

Sofra-tulle 1

Hypafix 1

U-pad non steril 2

(3) Prosedur Instek

- Sign In

1. Atur pasien tidur telentang (supine)

2. Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning, dan gloving,

kemudian membantu operator dan asisten mengenakan handuk steril,

gown, handscoon steril sesuai dengan ukuran

3. Perawat sirkuler melakukan pencucian area insisi menggunakan

chlorhexidine dan dikeringkan menggunakan kassa

4. Perawat instrument memberikan desinfeksi klem dan cucing berisi

larutan povidon iodine untuk melakukan desinfeksi pada lapang operasi


5. Pasang under pad steril di atas paha dan area genitalia, kemudian

melakukan draping pada area dengan 1 duk besar (extrimitas bawah

dan genetalia). 1 duk besar (dada dan kepala), 2 duk sedang panjang

kanan dan kiri serta duk kecil, fiksasi menggunakan duk klem

6. Berikan couter dan suelang suction, klem menggunakan duk klem

- Time Out

1. Berikan pada operator kasa basah 1 dan kasa kering 1 untuk

membersihkan bekas povidon iodine

2. Berikan pinset chirugis pada operator untuk menandai area insisi

3. Berikan handvat mess apada operator untuk menginsisi kulit, berikan

kasa kering dan klem mosquito pada asisten untuk merawat perdarahan

4. Operator menginsisi kulit kurang lebih 15 cm sampai dengan fat

menggunakan handvat mess

5. Berikan langenback untuk memperluas lapang operasi

6. Kemudian tampak fasia, fasia diinsisi 1-2 cm dengan memberikan mess

dan dijepit dengan memberikan pinset chirugis

7. Berikan gunting jaringan pada operator untuk melebarkan fasia sampai

otot. Sedangkan asisten melebarkan lapang operasi dengan langenback

8. Pada lapisan otot, dibuka dengan tangan operator secara tumpul

9. Berikan gunting metzenbaum dan pinset anatomis untuk menggunting

peritoneum

10. Berikan haak section untuk melebarkan lapang operasi, tampak uterus

gravidarum

11. Operator melakukan blader flap pada plica v.u, berikan pinset chirugis

dan gunting metzenbaum pada operator serta kokher pada asisten


12. Berikan handvat mess pada operator untuk menginsisi uterus dan

suction perdarahan. Insisi dilakukan sampai terlihat kantong amnion

yang masih utuh

13. Berikan kokher pada operator untuk membuka kantong amnion

14. Perawat instrument menyingkirkan semua alat dan kasa kecil sebelum

bayi dilahirkan

15. Suction perdarahan dan cairan ketuban, operator meluksir bayi kaki-

badan-kepala lalu mensuction cairan di mulut dan hidung bayi dan

mengusapnya dengan big kass

16. Berikan 2 pean besar untuk mengklem tali pusat dan gunting jaringan

untuk memotong tali pusat di tengah-tengah klem

17. Berikan bayi pada petugas bayi

18. Operator melakukan peregangan dengan memegang klem pean pada

tali pusat hingga placenta dapat dikeluarkan

19. Berikan 1 ring klem dan big kass pada operator untuk membantu

mengeluarkan sisa placenta dan eksplorasi cavum uteri terdapat

perdarahan dan sisa placenta

20. Letakkan placenta pada bengkok dan pindahkan pada tempat placenta

21. Berikan 4 ring klem pada operator untuk menjepit uterus

22. Berikan nald foeder, jarum round besar, benang chromic no 2 kurang

lebih 35 cm dan pinset chirugis untuk menjahit sudut uterus

23. Berikan nald foeder, jarum round besar, benang chromic no 2 kurang

lebih 75 cm dan pinset chirugis untuk lapisan pertama uterus dan

lapisan kedua uterus


24. Berikan steel deepers secukupnya untuk rawat perdarahan, bila perlu

dilakukan jahitan pada uterus yang berdarah dengan chromic no 2

dengan jarum round

25. Berikan pada operator nald foeder, jarum round sedang, benang cutgus

plain no 2-0 dan pinset anatomis untuk menjahit lapisan retro uterus.

