Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan masa dimulai terbentuknya janin sampai
lahirnya janin. Saat melalui proses persalinan, biasanya terdapat suatu masalah
diantaranya adalah terjadinya ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini sendiri
merupakan suatu kasus yang ada di lingkup kebidanan, tetapi juga merupakan
kewajiban bagi perawat untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada
kasus ibu melahirkan yang memiliki masalah ketuban pecah dini.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Sebagai seorang perawat, maka kita
harus dapat membuat suatu asuhan keperawatan pada kasus ketuban pecah
dini.
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan penyakit dalam kehamilan dan
persalinan yang berperan dalam morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun
bayi terutama kehamilan perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang
cukup tinggi antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan
kejadian infeksi yang meningkat karena partus tidak maju, partus lama, dan
yang sering dijumpai adalah ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane, atau meningkatnya tekanan intrauterine, atau oleh kedua faktor
tersebut. Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda
persalinan.
Dengan adanya kasus ketuban pecah dini, maka diharapkan perawat
dapat menangani kasus tersebut menggunakan asuhan keperawatan.
1.2 Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui tentang ketuban pecah dini serta asuhan
keperawatan perpanjangan ketuban pecah dini.

1
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan dari ketuban, selaput ketuban serta asuhan
keperawatan ketuban pecah dini?
1.4 Manfaat
Menambah wawasan bagi pembaca, sebagai pengetahuan mahasiswa
dalam menjalankan asuhan keperawatan ketuban pecah dini, serta membantu
mahasiswa dalam memahami makna dari ketuban pecah dini.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2008).
Menurut Kamus Kesehatan (2017), Amnion (cairan ketuban) adalah
cairan yang bening agak kekuning-kuningan yang mengelilingi bayi yang
belum lahir (janin) selama kehamilan. Cairan ini terkandung dalam kantung
ketuban. Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan
ketuban mengelilingi dan mendukung bayi dalam seluruh perkembangannya.
Jumlah cairan ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan. Cairan
ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan,
dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin.
Menurut Maulidina (2013), Selaput amnion merupakan jaringan
avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan
dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ectoderm.
Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung kolagen I,
III, dan IV. Bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal
dari mesoderm. Lapisan amnion ini berhubungan dengan korion Laeve.
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi mentransfer
cairan dan metabolic. Lapisan ini menghasilkan zat penghambat
metalloproteinase-1.Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan
berasal pula dari difusi pada tali pusat.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini,
Mufdlilah dan Hidayat(2009,hal.13). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam
sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu

3
tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan kontroversi obstetri
Manuaba IBG (2008, hal. 119).
2.2 Anatomi dan Fisiologi Selaput Ketuban
Selaput ketuban (amniotic sac) yang membatasi rongga amnion terdiri
atas amnion dan khorion yang sangat erat ikatannya. Selaput amnion
merupakan jaringan avaskular yang lentur tapi kuat. Struktur avaskular ini
memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Pada banyak kasus
obstetri, pecahnya selaput ketuban secara dini pada kehamilan yang masih
muda merupakan penyebab tersering kelahiran preterm. Bagian dalam selaput
berhubungan dengan cairan amnion yang merupakan jaringan sel epitel
kuboid yang berasal dari ektoderm embrionik. Epitelini melekat erat
kesebuah membran basal yang berhubungan dengan lapisan interstisial
mengandung kolagen I, III, dan V. Bagian luar dari selaput ialah jaringan
mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan amnion ini berhubungan
dengan korion leave. Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang
berfungsi mentransfer cairan dan metabolik. Lapisan ini menghasilkan zat
penghambat metallo proteinase-1.
Gambar 1. Lapisan Membran Amnion

