Anda di halaman 1dari 90

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI


BENCANA GUNUNG MELETUS: KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI

Disusun Untuk Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh
Nama : Wayan Siwa Ananda
NIM : 18130062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI
BENCANA GUNUNG MELETUS: KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI

Disusun Untuk Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh
Nama : Wayan Siwa Ananda
NIM : 18130062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022

i Universitas Respati Yogyakarta


ii Universitas Respati Yogyakarta
iii Universitas Respati Yogyakarta
iv Universitas Respati Yogyakarta
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunianya yang berlimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gunung

Meletus: Kajian Pustaka”. Skripsi ini disusun guna mencapai derajat Sarjana.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan dari dosen pembimbing serta berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Santoso, MS. SpOK, selaku Rektor Universitas Respati

Yogyakarta

2. Wahyu Rochdiat, M. Kep, Ns, Sp.Kep.J, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

3. Listyana Natalia Retnaningsih, S.Kep., Ns., MSN, selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana

4. Tia Amestiasih, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis

selama penyusunan Skripsi

5. Nazwar Hamdani R, S,Kep., Ns., M,Kep, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis

selama penyusunan Skripsi

v Universitas Respati Yogyakarta


6. Dr. Fransiska Lanni. MS, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam penyusunan

Skripsi

7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

8. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan

dukungan dalam setiap proses pembelajaran yang dijalani penulis

9. Semua teman-teman yang selalu mendukung, membantu, serta memberi

semangat

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca untuk menyempurnakan Skripsi ini.

Yogyakarta, November 2021

Wayan Siwa Ananda

vi Universitas Respati Yogyakarta


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM
MENGHADAPI BENCANA GUNUNG
MELETUS: KAJIAN PUSTAKA

Wayan Siwa Ananda1*, Tia Amestiasih2, Nazwar Hamdani Rahil2


*wayan.siwa@gmail.com

INTISARI
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara kepulauan dengan gunung berapi
terpanjang di dunia. Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif atau sekitar 13% dari
gunung berapi aktif dunia di Indonesia. Itu membuat negara ini memiliki jumlah gunung
berapi terbesar di dunia. Untuk mencegah terjadinya banyak korban jiwa pada saat bencana
gunung api, diperlukan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana gunung meletus berdasarkan kajian pustaka.
Metode Penelitian: Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kajian pustaka.
Pencarian artikel jurnal melalui search engine database Google Scholar, Proquest dan
Pubmed. Peneliti membuat kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode PICOS untuk
menyeleksi artikel serta menilai akan kualitas artikel yang signifikan dengan topik. Kata
kunci yang digunakan yaitu, google scholar: faktor-faktor kesiapsiagaan, gunung meletus.
Sedangkan ProQuest, dan PubMed: preparedness factors and volcano eruption. Instrumen
atau alat pencarian artikel jurnal yang digunakan yaitu zetero.
Hasil: Studi literature menunjukan bahwa terdapat faktor yang berhubungan dengan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus yaitu faktor
pengetahuan dan sikap. Untuk faktor pengetahuan dan sikap terdapat beberapa perbedaan
hasil penelitian yang ditemukan. Ada satu peneliti yang membuktikan terdapat hubungan
antara pengetahuan dan sikap dengan kesiapsiagaan, dan beberapa penelitian pengetahuan
dan sikap tidak membahas tentang hubungan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana gunung meletus. Sedangkan faktor kebijakan dan panduan, rencana menjelang
kejadian bencana, sistem peringatan dini, serta kapasitas mobilisasi sumber daya tidak
membahas tentang hubungan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
gunung meletus.
Kesimpulan: ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana gunung meletus, sedangkan dari 6 artikel tidak ada yang
membahas tentang hubungan faktor kebijakan dan panduan, rencana menjelang kejadian
bencana, sistem peringatan dini, serta kapasitas mobilisasi sumber daya terhadap
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.
Kata Kunci: Faktor faktor kesiapsiagaan, gunung meletus.

1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana FIKES UNRIYO
2
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana FIKES UNRIYO

vii Universitas Respati Yogyakarta


FACTORS AFFECTING COMMUNITY PREPAREDNESS FOR
VOLCANIC ERUPTIONS: A LITERATURE REVIEW

Wayan Siwa Ananda1*, Tia Amestiasih2, Nazwar Hamdani Rahil2


*wayan.siwa@gmail.com

ABSTRACT
Background: Indonesia is an archipelagic state with the longest volcano in the world.
Indonesia has 127 active volcanoes or about 13% of the world's active volcanoes are in
Indonesia. It makes this country have the largest number of volcanoes in the world. To
prevent deaths in a volcanic eruption, community disaster preparedness is needed.
Objective: To find out factors related to the ability of community to prepare for a volcanic
eruption based on a literature review.
Research Methods: This research applied a literature review approach. Journal articles
were searched through Google Scholar search engine, ProQuest, and Pubmed. The
researcher made the inclusion and exclusion criteria with the PICOS method to select
articles and to assess the quality of articles that were significant with the topic. The
keywords used on Google Scholar were factors affecting disaster preparedness and
volcanoes erupt, while on ProQuest and PubMed were preparedness factors and volcano
eruption. The instrument or tool for the journal article search was Zotero.
Result: The literature study showed that there were factors related to the ability of
communities to prepare for a volcanic eruption, i.e. knowledge and attitudes. There were
some differences in the research results for both factors. One research proved that there
was a correlation of knowledge and attitudes with volcanic eruption preparedness, while
some other research did not discuss the correlation of knowledge and attitudes with
community preparedness for volcanic eruptions. Moreover, factors of policy and guidance,
disaster planning, early warning systems, and capacity building for resource mobilization
did not discuss their correlation with the community’s ability to prepare for volcanic
eruptions.
Conclusion: There was a correlation of knowledge and attitudes with community
preparedness for volcanic eruptions. Of 6 articles, none of them discussed the
correlation of policy and guidance factors, disaster planning, early warning
systems, and capacity building for resource mobilization with community
preparedness for volcanic eruptions.
Keywords: preparedness factors, volcano eruption
1
Student of Nursing Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Respati
University of Yogyakarta
2
Lecturer of Nursing Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Respati
University of Yogyakarta

viii Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................iii
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ..........................................iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
INTISARI .................................................................................................................vii
ABSTRACT .............................................................................................................viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ..........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................10
A. Tinjauan Teori ...............................................................................................10
1. Bencana ...................................................................................................10
2. Gunung Meletus ......................................................................................18
3. Kesiapsiagaan ..........................................................................................20
B. Kerangka Teori Kajian Pustaka ....................................................................30
C. Kerangka Konsep Kajian Pustaka .................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN (KAJIAN PUSTAKA) .................................32
A. Jenis Penlitian ................................................................................................32
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Data ..........................................................33
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................33
D. Penelusuran Jurnal ........................................................................................34

ix Universitas Respati Yogyakarta


E. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian ............................................................36
F. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................................37
G. Jalannya Penelitian ........................................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................40
A. Hasil Penelitian ..............................................................................................40
B. Pembahasan ...................................................................................................50
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................61
A. Kesimpulan ....................................................................................................61
B. Saran ..............................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kriteria Inklusi Eksklusi ...........................................................................35


4.1 Analisa Jurnal ......................................................................................................40
4.2 Hasil Analisa Jurnal ............................................................................................43

xi Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Kerangka Teori ......................................................................................30


2.2 Gambar Kerangka Konsep ..................................................................................31
3.1 Gambar Diagram Alur Penelitian ........................................................................35

xii Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian


Lampiran 2. Rencana Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup Peneliti

xiii Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR SINGKATAN

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana


BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
ISDR : International Strategy for Disaster Reduction
JPG : Jurnal Pendidikan Geografi
KRB : Kawasan Rawan Bencana
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
MPBI : Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PDF : Portable Document Format
Perpusnas : Perpustakaan Nasional
PB : Penanggulangan Bencana
PVMBG : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
SAR : Search and Rescue
SDM : Sumber Daya Manusia
SDN : Sekolah Dasar Negeri
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri
SSB : Single Side Band
UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UNRIYO : Universitas Respati Yogyakarta
UU : Undang-Undang

xiv Universitas Respati Yogyakarta


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana merupakan suatu peristiwa besar atau ekstrem yang merugikan

kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas bila meningkat menjadi

bencana atau peristiwa kejadian yang menjadi ancaman. Ancaman yang

dimaksud terhadap kesehatan, keamanan atau kesejahteraan masyarakat,

fungsi ekonomi masyarakat, dan kesatuan organisasi pemerintah yang lebih

luas. Bencana yang berlangsung membawa sebuah dampak yang

mempengaruhi manusia atau lingkungannya, kerentanannya akan bencana

dapat disebabkan oleh kurangnya manajemen bencana yang tepat (Fitriadi

dkk., 2017).

Undang-Undang No. 24, (2007), bencana disebabkan oleh faktor alam,

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga menyebabkan timbulnya

korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis. Bencana alam merupakan bahaya yang diakibatkan karena

kejadian oleh alam meliputi angin topan, banjir, gempa bumi, gunung

meletus, kekeringan, tanah longsor, tsunami, dan sebagainya. Bencana non

alam merupakan bahaya yang diakibatkan karena kejadian non alam meliputi

epidemi, gagal modernisasi, gagal teknologi, wabah penyakit dan sebagainya.

Kemudian bencana sosial merupakan bahaya yang diakibatkan karena

kejadian oleh perbuatan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok

1 Universitas Respati Yogyakarta


2

atau antar komunitas masyarakat, teror dan sebagainya.

Indonesia adalah daerah yang rentan serta beresiko tinggi terhadap

terjadinya bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan jenis-

jenis bencana lainnya. Karena kepulauan Indonesia terletak dalam pertemuan

tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Hindia-Australia, lempeng Eurasia dan

lempeng Pasifik. Ancaman bahaya tersebar di semua kawasan Indonesia, baik

pada ukuran kecil sampai ukuran besar yang merusak (BNPB, 2017).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki busur gunung api

terpanjang di dunia. Indonesia memiliki 127 gunung api aktif, atau kurang

lebih 13% gunung api aktif di dunia terletak di Indonesia, maka menjadikan

negara ini sebagai pemilik gunung api terbanyak di dunia. Kurang lebih 60%

dari jumlah tersebut adalah gunung api yang mempunyai potensi bahaya

cukup besar bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, maka demi keselamatan

dan kelangsungan hidup masyarakat harus mewaspadai bahaya ini (Amri

dkk., 2016). Penyebaran gunung api di Indonesia meliputi wilayah Sumatera

(30), Jawa (35), Bali dan Nusa Tenggara (30), Maluku (16), dan Sulawesi

(18). Selain itu, Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan

gunung api terbesar di dunia. Tahun 1815 Gunung Tambora yang berada di

Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat meletus dengan korban jiwa 10.000

orang dan pada tahun 1883 Gunung Krakatau meletus dengan korban jiwa

36.000 orang (BNPB, 2015).

Menurut website (Geoportal Data Bencana Indonesia) dari 10 tahun

terakhir tepatnya dari tahun 2011 hingga 2021 terdapat 146 kejadian bencana

Universitas Respati Yogyakarta


3

letusan gunung api berdasarkan tahun 2018 (63), 2017 (14), 2015 (13), 2014

(11), 2020 (10), 2013 (8), 2019, 2016, 2012 (7), 2011 (4), dan 2021 (2).

Penyebaran letusan berdasarkan gunung api diantaranya Gunung Agung (35),

Gunung Sinabung (29), Gunung Merapi (25), Gunung Gamalama (8),

Gunung Kelud (7), Gunung Soputan (6), Gunung Karangetang, Dieng Kawah

Sileri, Gunung Raung (4), Gunung Rokatenda (3), Gunung Semeru, Gunung

Anak Krakatau, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Rinjani (2), Gunung Ile

Lewotolok, Gunung Kerinci, Gunung Egon, Gunung Bromo, Gunung

Galunggung, Gunung Slamet, Gunung Sangeang api (1). Dengan letusan

terbesar Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur tahun 2021 dengan korban

meninggal 60 orang, hilang 9 orang, terluka 863 orang, rumah rusak 1027,

dan 1 fasilitas umum. Serta Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur meletus pada

tahun 2014 dengan kerusakan rumah sebanyak 14048 dan Gunung Kelud di

Malang meletus dengan korban meninggal 7 orang, terluka 1423 orang,

rumah rusak 3782 dan 316 fasilitas umum. Jadi bisa dikatakan bahwa

Indonesia merupakan negara dengan kawasan banyak gunung berapi yang

masih aktif dan meletus.