26. Berikan pada oasisten steel deepers dan suction untuk rawat perdarahan

27. Berikan pada operator 4 klem peritoneum untuk memfiksasi

peritoneum agar mudah dijahit

28. Berikan steel deepers secukupnya untuk mengidentifikasi perdarahan.

Pastikan sudah tidak ada perdarahan aktif

29. Operator membersihkan rongga abdomen dan suction cairan atau darah

yang ada dalam rongga sampai bersih dan hitung instrument dan kasa

sebelum peritoneum dijahit

- Sign Out

1. Berikan nald foeder benang cutgut plain no 1 kurang lebih 35 dengan

jarum round sedang serta pinset anatomis untuk menjahit peritoneum

2. Berikan benang plain no 2-0 untuk menjahit otot dengan jarum round

sedang dan pinset anatomis

3. Berikan kokher 2 buah pada operator untuk menjepit fascia di bagian

proximal dan distal

4. Berikan nald foeder , benang vicryl no 1 serta pinset chirugis untuk

menjahit fascia

5. Berikan nald foeder benang cutgut plain no 2-0 dan pinset chirugis

dengan jarum cutgut untuk menjahit fat


6. Berikan nald foeder, benang monosyn no 3-0 dan pinset chirugis untuk

menjahit kulit

7. Setelah luka tertutup bersihkan luka dengan kasa basah+NS lalu

keringkan dengan kassa kering, beri sofratull sesuai panjang luka, kasa

dan tutup luka dengan hypafix

8. Operasi selesai, pasien dibersihkan dan rapikan alat-alat

FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH


Tgl masuk : 10-02-2022 Diagnosa Medis : SCTP

Perawat yang mengkaji : Nama Dokter : dr. Arief Sp.OG

No. CM : 361XXX Nama primary Nurse :

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny. R

Nama Panggilan : Ny. R

Tgl lahir/ Umur : 24 Oktober 2002

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia

Bahasa yang digunakan : Jawa

Alamat : Jl. Abdul Ghani, Batu

II. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. G

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan pasien : Suami


Asal pasien □ Rawat Jalan Rawat Inap RRujukan

PRE OPERASI

Keluhan Utama/alasan masuk :

Klien mengeluh terasa kencang-kencang dan nyeri skala 4, G1P00Ab0 UK 36-37 minggu,

kehamilan gemeli, Obesitas, riwayat PE

Riwayat Penyakit :

£ DM £ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV RTidak ada

Riwayat Operasi/anestesi :

Tidak ada riwayat operasi maupun anastesi

Komplikasi operasi/anestesi yang lalu:

Tidak ada riwayat komplikasi operasi

Riwayat Alergi :

Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan

Diagnosa Medis :

Jenis Operasi : SCTP

Tanda-tanda Vital

Suhu : 35C Nadi : 109x/mnt Respirasi : 20x/mnt TD : 110/80mmHg

Antropometri

BB : 110 kg TB : 155 Cm

Golongan Darah : Rhesus :

Puasa

a. □ Tidak RYa , mulai pukul 00.00 WIB

Lavemen

R Tidak □ Ya
Pencukuran rambut

RTidak Ya

Profilaksis

□ Tidak RYa , sebutkan Cefotaxim 200 mg

Site Marking Area Operasi

PRIA
WANITA
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL

Status Emosional

□ Tenang □Bingung R Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri

Data Kecemasan Pasien/Orang Tua terhadap kondisi pasien

Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas RCemas

Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas

R1 = Mengungkapkan kerisauan

□ 2 = Tingkat perhatian tinggi

□ 3 = Kerisauan tidak berfokus

□ 4 = Respon simpate-adrenal

□ 5 = Panik

Tingkat pengetahuan : R Ps/OT jarang bertanya tentang kondisi pasien

□ Ps/OT sering bertanya tentang kondisi pasien


□ Ps/OT sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama

□ Ps tampak terlihat bingung

Pengetahuan tentang penyakit :

R Ps/OT mengerti tentang penyakit yang diderita,pengobatan,dan perawatan

□ Ps/OT tidak mengerti tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan perawatan