4
Sel masenkim berfungsi menghasilkan kolagen sehingga selaput
menjadi lentur dan kuat. Di samping itu, jaringan tersebut menghasilkan
sitokinIL-6, IL-8, MCP-1 (monosit chemoattractant protein-1); zat ini
bermanfaat untuk melawan bakteri. Disamping itu, selaput amnion
menghasilkan zat vasoaktif: endotelin-1 (vasokonstriktor), dan PHRP
(parathyroid hormone related protein), suatu vasorelaksan. Dengan demikian,
selaput amnion mengatur peredaran darah dan tonus pembuluh lokal. (4,5)
Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan akan berasal
pula dari difusi pada tali pusat. Pada kehamilan kembar dikorionik-diamniotik
terdapat selaput amnion dari masing-masing yang bersatu. Namun, ada
jaringan korionleave ditengahnya (pada USG tampak sebagaihuruf Y, pada
awal kehamilan);sedangkan pada kehamilan kembar dikorion-monoamniotik
(kembar satu telur) tidak akan ada jaringan korion diantara kedua amnion
(pada USG tampak gambaran huruf T). (4,5)
Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan
kekuatan selaput. Pada perokok dan infeksi terjadi pelemahan pada ketahanan
selaput sehingga mudah pecah. Pada kehamilan normal hanya ada sedikit
makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke dalam cairan ketuban
sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL1B,
tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan
dengan terjadinya infeksi.
Sejak awal kehamilan cairan ketuban telah dibentuk. Cairan ketuban
merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang
pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda
dengan kadar serum ibu, artinya kadar di cairan ketuban merupakan hasil
difusi dari ibunya. Cairan ketuban mengandung banyak se ljanin (lanugo,
verniks kaseosa). Fungsi cairan ketuban yang juga penting ialah menghambat
bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.
2.3 Pembentukan Cairan Ketuban
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari
plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II

5
kehamilan, air ketuban dibentuk oleh difusi ekstraseluler melalui kulit janin
sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin. Selanjutnya, setelah
trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi
difusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh; sel
amnionnya, dan air kencing janin.
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan
setelah mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-
14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc dalam
sehari. Dengan demikian, komposisi yang membentuk air ketuban adalah
mengikuti suatu postulat bahwa bertambahnya air ketuban bukan merupakan
kenaikan linier, tetapi bervariasi sebagai berikut:
a. Bertambah 10 cc sampai usia 8 minggu
b. Bertambah 60 cc sampai usia 21 minggu
c. Terjadi penurunan produksi sampai usia kehamilan 33 minggu
d. Pertambahan tetap sampai usia aterm dan mencapai jumlah sekitar
800 sampai dengan 1500 cc
e. Melewati usia kehamilan 42 minggu, terjadi penurunan sekitar 150
cc/minggu sehingga akan cenderung terjadi oligohidramnion.
Setelah usia kehamilan melebihi 12 minggu, yang ikut membentuk air
ketuban adalah; ginjal janin (sehingga dijumpai urea, kreatinin, asam urat),
deskuamasi kulit janin (sel kulit, rambut lanugo, vernik kaseosa), sekresi dari
paru janin, transudat dari permukaan amnion plasenta, hormonal ataupun zat
mirip hormon dalam air ketuban.
Sementara itu regulasi air ketuban sangat penting artinya sehingga
jumlahnya dapat dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dipengaruhi
oleh tiga komponen penting berikut, yaitu; produksi yang dihasilkan oleh sel
amnion, jumlah produksi air kencing, serta jumlah air ketuban yang ditelan
janin. Lebih jauh regulasi air ketuban pada kehamilan aterm meliputi jumlah
yang diminum oleh janin ± 500-1000 ml, masuk ke dalam paru ± 170 ml,
serta dari tali pusat dan amnion ± 200-500 ml. Sedangkan jumlah cairan yang
dikeluarkan oleh janin ke rongga amnion adalah dari sekresi oral ± 25 ml,
sekresi dari traktus respiratorius± 170 ml, urin ± 800-1200 ml, serta