Menurut Anies, 2018 dalam (Soekardi dkk., 2020) demi mencegah

terjadinya banyak korban jiwa saat bencana gunung meletus, dibutuhkan

adanya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Konsep

manajemen bencana saat ini mengalami pergeseran paradigma menjadi

berkembang ke arah pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada

upaya-upaya pencegahan dan mitigasi yang bersifat struktural dan

Universitas Respati Yogyakarta


4

nonstruktural di daerah-daerah yang rawan bencana dan cara membangun

kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan merupakan langkah-langkah yang dapat

pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu

menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk

kedalam tindakan kesiapsiagaan yaitu penyusunan rencana penanggulangan

bencana, pemeliharan dan pelatihan personil. Kesiapsiagaan adalah tindakan

yang sifatnya perlindungan aktif yang dilakukan pada saat bencana terjadi

dan memberikan solusi jangka pendek untuk memberikan pertolongan untuk

pemulihan jangka panjang (Fitriadi dkk., 2017). Ada beberapa upaya

pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, meliputi: memahami

bahaya yang ada disekitar. Memahami sistem peringatan dini disekitar.

Mengetahui rute evakuasi maupun rencana pengungsian. Mempunyai

keterampilan guna mengevaluasi keadaan secara cepat serta mengambil

inisiatif tindakan untuk melindungi diri. Memiliki rencana antisipasi bencana

untuk keluarga serta melakukan simulasi rencana tersebut. Mengurangi

dampak bahaya dengan cara melakukan latihan mitigasi bencana.

Mengikutsertakan diri dengan cara berpartisipasi dalam pelatihan (BNPB,

2017).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana gunung meletus seperti pada penelitian yang

dilakukan oleh Husen pada tahun 2020 yang dilaksanakan di Puskesmas

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate, dari total 41 responden

mendapatkan hasil 24 responden memiliki pengetahuan yang baik sedangkan

Universitas Respati Yogyakarta


5

17 responden mempunyai pengetahuan cukup dalam menghadapi bencana

gunung meletus (Husen dkk., 2020). Berdasarkan hasil penelitian Rahil &

Amestiasih pada tahun 2019 yang dilaksanakan di Kampus 2 Universitas

Respati Yogyakarta, dari total 50 responden 49 responden mempunyai

pengetahuan tinggi sedangkan 23 responden kesiapsiagaan sebagian besar

kurang (Rahil & Amestiasih, 2019).

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Sugara dkk pada tahun 2018 yang

dilaksanakan Dusun Klangon, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang,

Kabupaten Malang (radius 10 KM dari kawah Gunung Kelud), dari total 207

responden lebih dari separuh 134 responden memiliki pengetahuan baik dan

lebih dari separuh 134 responden memiliki sikap kesiapsiagaan siap. Data

Responden yang mempunyai sikap kesiapsiagaan siap ketika menghadapi

erupsi Gunung Kelud pada fase mitigasi diketahui dari 77% masyarakat

mempersiapkan barang sediaan pemenuhan kebutuhan dasar untuk

kedaruratan bencana serta mendapatkan pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan

menghadapi erupsi Gunung Kelud untuk memperkirakan kemungkinan

terjadinya bencana demi menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian

harta benda. Diperoleh sebanyak 76% masyarakat menerima informasi jelas

mengenai lokasi evakuasi yang telah disetujui pihak berwenang seandainya

terjadi bencana erupsi dan memahami tanda peringatan di daerah rawan

bencana serta lereng lahar. Kemudian diperoleh juga sebanyak 75%

responden mempersiapkan bahan dan peralatan untuk pemulihan sarana dan

Universitas Respati Yogyakarta


6

prasarana sesudah terjadinya bencana dan selalu melakukan kontrol pada

daerah rawan bencana erupsi dan lereng lahar (Sugara dkk., 2018).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Triyana dan Wibowo pada tahun

2011 yang dilaksanakan di Yogyakarta, peneliti mendapatkan bahwa hampir

seluruh masyarakat tidak memahami prinsip-prinsip penanggulangan

bencana yang diatur pada UU penanganan bencana ketika penanggulangan

erupsi gunung Merapi terutama pada bagian tanggap darurat, di kabupaten

Sleman serta di kabupaten Magelang. Secara khusus masyarakat tidak

memahami ketentuan yang ada pada Pasal 26 UU PB dan keputusan Pasal 87

UU PB yang mengatur serta melindungi prinsip-prinsip tertulis pada

penanggulangan erupsi gunung Merapi (Triyana & Wibowo, 2011).

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

dengan metode kajian pustaka untuk mengetahui secara luas faktor yang

berhubungan dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

gunung meletus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

berdasarkan kajian pustaka?”.

Universitas Respati Yogyakarta


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus berdasarkan

kajian pustaka.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan dan sikap terhadap

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

berdasarkan kajian pustaka.

b. Mengetahui hubungan faktor kebijakan dan panduan terhadap

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

berdasarkan kajian pustaka.

c. Mengetahui hubungan faktor rencana menjelang kejadian darurat

terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung

meletus berdasarkan kajian pustaka.

d. Mengetahui hubungan faktor sistem peringatan bencana terhadap

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

berdasarkan kajian pustaka.

e. Mengetahui hubungan faktor kapasitas akan mobilisasi sumber daya

terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

gunung meletus berdasarkan kajian pustaka.

Universitas Respati Yogyakarta


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu

merangkum dari berbagai hasil penelitian menambah wawasan dalam

pengetahuan kebencanaan mengenai faktor-faktor kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus dan juga menjadi

dasar dalam mengembangkan program kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana gunung meletus sesuai dengan situasi dan kondisi

dilapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam

memahami faktor-faktor kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

gunung meletus serta menambah pengalaman dalam menganalisis

artikel jurnal melalui metode kajian pustaka.

b. Manfaat Bagi Institut Pendidikan Universitas Respati Yogyakarta

Diharapkan penelitian ini bisa digunakan untuk bahan bacaan untuk

menambah wawasan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Program

Studi Keperawatan Program Sarjana tentang faktor-faktor

kesiapsiagaan bencana gunung meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


9

c. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dijadikan salah satu referensi oleh peneliti

lain untuk meneliti tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana gunung meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Bencana

a. Pengertian Bencana

Banyak penjelasan atau definisi mengenai bencana yang pada

umumnya menjelaskan tentang gangguan akan pola hidup manusia,

dampak bencana bagi manusia, dampak akan struktur sosial, kerusakan

pada bagian sistem pemerintahan, bangunan, dan sebagainya serta

keperluan masyarakat yang disebabkan oleh bencana (Nurjanah dkk.,

2013). Bencana alam merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang

berdampak merugikan untuk manusia yang disebabkan akibat kejadian

alam. Bencana maupun musibah bisa terjadi karena peristiwa-peristiwa

alam seperti angin puting beliung, banjir, gempa bumi, gunung meletus,

kekeringan, tanah longsor dan tsunami (Supriyono, 2014).

Menurut Carter dalam buku “Disaster Management”

menyampaikan pengertian bencana berdasarkan Concise Oxford

Dictionary sebagai “sudden or great misfortune, calamity” atau

kemalangan yang tiba-tiba atau besar, malapetaka. Sedangkan

berdasarkan Webster’s dictionary, bencana diartikan sebagai “a sudden

calamitous event producing great material damage, loss, and distress”

10 Universitas Respati Yogyakarta


11

atau peristiwa bencana yang tiba-tiba menghasilkan kerusakan

material yang besar, kerugian, dan kesusahan (Nurjanah dkk., 2013).

Menurut (Wiarto, 2017) bencana alam merupakan pengaruh

lantaran gabungan aktivitas alami atau suatu peristiwa fisik, seperti

gempa bumi, letusan gunung, tanah longsor kegiatan serta manusia.

Lantaran ketidakberdayaan manusia, akibat terbatasnya manajemen

keadaan darurat, maka membawa dampak kerugian dalam aspek

keuangan, struktural, bahkan hingga kematian.

Sedangkan pengertian berdasarkan UU No. 24, (2007) bencana

merupakan rangkaian peristiwa yang mengintai serta mengganggu

aktivitas masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau

faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

munculnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan

harta benda, bahkan dampak psikologis (Anies, 2018).

b. Jenis-Jenis Bencana

Menurut (Nurjanah dkk., 2013) pada umumnya jenis bencana

dikategorikan ke dalam tujuh bagian yaitu Bencana geologi, hydro-

meteorologi, biologi, kegagalan teknologi, lingkungan, sosial serta

kedaruratan kompleks yang merupakan gabungan dari suatu kondisi

bencana pada suatu daerah konflik.

Yang tergolong dalam bencana geologi antara lain gempa bumi,

letusan gunung api, longsor, dan tsunami. Bencana hidrometeorologi

antara lain badai atau angin topan, banjir, banjir bandang,

Universitas Respati Yogyakarta


12

kekeringan, kebakaran hutan, dan rop atau air laut pasang. Bencana

biologi antara lain epidemi dan penyakit hewan atau tanaman.

Bencana kegagalan teknologi antara lain kecelakaan atau kegagalan

industri, kecelakaan transportasi, kesalahan desain teknologi, dan

kelalaian manusia dalam pengoperasian produk teknologi.

Degradasi lingkungan antara lain abrasi pantai, kebakaran (urban

fire), kebakaran hutan (forest fire) dan pencemaran. Sedangkan

kedaruratan kompleks, jarang terjadi tetapi akibat nya sangat besar.

Yang tergolong antara lain eksodus atau pengungsian atau

perpindahan tempat secara besar-besaran, konflik sosial dan

terorisme atau ledakan bom.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Bencana

Ada tiga faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu faktor alam

(natural disaster) disebabkan oleh alam serta tanpa campur tangan

manusia, faktor non-alam (non-natural disaster) disebabkan bukan

karena alam serta tanpa campur tangan manusia, dan faktor sosial

atau manusia (man-made disaster) disebabkan asli oleh perbuatan

manusia, contohnya konflik horizontal maupun vertikal dan

terorisme.

Faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu akibat adanya

hubungan antara ancaman atau hazard serta kerentanan atau

vulnerability. UU No. 24, (2007) ancaman bencana merupakan suatu

keadaan yang dapat menyebabkan bencana. Kerentanan akan

Universitas Respati Yogyakarta


13

dampak risiko bencana merupakan situasi karakteristik biologis,

geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya serta teknologi suatu

kelompok atau masyarakat di wilayah demi jangka waktu khusus

untuk mengurangi kapasitas kelompok atau masyarakat demi

mencegah, mencapai kesiapan serta memahami dampak bencana

(MPBI,2004:5) (Nurjanah dkk., 2013).

Sedangkan menurut ADVC (2006) dalam (Nurjanah dkk., 2013)

mengkategorikan kerentanan kedalam lima kategori, yakni

kerentanan fisik atau physical vulnerability, mencakup: fasilitas

umum, materi penyusun bangunan, umur dan konstruksi bangunan,

serta prasarana jalan; kerentanan sosial atau social vulnerability,

mencakup: pemahaman akan resiko serta pandangan hidup

kelompok atau masyarakat yang berhubungan dengan agama,

budaya, etnik, hubungan sosial, jenis kelamin, umur serta

kemiskinan; kerentanan ekonomi atau economic vulnerability,

mencakup: investasi, pendapatan, potensi kerugian barang atau

persediaan; kerentanan lingkungan atau environmental

vulnerability, mencakup: air, flora atau tumbuhan, fauna atau hewan,

tanah dan udara; kerentanan kelembagaan atau institutional

vulnerability, mencakup: pemerintah yang buruk, tidak cocoknya

aturan yang ada serta tidak adanya sistem penanggulangan bencana.

Universitas Respati Yogyakarta


14

d. Dampak Bencana Alam

Bencana alam bisa mengakibatkan dampak bencana yang

mengganggu seperti ekonomi, gangguan pada kestabilan sosial,

serta lingkungan. Kerusakan infrastruktur bisa menghambat

kegiatan sosial, dampak pada bidang sosial meliputi korban jiwa,

luka, sakit, kehilangan rumah atau tempat tinggal sedangkan dampak

lingkungan bisa meliputi rusaknya hutan yang menjaga daratan.