□ Ps/OT lupa dengan informasi yang pernah didapat tentang penyakit yang diderita,

pengobatan dan perawatan

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri

tak tertahan

□ 0-1 □2-3 R4-5 □ 6-7 □ 8-9 □

10
Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak normal, jelaskan
YA TIDAK

Kepala √

Leher √

Dada √

Abdomen Kehamilan gemeli


Genitalia √

Integumen √

Ekstremitas

Khusus pasien Obstetri/ginekology :

HTA : G1 P00 A0 Usia Kehamilan 36-37 minggu TFU cm

Taksiran berat janin 2,5 dan 2,2,3 kg Letak Presentasi Kontraksi

Kekuatan Lama detik DJJ x/mnt, Irama

Tgl/jam___ PD a/I ____,Oleh___, Portio____Pembukaan serviks___________cm

Ketuban Hodge_______

Penyulit Anak
N Tahun Tempat Usia Jenis Penolon Kehamil Jenis Ket

o an kelami BB
Persalina pertolong kehamil Persalin g
& n
n an an an
persalin
an
1
2
3
Hasil Data Penunjang

R Lab □ EKG R USG □ CT-Scan □ MRI □Rontgen

□ Lainnya

Jenis Pemeriksaan Hasil

Hematologic

Hemoglobin

Leokosit

Eritrosit

Trombosit

INTRA OPERASI

Anastesi dimulai jam 06. 30 WIB

Pembedahan dimulai jam 06. 35 WIB


Jenis anastesi :

R Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………

Posisi operasi :

R Terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lain

lain…………….

Lokasi pemasangan patient plate :

□ di bawah bokong □ Di bawah betis kanan □ ………………….

Integritas kulit sebelum pemasangan plate :

R utuh □ Tidak utuh…………………………

Catatan Anestesi :

Pemasangan alat-alat :

Airway : □ Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2 Nasal

□ …………….

TTV :

Suhu 36,7 C , Nadi 120 x/mnt, Teraba Rkuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak teratur

RR 22 x/mnt, TD 130/80 mmHg, Saturasi O2 98%

Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secaraprioritas


Normal
Keterangan *
YA TIDAK
Kepala √

Leher √

Dada √

Abdomen √ Kehamilan

Genitalia √

Integumen √

Ekstremitas √

* Diisi jika menemukan hal-hal yang tidak normal pada pemeriksaan head to toe.

** Diisi untuk pada pasien post SC walaupun dalam keadaan normal.

Total cairan masuk

□ Infus : Kristaloid : 800cc/24 jam (RL)

Koloid : cc

□ Tranfusi :______cc

Total cairan keluar

□ Urine : 100 cc

□ Perdarahan : 100 cc

Balance cairan:_______cc
Perawat yang mengkaji

(sinna sherina)

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 20 tahun

No. Register : 361xxx

Hari

/
DATA ETIOLOGI MASALAH
Tgl/

Jam

DO : Kehamilan gemeli Gangguan integritas kulit dan

-efek samping jaringan

tindakan insisi pada Efek tindakan

proses pembedahan pembedahan dengan


prosedur sectio caesarea

DS :
Gangguan integritas kulit

dan jaringan

DO : Tindakan pembedahan
- komplikasi

kehamilan Gangguan kontinuitas

(kehamilan gemeli jaringan dan pembuluh Risiko perdarahan

- tindakan darah

pembedahan

DS : - Risiko Perdarahan

Prosedur pembedahan
Ds : -

Do :
Terbukanya area insisi
- adanya proses

pembedahan Risiko terjadinya infeksi


Adanya port de entry
sehingga ada port de
injury
entry untuk

terjadinya infeksi
Resiko infeksi

DO :
Pemindahan pasien dari
- adanya proseur
suhu tinggi ke suhu
pembedahan
rendah
- anastesi spinal Risiko hipotermia perioperatif

- Suhu lingkungan
Risiko Hipotermia
rendah
Perioperatif
DS :
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 20 tahun