6
transmembran dari amnion ± 10 ml. Dengan demikian tampak bahwa urin
janin menjadi dominan dalam produksi cairan ketuban, dan rata-rata regulasi
mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.
2.4 Fungsi Cairan Ketuban
Cairan ketuban mempunyai peranan penting dalam menunjang proses
kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal kompartemen dari
cairan ketuban menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan
berkembang. Tanpa cairan ketuban rahim akan mengkerut dan menekan
janin, pada kasus–kasus dimana tejadi kebocoran cairan ketuban pada awal
trimester pertama janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi
muka, reduksi tungkai, dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim.
Menjelang pertengahan kehamilan cairan ketuban menjadi semakin
penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, antara lain
perkembangan paru-parunya, bila tidak ada cairan ketuban yang memadai
selama pertengahan kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan
berlanjut pada kematian.Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif
pada janin. Cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja
menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen.
Selama proses persalinan dan kelahiran cairan ketuban terus bertindak
sebagai medium protektif pada janin untuk membantu dilatasi servik. Selain
itu cairan ketuban juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan
ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon
urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan ketuban.
Cairan ketuban juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk
melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan
spectrometer. Fungsi lain cairan ketuban juga dapat melindungi janin dari
trauma, sebagai media perkembangan musculoskeletal janin, menjaga suhu
tubuh janin, meratakan tekanan uterus pada partus, membersihkan jalan lahir
sehingga bayi kurang mengalami infeksi, serta menjaga perkembangan dan
pertumbuhan normal dari paru-paru dan traktus gastro intestinalis.

7
2.5 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksiyang dapatberasal dari vagina dan serviks. Beberapa hal masih
merupakan kontroversi di bidang obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut:
a. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase, atau
tindakan bedah obstetri lainnya).
b. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara
berlebihan/overdistensi uterus: seperti pada keadaan trauma,
kehamilan ganda, hidramnion).
c. Kelainan letak janin dan rahim misalnya: letak sungsang dan letak
lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul dimana bagian terendah belum
masuk PAP misalnya pada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban
pecah (Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin Crendah, ataupun
kelainan genetik).
g. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh
trauma dan setelah fetoskopi atau amniosentesis (iatrogenic).
Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda
kehamilan, makin sulit upaya penatalaksanaannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin.

8
2.6 Penyebab Ketuban Pecah Dini
Penyebab dari premature rupture of the membrane (PROM) tidak atau
belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi. Menurut Manuaba.IBG (2008, hal.119) penyebab ketuban
pecah dini sebagai berikut:
a. Servik inkompeten
b. Overdistensi uterus
c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic).
d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia,
e. Meningkatnya enzim proteolitik).
f. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Dan
makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin, sehingga komplikasi ketuban pecah dini
makin meningkat. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah
grandemulti, over distensi (hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi
sefalopelvik, kehamilan letak lintang, sungsang, atau pendular abdomen.
2.7 Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstra selular. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu
persalinan, keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors
metalloproteinase-1 (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari
matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini

9
meningkat menjelang persalinan. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda.
Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya
kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, serta gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan
biokimia pada selaput ketuban sehingga pecahnya ketuban pada kehamilan
aterm merupakan halfisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. Disamping itu ketuban pecah dini preterm juga sering
terjadi pada polihidramnion, inkompeten servik, serta solusio plasenta.
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%). Termasuk diantaranya; high virulensi yaitu Bacteroides, dan
low virulensi yaitu Lactobacillus. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
ketuban, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifas dan inhibisi
interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas iL-1dan prosta glandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
2.8 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejala KPD sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
c. Dengan ciri pucat dan bergaris warna merah.
d. Cairan akan terus diproduksi sampai kelahiran dan jika klien
e. Berdiri atau duduk kepala janin biasanya terasa “mengganjal” atau
f. Menyumbat kebocoran untuk sementara.
g. Keluarnya air ketuban secara spontan atau merembes dengan atau
h. Disertai dengan nyeri.

