Disusun Oleh :
( 15.0275.N )
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
laporan reading jurnal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
Dan harapan saya semoga laporan reading jurnal ini dapat menambah
memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan reading jurnal ini agar menjadi
banyak kekurangan dalam laporan reading jurnal ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
A. Kesimpulan .............................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................ 9
REFERENSI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu
proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
(Smeltzer, Bare & Hinkle, 2008, hlm.1449). Angka kejadian penyakit ginjal kronik ini
meningkat setiap tahunnya. Angka kejadian penyakit ginjal kronik tahun 2010, pasien dengan
penyakit ginjal kronik di seluruh dunia yang menjalani penggantian ginjal atau hemodialisis
berjumlah sekitar dua juta orang. Insiden PGK di Indonesia diperkirakan berkisar 100 150
per 1 juta penduduk dan prevalensinya mencapai 200 250 per juta penduduk (Firmansyah,
2010, 2). Data dari RSUD Tugurejo Semarang didapatkan bahwa jumlah kunjungan pasien
yang menjalani hemodialisis selama tahun 2013 berjumlah 6567 pasien, sedangkan rata-rata
jumlah pasien setiap bulan pada tahun 2013 berjumlah 68 pasien (Rekam Medik RSUD
metabolisme berupa larutan dan air yang ada pada darah melalui membran
semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer. Prinsip kerja perpindahan cairan
pada hemodialisis adalah difusi, osmosis, ultrafiltrasi dan konveksi. Melalui proses
difusi molekul dalam darah dapat berpindah ke dialisat. Proses perpindahan ini terjadi
karena adanya perbedaan konsentrasi larutan, dimana konsentrasi darah lebih tinggi
daripada konsentrasi dialisat. Osmosis adalah perpindahan air dari tekanan tinggi (darah) ke
tekanan yang lebih rendah (dialisat) (Price & Wilson, 2005, hlm.772). Hemodialisis tidak
dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan
dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu pada
pasien yang menderita penyakit ginjal kronik harus menjalani dialisa sepanjang hidupnya
(Smeltzer, Bare & Hinkle. 2008. Hlm.1449). Kebanyakan pasien dengan stadium akhir
penyakit ginjal (End Stage Renal Disease/ESRD) yang menjalani hemodialisis (HD) harus
menjaga diet cairan dibatasi untuk mencegah kelebihan cairan antara sesi dialisis. Kelebihan
peningkatan tekanan darah, sesak nafas serta gangguan jantung (Pray, 2005, 6).
Konsekuensi pembatasan cairan yang harus dijalani pasien PGK yang menjalani hemodialisis
adalah timbulnya keluhan rasa haus dan mulut kering (xerostomia). Menurut Solomon (2006,
hlm.185) ada beberapa cara untuk mengurangi haus pada pasien yang menjalani hemodialisis,
diantaranya dengan frozen grapes, menyikat gigi, bilas mulut dengan obat kumur dingin
(tidak ditelan), mengunyah permen karet atau permen mint atau permen bebas gula, dan
menghisap es batu.
hemodialisis di RSUD Kota Langsa tahun 2009 menujukkan bahwa permen karet dapat
meningkatkan jumlah sekresi saliva untuk mengurangi rasa haus dan xerostomia dengan
jumlah rata rata 2,7 mL per menit dan 2,8 mL per menit. Estimasi yang sama juga
dikemukakan oleh Veerman, dkk (2005, hlm.9) bahwa mengunyah permen karet merupakan
terapi alternatif yang dapat diberikan untuk merangsang kelenjar ludah atau terapi paliatif
pada pasien yang menjalani hemodialisis. Pasien yang mengeluh mengalami haus, mulut
kering dan mengunyah permen karet ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa
haus (60%) dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti (15%). Penggunaan es batu
dengan cara dikulum juga efektif untuk perawatan mulut dan mengatasi mulut kering
(xerostomia) (Grace & Borley. 2005. hal 349). Mengulum es batu dinilai efektif untuk
mengurangi rasa haus yang dialami oleh pasien yang mengalami hemodialisis. Pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nanny pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis dengan diberikan intervensi berupa mengulum es batu dinilai efektif untuk
mengurangi rasa haus yang dirasakan pada pasien (Salemihardja, 2010, 24). Melihat kedua
hasil riset terdahulu tentang efektivitas pemberian permen karet rendah gula dan mengulum es
batu untuk mengurangi rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan tindakan mana
yang lebuh efektif antara mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu untuk
mengurangi rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
B. Tujuan
1. Menambah wawasan tentang teknik menurunkan rasa haus pada pasien ginjal
es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang
mengalami hemodialisa
3. Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
mengulum permen karet terhadap penurunan rasa haus, sehingga pasien mampu
2. Bagi Perawat
Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dapat
dietnya.