No. Register : 361xxx

1. D.0129 Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d tindakan pembedahan d.d adanya insisi

pada area kulit dan proses penutupan luka


2. D. 0012 Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (kehamilan kembar)

3. D. 0124 Risiko infeksi b.d adanya port de entry akibat tindakan pembedahan

4. D. 0141 Risiko hipotermia perioperatif b.d prosedur pembedahan dengan suhu lingkungan

yang rendah

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.S

No. Register : 090xxx

No TANGGAL DIAGNOSA TANGGA TANDA

DX MUNCUL KEPERAWATAN L TANGAN

TERATAS
I

D.0129 Gangguan integritas


1. kulit dan jaringan b.d tindakan

pembedahan d.d adanya insisi

pada area kulit dan proses

penutupan luka

2
D.0012 Risiko perdarahan b.d

komplikasi kehamilan

(kehamilan kembar)

3
D.0124 Risiko infeksi b.d

adanya port de entry akibat

tindakan pembedahan
4

D.0141 Risiko hipotermia

perioperatif b.d prosedur

pembedahan dengan suhu

lingkungan yang rendah


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R

No. Register : 361xxx

Hari/
DIAGNOSA
No. Tgl/ LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Jam

1. D.0129 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)

kulit dan jaringan b.d diharapkan gangguan integritas kulit dan Terapeutik

tindakan pembedahan d.d jaringan menurun dengan kriteria hasil : - berikan balutan sesuai dengan jenis luka

- pertahankan teknik steril dalam merawat


adanya insisi pada area kulit Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)

dan proses penutupan luka - Hidrasi kulit membaik dari skala 2 (cukup luka

menurun) ke skala 4 (cukup meningkat) Perawatan Pasca Sectio Caesarea (I.14567)

- Perfusi jaringan membaikdari skala 2 (cukup Observasi


- identifikasi riwayat kehamilan dan
menurun) ke skala 4 (cukup meningkat)

- Perdarahan menurun dari skala 1 (meningkat) persalinan


- monitor tanda-tanda vital ibu
ke skala 5 (menurun)
- monitor repon fisiologis
- Elastisitas meningkat dari skala 3 (sedang) ke
skala 5 (meningkat)
- monitor kondisi luka dan balutan

Terapeutik

- diskusikan perasaan, pertanyan pasien

terkait pembedahan yang telah dilakukan

- anjurkan mobilisasi dini 6 jam selanjutnya

2. D.0012 Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.02067 – Pencegahan Pendarahan :

b.d komplikasi kehamilan diharapkan tingkat perdarahan menurun

(kehamilan kembar) dengan kriteria hasil: Observasi

L.02017 – Tingkat Perdarahan - Monitor tanda-tanda vital

- Perdarahan pasca operasi menurun dari skala 2 - Monitor tanda dan gejala perdarahan

Kolaborasi
(cukup meningkat) ke skala 5 (menurun)
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
- Tekanan darah membaik dari skala 3 (sedang) ke
perdarahan, jika perlu
skala 5 (membaik)

3. D.0124 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)

adanya port de entry akibat diharapkan risiko infeksi menurun dengan Observasi

tindakan pembedahan kriteri hasil : - Pantau tanda-tanda vital, perhatikan

L.14137 – Tingkat Infeksi peningkatan suhu tubuh

- kemerahan menurun dari skala 2 (cukup - Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak
meningkat) ke skala 5 (menurun) membaiknya atau berlanjutnya hipotensi,

- Nyeri menurun dari skala 2 (cukup meningkat) ke penurunan tekanan nadi, takikardia, demam

skala 5 (menurun) takipnea

Terapeutik

- Lakukan pencucian tangan yang baik dan

perawatan prolaps aseptik. Berikan

perawatan paripurna.