10
2.9 Komplikasi Pada Ketuban Pecah Dini
Menurut Prawirohardjo (2009) komplikasi pada KPD bergantung pada
usia kehamilan, dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
a. Persalinan Prematur
Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Pada ketuban pecah dini terjadi resiko infeksi pada ibu dan anak, dimana
pada ibu terjadi korioamnionitis (biasanya terjadi sebelum janin
terinfeksi) sedangkan pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Pada ketuban pecah dini preterm lebih sering terjadi infeksi
dari aterm. Secara umum semakin lama periode laten semakin meningkat
insiden infeksinya.
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban mengakibatkan oligohidramnion sehingga
menekan tali pusat dan terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan
antara kejadian gawat janin dengan derajat oligohidramnion, semakin
sedikit air ketuban, maka janin semakin gawat.
d. Sindrom Deformitas Janin
Pertumbuhan janin yang terhambat yang disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin merupakan akibat dari ketuban pecah dini yang
terjadi terlalu dini. Menurut Marmi, dkk (2011) Sindrom Deformitas
Janin terjadi akibat oligohidramnion sehingga terjadi hipoplasia paru dan
deformitas ekstremitas. Menurut Marmi, dkk (2011) komplikasi yang
terjadi pada ibu adalah :
1. Infeksi dalam persalinan
2. Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa
menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.

11
3. Infeksi puerperalis/masa nifas
4. Dry Labour/partus lama
5. Perdarahan postpartum
6. Meningkatkan tindakan SC

12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Dasar Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Diagnosa KPD ditegakan dengan cara:
1) Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu
juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah (Fadlun
dkk, 2011).
2) Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas (Sujiyatini dkk, 2009).
3) Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan
tampak keluar cairan dari orificium uteri eksternum (OUE), kalau belum
juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
mengejan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan trekumpul pada forniks anterior (Sujiyatini dkk,
2009).
4) Pemeriksaan dalam
Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan pada ketuban pecah dini yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin (Fadlun dkk, 2011).
3.2 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
1) Pemeriksaan labolatorium

13
a) Uji pakis positif : pemakisan (ferning) disebut juga percabangan halus
(arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan
keberadaan natrium klorida dan protein dalam cairan amnion. Infeksi
kaca objek di bawah mikroskop untuk memerikasa pola pakis (Fadlun
dkk, 2011).
b) Uji kertas nitrazin positif: kertas berwarna mustard-emas yang sensitif
terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak
berubah warna menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat
basa. Nilai pH vagina normal adalah ≤4,5. Selama kehamilan terjadi
peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksfoliasi epitelium dan
bakteri, sebagian besar lactobacillus yang menyebabkan pH vagina
lebih asam. Cairan amnion memiliki pH 7,0 sampai 7,5 (Varney, 2007).
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis ketuban pecah dini
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Sujiyatini dkk,
2009).
3.3 Komplikasi Ketuban Pecah Dini
1) Pada ibu meliputi : partus lama dan infeksi, atonia uteri, infeksi nifas dan
perdarahan post partum (Mochtar, 2012).
2) Pada bayi atau janin meliputi : asfiksia, prematuritas dan Intra Uteri Fetal
Death (IUFD) (Rukyah, 2010).
3.4 Penanganan Ketuban Pecah Dini
Gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya kematangan
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.

14
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioanionitis yang menjadi pemicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan
janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
3) Pada usia kehamilan 24 minggu sampai 32 minggu, perlu dipertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak
dapat diselamatkan.
4) Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan konseling terhadap ibu dan
keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin
harus mengorbankan janinnya.
5) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG.
6) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6
jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 2010).
3.5 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (
A.Aziz Alimul h, 2000 )
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2. Riwayat kesehatan sekarang

15
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)
4. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
5. Pola istirahat dan tidur

16
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
9. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10. Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata

17
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
g. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim,
1993: 50)
h. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture.
i. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
j. Muskulos skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomy
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi
b. Golongan darah dan faktor Rh