Salah satu bencana alam yang sangat mengakibatkan dampak besar

yaitu, gempa bumi serta gunung meletus (Wiarto, 2017). Besar-

kecilnya dampak bencana yang terjadi bergantung pada tingkat

ancaman atau hazard, kerentanan atau vulnerability serta

kemampuan atau capacity untuk mengatasi bencana. Besaran

dampak bencana pun bisa dipengaruhi oleh waktu datangnya

bencana yakni bencana yang datang secara seketika atau sudden-

onset disaster dan bencana yang datang secara bertahap atau slow-

onset disaster (Nurjanah dkk., 2013).

Selain dampak bencana yang sudah dijelaskan, ditemukan

dampak bencana yang kadang kala kurang mendapatkan perhatian

yaitu dampak psikologis. Dampak bencana ini bisa menyebabkan

terganggunya keseimbangan keadaan psikologis seseorang. Dalam

buku “Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma

Akibat Bencana Alam” Pusat Krisis Fakultas Psikologis Universitas

terdekat serta hilangnya harta benda yang dimiliki, dan kehilangan

Universitas Respati Yogyakarta


15

pekerjaan serta kesulitan mencukupi kebutuhan dasar hidup. Upaya

pemulihan kondisi seseorang yang mengalami gangguan

keseimbangan psikologis membutuhkan waktu yang lama serta

dibutuhkan dukungan seperti, pertama dukungan yang berupa

mendengarkan keluhan serta masalah yang dialami korban,

kemudian membantu mengurangi gejala yang dirasakan serta

membantu korban untuk mengatasi masalah yang dialaminya.

Kedua memberikan dukungan dari berbagai pihak untuk

memperbaiki keadaan lingkungan, sosial serta ekonomi secara

umum (Nurjanah dkk., 2013).

e. Manajemen Bencana

Manajemen bencana atau disaster management merupakan ilmu

pengetahuan yang mendalami bencana berikut segala bagian yang

berhubungan dengan bencana, terutama resiko bencana serta

bagaimana menghindari resiko bencana. Manajemen bencana

merupakan proses dinamis mengenai bekerjanya fungsi-fungsi

manajemen yang diketahui selama ini contohnya fungsi planning,

organizing, actuating, dan controlling. Sedangkan tujuannya (secara

umum) antara lain untuk melindungi kelompok atau masyarakat

serta harta-benda dari ancaman bencana (Nurjanah dkk., 2013).

Menurut (Anies, 2018), tahap manajemen bencana adalah suatu

motode terancang yang dibuat guna mengendalikan bencana dengan

baik dan aman dengan tiga tahap sebagai berikut:

Universitas Respati Yogyakarta


16

1) Pra Bencana

Tahap manajemen bencana dalam keadaan sebelum peristiwa

atau pra-bencana yaitu kesiagaan, peringatan dini serta mitigasi.

a) Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan serangkaian aktivitas yang dibuat

untuk memprediksi bencana dengan pengorganisasian serta

menggunakan langkah yang efisien dan baik. Kesiapsiagaan

merupakan langkah yang sangat penting karena bisa

memastikan kekuatan masyarakat dalam mengalami

munculnya bencana.

b) Peringatan Dini

Peringatan dini diberikan dengan cepat untuk semua

kelompok masyarakat. Peringatan didasarkan dari beragam

data serta keilmuan kemudian diterima kelompok berwenang

atas kemungkinan datangnya bencana.

c) Mitigasi

Mitigasi bencana merupakan serangkaian cara demi menekan

resiko bencana, baik dengan pembangunan fisik maupun

peningkatan keahlian melawan ancaman bencana. Mitigasi

perlu dibuat secara terarah serta menyeluruh dengan beragam

cara serta pendekatan seperti pendekatan teknis, manusia,

admisnistratif, dan kultural.

Universitas Respati Yogyakarta


17

2) Saat Bencana

Tahap yang sangat penting saat proses manajemen bencana

yaitu saat bencana terjadi. Tampaknya sudah melewati proses

peringatan dini, atau kejadian secara mendadak. Oleh karena itu

dibutuhkan tanggap darurat demi bisa menanggulangi dampak

bencana secara cepat dan benar supaya korban serta kerugian bisa

sedikit-dikitnya.

a) Tanggap Darurat

Tanggap darurat merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan dengan cepat saat bencana, guna menanggulangi

dampak negatif yang dimunculkan. Tanggap darurat yang

dilakukan seperti aktivitas penyelamatan serta pengungsian

korban, perlindungan, pemenuhan kebutuhan dasar, harta

benda serta perbaikan sarana dan prasarana.

3) Pasca Bencana

Sesudah bencana timbul serta proses tanggap darurat dilalui

kemudian tahap selanjutnya yaitu melaksanakan rehabilitasi atau

perbaikan dan rekonstruksi atau pemulihan.

a) Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan perbaikan seluruh bagian fasilitas

umum mencapai tingkat yang sesuai bagi kawasan pasca

bencana dengan target utama demi berjalan menurut arahan

pemerintah.

Universitas Respati Yogyakarta


18

b) Rekonstruksi

Rekonstruksi merupakan pembangunan ulang seluruh sarana

dan prasarana, kelembagaan atau organisasi pada kawasan

pasca bencana pemerintah maupun kelompok masyarakat

dengan target utama tumbuh berkembangnya aktivitas sosial,

ekonomi, budaya, hukum serta ketertiban.

2. Gunung Meletus

a. Pengertian Gunung Meletus

Gunung ialah suatu area berwujud daratan yang memiliki perbedaan

tinggi yang tampak dari pada area disekitar nya. Di dalam Encyclopedia

Britannica, suatu daratan yang menjulang tinggi diartikan menjadi

gunung seandainya mempunyai puncak dengan ketinggian lebih dari

610 meter atau 2.000 kaki. Biasanya gunung berada di atas daratan,

akan tetapi terdapat juga yang berada dibawah permukaan laut

(Supriyono, 2014).

Gunung berapi adalah suatu bentuk jalan fluida atau zat alir panas

yang menjulur dari kedalaman kira-kira 10 kilometer di bawah

permukaan bumi hingga ke permukaan bumi. Sistem jalan fluida atau

zat alir panas ini berbentuk batuan dalam wujud cair yang disebut lava

(Supriyono, 2014). Sedangkan menurut (Amri dkk., 2016) gunung

berapi adalah gunung yang memiliki lubang kawah maupun pecahan di

dalam kulit bumi area munculnya cairan magma atau gas maupun

cairan lainnya ke permukaan bumi.

Universitas Respati Yogyakarta


19

b. Klasifikasi Gunung Meletus

Menurut (Amri dkk., 2016) gunung berapi diklasifikasikan dalam

empat asal atau sumber erupsi, yaitu pusat, samping, eksentrik serta

celah.

1) Erupsi pusat adalah erupsi yang keluar melewati kawah utama,

2) Erupsi samping adalah erupsi yang keluar melewati lereng tubuhnya,

3) Erupsi eksentrik adalah erupsi samping namun magma yang keluar

bukan melewati kawah pusat tetapi ke samping sebaliknya langsung

dari kantong magma melalui kawah tersendiri,

4) Erupsi celah adalah erupsi yang keluar pada retakan atau belahan

yang memanjang hingga beberapa kilometer.

c. Mitigasi Bencana Gunung Meletus

Menurut (BNPB, 2012) Strategi atau rencana mitigasi serta cara

penurunan resiko gunung berapi meliputi:

1) Pengamatan, keaktifan gunung api diamati dalam 24 jam dengan

perangkat pencatat gempa atau biasa disebut seismograf. Informasi

harian hasil pengamatan dilaporkan ke kantor PVMBG atau Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung melalui

radio komunikasi SSB. Petugas Pos Pengamatan Gunung api

memberikan laporan bulanan kepada Pemerintah Daerah setempat,

2) Tanggap Darurat, kegiatan yang dibuat saat terjadi kenaikan

aktivitas gunung api antara mengevaluasi laporan serta data ke

Universitas Respati Yogyakarta


20

PVMBG, membuat tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke

lokasi, dan melangsungkan pemeriksaan secara teratur,

3) Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung api menggambarkan jenis

sifat ancaman gunung api area rawan bencana, rute penyelamatan

diri, tempat pengungsian serta pos penanggulangan bencana,

4) Penyelidikan atau riset gunung api memanfaatkan metode berbagai

macam ilmu kebumian,

5) Sosialisasi kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat, apalagi yang

hidup di sekeliling gunung api. Cara sosialisasi mungkin bersifat

pemberian informasi kepada Pemerintah Daerah serta pengarahan

langsung kepada masyarakat.

3. Kesiapsiagaan

a. Pengertian Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian aktivitas yang dibuat untuk

memprediksi bencana dengan pengelolaan serta menggunakan langkah

yang efisien atau tepat guna (BNPB, 2017). Menurut (Khambali, 2017)

kesiapsiagaan ialah usaha yang dibuat guna memperkirakan peluang

terjadinya bencana untuk meminimalkan kerusakan, kerugian harta

benda, korban jiwa, serta bergantinya cara kehidupan masyarakat.

Sedangkan kesiapsiagaan didefinisikan semacam sistem latihan

komunikasi, koordinasi, serta evaluasi serta mengikutsertakan seluruh

masyarakat umum dan pemerintah (Supartini dkk., 2017).

Universitas Respati Yogyakarta


21

b. Upaya Peningkatan Kesiapsiagaan

Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi

bencana. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan menurut

(BNPB, 2017) yaitu:

1) Memahami bahaya yang ada disekitar,

2) Memahami sistem peringatan dini disekitar. Mengetahui rute

evakuasi maupun rencana pengungsian,

3) Mempunyai keterampilan guna mengevaluasi keadaan secara cepat

serta mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri,

4) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga serta

melakukan simulasi rencana tersebut,

5) Mengurangi dampak bahaya dengan cara melakukan latihan mitigasi

bencana,

6) Mengikutsertakan diri dengan cara berpartisipasi dalam pelatihan.

c. Kesiapsiagaan Gunung Meletus

Definisi kesiapsiagaan gunung meletus ialah serangkaian aktivitas

yang dibuat demi memprediksi bencana gunung meletus dengan sikap

serta kegiatan yang benar (Supriyono, 2014). Selanjutnya beberapa

kegiatan kesiapsiagaan gunung meletus yang bisa dilakukan ialah

kegiatan sebelum terjadi, saat terjadi serta sesudah terjadi gunung

meletus (Listiyanti & Maria, 2009) dalam (Supriyono, 2014):

Universitas Respati Yogyakarta


22

1) Sebelum Terjadi Gunung Meletus

Tindakan atau langkah kesiapsiagaan yang seharusnya dilakukan

sebelum terjadinya gunung meletus.

a) Menyelenggarakan pendidikan serta pelatihan mitigasi bencana

gunung meletus kepada masyarakat kemudian mensimulasikan

upaya berlindung, pergi ke daerah yang aman, serta tindakan

evaluasi atau pengungsian,

b) Mengidentifikasi tempat terdekat yang aman, melakukan

perencanaan, mempersiapkan keperluan dasar serta strategi

evaluasi,

c) Mengingat pintu keluar, tangga darurat, serta daerah berlindung

atau tersembunyi.

d) Mematikan listrik, gas serta aliran air bilamana tidak dibutuhkan

hingga aman jika terjadi gunung meletus,

e) Peralatan mudah pecah dan terbakar diletakkan di area yang

aman,

f) Menyediakan tas siap siaga bencana berisi sandang, pangan,

kotak P3K, masker, kaca mata serta surat-surat berharga.

g) Memilih rute evakuasi yang aman serta tentukan daerah

berkumpul jika seandainya berpencar.

2) Saat Terjadi Gunung Meletus

Tindakan atau langkah yang bisa dilakukan saat terjadi gunung

meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


23

a) Menggunakan pakaian yang mampu mengamankan tubuh seperti,

topi, baju dan celana Panjang. Kemudian gunakan kain atau

masker untuk menutupi hidung dan mulut,

b) Berhati-hati bahaya hujan abu, hujan batu, hujan pasir, lahar

dingin, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran serta tsunami.

c) Menjauhkan diri dari tempat rawan bencana seperti lereng

gunung, aliran lahar, lembah dan pantai.

d) Saat berada didaerah terbuka, lindungi diri dengan cara menutup

wajah menggunakan kedua tangan untuk melindungi diri abu dan

awan panas,

e) Mematuhi arahan petugas serta menghindari arah angin dan

sungai yang asalnya dari puncak gunung.

