Pembimbing :
dr. Takdir
Setiawan, Sp.S
Disusun oleh :
Emiliana
H2A008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SEMARANG
2015
LAPORAN KASUS
BAB I
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Tri dedi candra
Umur
: 23 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: wiraswata
Alamat
: durensawit 1/6, pringsurat
Status
: Belum menikah
Tgl masuk RS
: 10 Maret 2015
No RM
: 075952
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan tanggal 12 Maret 2015 di bangsal melati
Anamnesis
a. Keluhan utama
Nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD ambarawa dengan penurunan kesadaran, pasien
merupakan korban kecelakaan lalu lintas, saat pasien dibonceng dengan
kendaraan bermotor, motor yang dinaiki pasien menabrak dari arah depan,
dengan posisi pasien tidak memakai helm, lalu pasien dibawa ke RSUD
Ambarawa.
Saat pasien di UGD, pasien masih mengalami penurunan kesadaran, pasien
juga sempat 1 kali muntah, memuntahkan isi makanan. Dari tubuh pasien
juga tercium bau alkohol (+) dan menduga bahwa sebelum kecelakaan pasien
mengonsumsi alkohol. Selaiin itu juga terdapat luka robek di dagu, luka lecet
di tangan kanan, lutut kaki kiri dan tato (+).
Saat dilakukan pemeriksaan di bangsal pada tanggal 12 Maret dimana pasien
sebelumnya sudah dirawat selama 2 hari di bangsal, pasien masih
mengeluhkan kepalanya sakit dan keluar darah melalui telinga kiri, darah
yang dikeluarkan agak kental dan jumlahnya sedikit tapi keluar terus.
Keadaan umum dan kesadaran pasien saat ini sudah membaik dengan GCS
15.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya disangkal
Riwayat konsumsi narkotika dan obat obatan terlarang disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Disangkal adanya sakit serupa
Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal
: pusing
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
Sistem muskuloskeletal
Sistem integumen
Sistem urogenital
Resume anamnesis:
Seorang laki laki usia 23 tahun datang dengan riwayat kecelakaan lalu lintas, pasien
mengalami penurunan kesadaran. Pasien tidak ingat saat kejadian berlangsung,
muntah (+) 1 kali, dari tubuh pasien juga tercium bau alkohol (+). Terdapat luka
robek di dagu, luka lecet di tangan kanan, lutut kaki kiri dan tato (+).
DISKUSI I
Dari anamnesis tersebut didapatkan seorang pasien laki laki usia 23 tahun
datang ke RSUD Ambarawa dengan penurunan kesadaran setelah kecelakaan
lalu lintas, pasien juga muntah 1 kali saat di IGD dengan luka di dagu dan
beberapa bagian di tubuh. Pasien tidak bisa kooperatif karena pasien hanya
bisa meronta kesakitan, pada saat dilakukan pemeriksaan juga tercium bau
alkohol dari tubuh pasien. Cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap
kepala secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan
fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen. Cedera kepala dapat menyebabkam cedera pada
kulit kepala, tulang tengkorak, dan jaringan otak, oleh karenanya dinamakan
juga cedera kranioserebral yang masuk dalam lingkup neurotraumatologi
yang menitikberatkan cedera terhadap jaringan otak, selaput otak, dan
pembuluh darah otak.
Pada pasien ini diambil diagnosis cedera kepala sedang dikarenakan pada
pasien tersebut penilaian GCS masih bernilai 11 (E3V3M5). Untuk
penentuan diagnosis secara pasti, dapat dilihat dari hasil pemeriksaan ct scan
untuk melihat apakah ada kelainan atau tidak.
BAB II
LANDASAN TEORI
CEDERA KEPALA
A. Definisi
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
C. Klasifikasi
nilai ai
4
3
2
1
5
4
3
2
1
3
2
1
c. Morfologi cedera
Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur cranium dan
lesiintrakranial.
1. Fraktur cranium
Fraktur cranim dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat
berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup.
Fracture dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan
dengan dengan teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya.
Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk
kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci.tanda-tanda tersebut
antara lain ekimosis periorbital (raccoon eye sign), ekimosis retroauikular
(battle sign), kebocoran CSS(Rhinorrhea, otorrhea) dan paresis nervus
fasialis
2. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa,
walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal
termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi (atau
hematoma intraserebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa,
secara umum, menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan
perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan klinis
a. Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di
ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan cirri
berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung. Paling sering
terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat
robeknya pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap
b. Hematom Subdural
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara
duramater dan arakhnoid. SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH,
ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling
sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining.
Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak.
Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak (American college of surgeon, 1997)
10
dan temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau
pada sisi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat
bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.
d. Cedera difus
Cedar otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat cedera
akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang sering terjadi
pada cedera kepala. Komosio cerebri ringan adalah keadaan cedera dimana
kesadaran tetap tidak terganggu namun terjadi disfungsi neurologis yang
bersifat sementara dalam berbagai derajat. Cedera ini sering terjadi, namun
karena ringan kerap kali tidak diperhatikan. Bentuk yang paling ringan
dari komosio ini adalah keadaan bingguung dan disorientasi tanpa
amnesia. Sindroma ini pulih kembali tanpa gejala sisa sama sekali.cedera
komosio yang lebih berat menyebabkan keadaan binggung disertai
amnesia retrograde dan amnesia antegrad (American college of surgeon,
1997).
Komosio cerebri klasik adalah cedera yang mengakibatkan menurunnya
atau hilanggnya kesadaran. Keadaan ini selalu disertai dengan amnesia
pasca trauma dan lamanya amnesia ini merupakan ukuran beratnya cidera.
Dalam bebberapa penderita dapat timbul defisist neurologis untuk
11
12
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili
tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder
serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat
membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Penatalaksanaan cedera
kepala tergantung pada tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan,
sedang, atau berat.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder.
Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain
airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan
cedera kepala berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera
otak sekunder dan mencegah homeostasis otak.
Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit.
Indikasi rawat antara lain:
a. Amnesia post traumatika jelas (lebih dari 1 jam)
b. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
13
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
atau lebih
dari 20 cc di daerah infratentorial
kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis
tanda fokal neurologis semakin berat
terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat
pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.
terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan
terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis
Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinik
: Nyeri kepala
Diagnosis Topik
: Intrakranial
Diagnosis Etiologik
14
KU
Kesadaran
TD
Nadi
RR
Suhu
Status gizi
Kepala
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
15
C. Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)
Kanan
Kiri
Subjektif
Dengan bahan
Tdl
Kopi dan Teh
Tdl
Kopi dan Teh
N II. (OPTIKUS)
Kanan
Kiri
Tajam Penglihatan
Lapang Pengelihatan
Penglihatan Warna
Pem. Fundus okuli
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
N III.
(OKULOMOTORIUS)
Kanan
Kiri
Palpebra
Pergerakan bulbus
Strabismus
Nystagmus
Exophtalmus
Pupil, besarnya
Bentuknya
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tak langsung
Diplopia
Normal
Normal
(-)
(-)
(-)
3 mm
Bulat isokor
(+)
(+)
(-)
Normal
Normal
(-)
(-)
(-)
3 mm
Bulat isokor
(+)
(+)
(-)
N IV. (TROKHLEARIS)
Kanan
Kiri
Pergerakan mata
(kebawah keluar)
Sikap bulbus
Normal
(-)
Normal
Normal
(-)
Normal
N V. (TRIGEMINUS)
Kanan
Kiri
16
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Sensibilitas muka
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (ABDUSEN)
Kanan
Kiri
Pergerakan mata ke
Normal
Normal
lateral
Sikap bulbus
Diplopia
(-)
(-)
(-)
(-)
N VII. (FASIALIS)
Kerutan kulit dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Lipatan naso-labia
Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal
kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
N VIII. (AKUSTIKUS)
Suara bisik
Tes Weber
Tes Rinne
Kanan
Normal
kiri
Berkurang
Tdl
Tdl
Tdl
Tdl
N IX.