18
c. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas
janin
d. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
e. Ultrasonografi ; menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan jantung
janin dan lokasi plasenta.
f. Pelvimetri ; identifikasi posisi janin
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
c. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
d. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi
lahir premature.
5. Intervensi Keperawatan
N Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
o keperawatan hasil
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- Untuk mengetahui
infeksi b.d tindakan tanda tanda-tanda infeksi
ketuban keperawatan infeksi . yang muncul.
pecah dini selama 3×24 jam Untuk melihat
di harapkan pasien 2. Pantau perkembangan
tidak menunjukan keadaan kesehatan pasien.
tanda-tanda infeksi umum
. dengan criteria pasien Untuk memudahkan
hasil : perawat melakukan
– Tanda-tanda tindakan.
infeksi tidak tidak 3. Bina
ada. hubungan Agar istirahat pasien
– Tidak ada lagi saling terpenuhi.
cairan ketuban percaya
yang keluar dari melalui
pervaginaan. komunikasi Untuk proses
– DJJ normal therapeutic. penyembuhan pasien

19
– Leukosit pasien
kembali normal 4. Berikan
– Suhu 36-37 lingkungan
yang
nyaman
untuk
pasien.

5. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
memberika
n obat
antiseptik
sesuai
terapi.

2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kali tanda- Untuk mengetahui


rasa nyaman : tindakan tanda Vital keadaan umum pasien.
nyeri b.d keperawatan pasien.
ketegangan selama 3×24 jam Untuk mengetahui
otot rahim. di harapkan nyeri 2. Kaji skala derajat nyeri pasien
berkurang / nyeri nyeri (1-10) dan menentukan
hilang . dengan tindakan yang akan
criteria hasil : 3. Ajarkan dilakukan.
– Tanda-tanda vital pasien
dalam batas teknik Untuk mengurangi
normal. relaksasi nyeri yang dirasakan

20
TD :120/80 mmHg pasien.
N : 60-120 X/
menit. 4. Atur posisi Untuk memberikan
– Pasien tampak pasien rasa nyaman.
tenang/rileks.
–Pasien 5. Berikan Untuk mengurangi
mengatakan nyeri lingkungan tingkat stress pasien
pada perut yang dan pasien dapat
berkurang. nyaman dan beristirahat.
batasi
pengunjung
.
3 Defisit / Setelah dilakukan 1. Kaji apa Untuk mengetahui
kurang tindakan pasien tahu tentang pemahaman
pengetahuan keperawatan tentang pasien untuk tindakan
b.d selama 3×24 jam tanda-tanda selanjutnya.
pengakuan di harapkan pasien dan gejala
persalinan memahami normal Mencegah terjadinya
premature pengetahuan selama hal-hal yang tidak
tentang kehamilan. diinginkan terjadi
penyakitnya . yang bisa
dengan criteria 2. Ajarkan membahayakan ibu-
hasil : tentang apa janin.
– Pasien terlihat yang harus
tidak bingung lagi. dilakukan Untuk membantu
jika tanda merencanakan
KPD tindakan berikutnya.
muncul
kembali.

3. Libatkan
keluarga

21
agar
memantau
kondisi
pasien .
4 Kecemasan / Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat Mengetahui tingkatan
ansietas b.d tindakan kecemasan kecemasan yang
persalinan keperawatan pasien. dialami pasien.
premature selama 3×24 jam
dan neonates di harapkan 2. Dorong Untuk mempercepat
berpotensi ansietas pasien pasien proses penyembuhan
lahir teratasi. dengan untuk
premature criteria hasil : istirahat
– Pasien tidak total. Untuk memberikan
cemas lagi rasa nyaman dan
– Pasien sudah menurunkan
mengetahui tentang 3. Berikan kecemasan pasien.
penyakit suasana
yang tenang
dan ajarkan
keluarga
untuk
memberika
n dukungan
emosional
pasien.