Tindakan atau langkah yang bisa dilakukan jika berada di rumah

atau gedung saat terjadi gunung meletus.

a) Langsung menutup semua jendela, ventilasi, pintu serta aliran air,

b) Apabila merasakan getaran, langsung lindungi kepala dan tubuh

dengan cara berlindung dibawah meja atau dibawah tempat tidur

bila tidak ada meja dan tempat tidur bisa menggunakan tas, bantal

maupun papan. Kemudian hindari diri dari benda yang mudah

jatuh,

Tindakan atau langkah yang bisa dilakukan jika berada diluar

rumah saat terjadi gunung meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


24

a) Langsung mencari kawasan aman untuk berlindung. Bilamana

timbul hujan batu lindungi kepala menggunakan kedua tangan

membentuk seakan-akan bola,

b) Jika terjadi letusan gunung berapi serta terdapat debu vulkanik

gunakan kaca mata dan masker untuk menutupi mata, hidung

serta mulut,

c) Apabila saat berkendara menepilah kedaerah yang aman

kemudian hindari daerah lereng gunung, aliran lahar, lembah,

sungai, pantai, rawan longsor dan tsunami.

Langkah tanggap darurat yang wajib dilakukan saat terjadi

gunung meletus.

a) Beri Pertolongan

Disaat berlangsungnya bencana gunung meletus banyak korban

luka-luka, sakit bahkan meninggal dunia. Petugas kesehatan dan

SAR pun akan terlambat karena sulit mencapai daerah tersebut.

Dengan demikian masyarakat harus melakukan pertolongan

pertama bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan, tetapi

harus tetap memperhatikan keselamatan penolong,

b) Evakuasi

Sebelum terjadi bencana biasanya pemerintah sudah menyiapkan

daerah untuk pengungsian. Pengungsian dilakukan bilamana

dampak sekunder lebih mengancam atau menakutkan,

Universitas Respati Yogyakarta


25

c) Dengarkan Informasi

Demi mencegah kecemasan atau ketakutan masyarakat harus

tetap tenang serta bertindak menurut informasi dari pihak yang

berwenang.

3) Sesudah Gunung Meletus

Tindakan atau langkah yang bisa dilakukan sesudah terjadi

gunung meletus.

a) Terus berada di rumah hingga kondisi benar-benar aman,

b) Meninggalkan daerah yang terkena hujan abu,

c) Seandainya harus keluar rumah selalu menggunakan kacamata,

masker dan pakaian panjang untuk melindungi mata, hidung,

mulut serta kulit agar terhindar dari debu vulkanik yang bisa

mengiritasi sistem pernapasan dan iritasi kulit,

d) Jangan mengemudikan kendaraan di kawasan yang terjadi hujan

abu karena bisa merusak mesin,

e) Membersihkan dan membuang timbunan yang ada di atap rumah

karena bisa menyebabkan kerusakan dan menjatuhkan atap

rumah.

Tindakan atau langkah yang dilakukan sesudah terjadi gunung

meletus seperti bantuan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, serta

pemulihan.

Universitas Respati Yogyakarta


26

a) Bantuan Darurat

Sesudah rencana tanggap darurat dilewati kemudian dilakukan

pemberian bantuan darurat demi memenuhi kebutuhan dasar

seperti sandang, pangan, tempat tinggal sementara, air bersih,

obat serta sanitasi untuk korban pasca bencana.

b) Rehabilitasi

Rehabilitasi yaitu rencana jangka pendek yang wajib dilakukan.

Seperti kegiatan perbaikan serta pembersihan rumah, tempat

umum, dan mengembalikan perekonomian masyarakat. Selain itu

pemulihan jangka pendek dilakukan pada kesehatan fisik,

psikologi serta keamanan masyarakat.

c) Rekonstruksi

Rekonstruksi yaitu rencana jangka menengah maupun jangka

panjang. Kegiatan mencakup kondisi sosial, perekonomian serta

sarana fisik agar lebih berkembang dari sebelumnya.

d) Pemulihan

Pemulihan yaitu cara mengembalikan kondisi serta fungsi dalam

masyarakat yang tertimpa bencana. Contohnya pemulihan

infrastruktur serta fasilitas dasar seperti air bersih, listrik, alat

komunikasi, jalan, pasar serta puskesmas dan yang lainnya.

Universitas Respati Yogyakarta


27

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan

Terdapat 5 faktor-faktor kesiapsiagaan untuk memperkirakan

terjadinya bencana alam (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006)

1) Pengetahuan dan Sikap Akan Bencana

Pengetahuan menjadi bagian penting serta sebagai kunci bagi

kesiapsiagaan. Pengalaman bencana memberikan ilmu yang amat

berguna bagi pengetahuan tentang bencana alam. Pengetahuan yang

dimiliki oleh masyarakat umumnya mampu mempengaruhi sikap

serta perhatian masyarakat akan siap dan siaga ketika

memperkirakan adanya bencana, apalagi untuk masyarakat yang

menetap di wilayah yang rentan terkena bencana alam.

2) Kebijakan dan Panduan Bencana

Kebijakan dan panduan yang berhubungan dengan kesiapsiagaan

guna memperkirakan terjadi bencana alam. Kebijakan kesiapsiagaan

bencana alam benar-benar berpengaruh serta merupakan usaha yang

nyata untuk melaksanakan tindakan siaga bencana. Kebijakan yang

signifikan berdampak akan kesiapsiagaan mencakup pendidikan

masyarakat, perencanaan darurat, metode peringatan bencana serta

mobilisasi sumberdaya, termasuk permodalan, lembaga

penyelenggaraan, sumber daya manusia dan sarana-prasarana

berguna selama keadaan darurat bencana. Kebijakan-kebijakan

mengacu dalam beragam jenis, namun tentu lebih berarti seandainya

dituliskan secara nyata pada peraturan-peraturan semacam surat

Universitas Respati Yogyakarta


28

keputusan maupun peraturan daerah yang disertai dengan catatan

tugas dan tanggung jawab suatu pekerjaan yang jelas. Supaya

kebijakan bisa diaplikasikan dengan maksimal hingga diperlukan

panduan-panduan operasionalnya.

3) Rencana Menjelang Kejadian Darurat Bencana

Rencana merupakan unsur yang berguna saat kesiapsiagaan,

apalagi berhubungan dengan pertolongan, penyelamatan dan

evaluasi, agar korban bencana bisa diminimalkan. Cara ini benar-

benar penting dan harus dilakukan pelatihan serta simulasi, apalagi

pada saat terjadi bencana serta hari pertama sesudah bencana

sebelum pertolongan melalui pemerintah dan dari kelompok luar

tiba. Apabila terjadi bencana pertolongan dari luar tidak bisa segera

tiba, biasanya disebabkan akibat hancurnya fasilitas infrastruktur,

seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara dan sebagainya.

4) Sistem Peringatan Dini

Sistem peringatan dini mencakup tanda peringatan serta

pembagian informasi perihal kejadian bencana. Melalui peringatan

bencana masyarakat bisa melakukan langkah yang benar demi

menekan kerusakan lingkungan, harta benda serta korban jiwa.

Maka dibutuhkan latihan dan simulasi andaikan mendengar

peringatan, kemana dan bagaimana harus melindungi diri pada saat

tertentu sesuai dengan wilayah dimana masyarakat tengah berada

dalam peringatan.

Universitas Respati Yogyakarta


29

5) Kapasitas Akan Memobilisasi Sumber Daya

Sumber daya yang ada, seperti sumber daya manusia, pendanaan

serta fasilitas-fasilitas berguna untuk kejadian mendesak menjadi

kekuatan yang bisa membantu maupun sebaliknya menjadi

hambatan dalam kesiapsiagaan bencana alam. Karena hal tersebut

mobilisasi sumber daya merupakan faktor yang penting.

Kemudian menurut penelitian Husna di Instansi Gawat Darurat

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh bahwa

pengetahuan responden akan resiko bencana, didapatkan hasil

sebanyak 19 orang (63,3%) berada dalam kelompok baik, sikap

responden akan resiko bencana, didapatkan hasil sebanyak 25 orang

(83,3%) berada dalam kelompok baik, kebijakan dan panduan serta

gambaran tentang rencana untuk keadaan darurat bencana,

didapatkan hasil sebanyak 22 orang (73,3%) berada dalam kelompok

baik, gambaran tentang sistem peringatan bencana, didapatkan hasil

sebanyak 21 orang (70%) berada dalam kelompok baik, serta

gambaran tentang mobilisasi sumber daya, didapatkan hasil

sebanyak 26 orang (86,7%) berada dalam kelompok baik (Husna,

2018).

Universitas Respati Yogyakarta


30

B. Kerangka Teori Kajian Pustaka

Faktor Pengetahuan dan Sikap: Faktor kebijakan dan panduan:


- Pengetahuan tentang bencana - Pendidikan masyarakat
alam - Perencanaan darurat
- Pengalaman terjadinya bencana - Metode peringatan bencana
akan menjadi pengetahuan serta mobilisasi sumberdaya
- Sikap serta perhatian ketika - Permodalan/dana
memperkirakan adanya bencana - Lembaga penyelenggara
- Wilayah rentan terkena bencana - Sumber daya manusia
alam - Sarana-prasarana

Faktor rencana menjelang


kejadian darurat bencana:
Kesiapsiagaan Bencana - Rencana kesiapsiagaan
Gunung Meletus pertolongan, penyelamatan
dan evaluasi agar
meminimalkan korban
- Pertolongan dari
pemerintah atau kelompok
Faktor kapasitas akan
- Latihan dan simulasi yang
mobilisasi sumber daya:
sudah direncanakan
- Sumber daya manusia,
pendanaan, serta fasilitas-
fasilitas bisa membantu Faktor sistem peringatan dini:
tetapi bisa juga menjadi - Tanda peringatan serta
hambatan dalam pembagian informasi
kesiapsiagaan perihal kejadian bencana
- Dibutuhkan latihan dan
simulasi andaikan
mendengarkan tanda
peringatan serta informasi
kejadian bencana

Gambar 1.1 Kerangka Teori


Sumber: (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006)

Universitas Respati Yogyakarta


31

C. Kerangka Konsep Kajian Pustaka

Variable Independen

Variable Dependen

Faktor-Faktor Kesiapsiagaan:
1. Pengetahuan dan sikap
2. Kebijakan dan panduan
3. Rencana menjelang kejadian Kesiapsiagaan Bencana
darurat Gunung Meletus
4. Sistem peringatan dini
5. Kapasitas akan mobilisasi
sumber daya

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Respati Yogyakarta


BAB III

METODE PENELITIAN

(KAJIAN PUSTAKA)

A. Jenis Penelitian

Peneliti ini merupakan penelitian dengan metode kajian pustaka. Menurut

(Snyder, 2019) dalam (Nurislaminingsih dkk., 2020) kajian pustaka

merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengambil serta

mengumpulkan inti dari penelitian terdahulu, lalu mempelajari uraian pakar

atau para ahli yang tercantum dalam bacaan.

Kajian pustaka mempunyai fungsi sebagai dasar untuk beragam jenis

penelitian karena hasil kajian pustaka memberikan pengetahuan mengenai

perkembangan ilmu, sumber dorongan penyusunan kebijakan, pembuatan

pemikiran baru serta berfungsi sebagai pedoman untuk penelitian

selanjutnya.

Peneliti ini memilih strategi semi-systematic untuk membuat kajian

pustaka, karena semi-systematic disebut narrative review approach. Strategi

ini dibuat untuk inti yang sudah dipikirkan secara berbeda serta dikaji secara

berlainan juga dengan jenis kelompok peneliti mulai bidang ilmu yang

berbeda. (Snyder, 2019) dalam (Nurislaminingsih dkk., 2020) menjelaskan

semi-sytematic bisa sebagai alternatif apabila harapan penelitian hendak

mendalami topik yang lebih banyak maupun luas, serta topik yang sudah

dibuat lebih tinggi atau lebih umum dari beberapa konsep yang sudah ada

32 Universitas Respati Yogyakarta


33

secara berbeda serta dipelajari dalam berbagai ilmu. Strategi ini mengarahkan

peneliti untuk menggambarkan strategi teoritis, pokok pikiran dan

kesenjangan ilmu dalam pustaka. Semi-systematic review mengarah

memandang betapa sebuah topik penelitian pada bagian tertentu mengalami

kemajuan dari waktu ke waktu.