BAB II
ISI JURNAL
eksperiment dengan rancangan penelitian Two group pra-post test design dimana
mengunyah permen karet rendah gula dan kelompok subjek yang kedua adalah yang
kelompok mengunyah permen karet rendah gula dan 17 responden pada kelompok
perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu
terhadap penurunan rasa haus dimana mengulum es batu lebih efektif dibandingkan
dengan mengunyah permen karet rendah gula dengan p value 0,000. Rekomendasi
dari penelitian ini diharapkan mengulum es batu dapat digunakan untuk terapi
menejeman rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
B. Kelemahan Penerapan Topik Jurnal
Setelah dilakukan analisa dalam jurnal ini, didaptkan beberapa kekurangan pada
validitas eksperimen.
2. Tidak dijelaskan karakteristik inklusi dan eksklusi yang lebih jelas dalam
jurnal ini
3. Tidak ada kelompok kontrol sehingga tidak bisa membandingkan hasil dari
Dalam penerapan jurnal setelah dilakukan analisa, jurnal ini memiliki beberapa
kelebihan yaitu :
1. Penulisan latar belakang sudah baik mengarah dan sesuai dengan judul
diberi perlakuan dan real sudah dilakukan. Penelitian quasy eksperimen pada
5. Dalam penelitian ini juga menguraikan lebih detail tentang intensitas rasa haus
permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa
haus.
7. Dari penelitian ini juga kita bisa mengetahui mengulum es batu lebih efektif
haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, sehingga
Hasil penelitian di jurnal ini menyatakan bahwa ada perbedaan efektifitas mengunyah
permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus,
rendah gula untuk mengurangi rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa. Hal tersebut berbeda dengan kondisi riil di klinis atau di
lapangan unit hemodislida. Korelasi antara isi jurnal dengan realita yang sudah ada di
dapat bahwa pasien dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa tidak
tahu bagaimana cara mengontrol rasa haus pasien dan terkadang ada pasien yang
benar-benar tidak patuh dengan dietnya untuk mengontrol rasa hausnya yang akhirnya
berdampak pada kesehatan pasien. Adapun pasien yang diberikan informasi tentang
metode mengunyah permen karet dan mengulum es batu pasien merasa tidak nyaman
dan pusing jika mengulum es batu. Penerapan proses keperawatan setelah mengetahui
sebagai berikut :
2. Bagi perawat
mengontrol haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang mendapatkan terapi
PENUTUP
A. Kesimpulan
batu dapat menurunkan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini yang dapat diberikan bagi pelayanan
kesehatan adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
intervensi mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu pada pasien
kesejahteraan pasien dengan penyakit ginjal kronis mengontrol rasa haus dengan
menggunakan metode mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu
perlu ditingkatkan kembali dengan cara menyampaikan metode tersebut dengan cara
Darmawan, S. 2012. Dialife Sudut Gizi : Membatasi Asupan Cairan. Edisi Januari
Februari 2012. Buletin informasi kesehatan dan gizi.
http://www.burungmanyar.nl diunduh tanggal 21 Desember 2013
Grace, P, A., Borley, N,. R. 2005. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke 3. Jakarta :
Salemba Medika
Guyton, A, C., Hall, J E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta :EGC
Pray, H. 2005. Pembatasan cairan pada pasien hemodialisa. Dibuka pada website
http://www.ingentaconnect.com/pada tanggal 4 Desember 2013
Price, S.A., & Wilson, L.M.C. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Edisi 6, vol 2. Alih bahasa Brahm U. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Yahrini. 2009. Pengaruh Permen Karet Rendah Gula Terhadap Peningkatan Sekresi
Saliva Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa. Medan : FK USU