KASUS 1
Disusun oleh:
Kelompok D
Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
2018
Bab 1
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Cedera (injury) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya stimulus
patologis yang melampaui kemampuan pemulihan (recovery) suatu sel atau jaringan. Bentuk dari
stimulus patologis ini bersifat umum, bisa berupa trauma, infeksi, iskemia, atau neoplasma.
Dengan demikian trauma merupakan salah satu penyebab cedera pada suatu sel atau jaringan di
tubuh manusia.
Cedera kepala adalah perubahan fungsi otak atau terdapat bukti patologi pada otak yang
disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal. Cedera kepala dapat disebabkan kekuata mekanik
baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis
berupa gangguan fisik, kognitif, dan fungsi psikososial secara sementara maupun permanen.
Cedera kepala merupakan salah satu jenis cedera yang terbanyak di Unit Gawat Darurat
rumah sakit. Banyak pasien cedera kepala berat meninggal sebelum tiba di rumah sakit, dan
sekitar 90 % kematian pra rumah sakit disebabkan karena cedera kepala. Pasien yang dapat
bertahan hidup dari cedera kepala seringkali menderita kecacatan neurofisiologis yang akan
menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja atau aktifitas sosial lainnya.
Konsekuensi akibat cedera kepala dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti
usia dan tatalaksana yang didapatkan. Fokus utama dalam penanganan pasien dengan kecurigaan
cedera kepala, terutama cedera kepala berat adalah harus mencegah cedera otak sekunder.
Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup
untuk perfusi otak merupakan langkah paling penting untuk menghindarkan terjadinya cedera
otak sekunder, yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kesembuhan pasien. Oleh karena
itu, dibutuhkan peran neurolog dalam diagnosis dan penangan yang tepat sedini mungkin untuk
mengurangi kecacatan hidup semaksimal mungkin.
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD karena jatuh dari motor. Pasien gelisah dan
mengeluh sakit kepala hebat serta muntah. Terdapat luka robek di dahi. Pada pemeriksaan,
pasien bisa membuka mata spontan, tak bisa menjawab pertanyaan, bicaranya kacau serta tak
bisa melakukan apa yang diminta. Dari pemeriksaan didapatkan kesadaran delirium. Pupil isokor
dan refleks cahaya dari kedua mata normal. Dari telinga kanan pasien keluar darah.
CT Scan kepala non-kontras: menunjukan beberapa perdarahan kecil di kedua lobus frontalis
yang jumlahnya kurang lebih 15 cc serta suatu pneumocephalus.
Setelah 7 hari pasien sadar penuh, nyeri kepala berkurang. Pasien tidak dapat menutup kelopak
mata atas kanan dan jumlah kerutan dahi di bagian kanan berkurang.
Kata kunci: cedera kepala, delirium, perdarahan telinga, perdarahan kecil lobus frontal,
pneumocephalus, kerutan dahi kanan berkurang dan kelopak mata tidak dapat menutup sempurna
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Cedera kepala: Suatu trauma yang mengenai kepala/otak baik secara langsung/tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis berupa gangguan fisik, kognitif, dan fungsi psikososial
secara sementara maupun permanen.
Patofisiologi Pneumosefalus
Terdapat celah yang berhubungan dengan lingkungan luar udara masuk kedalam rongga kepala.
Pneumosefalus lebih sering terjadi pada fraktur yang melibatkan sinus paranasal ( terutama sinus
frontalis, mastoid air cell, telinga tengah).