B. Waktu dan Tempat Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode pencarian artikel jurnal melalui

sumber berbentuk website: Google Scholar, ProQuest, dan PubMed yang

cocok untuk di review menggunakan kata kunci, kriteria inklusi serta kriteria

eksklusi yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun 2022.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan

cara menetapkan kata kunci yang digunakan untuk menelusuri artikel yang

hendak direview yakni faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus menggunakan

sumber berupa website: Google Scholar, ProQuest, dan PubMed.

Peneliti membuat kriteria inklusi dan eksklusi untuk menyeleksi artikel

serta menilai akan kualitas artikel yang signifikan dengan topik penyusunan

skripsi. Kriteria inklusi yaitu uraian dari faktor yang diseleksi oleh peneliti

untuk menggunakan artikel tersebut untuk direview. Sedangkan eksklusi yaitu

uraian dari faktor peneliti untuk menentukan bahwa artikel dalam pencarian

Universitas Respati Yogyakarta


34

tidak termasuk dalam artikel yang akan direview (Ulhaq & Rahmayanti,

2019).

Berikut kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti:

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi Eksklusi
Populasi Artikel yang diterbitkan pada Artikel yang diterbitkan pada jurnal
jurnal nasional dari database nasional dari database atau search
atau search engine yang berbeda engine yang berbeda dan tidak
dan berkaitan dengan variable berkaitan dengan variable penelitian
penelitian yaitu faktor-faktor yaitu faktor-faktor kesiapsiagaan,
kesiapsiagaan, gunung meletus gunung meletus
Intervention Tidak ada intervensi Ada intervensi

Comparation Tidak ada faktor pembanding Ada faktor pembanding

Outcome Adanya kesiapsiagaan Tidak adanya kesiapsiagaan


masyarakat sebelum terjadinya masyarakat sebelum terjadinya
gunung meletus gunung meletus
Study design Tidak menggunakan Pra- Menggunakan Pra-eksperimental,
eksperimental, Systematic atau Systematic atau Literature Review
Literature Review (kajian (kajian pustaka)
pustaka)
Tahun terbit Jurnal yang terbit pada tahun Jurnal yang terbit sebelum tahun
2016 sampai 2021 2016
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Selain Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris Inggris

D. Penelusuran Jurnal

Penelusuran jurnal melalui Google Scholar dengan kata kunci faktor

faktor kesiapsiagaan, “gunung meletus”. Penelusuran jurnal melalui

ProQuest, dan PubMed dengan kata kunci preparedness factors and volcano

eruption.

Universitas Respati Yogyakarta


35

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Jurnal di identifikasi melalui Jurnal di identifikasi melalui Jurnal di identifikasi melalui


pencarian database google scholar pencarian database ProQuest pencarian database PubMed
(n=842) (n=367) (n=2)

Total pencarian database (n=1.211)

Skrining artikel jurnal 5 tahun


terakhir (2016-2021)
(n=946)

Duplikat artikel jurnal otomatis (n=50)

Identifikasi judul artikel jurnal (n=896)

Dikecualikan berdasarkan judul


artikel jurnal
- Tidak sesuai topik (n=839)
- Intervensi (n=28)
- Review (n=14)

Identifikasi abstrak artikel (n=15)

Artikel jurnal tidak sesuai topik (n=5)


Artikel jurnal tidak full text (n=4)

Artikel yang direview secara penuh dan


termasuk dalam analisa akhir (n=6)

Universitas Respati Yogyakarta


36

E. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian

Menurut (Ramdhani dkk., 2014) dalam (Ulhaq & Rahmayanti, 2019)

mengatakan bahwa salah satu metode yang digunakan sebagai alat bantu

ketika sintesis atau panduan yaitu membuat matriks sintesis (synthesis matrix)

yang dikelola bersumber pada kata kunci pada subjek khusus. matrik sintesis

ini sangat berguna menjadi dasar penelitian yang hendak dibuat. Matrik

sintesis merupakan sebuah diagram atau tabel yang menguatkan peneliti

selama mengkategorikan atau mengelompokkan alasan-alasan yang berbeda

dari artikel serta mencampurkan beragam bagian yang berlainan untuk

memperoleh kesan atau kesimpulan akan kelengkapan artikel secara umum.

Matrik sintesis dibuat untuk mengerjakan sumber-sumber literature dan

menggabungkan dengan pemahaman yang unik. Matrik sintesis dibuat

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Identifikasi artikel yang sangat penting dengan inti penelitian

b. Buat kolom-kolom untuk mengidentifikasi yang berisi:

1) Pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti,

2) Metode yang digunakan,

3) kekhususan sampel penelitian,

4) Persamaan yang didapat, serta

5) Perbedaan artikel yang tidak didapat pada artikel yang lain.

Kemudian terdapat pilihan lain menurut (Dwiningsih dkk., 2019) yaitu

zetero untuk mempermudah peneliti dalam melakukan sitasi serta daftar

pustaka. Zetero merupakan salah satu reference manager yang bisa

Universitas Respati Yogyakarta


37

digunakan secara gratis yang mempermudah peneliti selama mengolah

sumber-sumber referensi yang dimiliki sebagai rujukan pada penelitian.

Zetero diuraikan oleh Roy Rosenzweig Center for History and New Media

mempersiapkan demi target non-komersial dan mendasar pada platform atau

pernyataan open-source. Zetero mempunyai kemampuan untuk menemukan

informasi-informasi yang tersedia dalam halaman sebuah website serta

menyimpan dalam komputer atau laptop semacam perpustakaan digital

pribadi hanya lewat satu kali klik saja. Zetero menggabungkan semua

susunan hasil penelitian yang dimiliki di dalam bentuk interface atau

antarmuka yang mudah dimanfaatkan oleh pengguna atau peneliti bisa

memasukkan file gambar, audio, video, snapshot, serta PDF pada halaman

website dalam zetero. Zetero secara otomatis menunjuk informasi yang

tersedia seperti text lengkap pada seleksi yang digunakan atau ditambahkan

dalam aplikasi tersebut.

F. Pengolahan dan Analisa Data

Menurut (Dena Taylor) dalam (Hapsari & Ritohardoyo, 2013) terdapat

empat tahapan analisis data dalam metode kajian pustaka, yakni:

a. Organize, mengelompokkan pustaka yang akan dilihat atau dikaji. pustaka

yang dikaji adalah pustaka yang sesuai dengan permasalahan atau topik.

Adapun tahap dalam mengelompokkan pustaka yaitu mencari ide, tujuan

umum, serta kesimpulan dari pustaka dengan cara membaca dan

memahami abstrak, paragraf pendahuluan, kesimpulannya, serta

mengelompokkan pustaka menurut kategori-kategori khusus,

Universitas Respati Yogyakarta


38

b. Synthesize, menggabungkan hasil pengelompokan kajian sebagai suatu

intisari agar menjadi satu kesatuan yang padu, dengan mengetahui hal

yang saling keterkaitan antar pustaka,

c. Identify, pengenalan isu-isu perselisihan pada pustaka. Isu perselisihan

yang dimaksud yaitu isu yang diduga benar-benar penting untuk diuraikan

atau dianalisis, berfungsi untuk memperoleh suatu artikel yang menarik

untuk dibaca,

d. Formulate, menyimpulkan pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih

dalam.

G. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan topik dan judul penelitian,

b. Mengajukan judul penelitian (setelah diterima, peneliti melakukan

bimbingan kepada pembimbing 1 dan pembimbing 2),

c. Menyusun proposal penelitian,

d. Mempresentasikan proposal penelitian,

e. Melakukan revisi proposal yang sudah dipresentasikan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian, peneliti mencari

artikel jurnal tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus

dari situs internet seperti: Google Scholar, ProQuest, dan PubMed.

Setelah peneliti menemukan artikel jurnal yang sesuai dengan tema

Universitas Respati Yogyakarta


39

penelitian, kemudian peneliti melakukan screening terhadap artikel

jurnal berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti,

b. Mengolah data penelitian dan menyusun laporan penelitian,

c. Analisa data berupa faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.

3. Tahap Akhir

a. Menyimpulkan hasil penelitian,

b. Membuat laporan hasil penelitian,

c. Melakukan bimbingan hasil penelitian kepada pembimbing 1 dan

pembimbing 2,

d. Mempresentasikan hasil penelitian,

e. Melakukan revisi dari hasil yang telah diseminarkan.

Universitas Respati Yogyakarta


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Analisa Jurnal

No Nama dan Judul Desain Sampling Instrumen Hasil


Tahun
1 (Kaelan Faktor Determinan Mixed Methods Total sampling Kuesioner, Variabel pengetahuan menjadi variabel
dkk., 2020) Kesiapsiagaan atau metode dengan jumlah observasi yang sangat berpengaruh berhubungan
Perawat Terhadap kombinasi yaitu sampel sebanyak serta dengan kesiapsiagaan. Sedangkan jenis
Bencana Gunung menggabungkan 41 responden wawancara penelitian kualitatif menggunakan cara
Meletus antara metode penjelasan, dari hasil tanya jawab bersama
(Gamalama) di kuantitatif dengan responden yang memiliki keterampilan
Puskesmas metode kualitatif rendah disebabkan oleh terbatasnya
Wilayah Kerja pelatihan serta simulasi bencana bagi
Dinas Kesehatan responden maka seharusnya pihak
Kota Ternate pengelola Puskesmas mengadakan
pelatihan serta simulasi secara bertahap

40
Universitas Respati Yogyakarta
41

2 (Larasati, Kajian Tingkat Deskriptif Random Kuesioner Kesiapsiagaan responden pada kategori
2020) Kesiapsiagaan kuantitatif sampling serta studi tinggi, akan tetapi dalam sebagian faktor
Masyarakat dalam dengan jumlah dokumentasi berada pada kategori rendah yakni faktor
Menghadapi sampel rencana tanggap darurat serta sistem
Bencana Letusan sebanyak 100 peringatan dini. Faktor rencana tanggap
Gunung Kelud pada responden darurat responden tidak tersedianya
Kawasan Rawan informasi petunjuk pengungsian namun
Bencana (KRB) II mengandalkan pengetahuan yang
di Desa Kebonrejo umumnya mereka buat. Sedangkan faktor
Kecamatan Kepung sistem peringatan dini responden
Kabupaten Kediri memanfaatkan teknik tradisional
semacam pengeras suara serta kentongan.
3 (Runiari & Kesiapsiagaan Ibu Deskriptif Ibu hamil Kuesioner Kesiapsiagaan ibu hamil serta keluarga
Ruspawan, Hamil dan Petugas kuantitatif dengan teknik dalam menjelang erupsi Gunung Agung
2021) Kesehatan menggunakan purposive berada pada kategori baik yaitu 132
Menghadapi Erupsi pendekatan cross sampling responden (52.80%), kategori cukup 72
Gunung Agung sectional dengan jumlah responden (28.8%) serta 46 responden
sampel (18.4%) berada kategori kurang.
sebanyak 250 Kesiapsiagaan petugas kesehatan
responden menjelang erupsi Gunung Agung berada
sedangkan pada kategori baik yaitu 25 responden
petugas (83.3%) serta 5 responden (16.6%)
kesehatan kategori cukup, tidak ada responden yang
(bidan) dengan berada pada kategori kurang. Maka dari
teknik total itu kesiapsiagaan petugas kesehatan lebih
sampling baik dibandingkan dengan kesiapsiagaan
dengan jumlah ibu hamil serta keluarga.
sampel
sebanyak 30
responden

Universitas Respati Yogyakarta


42

4 (Rahil & Pengetahuan dan Kuantitatif Random Kuesioner Pengetahuan dari 49 responden (98%)
Amestiasih, Kesiapsiagaan deskriptif analitik sampling berada dalam kategori tinggi, sedangkan
2019) Civitas Akademika menggunakan dengan jumlah kesiapsiagaan dari 23 responden (46%)
dalam Menghadapi pendekatan cross sampel sebagian besar dalam kategori kurang.
Bencana Gunung sectional sebanyak 50
Meletus di Kampus responden
II Universitas
Respati Yogyakarta
5 (Irawan School Deskriptif kualitatif Metode survei Wawancara Kesiapsiagaan saat menjelang bencana
dkk., 2018) Preparedness serta mendalam masih rendah. Pengetahuan responden
toward Kelud wawancara serta hanya bersumber pada pengalaman erupsi
Eruption Hazard mendalam dokumentasi Gunung Kelud tahun 2014.
(Case Study on dengan cara
Kelud Disaster menggunakan
Prone Area) pendekatan
kualitatif
6 (Tyas & Students Perception Deskriptif Purposive Kuesioner Pemahaman responden akan
Pujianto, Toward Their kuantitatif sampling kesiapsiagaan bencana letusan gunung
2020) Preparedness for dengan jumlah berapi untuk pengetahuan serta sikap
Volcanic Eruption sampel responden tentang risiko bencana sangat
Disaster sebanyak 90 baik dengan nilai 3,28. Pengetahuan serta
siswa sikap responden akan sistem peringatan
dini dalam kriteria baik dengan nilai 3,08.
Faktor pengetahuan serta sikap responden
akan rencana tanggap darurat bencana
dalam kriteria baik nilai 2,98. Sedangkan
faktor pengetahuan serta sikap responden
akan mobilisasi sumber daya nilai 2,88
dengan kriteria baik.