Kanan
kiri
(GLOSOFARINGEUS)
Perasaan lidah
Bagian belakang
Sensibilitas pharynx
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N X. (VAGUS)
Arcus faring
Bicara
Bersuara
Menelan
Kanan
Simetris
(+)
(+)
(+)
kiri
Simetris
(+)
(+)
(+)
Kanan
kiri
N XI. (AKSESORIUS)
17
Memalingkan kepala
dan konsistensi
dan konsistensi
keras, adekuat
keras, adekuat
adekuat
simetris
(-)
adekuat
simetris
(-)
Kanan
deviasi (-)
kuat (+)
jelas
(-)
(-)
lurus (+)
Kiri
deviasi (-)
kuat (+)
jelas
(-)
(-)
lurus (+)
mengangkat bahu
Sikap bahu
trofi otot bahu
N XII. (HIPOGLOSUS)
Sikap lidah
kekuatan lidah
Artikulasi
trofi otot lidah
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
18
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Tidak ada
Tidak ada
kelainan
Tidak ada
kelainan
Tidak ada
kelainan
Normal
5-5-5
Normal
Eutrofi
kelainan
Normal
5-5-5
Normal
Eutrofi
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Reflek Hofman
Reflek Trommer
(-)
(-)
Kanan
kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
5-5-5
Normal
eutrofi
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
5-5-5
Normal
eutrofi
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
19
F. FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: retensio urin (-), anuria (-), dan poliuria(-)
Defekasi : inkontinentia alvi (-), retensio alvi (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin
Hemoglobin 14,2
Leukosit 20,3 H
Eritrosit 4,87
Hematokrit 42,5
MCV 87,3
MCH 29,2
MCHC 33,4
Trombosit 223
Kimia Klinik:
Gula darah sewaktu 156 H
SGOT 81 H
SGPT 112 H
Ureum 27,3
Kreatinin 0,9
2. CT Scan
20
Kesan:
Tak tampak perdarahan maupun gambaran peningkatan tekanan
intra kranial
Pada CT Scan kepala tanpa kontras saat ini tak tampak garis
fraktur pada os cranium.
DISKUSI II
Pada kasus diatas termasuk dalam cedera kepala sedang, karena saat pertama kali
pasien masuk rumah sakit ditemukan adanya penurunan GCS (E3V3M5) disertai
dengan perdarahan yang keluar melalui telinga kiri. Pada saat dilakukan
pemeriksaan di bangsal pada tanggal 12 Maret keadaan pasien sudah membaik
dimana GCS 15, tetapi memang pada pemeriksaan nervus kranial VIII ditemukan
gejala penurunan pendengaran dengan keadaan klinis keluar darah dari telunga
kiri. Keadaan membaik pasien juga didukung oleh hasil CT Scan dimana hasilnya
memberi kesan tak tampak perdarahan maupun gambaran peningkatan tekanan
intra kranial dan juga tak tampak garis fraktur pada os cranium.
DIAGNOSA AKHIR
21
Diagnosis Klinik :
Nyeri kepala
Diagnosis Topik :
Intracranial
Diagnosis Etiologik :
Cedera kepala sedang
Rencana Terapi
Farmakologi
Infus RL 20 tpm
Inj piracetam 2x3 gram
Inj citicolin 2x500 mg IV
Inj ranitidin 2x1 ampul
Inj metilprednisolon 3x125
digunakan
untuk
efek
glukokortikoid
(sebagai
Monitoring
22
Monitoring KU dan TV
Monitoring kejang dan penurunan kesadaran
Monitoring vulnus laseratum (post hetting)
Edukasi
Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit, komplikasi
serta penanganannya
Memberitahu pemeriksaan penunjang yang diberikan.
Menyarankan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien.
Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanam
: dubia
: dubia
: dubia
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK UNIKA ATMAJAYA. 2009. Panduan
praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta: egc
2. Price sa, wilson lm. 2005. Anatomi dan fisiologi sistem saraf.
Jakarta : EGC
3. Harsono. 2005. Kapita selekta neurologi. Yogyakarta: gadjah mada
universiti press
23
24