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini,
Mufdlilah dan Hidayat (2009,hal.13).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa
penanganan aktif, antara lain:
1. Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Apabila gagal, maka
dilakukan seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 – 50µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
2. Bila ada tanda – tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi
3. Terminasi kehamilan, jika:
1) Skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian di induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria
2) Skor pelvik > 5 induksi persalinan, kemudian partus pervaginam
4.2 Saran
1. Untuk Rumah Sakit
a. Meningkatkan mutu pendidikan baik tiap-tiap perawatnya dimana
dalam hal ini tidak hanya dibutuhkan skill dalam tiap tindakan
yang akan dilakukan naming intelegensi tiap tindakan hendaknya
dilakukan juga.
b. Mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan ketuban
pecah dini.
2. Untuk Institusi Pendidikan
a. Memperdalam materi pada setiap mahasiswa dalam pemahaman
materi ketuban pecah dini.
b. Memperbanyak literatul tentang ketuban pecah
3. Untuk Pasien

23
Sebaiknya para ibu hamil lebih menjaga kehamilannya, terutama lebih
menjaga setiap aktifitas yang dilakukan dan diharapkan selalu
memperhatikan nasihat maupun saran dari tenaga kesehatan.

24
DAFTAR RUJUKAN

Ardi. 2016. Pengertian Ketuban Pecah Dini, (daring), (http://www.e-


jurnal.com/2013/09/pengertian-ketuban-pecah-dini.html), diakses Agustus
2017.
Asriansyah. 2015. Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini, (daring),
(http://ns-asri-kaltara.blogspot.co.id/2015/02/laporan-pendahuluan-ketuban-
pecah-dini.html), diakses Agustus 2017.
Dudeja, A. 2010. Pengertian Selaput Ketuban, (daring), (http://worldhealth-
bokepzz.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-selaput-ketuban.html), diakses
Agustus 2017.
Herawati, N. 2014. Analisis Praktek Klinik Keperawatan Dengan Indikasi
Ketuban Pecah Dini, (daring),
(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&i
d=1030&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DB277026.pd
f), diakses Agustus 2017.
Indriani, N. 2016. Fungsi Amnion Pada Manusia, (daring),
(http://www.sridianti.com/fungsi-amnion-pada-manusia.html), diakses
Agustus 2017.
Jurnal. (daring), (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-
rurutigaar-7509-2-babii.pdf), diakses Agustus 2017.
Kamus Kesehatan. 2017. Amnion, (daring),
(http://kamuskesehatan.com/arti/amnion/), diakses Agustus 2017.
Ketuban Pecah Dini Di Ruang Cempaka Rsud Sragen, (daring),
(http://eprints.ums.ac.id/6067/1/J200060047.PDF), diakses Agustus 2017.
Maulidina, F. 2013. Selaput Dan Cairan Amnion, (daring),
(http://fanymaulidina.blogspot.co.id/2013/02/selaput-dan-cairan-
amnion.html), diakses Agustus 2017.
Nurjanah, F. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Ny. I Dengan
Nurlina, L. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah
Dini Di Ruang Vk Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya, (daring),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=326212&val=7676&ti
tle=KETUBAN%20PECAH%20DINI,%20DAN%20PERANAN%20AMNI
OPATCH%20DALAM%20PENATALAKSANAAN%20KETUBAN%20P
ECAH%20DINI%20PRETERM), diakses Agustus 2017.
Universitas Sumatera Utara. (daring),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52789/Chapter%20I
I.pdf;jsessionid=B35CD69982180503482920C077B40BAC?sequence=4),
diakses Agustus 2017.
Watia, H. 2008. Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin Dan Caira Amnion, (daring),
(https://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/03/plasenta-tali-pusat-selaput-
janin-dan-cairan-amnion/), diakses Agustus 2017.
Wordpress. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Ketuban Pecah Dini, (daring),
(https://mikimikiku.wordpress.com/2013/09/23/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-ketuban-pecah-dini-kpd/), diakses Agustus 2017.
Yulia, Y. 2016. 7 Fungsi Amnion Bagi Embrio Dalam Rahim, (daring),
(http://hamil.co.id/kehamilan/kesehatan-janin/fungsi-amnion), diakses
Agustus 2017.

25

Anda mungkin juga menyukai