Universitas Respati Yogyakarta


43

Tabel 4.2 Hasil Analisa Jurnal

No Artikel Jurnal Pengetahuan Kebijakan dan Rencana Menjelang Sistem Peringatan Kapasitas Akan
dan Sikap Panduan Kejadian Darurat Dini Mobilisasi Sumber
Daya
1 (Kaelan dkk., 2020) ü
Faktor Determinan
Kesiapsiagaan Perawat
Terhadap Bencana
Gunung Meletus
(Gamalama) di
Puskesmas Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan
Kota Ternate
2 (Larasati, 2020) ü ü ü ü ü
Kajian Tingkat
Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam
Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Kelud
pada Kawasan Rawan
Bencana (KRB) II di
Desa Kebonrejo
Kecamatan Kepung
Kabupaten Kediri
3 (Runiari & Ruspawan, ü ü ü
2021)
Kesiapsiagaan Ibu Hamil
dan Petugas Kesehatan
Menghadapi Erupsi
Gunung Agung

Universitas Respati Yogyakarta


44

4 (Rahil & Amestiasih, ü


2019)
Pengetahuan dan
Kesiapsiagaan Civitas
Akademika dalam
Menghadapi Bencana
Gunung Meletus di
Kampus II Universitas
Respati Yogyakarta
5 Irawan dkk., 2018) ü
School Preparedness
toward Kelud Eruption
Hazard (Case Study on
Kelud Disaster Prone
Area)
6 (Tyas & Pujianto, 2020) ü ü ü ü
Students Perception
Toward Their
Preparedness for
Volcanic Eruption
Disaster

Universitas Respati Yogyakarta


45

1. Faktor Determinan Kesiapsiagaan Perawat Terhadap Bencana Gunung

Meletus (Gamalama) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kota Ternate

Penelitian ini dilakukan oleh (Kaelan dkk., 2020) di Puskesmas wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate menggunakan metode penelitian

kombinasi atau Mixed Methods yang menggabungkan metode kuantitatif

serta metode kualitatif. Populasi pada penelitian ini yakni seluruh perawat di

tiga Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate terdiri dari

Puskesmas Perawatan Siko, Puskesmas Perawatan Sulamadaha, dan

Puskesmas Kalumpang. Sedangkan teknik pengambilan sampel

menggunakan Total Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 41 responden.

Kemudian untuk metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

yaitu kuesioner untuk metode kuantitatif serta observasi dan wawancara

untuk metode kualitatif.

Hasil dari penelitian ini membuktikan kesiapsiagaan perawat di tiga

Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate dari total 41

responden dalam kelompok responden siap siaga dengan pengetahuan yang

baik sebanyak 7 responden (29.2%) serta dalam kelompok responden yang

tidak siap siaga sebanyak 17 responden (70.8%). Sebaliknya untuk

pengetahuan cukup responden siap siaga perbedaannya 0% serta yang tidak

siap siaga sebanyak 17 responden (100%). Penelitian ini membuktikan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan perawat di

Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate. Sedangkan

Universitas Respati Yogyakarta


46

kesiapsiagaan perawat di tiga Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Ternate dari total 41 responden dalam kelompok responden terampil siap

siaga sebanyak (100%) serta dalam kelompok responden yang terampil tidak

siap siaga perbedaannya sebanyak 10 responden (100%). Untuk responden

tidak terampil siap siaga perbandingannya sebanyak 7 responden (22.6%)

serta yang tidak terampil tidak siap siaga sebanyak 24 responden (77.4%).

Penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara keterampilan

dengan kesiapsiagaan perawat di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kota Ternate.

2. Kajian Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana

Letusan Gunung Kelud pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) II di Desa

Kebonrejo Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri

Penelitian ini dilakukan oleh (Larasati, 2020) di desa Kebonrejo

Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri menggunakan metode penelitian

deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini sejumlah 2.496 warga

Kecamatan Kepung. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin serta

teknik random sampling maka pada penelitian ini terdapat 100 responden.

Kemudian untuk metode pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner

serta studi dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kesiapsiagaan masyarakat

dalam kategori tinggi, tetapi di dalam beberapa faktor berada pada kategori

rendah yakni faktor rencana tanggap darurat serta faktor sistem peringatan

dini. Faktor rencana tanggap darurat masyarakat belum adanya petunjuk arah

Universitas Respati Yogyakarta


47

pengungsian masyarakat hanya mengandalkan pengalaman yang umumnya

dilakukan. Faktor sistem peringatan dini masyarakat hanya memanfaatkan

cara tradisional semacam kentongan dan speaker serta masyarakat kurang

terkondisikannya saat terjadi bencana letusan Gunung Kelud.

3. Kesiapsiagaan Ibu Hamil dan Petugas Kesehatan Menghadapi Erupsi

Gunung Agung

Penelitian ini dilakukan oleh (Runiari & Ruspawan, 2021) di wilayah kerja

Puskesmas Bebandem, Puskesmas Rendang serta Puskesmas Selat

Kabupaten Karangasem Provinsi Bali menggunakan metode penelitian

deskriptif kuantitatif pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak

250 ibu hamil trimester II dan III yang bertempat tinggal di wilayah ketiga

puskesmas yang terdiri dari Puskesmas Bebandem 91 responden, Puskesmas

Rendang 80 responden serta Puskesmas Selat 79 responden dan sampel

petugas kesehatan (bidan) sebanyak 30 responden yang diambil

menggunakan teknik total sampling. Kemudian untuk metode pengumpulan

data yang digunakan yaitu kuesioner.

Hasil dari penelitian ini membuktikan kesiapsiagaan ibu hamil

berdasarkan kriteria sebagian pada kategori baik. Pengetahuan responden

terhadap bencana paling banyak pada kategori baik (56.8%) serta hanya

16.8% pada kategori kurang. Rencana kesiapsiagaan keluarga dari bencana

pada kategori baik (58.8%). Peringatan bencana pada kategori baik (58%).

Mobilisasi sumber daya pada kategori baik (45%). Maka secara keseluruhan

Universitas Respati Yogyakarta


48

kesiapsiagaan ibu hamil dan keluarga dalam menjelang erupsi Gunung Agung

pada kategori baik (52.8) serta 18.4% dalam kategori kurang. Sedangkan

kesiapsiagaan petugas kesehatan berdasarkan kriteria sebagian besar pada

kategori baik dan tidak ada pada kategori kurang. Pengetahuan petugas

kesehatan tentang bencana pada kategori baik (80%) serta 20% pada kategori

cukup. Rencana kesiapsiagaan petugas kesehatan pada kategori baik (83.3%).

Peringatan bencana pada kategori baik (83.3%). Mobilisasi sumber daya pada

kategori baik (80%). Maka secara keseluruhan kesiapsiagaan petugas

kesehatan dalam menjelang erupsi Gunung Agung pada kategori baik

(83.3%) serta 16.6% dalam kategori cukup. Bisa disimpulkan bahwa dalam

penelitian ini kesiapsiagaan petugas Kesehatan lebih baik daripada

kesiapsiagaan ibu hamil dan keluarga

4. Pengetahuan dan Kesiapsiagaan Civitas Akademika dalam Menghadapi

Bencana Gunung Meletus Di Kampus II Universitas Respati Yogyakarta

Penelitian ini dilakukan oleh (Rahil & Amestiasih, 2019) di Kampus II

Universitas Respati Yogyakarta menggunakan metode penelitian kuantitatif

deskriptif analitik pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini

yakni Civitas Akademika Kampus II Universitas Respati Yogyakarta. Besar

sampel dihitung menggunakan rumus Slovin serta teknik random sampling

maka pada penelitian ini terdapat 50 responden. Kemudian untuk metode

pengumpulan data yang digunakan yaitu 2 kuesioner, pengetahuan dan

kesiapsiagaan.

Universitas Respati Yogyakarta


49

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan Civitas

Akademika Kampus II Universitas Respati Yogyakarta saat menjelang

bencana gunung meletus mayoritas pada kategori tinggi (98%), sedangkan

kesiapsiagaan Civitas Akademika Kampus II Universitas Respati Yogyakarta

saat menjelang bencana gunung meletus mayoritas pada kategori kurang

(46%).

5. School Preparedness toward Kelud Eruption Hazard (Case Study on Kelud

Disaster Prone Area)

Penelitian ini dilakukan oleh (Irawan dkk., 2018) di SDN Puncu 1 serta

SDN Pandansari 3 menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

metode survei dan wawancara mendalam kepada kepala sekolah, guru, orang

tua, siswa serta masyarakat yang bertempat tinggal disekitar sekolah.

Hasil dan diskusi dari penelitian ini membuktikan kesiapsiagaan dalam

menjelang bencana masih rendah. Pengetahuan responden hanya berdasarkan

pengalaman erupsi Kelud tahun 2014.

6. Students Perception Toward Their Preparedness for Volcanic Eruption

Disaster

Penelitian ini dilakukan oleh (Tyas & Pujianto, 2020) di SMPN 2

Cangkringan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 90 responden. Kemudian untuk metode pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti yaitu kuesioner.

Universitas Respati Yogyakarta


50

Hasil dari penelitian ini membuktikan persepsi responden terhadap

kesiapsiagaan bencana letusan gunung berapi, untuk pengetahuan dan sikap

terhadap risiko bencana memenuhi kriteria sangat baik dengan nilai 3,28.

Pengetahuan dan sikap terhadap sistem peringatan dini memenuhi kriteria

baik dengan nilai 3,08. Pengetahuan dan sikap terhadap rencana tanggap

darurat bencana memenuhi kriteria baik dengan nilai 2,98. Sedangkan

pengetahuan dan sikap terhadap mobilisasi sumber daya memenuhi kriteria

baik dengan nilai 2,88.

B. Pembahasan

Semua artikel yang menjadi sampel penelitian ini merupakan penelitian

non eksperimen yang menggunakan beberapa metode penelitian meliputi

deskriptif kuantitatif (Larasati, 2020; Rahil & Amestiasih, 2019; Runiari &

Ruspawan, 2021; Tyas & Pujianto, 2020), deskriptif kualitatif (Irawan dkk.,

2018) serta kombinasi atau Mixed Methods yang menggabungkan metode

kuantitatif serta metode kualitatif (Kaelan dkk., 2020). Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode sampling seperti

total sampling (Kaelan dkk., 2020; Runiari & Ruspawan, 2021), random

sampling (Larasati, 2020; Rahil & Amestiasih, 2019), purposive sampling

(Runiari & Ruspawan, 2021; Tyas & Pujianto, 2020), survei dan wawancara

mendalam (Irawan dkk., 2018).

Populasi yang digunakan di dalam artikel jurnal penelitian ini berbeda-

beda yaitu perawat (Kaelan dkk., 2020), masyarakat umum (Larasati, 2020),

ibu hamil dan petugas kesehatan (bidan) (Runiari & Ruspawan, 2021), civitas

Universitas Respati Yogyakarta


51

akademika kampus (Rahil & Amestiasih, 2019), kepala sekolah, guru, orang

tua, siswa SD dan masyarakat disekitar sekolah (Irawan dkk., 2018), siswa

SMP (Tyas & Pujianto, 2020). Kemudian sampel yang digunakan di dalam

artikel jurnal penelitian ini berkisar antara 30-250 responden.

Sedangkan cara pengambilan data dalam penelitian juga berbeda-beda

yaitu menggunakan kuesioner (Rahil & Amestiasih, 2019; Runiari &

Ruspawan, 2021; Tyas & Pujianto, 2020), menggabungkan kuesioner,

observasi dan wawancara (Kaelan dkk., 2020), kuesioner dan studi

dokumentasi (Larasati, 2020), wawancara mendalam dan dokumentasi

(Irawan dkk., 2018).