Patofisiologi telinga keluar darah dan kerutan wajah berkurang berhubungan dengan fraktur basis kranii
dan cedera saraf kranialis
• Fraktur piramida petrosus pada tulang temporal deformitas kanal auditori eksternal atau
robek membran timpanin kebocoran CCS atau darah berkumpul di belakang membran
timpani sehingga warna nya berubah
• Fraktur transversal tulang petrosus kontusio N VII paresis wajah segera
• Fraktur longitudinal tulang petrosus paresis wajah muncul terlambat
4. Memahami klasifikasi penurunan kesadaran
Pemeriksaan kesadaran dapat terbagi menjadi 2, ada yang secara kualitatif an ada yang
kuantitatif. Untuk secara kualitatif, dapat dibagi menjadi:
Untuk pemeriksaan kesadaran dengan cara kuantitatif, dapat dilakukan dengan perhitangan skala
menurut Glasglow coma scale (GCS), dengan hitungan sebagai berikut:
untuk derajat cedera kepala, kita dapat membedakannya menajdi 3 bagian, yaitu: cedera kepala
ringan, cedera kepala sedang, dan cedera kepala berat, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Cedera kepala ringan:
a. GCS: 13-15
b. Pingsan < 10 menit & tidak ada deficit neuroogis
c. CT Scan Normal
d. Amnesia < 24 jam
2. Cedera kepala sedang
a. GCS: 9-12
b. Pingsan > 10 menit & defisit neuroogis positif
c. CT Scan abnormalitas
d. Amnesia > 24 jam sampai dengan < 7 hari
3. Cedera kepala berat
a. GCS: < 8
b. Pingsan > 6jam & defisit neuroogis positif
c. CT Scan abnormalitas
d. Amnesia > 7 hari
5. Memahami diagnosis
6. Memahami tatalaksana
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk menangani pasien dalam kasus terdiri dari tatalaksana
farmakologis. Pasien dalam kasus diasumsikan mengalami cedera otak derajat sedang, sehingga
tatalaksananya adalah :
c. Observasi tanda vital dan status neurologis (GCS, Pupil, Kekuatan Motorik)
Jika GCS < 15, observasi tiap 30 menit sampai GCS 15
d. Jika ada tanda peningkatan tekanan intra kranial, maka turunkan segera :
Elevasi kepala 30 derajat, monitor tanda klinis herniasi serebri
Cairan isotonik (NaCl 0,9%)
Diberikan cairan hipertonik mannitol 20% (prinsip osmosis diuresis dapat diberikan
karena edema pada cedera kepala bersifat sitotoksik)
Dosis Mannitol :
1 – 2g/KgBB dalam waktu 30 menit – 1 jam tetes cepat
Setelah dosis pertama, diberikan dosis kedua 0,5g/KgBB dalam waktu 30 menit – 1 jam
tetes cepat
12 dan 24 jam kemudian diberikan 0,25g/KgBB selama waktu 30 menit – 1 jam tetes
cepat
7. Memahami komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
• Epilepi
• Demam
• Gastrointestinal bleeding
• Kelainan hematologis
• Gelisah (bisa karena katung kemih dan usus penuh)
• Sesak napas akut
• Aspirasi
• Tromboemboli
• Edema pulmonal
8. Memahami sequale
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis :
A. Anamnesis :
1. Beberapa saat pasca trauma
Laki laki berusia 20 tahun dilarikan ke UGD karena jatuh dari motor.
Keluhan gelisah dan mengeluh sakit kepala hebat serta muntah.
2. Tujuh hari pasca trauma
Nyeri kepala berkurang
B. Pemeriksaan Fisik
1. Beberapa saat setelah trauma
Status generalis:
- Terdapat luka robek di dahi.
- Telinga kanan pasien keluar darah.
- Dari pemeriksaan didapatkan kesadaran delirium.
Status neurologis:
- GCS : diperkirakan di atas 8
~ Pasien dapat membuka mata spontan (nilai 4).
~Tak bisa menjawab pertanyaan dan bicaranya kacau (nilai 4).
C. Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan kepala non kontras menunjukkan beberapa perdarahan kecil di kedua lobus
frontalis yang jumlahnya kurang lebih 15 cc serta suatu pneumocephalus.
Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik , dan pemerikasaan penunjang, kami
membuat diagnosis berupa sebagai berikut :
Tatalaksana untuk pasien ini adalah yang pertama lakukan tindakan resusitasi terlebih dahulu
(ABCD). Observasi tanda vital pasien. Jika hipotensi maka dapat diberikan cairan NaCl, sedangkan jika
tensi stabil maka berikan terapi simtomatik pada pasien. Selain itu, cairan yang dapat diberikan pada
pasien adalah manitol 20%. Karena curiga adanya epidural hematom maka lakukan observasi ketat pada
pasien dan pasang kateter selama observasi. Dan periksa pula apakah terdapat cedera pada leher atau tidak
untuk mencegah mobilisasi pasien yang berlebihan. Pasien dapat ditempatkan di ruangan ROI (Ruang
Observasi Intensif) selama masa observasi. Selain itu tindakan lain yang perlu dilakukan adalah pasien
dibaringkan miring, isi lambung dikeluarkan dengan pipa nasogastric agar tidak terjadi aspirasi
paru.Untuk pasien ini tidak ada indikasi operatif.
Keadaan pasien masih sadar tetapi ada penurunan kesadaran. Keadaan pasien ini termasuk ke dalam
delirium, dan pasien segera dilarikan ke UGD., maka prognosis pasien kami tetapkan melalui data yang
didapatkan pada saat anamnesis, pemeriksaan fisik dan dari status generalis. Prognosis pasien ini adalah
sebagai berikut:
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, bisa disimpulkan bahwa diagnosis kasus ini adalah :
1. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s Principles of Neurology 3r ed. China:
Mc-Graw-Hill Education. 2014
2. Wahjoepramono EJ. Cedera Kepala. Jakarta: FK UPH. 2005
3. Dewantoro G. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. 2009