Edukasi

- Berikan informasi yang tepat, jujur pada

pasien/orang terdekat

- Kolaborasi dalam memberikan antibiotik

sesuai indikasi

4 D.0141 Risiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan pembedahan Regulasi Temperatur (I. 14578)

perioperatif b.d prosedur diharapkan risiko hipotermia perioperatif Observasi

pembedahan dengan suhu menurun dengan kriteria hasil : - monitor suhu tubuh

Termoregulasi (L. 14134) - monitor warna kulit


lingkungan yang rendah
- menggigil menurun dari skala 3 (sedang) ke skala Terapeutik
- berikan linen pada tubuh pasien
5 (menurun)
- berikan selimut
- suhu tubuh membaik dari skala 1 (memburuk) ke
skala 5 (membaik)

- suhu kulit membaik dari skala 1 (memburuk) ke

skala 5 (membaik_
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. R

No. Register : 361xxx

HARI/ TGL/ PARA JA PARA


NO. DX JAM IMPLEMENTASI RESPON
SHIFT F M F

4 - mengobservasi suhu tubuh awal pasien Pasien menggigil karena pengaruh suhu

- pertahankan suhu tubuh dengan lingkungan yang tinggi

memberikan selimut selama di recovery R/ menggigil menurun ketika diberikan blower

room penghangat dan drapping

- beri alas linen pada tempat tidur di

ruang operasi dan selimuti dengan linen

- monitor pemberian cairan pada pasien


2
untuk menstabilkan suhu tubuh

- mengobservasi tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

S : 36C

N : 85x/menit
RR : 22x/menit

SpO2 : 100% dengan nasal kanul 2 lpm Perdarahan teratasi dengan couter bigkass, dan

- menyiapkan couter untuk membantu kassa

menghentikan perdarahan

- menyiapkan kassa atau bigkass untuk

menekan perdarahan
3
- mengunakan suction untuk mengurangi

perdarahan yang terjadi

- menyiapkan alat dengan metode steril

- operator, asisten operator, instrumen


Area operasi telah didesinfeksi dan dilakukan
melakukan surgical, gowning, gloving
drapping seminimal mungkin pada area operasi
- mencuci area operasi dengan
yang terbuka
chlorhexidine dengan kassa, kemudian

dikeringkan menggunakan kassa bersih


Alat instrumen terjaga kesterilannya
- mendesinfeksi area operasi

menggunakan povidon-iodine dengan Luka sayatan telah dijahit dan telah ditutup luka
teknik steril, menggunakan desinfeksi menggunakan kassa dan hipafix
klem kemudian dikeringkan

- melakukan drapping

- mempertahankan teknik steril pada diri


4 petugas, area operasi, dan instrumen yang

digunakan

- pertahankan suhu rendah di dalam

ruangam operasi

- jahit luka dan rawat luka dengan steril

- bersihkan luka menggunakan kassa

basah dan keringkan

- tutup area insisi (jahit)

- berikan balutan yang sesuai

- edukasi pasien untuk mengkonsumsi

protein dan makanan bergizi lainnya agar

proses penyembuhan luka segera selesai


EVALUASI

Nama Pasien : Ny. R

No. Register : 361xxx


Hari
Ja Para
/ Tgl/ Diagnosa Kep evaluasi
m f
Shift
D.0129 Gangguan integritas S :
kulit dan jaringan b.d O : terdapat luka insisi kurang lebih 15
tindakan pembedahan d.d cm, kondisi luka tertutup balutan dan
adanya insisi pada area kondisi bersih
kulit dan proses penutupan A : Masalah teratasi
luka P : hentikan intervensi

S :
O : Perdarahan teratasi (100cc+)
D.0012 Risiko perdarahan
A : Masalah teratasi
b.d komplikasi kehamilan
P : hentikan intervensi
(kehamilan kembar)

S:
O : tidak ada tanda-tanda infeksi,
D.0124 Risiko infeksi b.d
sterilisasi alat dan petugas terjaga,
adanya port de entry akibat
dapat mempertahankan tingkat aseptic
tindakan pembedahan
pada lapang operasi dan sekitarnya
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
S : pasien masih mengatakan dingin
D.0141 Risiko hipotermia O : suhu ruangan 16C
perioperatif b.d prosedur A : masalah teratasi sebagian
pembedahan dengan suhu P : lanjutkan intervensi (berikan linen
lingkungan yang rendah bersih lagi pada tubuh px setelah
operasi)

Anda mungkin juga menyukai