1. Pengetahuan dan Sikap

Semua artikel jurnal dalam penelitian ini membahas tentang

pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana gunung meletus.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Kaelan dkk., 2020) menunjukkan

bahwa perawat yang bekerja di tiga Puskesmas wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Ternate dari total 41 responden, yang memiliki

pengetahuan yang baik sebesar 24 responden (100%). Sedangkan pada

kelompok responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 17

responden (100%). Kemungkinan peningkatan kesiapsiagaan bencana

perawat dengan pengetahuan bencana yang baik lebih tinggi dibandingkan

dengan perawat dengan pengetahuan bencana yang cukup.

Universitas Respati Yogyakarta


52

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Larasati, 2020), faktor

pengetahuan masyarakat Desa Kebonrejo akan resiko bencana letusan

Gunung Kelud menunjukkan hasil responden berada dalam kategori tinggi

artinya responden mengetahui akan resiko bencana letusan Gunung Kelud.

Tingkat pengetahuan dari responden yang dimiliki umumnya bisa

mempengaruhi sikap serta kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga

dalam mengantisipasi jika terjadinya bencana gunung meletus.

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh (Runiari & Ruspawan,

2021) menunjukkan kesiapsiagaan ibu hamil yang memiliki pengetahuan

tentang bencana berada pada kategori baik (56.8%) dan (16.8%) berada

pada kategori kurang. Hal ini disebabkan karena responden sebagian besar

mengetahui akan pengertian bencana, kejadian alam yang menyebabkan

bencana, tanda gejala serta bahaya erupsi gunung berapi. Pengetahuan

tentang resiko bencana sangat mempengaruhi sikap dan kepedulian akan

bencana sehingga siap dan siaga dalam mengantisipasi erupsi gunung api

sangat penting. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Rahil &

Amestiasih, 2019) pengetahuan civitas akademika Kampus II Universitas

Respati Yogyakarta mayoritas dalam kategori tinggi (98%). Hal ini

disebabkan karena sebagian besar responden berpendidikan SLTA.

Pendidikan berkaitan langsung dengan pengetahuan karena dapat

mempengaruhi penyebaran dan penerimaan informasi.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Irawan dkk., 2018)

hasil wawancara pengetahuan guru akan mitigasi bencana masih sangat

Universitas Respati Yogyakarta


53

terbatas. Sebaliknya guru seharusnya berperan sebagai mediator dan

fasilitator yang mendukung proses belajar siswa berjalan dengan baik.

Peran guru memberikan pelajaran yang luas dan mendalam, sehingga jika

guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bencana maka siswa

akan hambatan atau kesulitan dalam memperoleh pengetahuan tentang

bencana. Kemudian hasil wawancara siswa memiliki pengetahuan dini

akan jenis bahaya serta dampak erupsi dari Gunung Kelud. Serta seluruh

siswa belum mengetahui langkah yang tepat untuk menghadapi bahaya

sebelum terjadi bencana. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Tyas

& Pujianto, 2020) menjelaskan pengetahuan merupakan faktor utama serta

kunci dari kesiapsiagaan. Pengetahuan yang seharusnya dimiliki meliputi

jenis, sumber, lokasi dan kerentanan fisik bangunan. Karena pengetahuan

bisa mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga

dalam mengantisipasi bencana.

Dari 6 artikel ditemukan 3 artikel yang menunjukkan hasil pengetahuan

kategori baik (Kaelan dkk., 2020; Runiari & Ruspawan, 2021; Tyas &

Pujianto, 2020), kemudian 2 artikel yang menunjukkan hasil pengetahuan

kategori tinggi (Larasati, 2020; Rahil & Amestiasih, 2019), serta 1 artikel

yang menunjukkan hasil pengetahuan terbatas, dikarenakan pengetahuan

hanya berdasarkan pengalaman erupsi kelud tahun 2014 (Irawan dkk.,

2018).

Pengetahuan menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan suatu

masyarakat. Pengalaman atas berbagai macam bahaya yang terjadi

Universitas Respati Yogyakarta


54

memberikan pengetahuan sangat penting yang wajib dimiliki oleh setiap

manusia apalagi di kawasan yang terancam bencana. Pengetahuan bencana

berfungsi untuk mempengaruhi sikap serta perhatian masyarakat akan

kesiapsiagaan dalam memprediksi bencana (Fauzi dkk., 2017).

Hasil penelitian dari 6 artikel yang menjadi sampel dalam penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

gunung meletus.

2. Kebijakan dan Panduan

Dari 6 artikel jurnal dalam penelitian ini hanya 1 artikel yang

membahas tentang kebijakan dan panduan terhadap kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus yaitu penelitian

(Larasati, 2020), dengan hasil penelitian kebijakan dan panduan

berpengaruh pada kategori tinggi akan tetapi cenderung rendah. Hal ini

disebabkan karena dari pengalaman pemerintah desa Kebonrejo telah

memiliki kebijakan dan panduan terkait penanggulangan bencana namun

masyarakat umum terdapat masih ada yang belum memahami akan

kebijakan tersebut. Sebab pengalaman di beberapa tempat mayoritas

masyarakat ada yang tidak memahami kebijakan yang telah ada serta

masyarakat tidak pernah mengikuti kegiatan yang merupakan kebijakan

pemerintah setempat.

Kebijakan dan panduan adalah upaya nyata untuk menerapkan gerakan

siap siaga bencana. Kebijakan yang dibutuhkan yaitu kebijakan

Universitas Respati Yogyakarta


55

pendidikan umum, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana,

mobilisasi sumber daya, pendanaan, lembaga pelaksana, serta sarana-

prasarana akan keadaan darurat bencana. Kebijakan bisa dibuat dalam

beragam jenis, namun akan lebih berharga jika dicantumkan secara nyata

pada aturan seperti surat keputusan serta peraturan daerah disertai

gambaran tugas yang menjelaskan tentang tanggung jawab, tugas dan

keterampilan yang jelas. Supaya kebijakan bisa dilaksanakan dengan

maksimal sehingga diperlukan panduan-panduan operasional.

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemimpin lembaga pemerintah

yaitu Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana, yang menjadi asas atas adanya Peraturan Daerah No 8 tahun 2010

akan aturan lembaga BPBD DIY (Apriyanti, 2019).

3. Rencana Menjelang Kejadian Darurat Bencana

Dari 6 artikel jurnal dalam penelitian ini terdapat 2 artikel yang

membahas tentang rencana menjelang kejadian darurat terhadap

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Tyas & Pujianto, 2020) rencana

tanggap darurat memenuhi kriteria baik sekali, kriteria bagus dan kriteria

rendah. Yang memenuhi kriteria rendah merupakan peran siswa saat

memilih jalur pengungsian serta kesanggupan siswa dalam membantu tim

penolong pada saat terjadinya erupsi gunung berapi. Siswa masih

berpendapat bahwa ini adalah tanggung jawab pemerintah dan instansi

Universitas Respati Yogyakarta


56

terkait, sebaliknya pengurangan resiko bencana merupakan kewajiban

semua pihak.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Larasati, 2020)

faktor yang mengakibatkan rencana menjelang kejadian darurat bencana

dalam kategori rendah hal ini disebabkan karena responden belum

mempunyai informasi petunjuk jalur pengungsian serta responden sulit

untuk diungsikan meskipun telah dihimbau dan diarahkan oleh pemerintah

desa.

Dari 2 artikel diperoleh 1 artikel yang menyatakan rencana menjelang

kejadian darurat bencana dalam kategori baik, serta 1 artikel yang

menyatakan rencana menjelang kejadian darurat bencana kategori rendah

(Larasati, 2020).

Rencana tanggap darurat merupakan rencana yang dimiliki bagi

seseorang maupun masyarakat ketika menjelang kejadian darurat di suatu

daerah karena bencana alam (Erlia dkk., 2017). Menurut (Muis & Anwar,

2018) perencanaan kedaruratan mengerti akan langkah apa yang sudah

dipersiapkan dalam menjelang bencana alam. Rencana darurat yaitu

pertolongan, penyelamatan serta pengungsian supaya korban bisa

diminimalkan.

4. Sistem Peringatan Dini

Dari 6 artikel jurnal dalam penelitian ini terdapat 3 artikel yang

membahas tentang sistem peringatan dini terhadap kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


57

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Runiari & Ruspawan, 2021)

peringatan bencana berada pada kategori baik (58%). Peringatan bahaya

bencana meliputi tanda peringatan dan penyaluran informasi biasanya

paling banyak diperoleh dari perangkat desa, polisi serta pemerintah

setempat. Peringatan dini sangat penting karena mampu mengurangi

korban jiwa, kerugian harta benda, serta kerusakan lingkungan. Maka dari

itu diperlukan latihan dan simulasi peringatan dini bagaimana jika

terjadinya bencana. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Tyas & Pujianto, 2020), peringatan dini meliputi penyampaian informasi

yang tepat waktu serta melewati kelembagaan yang terpercaya sehingga

masyarakat yang mengalami bahaya bisa mengambil tindakan untuk

mencegah atau mengurangi resiko. Serta merencanakan upaya tanggap

darurat yang berdaya guna melalui sumber informasi dari sumber

tradisional maupun sumber lokal.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Larasati, 2020) yang

menyebabkan sistem peringatan dini dalam kategori rendah dikarenakan

saat terjadinya letusan gunung masyarakat susah untuk dievakuasi

meskipun telah diarahkan oleh pemerintah. Masyarakat lebih memutuskan

untuk mengungsi saat setelah bencana terjadi serta ada pula yang tetap

berdiam dirumah demi melindungi harta benda dan hewan ternak sehingga

membuat masyarakat ketika terjadi bencana tidak mengungsi ketempat

yang sudah disediakan.

Universitas Respati Yogyakarta


58

Dari 3 artikel terdapat 2 artikel yang menunjukkan hasil sistem

peringatan dini kategori baik (Runiari & Ruspawan, 2021; Tyas &

Pujianto, 2020), sedangkan 1 artikel yang menunjukkan hasil sistem

peringatan dini kategori rendah (Larasati, 2020).

Sistem peringatan meliputi petunjuk peringatan serta penyaluran

informasi apabila akan terjadi bencana. Sistem peringatan yang benar

adalah sistem dimana masyarakat memahami petunjuk yang hendak

disampaikan dengan tanda peringatan dini tersebut serta mengetahui apa

yang harus dilakukan apabila suatu ketika tanda peringatan dini bencana

bersuara atau menyala (Erlia dkk., 2017). Menurut (Muis & Anwar, 2018)

sistem peringatan dini dibutuhkannya latihan serta simulasi apa yang perlu

dilakukan seandainya mendengar peringatan bencana, kemana dan

bagaimana harus melindungi diri dalam keadaan khusus sesuai dengan

tempat dimana masyarakat pada saat terjadi bencana.

5. Kapasitas Mobilisasi Sumber Daya

Dari 6 artikel jurnal dalam penelitian ini terdapat 3 artikel yang

membahas tentang mobilisasi sumber daya terhadap kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Runiari & Ruspawan, 2021)

mobilisasi sumber daya pada kategori baik (45%). Mobilisasi sumber daya

maupun sumber daya manusia (SDM), permodalan, serta fasilitas

berpengaruh menjelang kejadian darurat adalah kemampuan yang bisa

mendukung kesiapsiagaan. Akan tetapi sebaliknya, mobilisasi sumber

Universitas Respati Yogyakarta


59

daya pun bisa menjadi hambatan seandainya mobilisasi tidak bisa berjalan

dengan baik.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Tyas & Pujianto, 2020), faktor

yang menyebabkan mobilisasi sumber daya dalam kategori baik

dikarenakan anggota keluarga berpartisipasi dalam seminar, pelatihan,

keterampilan, serta perjanjian antar keluarga untuk mengadakan latihan

simulasi dan mengontrol tas kesiapsiagaan bencana secara teratur (Tyas &

Pujianto, 2020). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh

(Larasati, 2020) mobilisasi sumber daya berada pada kategori tinggi akan

tetapi mengarah ke kategori rendah. Hal ini disebabkan karena masyarakat

kurangnya pelatihan simulasi penanggulangan bencana serta kurang

mengerti dengan cara apa yang tepat saat menghadapi bencana gunung

meletus.

Dari 3 artikel terdapat 2 artikel yang menunjukkan hasil mobilisasi

sumber daya kategori baik (Runiari & Ruspawan, 2021; Tyas & Pujianto,

2020), serta 1 artikel yang menunjukkan hasil mobilisasi sumber daya

kategori tinggi (Larasati, 2020).

Mobilisasi sumber daya lebih terhadap kemampuan dan penambahan

sumber daya di masyarakat seperti menggunakan keterampilan seperti

sarana-prasarana, serta dana (Muis & Anwar, 2018). Sedangkan menurut

(Erlia dkk., 2017) sumberdaya yang diperlukan adalah individu atau

masyarakat selama usaha perbaikan maupun bertahan saat terjadi bencana

atau kejadian darurat bersumber dari internal maupun eksternal. Sumber

Universitas Respati Yogyakarta


60

daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia, sumber daya pendanaan

atau perlengkapan, serta sumber daya bimbingan teknis dan pembekalan

pembelajaran.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam melakukan penelitian kajian pustaka dari semua tidak

ada yang membahas tentang hubungan faktor kebijakan dan panduan, rencana

menjelang kejadian bencana, sistem peringatan dini, serta kapasitas

mobilisasi sumber daya.

Universitas Respati Yogyakarta


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan kajian pustaka didapatkan hasil ada hubungan antara faktor

pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana gunung meletus

2. Berdasarkan kajian pustaka dari semua artikel tidak ada yang membahas

tentang hubungan faktor kebijakan dan panduan, rencana menjelang

kejadian bencana, sistem peringatan dini, serta kapasitas mobilisasi

sumber daya terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana gunung meletus

61 Universitas Respati Yogyakarta


62

B. Saran

1. Universitas Respati Yogyakarta

Untuk kajian pustaka dari semua artikel tidak ada yang membahas

tentang hubungan faktor kebijakan dan panduan, rencana menjelang

kejadian bencana, sistem peringatan dini, serta kapasitas mobilisasi

sumber daya terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana gunung meletus peneliti lainnya.

Bagi peneliti lainnya disarankan dapat mengkaji artikel jurnal

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana selain

gunung meletus.

Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR PUSTAKA

Amri, M. R., Yulianti, G., Yunus, R., Wiguna, S., Adi, A. W., Ichwana, A. G.,

Randongkir, R. E., & Septiani, R. T. (2016). Risiko Bencana Indonesia

(Disasters Risk of Indonesia). International Journal of Disaster Risk

Science, 22.

Anies. (2018). MANAJEMEN BENCANA Solusi Untuk Mencegah dan Mengelola

Bencana (Pertama). Gosyen Publishing.

Apriyanti, W. (2019). IMPLEMENTASI PROGRAM MITIGASI BENCANA

MELALUI SEKOLAH SIAGA BENCANA DI SD NEGERI BALUWARTI,

KOTAGEDE, YOGYAKARTA. 11.

BNPB. (2012). Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana (Vol. 22).

http://dx.doi.org/10.1016/j.tsc.2016.10.002

BNPB. (2015). Rencana Strategis Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun

2015-2019. Rencana Strategis Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Tahun 2015-2019.

BNPB. (2017). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 62.

Dena Taylor. (t.t.). the Literature Review: A Few Tips on Conducting It. Health

Sciences Writing Centre, and Margaret Procter, 4–5.

Dwiningsih, K., Tukiran, T., & Made Sanjaya, I. gusti. (2019). PENINGKATAN

KUALITAS PUBLIKASI ILMIAH DAN PENELITIAN BAGI GURU

SMA MELALUI PELATIHAN PEMANFAATAN SOFTWARE

ZOTERO. Jurnal ABDI, 4(2), 85. https://doi.org/10.26740/ja.v4n2.p85-90

Universitas Respati Yogyakarta


Erlia, D., Kumalawati, R., & Aristin, N. F. (2017). Analisis kesiapsiagaan

masyarakat dan pemerintah menghadapi bencana banjir di Kecamatan

Martapura Barat Kabupaten Banjar. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi),

4(3), Article 3.

Fauzi, A. R., Hidayati, A., Subagyo, D. O., Sukini, S., & Latif, N. (2017).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Bencana dengan Kesiapsiagaan

Masyarakat di Kecamatan Wonogiri dalam Menghadapi Bencana Gempa

Bumi.

Fitriadi, M. W., Kumalawati, R., & Arisanty, D. (2017). Tingkat kesiapsiagaan

masyarakat terhadap bencana tanah longsor di desa jaro kecamatan jaro

kabupaten tabalong. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 4(4), 32–41.

Geoportal Data Bencana Indonesia. (t.t.). Diambil 6 Februari 2022, dari

https://gis.bnpb.go.id/

Hapsari, A., & Ritohardoyo, S. (2013). Analisis Peletakan Genetic Moment Sejarah

Matematika Dalam Aktivitas Pembelajaran. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Husen, A., Kaelan, C., Nurdin, A., & J. Hadi, A. (2020). Faktor Determinan

Kesiapsiagaan Perawat Terhadap Bencana Gunung Meletus (Gamalama) di

Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate. Window of

Health : Jurnal Kesehatan, 159–167.

https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.313

Universitas Respati Yogyakarta


Husna, C. (2018). Kesiapsiagaan Sumber Daya dan Kerja Sama dalam Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu pada Manajemen Bencana. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 3(3), Article 3.

Irawan, L. Y., Ayuni, I. K., & Sumarmi, S. (2018). School Preparedness toward

Kelud Eruption Hazard (Case Study on Kelud Disaster Prone Area). IOP

Conference Series. Earth and Environmental Science, 145(1).

http://dx.doi.org/10.1088/1755-1315/145/1/012027

Kaelan, C., Nurdin, A., & Hadi, A. J. (2020). Faktor Determinan Kesiapsiagaan

Perawat Terhadap Bencana Gunung Meletus (Gamalama) di Puskesmas

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Ternate. Window of Health: Jurnal

Kesehatan, 159–167.

Khambali, I. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana. Penerbit Andi.

Larasati, D. A. (2020). KAJIAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG KELUD PADA

KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB) II DI DESA KEBONREJO

KECAMATAN KEPUNG KABUPATEN KEDIRI.

LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam

Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (Assessment of

Community Preparedness in Anticipating Earthquake and Tsunami

Disasters). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa, 1–579.

Universitas Respati Yogyakarta


Listiyanti, & Maria. (2009). Modul Ajar Pengitegrasian Pengurangan Resiko

Banjir, Bahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI. Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementrisn Pendidikan Nasional.

Muis, I., & Anwar, K. (2018). Community Preparedness Model in Landslide

Disaster Risk Reduction in Tugumukti Village, Cisarua Subdistrict, West

Bandung District, Indonesia. Asian Social Work Journal, 3(4), 19–30.

https://doi.org/10.47405/aswj.v3i4.47

Nurislaminingsih, R., Rachmawati, T. S., & Winoto, Y. (2020). Pustakawan

Referensi Sebagai Knowledge Worker. 14.

Nurjanah, R., Sugiharto, Kuswanda, D., & Siswanto, BP. A. (2013). MANAJEMEN

BENCANA (kedua). Alfabeta.

Rahil, N. H., & Amestiasih, T. (2019). Pengetahuan Dan Kesiapsiagaan Civitas

Akademika Dalam Menghadapi Bencana Gunung Meletus Di Kampus Ii

Universitas Respati Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin

Ilmu, 1(1).

Ramdhani, A., Ramdhani, M. A., & Amin, A. S. (2014). Writing a Literature

Review Research Paper: A step-by-step approach. International Journal of

Basic and Applied Science, 03(01), 10.

Runiari, N., & Ruspawan, I. D. M. (2021). Kesiapsiagaan Ibu Hamil dan Petugas

Kesehatan Menghadapi Erupsi Gunung Agung. Jurnal Keperawatan, 13(4),

1093–1102.

Universitas Respati Yogyakarta


Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and

guidelines. Journal of Business Research, 104(March), 333–339.

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.07.039

Soekardi, R., Sukismanto, S., & Dewi, E. C. (2020). Pendidikan Kesiapsiagaan

Menghadapi Bencana Gunung Meletus. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(2), 83–89.

Sugara, A. S., Kusuma, F. H. D., & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan Pengetahuan

Dengan Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Erupsi Gunung

Kelud Pada Fase Mitigasi. Nursing News, 3, 758–765.

Supartini, E., Kumalasari, N., Andry, D., Susulastuti, Fitrianasari, I., Tarigan, J.,

Haryanta, A. A., & Nugi, R. (2017). Membangun Kesadaran, Kewaspadaan

dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana (Vol. 1). BNPB.

Supriyono, P. (2014). Seri Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana Gunung

Meletus (pertama). ANDI Yogyakarta.

Triyana, H. J., & Wibowo, R. A. (2011). Pelaksanaan Peraturan Partisipasi

Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Gunung Api Merapi. Jurnal

Mimbar Hukum, 222–237. https://doi.org/10.22146/jmh.16167

Tyas, R. A., & Pujianto. (2020). Students Perception Toward Their Preparedness

for Volcanic Eruption Disaster. Journal of Physics: Conference Series,

1440(1). http://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1440/1/012086

Ulhaq, Z. S., & Rahmayanti, M. (2019). Panduan Penulisan Skripsi Literatur

Review. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–

1699.

Universitas Respati Yogyakarta


UU No. 24 Tentang Penanggulangan Bencana. (2007). UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA. 67(6), 14–21.

Wiarto, G. (2017). Tanggap Darurat Bencana Alam (Pertama). Gosyen Publishing.

Universitas Respati Yogyakarta


LAMPIRAN

Universitas Respati Yogyakarta


Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Judul: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gunung Meletus:

Kajian Pustaka

No Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengumpulan
Judul/Tema
2. Pengumpulan
Seleksi Judul
dan
Pembimbinga
n
3. Penyusunan
Proposal
4. Pengumpulan
Persyaratan

Universitas Respati Yogyakarta


Seminar
Proposal
5. Seminar
Proposal
6. Revisi
Proposal
7. Pengumpulan
Proposal
8. Pelaksanaan
Penelitian
9. Penyusunan
Skripsi
10. Pengumpulan
Persyaratan
Ujian Skripsi
11. Ujian Skripsi
12. Revisi
Skripsi

Universitas Respati Yogyakarta


13. Pengumpulan
Skripsi

Universitas Respati Yogyakarta


Lampiran 2

Rencana Anggaran Penelitian

No Kegiatan Bahan dan Alat Biaya (Rp)

1 Penyusunan proposal Kertas, tinta, map Rp 50.000

2 Seminar proposal Kertas, tinta, paketan Rp 100.000

internet

3 Revisi proposal Paketan internet Rp 50.000

4 Persiapan dan pelaksanaan Paketan internet untuk Rp 100.000

penelitian mendukung penelitian

5 Penyusunan hasil Paketan internet Rp 50.000

6 Sidang skripsi Kertas, tinta, paketan Rp 100.000

internet

7 Revisi skripsi Paketan internet, jilid Rp 150.000

dan penggandaan skripsi

8 Biaya tak terduga Rp 25.000

Jumlah Rp 625.000

Universitas Respati Yogyakarta


Lampiran 3
Daftar Riwayat Hidup Peneliti

A. Data Pribadi
Nama : Wayan Siwa Ananda
Tempat, Tanggal Lahir : Oku Timur, 26 Mei 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 23 Tahun
Agama : Hindu
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Metro Rejo RT. 002 RW 002 Kec. Buay Madang
Timur Kab. Oku Timur Sumatera Selatan
Telephone/Whatsapp : 085766606053
Email : wayan.siwa@gmail.com
18130062@respati.ac.id

B. Latar Belakang Pendidikan


Jenjang Nama Instansi Kota Tahun
Dari Hingga
SD SDN Nusasakti Oku Timur 2006 2011
SMP SMPN 1 Belitang Oku Timur 2011 2014
SMA SMA Xaverius 5 Belitang Oku Timur 2014 2017
S-1 Universitas Respati Yogyakarta Yogyakarta 2018 Sekarang

C. Pengalaman Organisasi
2018/2019 Staff Ahli Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Respati
Yogyakarta (DPM UNRIYO) Sebagai Staff Ahli Komisi A
2019/2020 Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Respati
Yogyakarta (DPM UNRIYO) Sebagai Bendahara

Universitas Respati Yogyakarta


2021/Sekarang Pelaksana Tugas Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas
Respati Yogyakarta (DPM UNRIYO) Sebagai Ketua Umum

Universitas Respati Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai