Anda di halaman 1dari 107

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN


KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

SKRIPSI

ADE RIANI SANDRA


0906614572

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2011

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA DAN


KEPATUHAN IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Bidan Komunitas Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ADE RIANI SANDRA


0906614572

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KEBIDANAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2011

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011
Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Ade Riani Sandra
NPM :0W6614572
Program Studi : Kesehatan N'Iasyarakat
Judul Skripsi : Hubungan Antafa Pemanfaatan Buku KIA Dan
Kepatuhan'Imunisasi Di Puskesmas Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan Tahun 201l.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dem'an Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sariira feelatan Masyarakrt pada Program Stildi Keeehatan lt{rryarakat,
Fakultes Kesehatan Masyaraka{ Universitas Indonesia.

DEWAI\TPENGUJI

M.Sc,Ph.D
Pembimbing: drAgustin Kusumayati,
4>

Pengsji : drMieke Saviti, MKes

Penguji : drg. Maya Mardiana" MARS

Ditetapkandi : Depok

ftneget : Juti20ll

ilt

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala kemudahan, kelancaran dan dengan izin-Nya lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pemanfaatan Buku
KIA dengan Imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011”. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi akhir
zaman Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan hasil kegiatan penelitian yang telah


dilakukan penulis di Kota Tangerang Selatan. Selama menjalankan proses skripsi,
penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Agustin Kusumayati, Msc. PhD selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran sampai skripsi ini selesai pada
waktunya.
2. dr. Meike Savitri, .MSc selaku penguji yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk hadir dalam sidang skripsi saya.
3. drg. Maya Mardiana, MARS, sebagai Kepala Puskesmas saya saat di
Puskesmas Ciputat Timur yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk
hadir sebagai penguji pada sidang skripsi saya.
4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, atas arahan dan bantuan selama proses perkuliahan, magang
dan skripsi.
5. Yang paling kucintai dan kusayangi kedua orang tuaku, Marlis st.Menan
dan Elmi Munaf. Yang tiada henti mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam segala situasi dan kondisi.
6. Yang tercinta dan tersayang anakku Nabilah Fahdah W dan Shabirah Qisti
Azzahrah W, yang telah mengorbankan waktu bersama kita selama 2
tahun ini, berkat dorongan dan kasih sayang yang tulus dari kalian selama
ini, saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

ii

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


7. Kakakku Yunita S.Pd dan adikku Dian Hamzah S.Ag. yang telah ikut
mendorong dan memotovasi di saat saya hampir jatuh, atas doa kalian
skripsiku selesai sesuai waktunya.
8. Teman-teman bidkom angkatan 2009 kelas D khususnya Ririn Rianita,
Eva Agustin, Wiwit Faisal, Yeni Rotua terima kasih atas kebersamaan dan
segala bantuannya tanpa kalian skripsi ini tak akan ada.
9. Seluruh teman-teman bidkom angkatan 2009 khususnya Erlina, Pradias,
Syebrina dan Leni Sovita yang senasib dan sepenanggungan dalam
menjalani hari-hari konsul bersama. Terima kasih atas kebersamaan dan
segala bantuannya.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2011

Penulis

iii

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011
ABSTRAK

Nama : Ade Riani Sandra

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas

Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di


Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nagka kematian ibu dan
bayi dengan suatu kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategic Making Pregnancy Safer dan
Pengadaan Buku KIA. Pengetahuan ibu yang baik tentang Buku KIA akan berdampak positif
pada kegiatan ibu yang berhubungan dengan kesehatan dan salah satunya imunisasi. Asumsi
penulis pengetahuan baik yang ibu miliki tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas
imunisasi bayi/balitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara
pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap.
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki anak
yang berusia diatas 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
denga menggunakan desain studi cross sectional yang menjadi reponden adalah 96 ibu yang
memiliki buku KIA dan balita diatas 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pengetahuan, larangan dari keluarga dekat dan pemanfaat Buku KIA memiliki hubungan yang
bermakna dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Saran yang
diberikan yaitu lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan agar mampu memberikan
informasi tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi.

Kata Kunci:
Pemanfaatan Buku KIA, Kepatuahan ibu dalam imunisasi

viii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


ABSTRACT

Name : Ade Riani Sandra

Program Study : Public Health

Judul : Hubungan Antara Pemanfaatan Buku KIA dan Kepatuhan Imunisasi di


Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

viii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.............. vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................ 5
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4.1. Tujuan Umum.................................................................. 5
1.4.2. Tujuan Khusus................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.6. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8


2.1. Teori Mosley & Chen ............................................................... 8
2.2. Buku KIA.................................................................................. 9
2.3. Imunisasi ................................................................................... 13
2.3.1 Pengertian .................................................................... 13
2.3.2 Jenis-jenis vaksin ..........................................................
2.3.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ......................
rendahnya cakupan imunisasi ...................................... 15
2.4. Konsep Perilaku ........................................................................ 18
2.4.1 Pengertian Perilaku ...................................................... 18
2.4.2 Determinan Perilaku ..................................................... 19
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan............... 20
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu ........................
dalam memberikan imunisasi lengkap pada bayi ......... 24
2.4.5 Kerangka Teori ............................................................. 28

3. KERANGKA KONSEP ................................................................... 30


3.1. Kerangka Konsep...................................................................... 30
3.2. Definisi Operasional ................................................................. 31

4. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 34


4.1. Desain Penelitian ...................................................................... 34
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 34

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


4.3. Populasi penelitian .................................................................... 34
4.4. Sampel Penelitian...................................................................... 34
4.5. Besar sampel ............................................................................. 35
4.6. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
4.7. Tehnik Pengambilan Sampel .................................................... 36
4.8. Pengumpulan data..................................................................... 36
4.9. Pengolahan data ........................................................................ 36
4.9.1. Editing ............................................................................. 36
4.9.2. Coding ............................................................................. 37
4.9.3. Entry Data........................................................................ 37
4.9.4. Cleaning........................................................................... 37
4.10. Analisis Data............................................................................. 37
4.10.1 Analisa Univariat ......................................................... 37
4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................ 38

5. HASIL PENELITIAN...................................................................... 39
5.1. Gambaran tempat penelitian ..................................................... 39
5.2. Analisis Univariat ..................................................................... 39
5.2.1. Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi............. 41
5.2.2. Gambaran pendidikan ibu................................................ 41
5.2.3. Gambaran Pengetahuan ibu tentang imunisasi................ 42
5.2.4. Gambaran Sikap Ibu ........................................................ 44
5.2.5. Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi. ....... 47
5.2.6. Gambaran persepsi tentang biaya imnunisasi................. 48
5.2.7. Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam........................
imunisasi bayi................................................................. 50
5.2.8. Gambaran Dukungan Responden berdasarkan................
Ketersediaan waktu untuk imunisasi .............................. 51
5.2.9. Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan .......................
dalam imunisasi bayi ....................................................... 53
5.2.10.Gambaran Dukungan Kader Kesehatan......................... 54
5.2.11.Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga......... 56
5.2.12.Gambaran Pemanfaatan Buku KIA ............................... 57

5.3. Analisis Bivariat........................................................................ 58


5.3.1. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang.. ………….
mengimunisasi bayi lengkap dengan faktor ………….
pendidikan, pengetahuan dan sikap………………… 59
5.3.2. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu dalam ....................
Imunisasi anak lengkap dengan tempat layanan .............
Imunisasi, biaya dan waktu ............................................. 61
5.3.3. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam ...................
Imunisasi anak lengkap dengan dukungan suami ..........
tenaga kesehatan, kader, larangan keluarga ....................
dan pemanfaatan Buku KIA ............................................ 63

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


6. PEMBAHASAN................................................................................ 65
6.1. Keterbatasan Penelitian............................................................. 65
6.2. Pembahasan hasil penelitian ..................................................... 66

7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 74


7.1. Kesimpulan ............................................................................... 74
7.2. Saran ......................................................................................... 74

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Mosley & Chen (1983) ........................................... 8

Gambar 2.2. Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA .......................... 11

Gambar 2.2 Teori Health Belief Model .................................................. 23

Gambar 2.3. Kerangka Teori................................................................... 29

Gambar 3.1. Kerangka Konsep .............................................................. 30

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam………………..


mengimunisasi bayi dengan lengkap………………………………. 41

Tabel 5.2 Gambaran responden berdasarkan pendidikan…………………….. 41

Tabel 5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi ………….. 43

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan…………………..


Tentang Imunisasi………………………………………………… 44

Tabel 5.5 Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi …………… 45

Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi. 46

Tabel 5.7 Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi…………… 47

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan………………….


Tempat Layanan Imunisasi………………………………………... 48

Tabel 5.9 Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi………………… 49

Tabel 5.10 Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang……………………..


Biaya Untuk Imunisasi…………………………………………….. 49

Tabel 5.11 Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi. 50

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan…………………………………


Ketersediaan Waktu untuk Imunisasi ……………………………… 51

Tabel 5.13 Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya… 52

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan……………………..


Suami Dalam Imunisasi Bayi …………………………………….. 52

Tabel 5.15 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi……….. 53

Tabel 5.16 Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan…………………….


Tenaga Kesehatan dalam Imunisasi Bayi…………………………. 54

Tabel 5.17 Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi 55

Tabel 5.18 Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi …… 55

Tabel 5.19 Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi .. 56

xiii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Tabel 5.20 Gambaran Responden Berdasarkan Larangan ………………………
Keluarga Dekat dalam Imunisasi Bayi ……………………………… 56

Tabel 5.21 Gambaran Pemanfaatan Buku KIA………………………………….. 57

Tabel 5.22 Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia ……. 58

Tabel 5.23 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara……………………
Pendidikan dan Perilaku Ibu Dalam Imunisasi Bayi………………… 59

Tabel 5.24 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….
Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi……………… 60

Tabel 5.25 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….
Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu………………… 60

Tabel 5.26 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi………………
Anak Lengkap dengan Faktor Tempat Layanan Imunisasi,………….
Biaya dan Waktu Ibu ……………………………………………….. 62

Tabel 5.17 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi Anak……….
Lengkap secara Dukungan dari Suami,Dukungan dari …………….
Tenaga Kesehatan,dari Kader Kesehatan serta……………………..
Larangan Imunisasi dari Keluarga Terdekat dan……………………
Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu ………………………………… 64

xiii Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan
pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Indikator derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian
bayi, dan panjang umur harapan hidup. Sampai saat ini kematian ibu masih
merupakan masalah prioritas di Indonesia.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2010 sebanyak 35/1.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Provinsi Banten tahun 2009 adalah
21/1000 kelahiran hidup. Pada tahun yang sama AKB Kota Tangerang Selatan
3,3/1000 KH, terdapat BBLR sebanyak 26 orang dan kejadian gizi buruk 11%.
(Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 2009).
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI),
Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan Buku KIA. Buku KIA telah
diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang
(JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan
kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antar tenaga
kesehatan dengan pasien. diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam mengontrol kesehatan ibu.
Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan
masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian
pemerintah kabupaten atau kota (Depkes, 1999). Buku KIA dapat diperoleh secara
gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes,
dokter dan bidan praktek swasta.

1 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


2

Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan
kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita serta catatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa
selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan
mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap dibuku KIA, agar ibu dan
keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan
sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan
untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mulai melaksanakan pemakaian
Buku KIA pada tahun 2001. Sebelum didistribusikan, terlebih dahulu
dilaksanakan pelatihan terhadap 3 kelompok dengan waktu pelatihan yang
berbeda. Pelatihan ditujukan untuk pimpinan puskesmas dan pemegang program
KIA, petugas puskesmas pembantu dan polindes, serta kader masing-masing 3
orang kader per posyandu dan KUA kecamatan serta TPP PKK kecamatan dan
desa. Sumber dana pelatihan dan pengadaan buku KIA berasal dari Proyek JICA
berlangsung sampai tahun 2002. Mulai tahun 2003 dinas kesehatan dengan
dukungan dana APBD Kabupaten Tangerang sudah melakukan pengadaan sendiri
untuk buku KIA.
Salah satu hal yang terdapat dalam buku KIA adalah jadwal imunisasi.
Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam sistem
kesehatan nasional untuk mencegah tujuh penyakit mematikan yaitu tuberculosis,
difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis B. Diharapkan peningkatan
cakupan imunisasi yang meningkat dapat menurunkan angka kematian akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun
2003, WHO memperkirakan lebih dari 27 juta bayi tidak memperoleh imunisasi di
tahun pertama usia mereka,dan 14 juta balita meninggal di sebabkan oleh PD3I.
WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90% di
tingkat nasional, dan 80% di semua kabupaten. Dalam rencana strategis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005-2009, target universal
child immunization (UCI) desa sebesar 98% tercapai pada tahun 2009 (ayubi,
2006).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


3

Menurunkan AKB dalam beberapa waktu terakhir, memberi gambaran


adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan bidan di desa
dan meningkatnya proporsi ibu dengan pendidikan yang tinggi (Depkes RI,2004).
Salah satu target keberhasilan imunisasi adalah tercapainya Universal
Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi secara merata
pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap
adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT 1) sebesar 90% dan cakupan
imunisasi kontak lengkap (Campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang di
gunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan DPT 3 sebesar 80%.
Cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010
sebesar 46,2%, mereka mendapat vaksinasi BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali,
hepatitis B 4 kali dan campak (www.ibubayi.com,2010). Cakupan imunisasi di
provinsi Banten tahun 2010 disebutkan polio 4 (101,7% ), DPT/Hb (99,2%),
campak (104%), BCG (100,4%). Bedasarkan laporan tahunan tahun 2009 di
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur hasil Imunisasi dasar di dapatkan hasil :
Sasaran Bayi 3692 HB (0<7 hari) 67.9%, BCG 88.8%, Polio1 88.3%, DPT/HB
88.4%, Polio2 85.4%, DPT/HB2 85.8%, Polio3 84.1%, DPT/HB3 84.1%, Polio4
82.3%, Campak 82.3%. Artinya bahwa semua pencapaian imunisasi dasar masih
dibawah pencapaian Provinsi Banten. Dari pencapaian kelima imunisasi dasar,
pencapaian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari masih jauh dibawah target nasional.
Bedasarkan laporan tahunan tahun 2010 di Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur hasil Imunisasi dasar didapatkan hasil : Sasaran bayi 3633 HB (0<7 hari)
83.8%, BCG 98.7%, Polio1 98.2%, DPT/HB 99.3%, Polio2 96.3%, DPT/HB2
97.4%, Polio3 93.0%, DPT/HB3 94.6 %, Polio4 93.6%, Campak 93.8%, TT1
90.5%, TT2 82.6%, TT3 2.4%, TT4 1.6%, TT5 12.6%.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku juknis penggunaan buku KIA
(2009) bahwa buku KIA sebagai sumber informasi untuk mengetahui hasil
pemeriksaan ibu yang lengkap dan agar ibu serta keluarga mengetahui dengan
pasti keadaan kesehatan ibu dan anak sedini mungkin sehingga dapat lebih cepat
mengantisipasi adanya resiko tinggi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan
mengetahui perkembangan janinnya. Bila ibu hamil tidak membawa buku KIA
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


4

setiap ia memeriksakan kehamilannya maka akan mengganggu pencatatan yang


seharusnya dilakukan oleh petugas puskesmas saat kunjungan ibu tersebut.
Imunisasi dasar adalah imunisasi wajib yang ada di dalam program
Puskesmas dimana semua bayi yang berusia di atas 12 bulan harus mendapatkan
imunisasi tersebut. Karena imunisasi dasar dibuat menjadi program karena
penyakit yang ada tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini akan tercapai
apabila ibu sadar dan mengerti apa tujuan imunisasi dan manfaat dari imunisasi
yang ada. Imunisasi dasar yang ada didalam program Puskesmas mempunyai
tujuan melindungi anak dari penyakit, mencegah kecacatan pada anak, juga untuk
mencegah kematian pada anak (DepKes RI, 2009).
Berdasarkan data yang telah diambil penulis mencoba melihat apakah ada
hubungan antara ibu yang memiliki buku KIA dengan kelengkapan imunisasi
seorang anak bayi/balita pada akhirnya. Karena penulis mengasumsikan bahwa
pengetahuan ibu tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas imunisasi
bayi/balitanya.
Dalam buku juknis penggunaan buku KIA, (2009) dijelaskan yang di
maksud dengan buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah
dan dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas kesehatan pemerintah atau
swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Buku KIA adalah catatan kesehatan yang lengkap milik seorang ibu sejak hamil
sampai dengan bayi yang di kandung berusia 5 tahun . Bila ibu hamil memahami
isi buku KIA dengan baik maka ia akan tahu kapan dan bila ia perlu pertolongan.
Menurut Green dan Kreuter (2005) bahwa perilaku kepatuhan seseorang
dalam membawa buku KIA pada saat pemeriksaan kehamilan pasien berikutnya
ditentukan oleh banyak hal antara lain faktor pemudah seperti pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi juga faktor pendukung seperti sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk membantu pelaksanaan kegiatan prilaku
kesehatan serta faktor pendorong sikap serta prilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya dan tak lupa dorongan dari tokoh masyarakat setempat.
Seperti yang dituliskan oleh Benyamin Bloom tahun 1908 dalam
Notoadmodjo (2007) ada 3 tingkat ranah perilaku yaitu: pengetahuan, sikap dan
tindakan atau praktik dapat menjelaskan bahwa seseorang harus memiliki
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


5

pengetahuan terlebih dahulu tentang isi buku KIA sehingga ibu menjadi tahu,
memahami, lalu mengaplikasikannya, menganalisis isi buku KIA tersebut dan ia
mampu menyusun formulasi baru dan mengevaluasi apa yang ia ketahui maka
akan terbentuk suatu sikap, dan dalam sikap ibu akan mulai menerima buku KIA
menanggapi, menghargai, bertanggung jawab dan mulai melakukan tindakan atas
apa yang ia terima . Sehingga penulis mencoba untuk meneliti faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi tindakan ibu untuk mengimunisasikan bayi secara
lengkap bila dilihat dari pemanfaatan ibu terhadap buku KIA.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah yang ada pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
pemanfaatan buku KIA oleh ibu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi
secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan pada tahun 2011.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN


Apakah ada hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dengan kepatuhan
ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Timur Tangerang Selatan pada tahun 2011.

1.4 TUJUAN PENELITIAN


1.4.1 TUJUAN UMUM
Diketahuinya gambaran dan hubungan antara pemanfaatan Buku KIA dan
kepatuhan imunisasi terhadap kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi
secara lengkap.

1.4.2 TUJUAN KHUSUS


1. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi kepatuhan ibu dalam
mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi pendidikan,
pengetahuan dan sikap
2. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam
mengimunisasi bayi secara yang meliputi ketersediaan tempat layanan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


6

imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi, ketersediaan waktu


ibu untuk mengimunisasi.
3. Diketahuinya gambaran faktor penguat kepatuhan ibu dalam
mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi dukungan suami
dalam imunisasi anak, larangan keluarga dekat dalam mengimunisasi
anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan kader
kesehatan dan pemanfaatan buku KIA.
4. Diketahuinya hubungan antara faktor predisposisi dan kepatuhan ibu
dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi umur,
pendidikan, pengetahuan dan sikap.
5. Diketahuinya hubungan antara faktor pemungkin dan kepatuhan ibu
dalam mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan
tempat layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi,
ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.
6. Diketahuinya hubungan faktor penguat dan kepatuhan ibu dalam
mengimunisasi bayi secara lengkap yang meliputi ketersediaan tempat
layanan imunisasi, persepsi biaya untuk layanan imunisasi,
ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini diharapakan akan menjadi informasi atau masukan
agar buku KIA yang telah ada dapat dimanfaat lebih maksimal oleh
masyarakat khususnya ibu hamil sehingga Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan akan lebih mempersiapakan sumber daya manusia
yang terampil dalam mensosialisasikan Buku KIA kepada masyarakat
di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
2. Bagi penulis.
Menambah pengalaman dan wawasan penulis sehingga akan mampu
memaksimalkan cara mensosialisasikan buku KIA sampai ketangan
ibu hamil dan ibu bayi/balita dengan pemanfaatan yang lebih
maksimal.
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


7

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan
buku KIA dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap di
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari
profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 dan 2010 serta data
primer yaitu pada ibu yang memiliki anak berusia diatas 12 bulan yang memiliki
buku KIA yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Ciputat Timur Tangerang
Selatan pada tahun 2011.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Mosley & Chen


Gambar berikut menyajikan model Mosley dan Chen (Mosley dan Chen,
1983) tentang determinan kematian neonatal dan balita.

Socioeconomic determinants

Maternal faktors Environmental Nutrient deficien Injury


contamination

Healthy Sick

Prevention
Treatment

Personal Growth Mortality


illness control faltering

Gambar 2.1 Model Mosley & Chen, 1983


Sumber : Child Survival Strategies for Researceh

Sehat dan sakit adalah suatu kondisi dinamis anak. Dari kondisi sehat
seorang anak baru lahir dapat "bergerak" ke arah sakit, dan sebaliknya. Mengubah
dari "sehat" menjadi "sakit" dipengaruhi oleh banyak kondisi yang dapat
dikategorikan ke dalam empat faktor pendukung yaitu: faktor ibu, pencemaran
lingkungan, kekurangan gizi, dan cedera. Ini adalah empat aspek yang jelas
dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi anak dan/keluarganya. Selanjutnya
kondisi sosial ekonomi juga menentukan kontrol diri seseorang terhadap penyakit
yang dipraktekkan terutama oleh orang tua. Kontrol tersebut mencakup dua aspek,
8 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


9

yaitu (1) langkah-langkah pencegahan, yang akan mencegah penyakit dan (2)
pengobatan, yang akan memungkinkan seorang anak sembuh dari penyakitnya.
Jika tidak diobati dengan segera dan memadai, mungkin akan menyebabkan
pertumbuhan bayi/anak akan terganggu atau dapat menyebabkan kematian pada
anak.
Faktor yang menjadi tolak ukur/dominan dalam teori Mosley dan Chen
adalah Faktor sosial ekonomi, dimana faktor sosial ekonomi lebih berperan dari
pada variable-variabel lain dalam kelangsungan hidiup anak. Faktor penentu
lainya yang mempengaruhi kelangsungan hidup anak dikelompokan dalam 5
kategori yaitu:
1. Ibu yang terdiri dari umur, paritas dan jarak kelahiran.
2. Pencemaran linkungan, terdiri dari udara yg mempengaruhi sitem
pernafasan; makanan/air; kulit/tanah/bangkai; binatang.
3. Kekurangan gizi; bila anak mengalai kekuranngan intake/masukan pada 3
gizi makro yaitu kalori, protein dan nutrient.
4. Cidera terdiri dari dari; cidera fisik, luka bakar dan keracunan.
5. Kontrol diri seseorang terhadap penyakit; terdiri dari pencegahan dan
pengobatan penyakit.

2.2 Buku KIA


Buku KIA adalah buku milik keluarga yang disimpan di rumah dan
dibawa setiap kali ibu atau anak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah atau swasta dimanapun berada untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Buku KIA merupakan kumpulan materi standar
penyuluhan, informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA adalah salah satu bentuk upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keluarga. Sasaran pemakai Buku KIA terbagi dua yaitu sasaran
langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah ibu dan anak
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA gratis yang akan digunakan sejak
mulai ia hamil hingga masa nifas sampai anak berusia 5 tahun.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


10

b. Pada kelahiran kembar ibu akan mendapatkan buku sesuai jumlah bayi yang
hidup.
c. Setiap kali ibu hamil ibu mendapatkan buku yang baru
d. Jika buku hilang ibu (selama persediaan masih ada) atau anak bisa
mendapatkan buku yang baru.
e. Setelah ibu melahirkan, maka Buku KIA akan menjadi milik anak dan
dicatat dalam Register Kohort Bayi, Register Posyandu dan Register
Pelayanan di Rumah Sakit/Instansi pelayanan Kesehatan
f. Buku KIA bila diberikan pada ibu hamil maka harus dicatat dalam Kohort
Ibu Hamil, bila diberikan pada bayi maka harus dicatat dalam buku Kohort
Bayi dan bila diberikan pada balita harus dicatat dalam Kohort Anak Balita
dan Pra Sekolah
g. Pada instansi swasta buku harus dicatat pada catatan pengguna Buku KIA
sesuai petunjuk teknis penggunaan Buku KIA
h. Bila pengadaan Buku KIA di Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten maka
penanggung jawab buku akan mendistribusikan Buku KIA ke Puskesmas,
Puskesmas mendistribusikannya ke jaringannya yaitu Pustu, Posyandu dan
Bidan Desa dan bila persediaan buku KIA di Puskesmas lebih maka
Puskesmas bertanggung jawab memberikan pada fasilitas kesehatan yang
belum memiliki buku KIA. Buku KIA diberikan melalui puskesmas, rumah
sakit pemerintah/swasta, klinik kesehatan ibu dan anak swasta dan profesi

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


11

DEPARTEMEN KESEHATATAN

DINAS KESEHATAN PROVINSI

RSU DINAS KESEHATAN KAB/KOTA RS SWASTA, RB,


KLINIK SWASTA

PUSKESMAS

POSKESDES PUSTU BPS

SASARAN IBU HAMIL BARU

Diagram 2.2 : Alur Distribusi dan Pelaporan Buku KIA


Sumber : Petunjuk Teknis Pemakaian Buku KIA Depkes RI 2010

Beberapa pelajaran yang terdapat dalam Buku KIA antara lain:


Materi Kesehatan Ibu terdiri tentang kesehatan ibu hamil yang menjelaskan
tentang kesehatan ibu hamil mulai ibu pertama kali hamil sampai dengan
kehamilan akhir kehamilan. Disana juga menjelaskan tentang bahaya apa saja
yang mungkin akan terjadi pada setiap semester kehamilan yang akan di hadapi
ibu. Dilanjutkan dengan materi tentang ibu bersalin. Didalam buku ini juga
menjelaskan tentang apa saja yang akan ibu hadapi pada saat persalinan serta
perencanaan persalinan. Ibu dan keluarga sudah harus menentukan siapa yang
akan menolong ibu pada saat persalinan dengan siapa ibu akan di dampingi dan
bagaimana cara ibu untuk sampai ke tempat bersalian yang ibu kehendaki. Hal ini
perlu dibuat sejak awal agar ibu merasa aman tiba pada saat ibu akan melahirkan.
Dalam buku yang sama juga dijelaskan dan terdapat catatan apa saja yang
perlu dilengkapi pada saat ibu dalam keadaan nifas. Hal ini dianggap perlu untuk
mengetahui seberapa jauh kemajuan kesehatan ibu pasca melahirkan. Yang
terakhir tentang Keluarga Berencana juga terdapat dalam catatan Buku KIA.
Catatan Keluarga Berencana yang ada di dalam Buku KIA yaitu catatan tentang

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


12

apa kontrasepsi yang dipilih ibu, dimana ia mendapatkan layanan Keluarga


Berencana tersebut dan kapan pelayanan Keluarga Berencana itu didapat.

Catatan Kesehatan Ibu yang terdiri atas:


Lembaran menyambut persalinan yang berisi tentang pernyataan pasien
untuk dirawat oleh siapa dalam proses persalinannya nanti. Pada catatan hasil
pemeriksaan kehamilan mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT), hari
tafsiran persalinan (HTP), lingkar lengan bagian atas (LILA), tinggi badan (TB)
serta catatan perjalanan pemeriksaan kehamilan pasien. Sedangkan pada catatan
persalinan ibu, didalamnya terdapat catatan tentang kapan ibu bersalin, pada usia
berapa kehamilan ibu pada saat terminasi, ditolong oleh siapa, dan bagaimana
keadaan ibu pada saat proses persalinan. Pada catatan bayi saat lahir, di dalamnya
terdapat catatan yang cukup lengkap, yang ditanyakan mulai dari anak yang
keberapa, berat badan dan panjang badan, lingkar kepala bayi
Lembar Rujukan juga terdapat dalam buku ini, didalamnya menjelaskan
tentang tanggal, bulan, tahun rujukan, dirujuk kemana, penyebab dari ibu
sehingga mengapa ibu harus dirujuk, diagosa dan tindakan sementara apa yang
telah dilakukan serta tidak lupa mencatat siapa yang merujuk ibu ke rumah sakit
yang dituju.
Catatan kesehatan ibu saat nifas dan pelayanan apa saja yang ibu terima saat nifas
juga terdapat dalam Buku KIA tersebut dan tentang ibu yang terakhir juga
terdapat catatan ibu tentang jenis KB apa yang dipakai beserta tanggal dan siapa
yang memberikan pelayanan Kontrasepsi. Pada bagian yang terakhir dalam proses
persalinan ibu terdapat surat keteranga lahir bayi yang menerangkan kapan bayi
tersebut lahir, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan lahir serta dimana
bayi tersebut di tolong pada saat proses persalinan.

Catatan Kesehatan Anak yang terdiri atas.


Pada catatan kesehatan juga terdapat hal sama detailnya dengan catatan
kesehatan ibu. Dalam buku ini terdapat tanda-tanda bayi sehat, cara merawat bayi
baru lahir, cara memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita yang baik

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


13

dan benar, yang diikuti dengan jadwal dan pelajaran tentang jenis, fungsi dan cara
pemberian imunisasi. Dilengkapi juga dengan catatan pemanfaat Vitamin A.
Cara memberikan makan pada balita dan cara merangsang perkembangan
anak juga terdapat dalam buku ini. Catatan kesehatan anak dimana anak setiap
berkunjung ke fasilitas pelayan kesehatan baik dalam keadaan sehat ataupun sakit
harus dicata dalam buku ini, dan di lengkapi dengan catatan Undang-Undang
Perlindungan Anak yang terakhir dalam buku ini tentang kesehatan anak terdapat
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang di bedakan dalam 2 warna yaitu Biru KMS
untuk bayi/balita laki-laki dan Merah Muda/Pink KMS untuk bayi/balita
perempuan.

2.3. IMUNISASI
2.3.1 Pengertian
Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang
berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin menyebabkan tubuh menghasilkan antibody (kekebalan) sehingga anak
dapat kebal terhadap suatu jenis penyakit. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi
maupun oral. Pemberian melalui injeksi misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT,
Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin
polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui
mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif,
mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. Vaksin
digolongkan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) yaitu:
Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) yang terdiri dari
vaksin Polio (OPV), Campak, Yellow Fever dan Bakteri (BCG). Ada juga yang
berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) seluruh partikelnya
diambil seperti Virus, IPV (Inactive Polio Vaccine) dan Vaksinasi Rabies serta
bakteri Pertusis. Ada juga yang hanya sebagian partikel yang diambil contohnya,
berdasarkan protein/Sub Unit (Aseluler Pertusis, Toxoid (DT). Ada yang
berdasarkan Polisakarida seperti Sakarida Murni (Meningococal), Sakarida
Gabungan (Hib/Haemofilus Influenza Type B. yang terakhir berdasarkan
Rekombinann(rekayasa genetika) seperti Hepatitis B,(USAID,2003).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


14

2.3.2 Jenis-Jenis Vaksin


Banyak vaksin yang ada pada saat ini tetapi pemerintah hanya memasukan
8 buah jenis vaksin yang di masukan dalam program yaitu :
1. Vaksin BCG (Baccillus Calmette Guerin) adalah vaksin bentuk kering
yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah di lemahkan
dari strain Paris yang berguna untuk kekebalan aktif terhadap
tuberkulosan. (Vademecum Bio Farma thn 2007 dalam, pelatihan
pengelolaan vaksin tingkat Puskesmas)
2. Vaksin DPT/HB adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri, toxoid
tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi seta vaksin hepatitis
B yang merupakan sub unit vaksin yang mengandung HbsAg murnit non
infectious. Vaksin ini berfungsi untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan hepatitis B.
3. Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat.
Thimerosal 0,1mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml
vaksin mengandung sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah
tetanus pada bayi yang baru lahir dan ibunya dengan memberikan
imunisasi pada ibu hamil dan wanita subur (WUS). Vaksin ini berfungsi
memberikan kekebalan aktif terhadap tetanus.
4. Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus
yang telah dimurnikan dan teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminum fosfat.
Vaksin ini memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine= OPV) adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,dan 3 (strain Sabin)
yang sudah di lemahkan, di buat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa. Vaksin ini memberikan kekebalan aktif
terhadap poliomyelitis.
6. Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang di lemahkan. Setiap
dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus
strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg
residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


15

dilarutkan dengan aquabidest steril. Vaksin ini memberikan kekebalan


aktif terhadap penyakit campak.
7. Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah
diinaktivasikan dengan bersifat non-infecious,berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi
DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspense warna putih yang
diproduksi dari jaringan sel ragi yang mengandunggen HbsAg, yang
dimurnikan dan diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisika kimia
seperti ultrasentrifuse, kromatografi kolom dan perlakuan dengan
farmaldehid. Vaksin ini memberi kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus hepatitis B.
Imunisasi hepatitis-B sebanyak 1 (satu) kali untuk mencegah penyakit
Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan dan dapat
menyebabkan pengerutan hati (sirosis) dan kanker hati. Imunisasi Hepatitis B ini
diberikan segera setelah lahir di sarana pelayanan kesehatan.
Pemberian vaksin Hepatitis B segera setelah lahir kepada bayi yang lahir
dari ibu HBsAg positif dapat mencegah penularan infeksi sebesar 75%. Bila
pemberian vaksin Hepatitis B dikombinasikan dengan HBIg, dapat meningkatkan
efektifitas pencegahan penularan vertikal sebanyak 10-15% sehingga tercapai
efektifitas 85-90%. Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi
menurunkan angka kesakitan dan kematian sebesar 80 - 90% (Idwar, 2000).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Rendahnya Cakupan


Imunisasi
Salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan imunisasi adalah tercapainya target
Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap
minimal 80 % secara merata di 100 % desa/ kelurahan pada tahun 2010. Dalam
pelaksanaannya, target yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
menghadapi kendala. Hal ini dikarenakan adanya perubahan petugas pelayan
imunisasi dari yang sebelumnya dilakukan oleh juru imunisasi beralih ke bidan
sehingga menyebabkan beban kerja yang makin banyak bagi bidan.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


16

Kegiatan pelaksanaan imunisasi rutin pada bayi umur dibawah 1 tahun di


beberapa propinsi menunjukkan cakupan yang baik, namun tidak merata di semua
daerah. Masih ada beberapa propinsi yang cakupan imunisasinya masih rendah
sehingga memerlukan upaya khusus. Hal ini menyebabkan cakupan imunisasi
dasar lengkap belum mencapai target nasional (masih mencapai 69,2% pada tahun
2009). Penyebabnya adalah:
a. Kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap
program imunisasi.
b. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi rutin maupun imunisasi
tambahan.
c. Tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuat.
d. Kurangnya koordinasi lintas sector termasuk pelayanan kesehatan
swasta.
e. Kurangnya sumber daya yang memadai.
f. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat
imunisasi.
Menurut Aminullah(2005), Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI), menyatakan penyebab rendahnya cakupan
imunisasi karena:
a. promosi kesehatan tentang pentingnya imunisasi yang masih lemah, ibu
tidak mendapat informasi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya
desentralisasi daerah dimana kegiatan imunisasi ini sangat membutuhkan
dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah.
b. Adanya perubahan perilaku masyarakat. Contoh: dulunya kader mau
melakukan tugasnya secara sekarela, namun saat ini banyak kader yang
mau berkerja bila ada insentif.
c. Tidak adanya komitmen dari pemerintah.
Sedangkan menurut Nasrin Kodim (Ketua Pusat Riset Epidemiologi &
Surveilans FKM UI), kendala lain adalah, lemahnya kepemimpinan sektor
kesehatan, belum ada strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif dalam
meningkatkan partisipasi dan diperparah lagi dengan perilaku oknum petugas
yang menggelembungkan data cakupan imunisasi.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


17

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 tentang Gerakan


Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010-2014,
disebutkan bahwa secara umum permasalahan penurunan cakupan maupun
kualitas pelayanan imunisasi disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
a. Konsekuensi dari penerapan desentralisasi yang belum berjalan
sebagaimana mestinya.
b. Kurangnya dana operasional imunisasi rutin di tingkat kabupaten/ kota.
c. Banyaknya pemekaran daerah yang tidak didukung oleh tersedianya sarana
dan prasarana.
d. Kurangnya koordinasi lintas sektor (unit pelayanan kesehatan swasta)
terutama mengenai pencatatan dan pelaporan.
e. Masih adanya keterlambatan dalam pendistribusian vaksin baik dari pusat
ke propinsi, propinsi ke kabupaten/kota, kabupaten/kota ke puskesmas.
f. Kekurangan jumlah, kualitas dan distribusi sumber daya manusia.
g. Kurangnya informasi yang lengkap dan akurat tentang pentingnya
imunisasi.
Menurut IMMbasics, the global USAID-funded project, kerangka kerja
yang digunakan untuk mengklasifikasi faktor yang mempengaruhi anak tidak
diimunisasi, yaitu:
1. Sistem Imunisasi, meliputi:
a. Jarak (Akses)
b. Ketepatan waktu
c. Ketersediaan pelayanan kesehatan
d. Waktu tunggu
e. Motivasi dan sikap petugas termasuk kompetensi, pengetahuan dan
kemampuan berkomunikasi dengan klien
f. Kebijakan terhadap penetapan biaya/ anggaran
g. Koordinasi antara petugas kesehatan yang berbeda
h. Kualitas vaksin dan pelayanan lain (tempat imunisasi yang tidak
bersih, peralatan yang tidak bersih, ruang tunggu yang tidak nyaman)
i. Ketidaktersediaan logistik/stok habis

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


18

2. Komunikasi dan Informasi, meliputi:


a. Tidak adanya promosi/pemantauan imunisasi rutin
b. Informasi tentang tempat dan waktu vaksinasi
c. Informasi pribadi dari tenaga kesehatan professional atau tokoh
masyarakat
d. Kesamaan bahasa antara tenaga kesehatan dengan klien
e. Pemanfaatan media massa
3. Karakteristik keluarga, meliputi:
a. Pendidikan orangtua
b. Umur ibu
c. Jumlah keluarga
d. Status social ekonomi/pendapatan
e. Bahasa, suku
f. Paritas
g. Tempat tinggal
4. Sikap dan Pengetahuan orangtua, meliputi:
a. Ketidakpercayaan pada petugas kesehatan
b. Pengalaman pelayanan kesehatan sebelumnya
c. Hubungan keluarga dan masyarakat
d. Keyakinan tentang kerentanan terhadap penyakit
e. Keyakinan tentang keseriusan/keganasan dari penyakit
f. Keyakinan tentang kemungkinan biaya
g. Keyakinan tentang keuntungan yang diharapkan dari setiap tindakan
yang diambil dalam menghadapi penyakit.

2.4. KONSEP PRILAKU


2.4.1 Pengertian perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo
2003).
Skinner (1938) yang seorang psikologi dikutip Notoatmodjo (2007)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


19

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh kerena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon
yang disebut dengan teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.
Berdasarkan teori ” S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yakni:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain oleh sebab itu disebut covert behaviour
atau unobservable behavior misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya
periksa kehamilan.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain oleh sebab itu disebut overt behavior misalnya seorang ibu
memeriksakan kehamilannya.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, perilaku skinner dalam
Notoatmodjo (2007).

2.4.2 Determinan Perilaku


Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi prilaku
dalam 3 domain atau ranah yang terdiri atas ranah kognitif (cognitive domain),
ranah afektif (afective domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


20

Dalam perkembangannya Bloom membagi Domain (ranah) perilaku


menjadi 3 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge) yang secara garis besar di bagi dalam 6 tingkatan
ilmu pengetahuan yakni:
1. Tahu (know)
2. Memahami (comrehension)
3. Aplikasi ( application)
4. Analisis ( analysis)
5. Sintesis ( synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
b. Sikap (attitude), Newcomb dalam Notoatmodjo 2010
Prilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor
yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,
minuman dan pelayanan kesehatan. (Skiner dalam Notoatmodjo,2007).

2.4.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan


1. Teori Green dan Kreuter
Berdasarkan teori Green dan Kreuter (2005) menjelaskan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor Faktor penyebab perubahan perilaku dapat dilihat dari
3 faktor yang berbeda yaitu: predisposing factors (predisposisi), Enabling factors
(pemungkin), dan reinforcing factors (penguat). Pebedaan pengaruh yang ada
dapat mempengaruhi perilaku. Tapi dibutuhkan ketiga faktor diatas untuk
motivasi, memfasilitasi dan memelihara perubahan perilaku. Perubahan perilaku
dapat mempengaruhi perubahan lingkungan, tapi perubahan lingkungan dapat
membantu perubahan perilaku enabling faktors secara nyata pada lingkungan.
Untuk merubah perilaku tidak hanya dibutuhkan satu faktor namun 3 faktor
penyebablah yang dibutuhkan yaitu:
a. Faktor Predisposisi ( Predisposing factors), yang terwujud dalam umur,
pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan dari dalam dirinya. .
Perubahan perilaku dapat memberi alasan dan memotivasi seseorang
maupun kelompok terhadap keadaan dirinya. Faktor individu dan nilai

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


21

yang dimiliki mungkin tidak menghasilkan perubahan dalam konteks


program kesehatan, namun hal tersebut digunakan dalam meningkatkan
produk dan layanan dalam periklanan. Tapi memungkinkan program
pendidikan kesehatan ini juga dipengaruhi oleh status ekonomi, umur,
jenis kelamin, yang semua itu merupakan faktor penting predisposisi
perilaku. Dalam rencana jangka pendek program, kita menaruh
predisposing faktors sebagai target untuk dirubah, karena hal tersebut
tidak bisa dengan cepat berubah..
b. Faktor Pemungkin (Enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan untuk
memfasilitasi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan.
Faktor pemungkin merupakan alat untuk memaksa seseorang agar mampu
melakukan perilaku yang sehat. Faktor ini juga merupakan perubahan
perilaku yang mengikuti motivasi atau kebijakan di lingkungan. Enabling
faktors ini misalnya menjaga kebersihan fasilitas, diri sendiri, sekolah,
klinik dan tempat umum. Faktor ini juga berupa tersedianya tempat
pelayanan kesehatan, Mudahnya akses ke layanan kesehatan, Komitmen
pemerintah pada prioritas kesehatan dan kemampuan yang berhubungan
dengan kesehatan. Enabling factors juga memasukkan kemampuan baru
untuk individu, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan untuk
membawanya pada perubahan perilaku dan lingkungan.
c. Faktor Penguat (renforcing factors) yang terwujud dari ada tidaknya
dorongan keluarga, tokoh masyarakat dan dorongan dari petugas kesehatan
serta dukungan dari para pemegang kebijakan .
Contohnya ibu tahu tentang manfaat buku imunisasi dan fasilitas
kesehatan mendukung untuk melakukannya tetapi ia tidak memberikan
imunisasi karena adanya larangan dari pihak keluaraga agar jangan
mengimunisasikan anaknya karena nanti akan panas badannya sehingga
pemberian pemberian imunisasi pada bayi tidak tercapai (faktor peguat).
Reinforcing factors merupakan faktor penguat dari faktor-faktor
sebelumnya. Faktor ini merupakan konsekwensi dari perubahan yang
dilakukan dan mendapat umpan balik baik positive ataupun negative serta

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


22

support social yang didapatkan. Reinforcing factors adalah perilaku yang


dicontohkan dan akan dilakukan oleh orang lain secara tetatur dan dalam
waktu yang lama. Faktor ini yang mengikuti perilaku setelah mendapatkan
reward atas ketekunannya. Dalam perubahan perilaku dapat dilakukan
dengan melihat media massa, meniru perilaku yang ada ditelevisi ataupun
dari guru dan orang tua. Perilaku ini akan mendapatkan penilaian yang
positif ataupun negatif dari masyarakat disekitarnya (Green & Kreuter
2005).

2. Teori Health Belief Models


Seseorang akan memeriksakan kesehatannya jika dia percaya bahwa hal itu
akan lebih baik dan jika tidak dilakukan akan berisiko pada dirinya. Jadi
seseorang itu mudah terpengaruh terhadap kondisi dirinya. Ada empat variabel
kunci yang terlibat didalam tindakan yang diambil dari Rosenstock, 1974
(http://matsum.blogspot.com tanggal 16 feb 2011). Hal tersebut yakni Perceived
susceptibility (kerentanan yang dirasakan), Perceived severity (kekerasan yang
dirasakan), Perceived benefits (keuntungan yang dirasakan), Perceived barriers
(rintangan yang dirasakan), dan cues to action (isyarat atau tanda-tanda).
Ada beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, suku, sosial ekonomi dan
latar belakang pendidikan yang menjadi persepsi seseorang mengenai kerentanan
yang dirasakan terhadap penyakit keras. Persepsi dan faktor-faktor tersebut akan
menimbulkan suatu perilaku mengenai ancaman yang dirasakan terhadap penyakit
tersebut. Perilaku itu timbul juga karena adanya faktor lain misalnya media
informasi maupun informasi dari orang lain yang mengetahui mengenai penyakit
tersebut. Setelah mengetahui bahwa penyakit itu mengancam dirinya maka
seseorang akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk
pencegahannya. Sebelum mengambil tindakan, faktor latar belakang seseorang
juga dapat mempengaruhi perilakunya apakah keputusan yang diambil selanjutnya
itu menguntungkan atau malah menjadi penghambat (Glanz, 2002). Dalam bagan
berikut akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang
dalam mempersepsikan rasa sakinya

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


23

Persepsi Faktor penentu Kemungkinan


individu Bertindak

. Umur, jenis kelamin,


Keuntungan yang
suku
dirasakan setelah
. Kepribadian
dikurangi rintangan
. Sosial ekonomi
yang dirasakan untuk
. Pengetahuan
perubahan perilaku

kerentanan
yang
dirasakan Pengobatan dari
Kemungkinan
terhadap penyakit yang dirasakan
perubahan perilaku
suatu
penyakit

Tanda bertindak
. Pendidikan
. Gejala
. Media

Gambar 2.2 Teori Health Belief Model


Sumber : Glanz, Rimer and Lewis Health Behaviour And Health Education
Theory, Reseach, and Practice third Edition hal 52, 2002

3. Teori Snehandu B. Kar


Menurut Snehandu B. Kar (1983) (http://matsum.blogspot.com tanggal 16
februari 2011) prilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk mengambil tindakan sehubungan dengan kesehatannya
atau perawatan kesehatannya (Behavior Intention)
2) Dukungan masyarakat sekitarnya (sosial support)
3) Informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (Accessibility of
information)
4) Otonomi pribadi individu yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan
atau keputusan (personal otonomi)

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


24

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (Action


Situation)
Seorang ibu yang tidak mau memberikan imunisasi pada bayinya , mungkin
karena ia tidak ada minat dan niat terhadap imunisasi (behaviour intention),
atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya
(sosial support). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh
informasi yang kuat tentang pemberian imunisasi (accessbility of
information), atau ia tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan
misalnya harus tunduk pada suaminya atau orang lain yang disegani
(personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak
memberikan imunisasi adalah karena situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation).

4. Teori WHO
Menurut WHO 1984 (http://matsum.blogspot.com Tanggal 16 feb 2011)
seseorang yang berprilaku tertentu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Pikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) seperti pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan, nilai terhadap kepercayan itu sendiri.
2) Orang penting sebagai panutan seperti: ulama, guru, kepala desa, kepala
suku dll.
3) Sumber daya (resources) seperti: fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lain-
lain. Prilaku normal, kebiasaan nilai – nilai dan penggunaan sumber –
sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup
(way of life) yang disebut kebudayaan.

2.4.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku ibu dalam memberikan


imunisasi lengkap pada bayi.
1. Pendidikan Ibu
Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib,dkk (2004)
menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat
tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


25

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimal (Acmad Munib, dkk. 2004: 33).
Hull dan Hull (1978) dalam Aris (2004) menjelaskan bahwa pendidikan ibu
yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam mengambil keputusan untuk
menjaga kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana
kesehatan yang ada. Maskuri (1983) melaporkan bahwa 56,6% ibu balita tidak
mengerti tentang imunisasi, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu yang
rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi pada anaknya (Sulastri, 2002).

2. Pengetahuan ibu
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangga
terkena penyakit polio karena tidak pernah diimunisasi polio. Penelitian Noviyadi
(1997) di Jakarta Timur menyimpulkan bahwa anak dari ibu-ibu yang mempunyai
pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B yang baik berpeluang 15 kali lebih
besar diimunisasi hepatitis B dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang
pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B kurang baik. Myrnawati (1993) dalam
penelitiannya di Jakarta Selatan juga menyimpulkan bahwa keikutsertaan ibu
dalam program imunisasi ditentukan oleh faktor internal yaitu karakteristik ibu,
pengetahuan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.

3. Sikap
Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan Ante Natal Care harus
memberikan motivasi kepada ibu agar selalu mempelajari apa saja yang terdapat
dalam Buku KIA sehingga salah satunya ibu akan tahu bahwa bayi sebelum usia
12 bulan harus sudah diberikan imunisasi dasar lengkap.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek. Menurut Newcomb (dalam Soekidjo Notoatmodjo
2003: 24), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


26

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu


perilaku.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat dengannya. Sikap dapat menggambarkan rasa suka atau tidak suka
seseorang terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu terhadap pemberian imunisasi
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap imunisasi tersebut. Ibu akan
membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh kepercayaan ibu terhadap
manfaat imunisasi dan dorongan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

4. Ketersedianya tempat pelayanan imunisasi bagi bayi.


Ketidakberhasilan pencapaian cakupan imunisasi dapat disebabkan oleh
aspek vaksin berupa hambatan pendistribusian, aspek pelaksana program seperti
kurangnya keterlibatan tokoh masyarakat, media massa dan petugas kesehatan
(Gunawan,1985). Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur input
disamping tenaga dan metode. Bila sarana yang ada tidak sesuai dengan standar
yang ada, maka sulit untuk menerapkan mutu yang baik.
Hambatan paling besar dalam mewujudkan perilaku hidup sehat adalah
faktor pemungkin (enabling factors). Dari berbagai penelitian terungkap bahwa
meskipun kesadaran & pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan,
namun praktek tentang kesehatan/ perilaku hidup sehat masih rendah. Hasil
pengkajian oleh WHO terutama di Negara-negara berkembang terlihat bahwa
faktor pemungkin/ sarana & prasarana tidak mendukung masyarakat untuk hidup
sehat.

5. Persepsi ibu tentang biaya untuk layanan imunisasi.


Pandangan seorang ibu terhadap biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mengimunisasi bayi/anaknya dengan lengkap. Sebagaimana di ketahui bahwa
imunisasi dasar yang ada sekarang ini pemerintah memberikan subsidi secara
penuh, sehingga di harapkan cakupan imunisasi yang ada dapat tercapai dengan
lengkap.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


27

6. Ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi.


Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai waktu untuk
mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena rata-rata ibu
tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih mempunyai
waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi.

7. Dukungan suami dalam imunisasi anak.


Suami sebagai kepala keluarga mempunyai hubungan dengan status
imunisasi anaknya. Status imunisasi anak akan lebih baik pada kepala keluarga
yang mengenyam pendidikan yang lebih lama.(MarkJS,1979).

8. Dukungan dari keluarga dekat dalam imunisasi anak.


Green (2005) mengemukakan bahwa faktor pendorong yang terwujud dalam
sikap dan perilaku adalah keluarga sangat diperlukan bagi setiap orang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Dorongan dari keluarga ini sangat besar sekali
pengaruhnya bagi individu dalam sebuah keluarga karena semua permasalahan
anggota keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota
keluarga. Dukungan dari ayah atau suami menunjukan kelengkapan imunisasi
bayi merupakan hasil dorongan dari suami juga.

9. Dukungan petugas kesehatan dalam imunisasi.


Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan
penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang
melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi
penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi.

10. Dukungan kader kesehatan.


Banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu, menganjurkan ibu
untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang mengantarkan
petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan rumah serta ada juga
kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai status imunisasi yang
lengkap tepat diusianya 12 bulan.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


28

11. Pemanfaatan buku KIA


Pemanfaatan Buku KIA yang diukur dengan apakah ibu punya Buku KIA,
apakah ibu membaca Buku KIA, seberapa banyak Buku KIA itu yang ibu baca,
dan seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang ibu baca.

12. Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap.


Kepatuahn ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan
ketersediaan tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di
wilayah puskesmas Ciputat Timur.

2.4.5. Kerangka Teori


Menurut Green dan Kreuter (2005) menggambarkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh faktor predisposisi
(pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai - nilai tradisi dan sebagainya),
faktor pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
kesehatan), faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lainnya, serta tokoh masyarakat). Penulis akan mencoba membuat permasalahan
yang akan diteliti dalam sebuah kerangka teori.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


29

Kerangka Teori perubahan perilaku yang telah dijelaskan diatas dapat


dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Kerangka teori penelitian


Faktor Predisposisi

. Pengetahuan
. Keyakinan
. Nilai
. Sikap
. Kepercayaan Keturunan
. Kapasitas diri

Pendidikan
Kesehatan
Faktor pemungkin

. Ketersediaan sumber
Strategi daya kesehatan
Pendidikan . Keterjangkauan
sumber daya
kesehatan
. Prioritas dan
Perilaku
komitmen
Peraturan spesifik
masyarakat dan
Kebijakan individu
pemerintah terhadap
kesehatan atau
. Keterampilan yang organisasi
berhubungan dengan
kesehatan
Kesehatan

Faktor penguat
Kualitas
. Keluarga Hidup
. Teman sebaya
. Guru Lingkungan
. Atasan
. Petugas Kesehatan
. Tokoh masyarakat
. Pengambil keputusan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Dalam hal ini peneliti akan meneliti sebagian dari variabel yang ada dalam
kerangka teori dikarenakan ada beberapa yang sudah tidak perlu diteliti karena
sudah tidak menjadi faktor penghambat. Jadi kerangka konsep yang diteliti yaitu:

Variabel independen Variabel dependen


Faktor predisposisi

. Pendidikan ibu.
. Pengetahuan ibu tentang
imunisasi
. Sikap terhadap imunisasi

Faktor Pemungkin
- Ketersediaan tempat
layanan imunisasi. Kepatuhan ibu
- Ketersediaan biaya untuk dalam
layanan imunisasi. mengimunisasi
bayi secara
- Ketersediaan waktu ibu
lengkap
untuk mengimunisasi.

Faktor Penguat
. Dukungan suami dalam
imunisasi anak
. Dukungan keluarga dekat
dalam imunisasi anak
. Dukungan petugas dalam
pelayanan imunisasi.
. Dukungan kader kesehatan
. Pemanfaatan Buku KIA.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

30 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


31

3.2 Definisi Operasional


Variabel dependen : Kepatuhan ibu mengimunisasi bayi dengan lengkap
Definisi Operasional: adalah pemberian 5 vaksin imunisasi sesuai jadwal
untuk bayi usia dibawah 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur
Alat Ukur berupa kuisioner dengan hasil ukur bayi yang di imunisasi
lengkap dan bayi yang imunisasinya tidak lengkap, Skala nominal

Variabel independen
1) Pendidikan ibu
Definisi Operasional : Pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden
hingga penelitian ini dilakukan
Alat ukur berupa kuisioner, Dilihat dari pendidikan yang tidak tamat SD,
tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D3 dan tamat S1, dan untuk
kepentingan bivariat maka pendidikan dikategorikan 1. Rendah dengan
pendidikan ≤ SMP, dan 2 tinggi dengan pendidikan > SMP, dengan skala
pengukuran ordinal.
2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi
Definisi Operasional : Pemahaman responden tentang imunisasi
Alat ukur berupa kuisioner, pengetahuan baik jika skor ≥ Mean pengetahuan
kurang jika skor < Mean, Dengan skala pengukuran ordinal.
3) Sikap terhadap imunisasi
Defnisi operasional : persetujuan responden tentang imunisasi
Alat ukur berupa kuisioner dengan 4 pernyataan sikap sangat setuju, setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan untuk kepentingan bivariat maka
dikategorikan menjadi 1. Positif terhadap imunisasi dan 2. Negatif terhada
imunisasi, alat ukur sikap positif jika skor ≥ Mean sikap negative jika
sikap< meandengan skala pengukuran ordinal.
4) Ketersediaan tempat layanan imunisasi
Definisi Operasional : suatu tempat untuk pelayanan imunisasi dasar bayi di
tempat pelayanan kesehatan. Dikategorikan tersedia dan tidak tersedia
dengan skala ordinal.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


32

5) Ketersediaan biaya untuk imunisasi.


Definisi operasional: tersedianya anggaran dari ibu untuk mengimunisasi
bayi sampai imunisasinya lengkap. Kategori terdesia atau tidak tersedianya
anggaran dengan skala ordinal.
6) Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi
Definisi oprasional: tersedianya waktu yang di luangkan ibu untuk
mengimunisasi bayinya sampai dengan imunisasi lengkap. Kategori ada dan
tidak adanya waktu ibu dengan skala ordinal.
7) Dukungan suami dalam imunisasi balita
Definisi Operasional : Dorongan moril atau material dalam hak
mewujudkan suatu rencana serta keikut sertaan suami dalam memutuskan
bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak.
Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. Suami ikut memutuskan
untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. Suami tidak ikut memutuskan bayi
ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal.
8) Dukungan keluarga dekat dalam imunisasi balita
Definisi Operasional : keikut sertaan keluarga terdekat dalam memutuskan
bayi tersebut akan di imunisasi atau tidak.
Alat ukur berupa kuisioner dengan kategori 1. keluarga ikut memutuskan
untuk mengimunisasi sang bayi, dan 2. keluarga tidak ikut memutuskan bayi
ibu untuk di imunisasi atau tidak. Dengan skala pengukuran ordinal.
9) Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi bayi.
Definisi Operasional : pernah tidaknya ibu balita dikunjungi oleh petugas
kesehatan (Bidan, Perawat, kader kesehatan) dan apa saja yang dilakukan
saat petugas berkunjung.
Alat ukur kuisioner, dikategorikan 1. Pernah, dan 2. Tidak pernah, dengan
skala ukur ordinal.
10) Dukungan kader kesehatan dalam imunisasi balita.
Definisi operasional: pernah tidaknya ibu balita di kunjungi oleh kader
kesehatan dan apa saja yang di lakukan saat kader berkunjung. Alat ukur
berupa pernah dan tidak pernah dengan skala ukur ordinal.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


33

11) Pemanfaatan buku KIA oleh ibu selama Hamil.


Definisi operasional: dimilikinya Buku KIA oleh ibu, dibacanya dan ibu
memahami semua yang terdapat dalam Buku KIA tersebut. Alat ukur
berupa seberapa apakah ibu punya Buku KIA, membacakah ibu isi Buku
tersebut, dan mengertikah ibu tentang materi yang terdapat dalam Buku
KIA tersebut skala ukur yang di gunakan skalau ukur ordinal.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian yang dilakukan ini menggunakan salah satu desain penelitian
cross sectional, yang merupakan jenis penelitian dengan menggunakan
pendekatan potong lintang yaitu desain untuk mempelajari hubungan kejadian
atau paparan dengan cara mengamati status paparan dan kejadian secara
bersamaan pada individu dari populasi tunggal pada suatu periode dengan model
point time. Alasan menggunakan desain studi penelitian cross sectional ini adalah
karena mudah dilakukan, murah, dan tidak memerlukan follow up juga bersifat
tidak memaksa subjek penelitian mengalami faktor risiko.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011. Dilakukan dengan
anamnesis melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.3 Populasi Penelitian


Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi acuan hasil-hasil
penelitian yang akan berlaku (Lemeshow,1997). Populasi penelitian ini adalah
populasi adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12 bulan,
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.4 Sampel Penelitian


Sampel merupakan parameter yang digunakan untuk menduga populasi
dengan menggunakan data dari sebuah sampel (Lemeshow,1997). Sampel
merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia diatas 12
bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
pada bulan Maret –Mei 2011.

34 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


35

Kriteria Inklusi
Pada ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia 12 bulan keatas
dengan imunisasi lengkap di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan.

Kriteria Ekslusi
Ibu yang tidak memiliki buku KIA dengan bayi berusia di atas 12 bulan
dengan imunisasi lengkap yang datang ke Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan dan ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi usia di atas
12 bulan dengan imunisasi lengkap yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan
tidak bersedia menjadi responden.

4.5 Besar Sampel


Penentuan besar sample menggunakan rumus uji hipotesis odds ratio,
menurut Lemeshow, 1997 dibawah ini:
Z1-α/2 P(1-P)
n=
d
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
Z1-a/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96)
P1 = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi bila tidak di ketahui
proporsinya, ditetapkan 50% (0,50)
d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan : 10 %
(0,10), 5% (0,05) atau 1%
1.96 * 0.5 (1-0.5)
n = = 96
0.05
Jumlah estimasi sampel yang diteliti adalah 96 responden.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


36

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner. Pertanyaan–pertanyaan yang
ada merupakan hasil pengembangan dari variabel-variabel yang mempengaruhi
ibu yang memiliki buku KIA dan bayi diatas 12 bulan serta kepatuhan ibu
mengimunisasi bayi dengan lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.

4.7 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan ini dilakukan secara acak
sederhana dengan cara setiap unit pada populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel. Puskesmas Ciputat Timur memiliki 2 kelurahan
dari 2 kelurahan tersebut masing-masing memiliki 21 posyandu. Dari 21
posyandu yang ada masing-masing mencatat nama responden ibu yang memiliki
Buku KIA dan memiliki bayi di atas 12 bulan yang didapat dari catatan posyandu
kemudian dilakukan pengundian, untuk nama yang keluar itulah yang dijadikan
sampel.

4.8 Pengumpulan Data


Data sekunder yang diperoleh dari pencatatan di puskesmas akan
memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel untuk responden. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner yang telah dibuat melalui
angket yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan
ibu mengisi sendiri semua pertanyaan yang ada pada kuesioner. Peneliti akan
mengunjungi rumah tiap responden.

4.9 Pengolahan Data


Data primer yang sudah terkumpul melalui pengisian kuesioner dalam
wawancara kemudian diolah melalui tahapan pengolahan data sebagai berikut:
4.9.1 Editing Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan merupakan pemeriksaan data dan
penyuntingan data yang telah terkumpul, melalui beberapa kegiatan, yaitu:
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


37

memeriksa kelengkapan data apakah semua pertanyaan telah dijawab atau belum.
Selanjutnya memeriksa kesinambungan data, dengan melakukan pemeriksaan
apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam arti tidak ditemukan data
atau keterangan yang bertentangan antara satu dengan lainnya. Jika masih ada
data yang kurang lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang data
tersebut harus dikeluarkan.
4.9.2 Coding
Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada tiap jawaban yang
ada pada lembar jawaban yang sudah tersedia dengan tujuan untuk memudahkan
proses entry data.
4.9.3 Entry Data
Adalah proses memasukkan data dalam komputer dengan menggunakan
pengolahan data program statistik perangkat lunak. Dalam penelitian ini
menggunakan epidata dan SPSS.
4.9.4 Cleaning data
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengecekan kembali data yang
sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data
(Notoatmodjo,2010).

4.10 Analisis Data


4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada tiap
variabel, data tersebut disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada
masing-masing variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,2010). Variabel
dependen yaitu kepatuhan ibu dalam melakukan imunisasi bayi usia 12-59 bulan,
sedangkan untuk variabel independen yaitu meliputi faktor predisposing
(pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor enabling (ketersediaan tempat layanan
posyandu, ketersediaan biaya imunisasi, ketersediaan waktu ibu) dan faktor
reinforcing (dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan,
dukungan kader, pemanfaatan Buku KIA)

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


38

4.10.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam hal ini digunakan
dua uji statistik yaitu Independen T-Test dan Chi Square. Sebelum dilakukan uuji
Independen T-Test maka dilakukan uji normalitas Skewness, jika hasil uji
Skewness ≤2, maka distribusinya normal dan dipakai uji statistik Independen T-
Test. Jika hasil uji >2, maka distribusi tidak normal dan uji statistik yang dipakai
adalah Kolmogorov Smirnov. Jika data dikategorikan maka uji statistik yang
dipakai adalah Chi Square dengan rumus:

X =  ( O – E ) 
E

Keterangan :
X : Chi Square
 : Jumlah yang didapat
O : Frekuensi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan

Keputusan yang diambil dalam hasil uji Chi Square adalah:


 Bila p value  , Ho ditolak, berarti data pada sampel mendukung adanya
hubungan yang bermakna (signifikan).
 Bila p value >  , Ho gagal ditolak, berarti data pada sampel tidak
mendukung adanya hubungan yang bermakna/ signifikan (Sabri,2008).

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Tempat Penlitian


Kota Tangerang Selatan merupakan bagian dari Provinsi Banten yang
termuda merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang diresmikan pada
tanggal 29 Oktober 2008 dengan luas 147,19 km² jumlah populasi total 918.783
jiwa dengan kepadatan 6.242. Wilayah Kota Tangerang Selatan di batasi oleh
wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat. Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang dengan batasan wilayah sebagai berikut:
 Utara dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta
 Selatan dengan Jawa Barat (Kab.Bogor dan Kota Depok)
 Barat dengan Kabupaten Tangerang
 Timur dengan Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta
Kota Tangerang Selatan secara administratif terdiri dari 7 Kecamatan yang
terbagi atas 49 Kelurahan dan 5 Desa, serta memiliki 25 Puskesmas. 7 Kecamatan
tersebut antara lain:
1. Kecamatan Ciputat
2. Kecamatan Ciputat Timur
3. Kecamatan Serpong
4. Kecamatan Serpong Utara
5. Kecamatan Setu
6. Kecamatan Pamulang
7. Kecamatan Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan walau merupakan kota termuda tetapi merupakan
daerah yang telah lama berkembang, hal ini di tandai dengan banyak dan
lengkapnya fasilitas publik yang tersedia, seperti :
 2 Perguruan Tinggi Negeri
 2 Perguruan Tinggi Kedinasan
 Beberapa Perguruan Tinggi Swasta
 1 RSUD Kota Tangerang Selatan

39 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


40

 Beberapa Rumah Sakit Swasta


 Banyak tersebar pusat-pusat perbelanjaan, Loka Wisata dan wisata
kuliner.
 Terdapat Perumahan-perumahan yang tersebar di Tangerang Selatan.
Kota Tangerang Selatan sangat mudah di jangkau dengan angkutan umum
dan dilengkapi akses jalan utama dan alternative yang beragam. Dekat denga
Terminal Lebak Bulus Jakarta dan ada 2 ruas jalan Tol yang mengelilingi Kota
Tangrang Selatan yaitu Tol dalam Kota dan Tol BSD, hal ini mempermudah akses
masyakat Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perjalanan.

5.2. Analisis univariat


Analisis univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing – masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data
primer yang dikumpulkan melalui wawancara kepada 96 responden. Data
univariat ini terdiri dari Variabel dependen yaitu kepatuhan ibu untuk
mengimunisasi bayi dan variabel independen yang terbagi menjadi faktor
predisposisi yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, sikap ibu
terhadap imunisasi. Sedangkan dari faktor enabling terdiri dari ketersediaan
tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk layanan imunisasi dan
ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayinya. Pada faktor Reinforcing
terdiri dari dari dukungan suami dalam kegiatan imunisasi bayi anak/bayi,
dukungan keluarga dekat dalam imunisasi anak/bayi, dukungan petugas kesehatan
serta dukungan kader kesehatan dalam kegiatan pelayanan kesehatan khususnya
kegiatan imunisasi anak/bayi.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


41

5.2.1 Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi.


Distribusi Responden perilaku ibu dalam imunisasi bayi usia 12 – 59
bulan yaitu ibu yang imunisasi anaknya lengkap sebanyak 59 bayi/anak
(61,5%) sedangkan, sedangkan ibu yang imunisasi bayi/anaknya tidak lengkap
sebanyak 37 bayi/anak (38,5%).

Tabel 5.1
Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam mengimunisasi bayi
dengan lengkap di Kota Tangerang Selatan tahun 2011

Kepatuhan dalam imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)


Tidak patuh 37 38.5
Patuh 59 61.5
Total 96 100

5.2.2 Gambaran pendidikan ibu.


Distribusi Responden menurut pendidikan terlihat bahwa pendidikan ibu
yang tamat SMA berjumlah 50 responden dengan proporsi 52,1 % dan yang
berstatus pendidikan Akademik/Perguruan Tinggi 18 responden dengan proporsi
18,8%. Dengan jenis pendidikan yang terendah yang tidak tamat SD dan yang
tertinggi yang tamat SMA. Untuk kepentingan penelitian pendidikan di
kategorikan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan rendah yaitu dengan batasan
SMP ke bawah sebanyak 28 responden (29,2%) dan yang pendidikan tinggi yaitu
dengan batasan SMP ke atas sebanyak 68 responden (70,8%).

Tabel 5.2
Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pendidkan Frekuensi (f) Persentase (%)

Rendah 28 29,2
Tinggi 68 70,8

Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


42

5.2.3. Gambaran pengetahuan ibu tentang Imunisasi


Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa ibu yang mempunyai skor jawaban
tinggi tentang pengertian imunisasi terdapat 66 ibu (68,8%). Terdapat 51
responden (53,1%) yang mendapat nilai tertinggi pada pertanyaan ada berapa
macam jenis imunisasi. Ada 59 ibu (61,5%) yang mempunyai skor jawaban tinggi
tentang DPT/Hb diberikan sebanyak 3 kali. Ada 83 ibu (86,5%) yang mempunyai
skor jawaban tinggi tentang BCG diberikan sebanyak 1 kali pada bayi. Terdapat
hanya 34 ibu (35,4%) yang mempunyai skor tinggi tentang polio di berikan
sebanyak 4 kali pada bayi, terdapat 74 ibu (77,1%) yang mempunyai skor tinggi
tentang Campak di berikan sebanyak 1 kali pada bayi. Ada 68 ibu (70,8%) yang
mempunyai skor jawaban tinggi tentang Hb0 diberikan 1 kali pada bayi baru lahir.
Ada 87 ibu (90,6%) yang mempunyai skor jawaban tinggi tentang ibu tahu
cara masing-masing vaksin diberikan., 82 ibu (85,4%) yang mendapatkan skor
tertinggi pada pengetahuan tentang Vaksin DPT dapat diberikan dengan cara di
suntikan. Skor tertinggi untuk pengetahuan ibu tentang cara pemberian vaksin
Polio dengan cara di teteskan sebanyak 73 responden (76,0%) serta 85 responden
yang menjawab pertanyaan tentang BCG di berikan dengan cara di suntikan atau
sekitar 88,7% yang mendapatkan nilai tertinggi. Untuk nilai tertinggi tentang cara
pemberian imunisasi Campak diberikan dengan cara disuntik dijawab oleh
responden dengan angka tertinggi sebesar 88 ibu atau 91,7%.
Jarak pemberian imunisasi yang pertama dengan selanjutnya untuk
vaksinasi yang sama nilai tertinggi didapati oleh responden sebanyak 92 ibu
(95,8%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan yang menanyakan bahwa vaksinasi
DPT/Hb akan menimbulkan efek panas mencapai skor 84 ibu (87,5%),
pengetahuan tentang vaksinasi BCG memberikan kekebalan terhadap kuman TBC
dijawab dengan nilai tertinggi hanya 59 ibu atau sekitar 61,5% dan pertanyaa yang
menerangkan bahwa vaksinasi Polio memberikan kekebalan terhadap kuman
Polio dijawab oleh 86 ibu (89,6%). Nilai tertinggi untuk pengetahuan tentang
vaksinasi Campak memberikan kekebalan terhadap virus Campak didapati skor
tertinggi yaitu 82 ibu/responden (85,4%), dan skor tertinggi untuk penilaian
vaksinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman Difteri Pertusis Tetanus hanya
didapati oleh responden sebanyak 22 ibu (22,9%) serta vaksinasi Hepatitis untuk

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


43

kekebalan kuman Hepatitis mendapat skor tertinggi sebesar 77 ibu (80,2%),


Angka tertinggi pada pengetahuan tentang Hb 0 diberikan pada usia 0-7 hari
mendapatkan skor hanya 59 ibu (61,5%) dan pertanyaan terakhir tentang kapan
imunisasi Campak di berikan mendapatkan skor 85 ibu (88,5%).

Tabel 5.3
Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

N Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Yang mengetahui


o
(f) %
1 Yang di maksud dengan imunisasi 66 68,8
2 Ada berapa macam imunisasi 51 53,1
3 DPT/Hb di berikan sebanyak 3 kali. 59 61,5
4 BCG diberikan sebanyak 1 kali. 83 86,5
5 Polio di berikan sebanyak 4 kali. 34 35,4
6 Campak di berikan sebanyak 1 kali. 74 77,1
7 Hb 0 diberikan sebanyak 1 kali. 68 70,8
8 Ibu tahu cara masing-masing vaksin diberikan 87 90,6
9 Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikan. 82 85,4
10 Vaksin polio diberikan dengan cara ditetesi. 73 76,0
12 Vaksin BCG diberikan dengan cara disuntikan. 85 88,7
13 Vaksin Campak diberikan dengan cara disuntikan. 88 91,7
14 Jarak pemberian imunisasi untuk satu jenis vaksin 30 hari. 92 95,8
15 DPT/Hb Combo memiliki efek panas pada bayi. 84 87,5
16 Vaksin BCG untuk kekebalan kuman TBC. 59 61,5
17 Vaksin Polio untuk kekebalan Terhadap virus Polio 86 89,6
Myelitis
18 Vaksin Campak untuk kekebalan virus Measles. 82 85,4
19 Vaksin DPT untuk kekebalan terhadap kuman dan virus 22 22,9
DPT
20 Vaksin Hepatitis untuk kekebalan kuman Hepatitis. 77 80,2
21 Hb 0 di berikan pada usia 0-7 hari. 59 61,5
22 Campak di berikan mulai umur 9 bulan. 85 88,5

Penilaian terhadap pengetahuan ibu mengenai imunisasi didasarkan pada


jumlah jawaban yang disebutkan oleh ibu. Terdapat 22 pertanyaan yang diajukan
diberikan bobot/nilai masing – masing pertanyaan yang pilihan jawabannya
disebutkan atau jawaban benar adalah 1 dan bila jawaban yang tidak disebutkan
atau salah diberi nilai 0, dengan demikian hasil terendah adalah 0 dan nilai
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


44

tertinggi adalah 22. Semakin besar nilai pengetahuan maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan, didasarkan pada pengkodean yang dilakukan. Penelitian
pengetahuan ibu mengenai imunisasi dikategorikan menjadi tinggi dan rendah
dengan menggunakan mean (38,64) sebagai cut off point karena data terdistribusi
normal dengan uji skewnest (-1,756 : 0,246) Nilai pengetahuan yang lebih dari
mean dikategorikan baik sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean
maka dikategorikan kurang, dapat diketahui ibu yang pengetahuannya kurang
lebih sedikit daripada ibu yang pengetahuannya baik. Pada tabel berikut distribusi
responden menurut tingkat pengetahuan terlihat bahwa tingkat pengetahuan
kurang berjumlah 25 orang dengan proporsi 26% dan yang berpengetahuan baik
sebanyak 71 orang dengan proporsi 74%.

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Imunisasi Di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Pengetahuan Ibu tentang imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%)

Kurang 25 26
Baik 71 74

Total 96 100

5.2.4 Gambaran sikap ibu


Berdasarkan tabel yang telah dibuat di bawah diketahui bahwa sikap ibu
yang setuju dengan imunisasi yang diberikan pada bayi adalah yang bersikap
negatif 1 ibu (1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu
yang menyatakan bahwa imunisasi itu bermanfaat untuk kesehatan bayi mereka di
masa yang akan datang yang mempunyai sikap negatif terdapat1 ibu (1,0%) dan
yang bersikap positif terhadap pernyataan tersebut sebesar 95 orang (98,9%).
Pernyataan pada imunisasi yang di berikan pada bayi mereka saat usia 0 – 14
bulan akan berdampak baik pada perkembangan bayi dijawab oleh ibu yang
bersikap negatif sebanyak 1 ibu (1,0%), bersikap positif ada 95 ibu (98,9%).
Sikap ibu tentang imunisasi wajib di berikan secara lengkap pada bayi usia
0 – 14 bulan yang bersikap negatif sebanyak 1 orang (1,0%) yang bersikap positif
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


45

sebanyak 95 orang (98,9%). Diketahui bahwa sikap ibu yang setuju dengan
mendapatkan pelayanan imunisasi di posyandu yang bersikap negatif 1 orang ibu
(1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu yang
menyatakan bahwa ibu setuju terhadap imunisasi yang dilaksanakan di posyandu
yang mempunyai sikap negatif terdapat 2 ibu (2,1%) dan yang bersikap positif
terhadap pernyataan tersebut sebesar 94 orang ( 97,0%).
Pernyataan yang menyatakan imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan
dijawab oleh ibu yang bersikap negatif sebanyak 3 ibu (3,1%) dan yang bersifat
positif berjumlah 93 ibu (96,9%). Sikap ibu tentang bila bayi panas saat setelah di
imunisasi, pada bulan berikutnya akan di suntikan lagi dengan imunisasi yang
sama yang bersikap negatif sebanyak 7 orang (7,3%) yang bersikap positif
sebanyak 89 orang (92,7%). Pernyataan sikap ibu tentang sebaiknya imunisasi di
layani atau dilaksanakan oleh seorang bidan di jawab negatif oleh 11 orang ibu
(11,5%) dan yang menjawab positif sebanyak 85 orang ibu (88,5%). Yang
terakhir ibu yang menyatakan sikap setuju bila imunisasi itu bayar di jawab
negatif oleh 11 orang ibu (11,5%) dan yang menjawab positif 85 orang ibu
(88,5%).

Tabel 5.5
Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011

No Pernyataan Skor sikap


Negatif Positif
F % F %
1. Setuju dengan imunisasi 1 1,0 95 98,9
2. Imunisasi bermanfaat untuk kesehatan bayi 1 1,0 95 98,9
3. Imunisasi berdampak baik bagi perkembangan 1 1,0 95 98,9
bayi
4. Imunisasi wajib di berikan secara lengkap 1 1,0 95 98,9
5. Pendapat tentang imunisasi di posyandu 1 1,0 95 98,9
6. Setuju terhadap imunisasi di posyandu 2 2,1 94 97,0
7. Imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan 3 3,1 93 96,9
8. Bila bayi panas saat setelah di suntik, bulan 7 7,3 89 92,7
berikutnya di suntik lagi dengan imunisasi yang
sama.
9. Sebaiknya imunisasi di layani oleh bidan 11 11,5 85 88,6
10. Setuju bila imunisasi bayar 11 11,5 85 88,5

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


46

Hasil analisis didapatkan rata - rata skor sikap adalah 33,81, dengan
standar deviasi 3,864. Dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 40. Penilaian
terhadap sikap ibu mengenai imunisasi lengkap didasarkan pada jawaban yang
disebutkan oleh ibu. Terdapat 10 pertanyaan yang diajukan diberikan bobot/nilai
masing–masing pertanyaan yang pilihan jawabannya disebutkan atau jawaban
dengan score tertinggi pada sikap positif adalah 4 dan bila jawaban dengan score
terendah dengan sikap negatif diberi nilai 1, dengan demikian hasil terendah
adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Semakin besar nilai sikap maka sikap ibu
akan lebih positif didasarkan pada pengkodean nilai/bobot yang dilakukan.
Penelitian sikap ibu mengenai imunisasi lengkap dikategorikan menjadi positif
dan negatif dengan menggunakan mean (33,81) sebagai cut off point karena data
terdistribusi normal dengan uji skewness. Nilai sikap yang lebih dari mean
dikategorikan positif sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean maka
dikategorikan negatif, dapat diketahui ibu yang sikap positif lebih sedikit daripada
sikap ibu yang sikap negatif. Pada tabel berikut ini distribusi responden menurut
sikap negatif terlihat berjumlah 38 orang dengan proporsi 39,6% dan yang
bersikap positif sebanyak 58 orang dengan proporsi 60,4%.

Tabel 5.6
Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi Di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Sikap Ibu dalam imunisasi bayi Frekuensi (f) Persentase (%)

Negatif 38 39,6

Positif 58 60,4

Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


47

5.2.5 Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi.


Daro 96 responden yang tersebar didapatkan informasi jawabanya yang
rata-rata sama seperti yang terdapat dalam Tabel 5.7 dibawah ini. Dari 6 variabel
yang diteliti oleh penulis angka yang didapat tidak ada angka yang menonjol
baik itu lebih ataupun kurang.

Tabel 5.7
Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase (%)


Apakah di tempat ibu tinggal terdapat Posyandu
Ya 92 95,8
Tidak 4 4,2
Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu
untuk mencapai tempat layanan posyandu
<500m 83 86,5
500-1000 m 9 9,4
>1000 m 4 4,2
Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu
dengan tempat layanan imunisasi
Dekat 88 91,7
Jauh 8 7,3
Untuk mencapai tempat layanan imunisasi
kendaraan apa yang ibu pergunakan
Kendaraan pribadi 6 6,3
Kendaraan umum 9 9,4
Jalan kaki 81 84,4
Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai
tempat tersebut
<Rp.5000 83 86,5
Rp.5000-Rp.10.000 7 7,3
>Rp.10.000 6 6,3
Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang
harus ibu keluarkan untuk mencapai layanan
posyandu
Murah 94 97,9
Mahal 2 2,1

Gambaran yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu


tergambarkan bahwa ada tersedia 92 jawaban ibu dengan proporsi 95,8% ibu yang
menyatakan bahwa di tempat mereka terdapat tempat layanan imunisasi dan ada 4

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


48

ibu dengan proporsi 4,2% yang menjawab bahwa di tempatnya tidak tersedia
tempat pelayanan imunisasi.

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Layanan Imunisasi
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Ketersediaan tempat layanan imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Tersedia 92 95,8

Tidak ada 4 4,2

Total 96 100

5.2.6. Gambaran Persepsi tentang Biaya Imunisasi.


Persepsi ibu tantang biaya yang harus dikeluarkan ibu dalam
mengimunisasi bayi dengan lengkap terdapat angka yang dominan dimana hampir
semua ibu mengatakan bahwa ia harus membayar imunisasi mengatakan bahwa
biaya imunisasi yang harus ia keluarkan termasuk murah. Dari 96 responden
hanya 79 responden yang mengaku membayar untuk mendapatkan layanan
imunisasi. Imunisasi dasar di puskesmas ini sebenarnaya gratis, berdasarkan
wawancara untuk data pendukung yang peneliti lakukan terhadap kader kesehatan
yang ada diwilayah Puskesmas biaya yang ditarik dari masyarakat itu hanya
berupa dana partisipasi masyarakat untuk perkembangan posyandu jadi bukan
anggaran wajib yang harus dikeluarkan oleh ibu-ibu yang memiliki balita yang
akan mengimunisasi bayinya di posyandu. Karena ini hanya berupa dana
partisipasi jadi hampir semua ibu yang menbayar menjawab murah dan hanya ada
6 responden yang menjawab bahwa imunisasi tersebut mahal.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


49

Tabel 5.9
Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ibu membayar untuk mendapatkan
layanan imunisasi
Ya 79 82,3
Tidak 17 17,7
Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mendapatkan layanan imunisasi
<Rp.5000 44 45,8
Rp.5000-Rp.10.000 25 26,0
>Rp.10.000 10 10,4
Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang
harus ibu keluarkan untuk mendapatkan
layanan imunisasi tersebut
Murah 73 76,0
Mahal 6 6,3

Berdasarkan hasil gambaran yang di dapat ada 83 ibu yang menyatakan


bahwa imunisasi yang menyatakan bahwa biaya untuk mendapatkan layanan
imunisasi dianggap murah dengan proporsi 86,5% dan ada 13 orang ibu yang
menjawab bahwa biaya untuk mendapatkan layanan imunisasi itu mahal atau
sekitar 13,5 %.

Tabel 5.10
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang Biaya Untuk Imunisasi di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Persepsi ibu tentang biaya imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Mahal 13 13,5
Murah 83 86,5

Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


50

5.2.7 Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam Imunisasi bayi


Dari 96 responden tedapat 91 responden yang menyatakan bahwa ia
mengantarkan sendiri bayinya yang akan diimunisasi dan 5 responden yang tidak
sempat membawa anaknya ke tempat layanan posyandu, dari data yang ada
diantara ibu-ibu yang tidak sempat membawa bayinya untuk imunisasi
dikarenakan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dianggap sejalan
denga jawaban yang lain dari responden karena 83 responden menjawab bahwa
mereka mengantar bayi ketempat layanan imunisasi pada pagi hari. Sebagaimana
diketahui bahwa pagi hari adalah awal kegiatan para ibu rumah tangga dalam
mengerjakan semua pekerjaan rumahnya.

Tabel 5.11
Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Faktor yang dinilai Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk
mendapatkan layanan imunisasi
Ya 91 94,8
Tidak 5 5,2
Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk
mendapat layanan imunisasi
Pagi 83 86,5
Siang 3 3,1
Sore 5 5,2
Siapa yang membawa balita ibu ke tempat
layanan imunisasi
Suami 3 3,1
Orang Tua 13 13,5
Pembantu 17 17,7
Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu
sendiri ke tempat pelayanan imunisasi
Bekerja di luar rumah 1 1,0
Tidak sempat karena mengerjakan pek rumah 9 9,4
Tidak tega melihat anak menangis 7 7,3

Distribusi responden menurut ketersediaan waktu ibu untuk membawa


anaknya untuk imunisasi terlihat bahwa ibu yang mempunyai waktu dalam
membawa anak mereka ke tempat layanan imunisasi berjumlah 91 orang dengan

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


51

proporsi 94,8% dan yang tidak mempunyai waktu untuk membawa anak mereka
ke tempat layanan imunisasi sebanyak 5 orang dengan proporsi 5,2%.

Tabel 5.12
Distribusi Responden berdasarkan ketersediaan waktu untuk imunisasi di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Ketersediaan waktu ibu untuk imunisasi Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Ada 5 5,2


Ada 91 94,8

Jumlah 96 100

5.2.8. Gambaran dukungan suami dalam imunisasi bayi


Suami dalam mendukun ibu untuk mengimunisasi bayi mereka secara
lengkap pada prinsifnya mereka semua mendukung, hanya saja dukungan yang
diberikan sang suami berbeda-beda. Ada suami yang hanya memberikan biaya
saja tanpa melakukan tindakan apapun dan ada juga yang mau mengantarkan ibu
dan bayi mereka ke tempat layanan imunisasi. Namun ada juga suami yang hanya
iya saja atas apapun yang disarankan sang istri dan ada juga 12 respon yang
pernah hanya menyuruh orang lain untuk mengantarkan bayi mereka ketempat
layanan imunisasi.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


52

Tabel 5.13
Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Dukungan Suami Frekuensi (f) Persentase(%)
Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu
ingin mengimunisasikan bayi ibu?
Ya 92 95,8
Tidak 4 4,2
Suami ikut mengantar ke pusat layanan
imunisasi.
Ya 70 72,9
Tidak 26 27,1
Suami ikut memberikan materi untuk biaya ke
pusat pelayanan imunisasi
Ya 67 69,8
Tidak 29 30,2
Suami ikut memberikan masukan dan saran
agar mengimunisasi bayi mereka segera ke
pusat pelayanan imunisasi yang terdekat 62 64,6
Ya 34 35,4
Tidak
Suami ikut hanya iya saja atas apa yang di
katakan sang istri tanpa bertindak apapun
Ya 23 24,0
Tidak 73 76,0
Suami ikut menyuruh orang lain untuk
mengantar sang istri pergi ke tempat layanan
imunisasi.
Ya 12 12,5
Tidak 84 87,5

Berdasarkan hasil yang didapat bahwa ada 92 ibu (95,8%) yang menilai
suaminya mendukung dalam mengimunisasi bayi mereka, sedangkan hanya 4 ibu
(4,2%) yang menilai bahwa suaminya tidak mendukung dalam mengimunisasi
anak mereka.
Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam Imunisasi Bayi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan suami Frekuensi (f) Persentase (%)


Tidak mendukung 4 4,2
Mendukung 92 95,8
Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


53

5.2.9 Gambaran dukungan tenaga kesehatan dalam imunisasi.


Dari 87 responden yang menjawab bahwa tenaga kesehatan mendukung
mereka untuk dapat mengimunisasi bayinya dengan lengkap ada angka yang
sangat menonjol yaitu hanya ada 10 responden yang menjawab bahwa tenaga
kesehatan mau memberikan penyuluhan di mesjid-mesjid dalam acara pengajian,
juga hanya ada 19 petugas yang memberikan leaflet kepada masyarakat.

Tabel 5.15
Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan Tenaga Kesehatan Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ada tenaga kesehatan (perawat,
bidan ,dokter ) yang pernah menganjurkan
ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi
ibu?
Ya 87 90,6
Tidak 9 9,4
Petugas Memberi penyuluhan di puskesmas
Ya 47 49
Tidak 49 51
Petugas memberikan penyuluhan di posyandu
Ya 66 68,8
Tidak 30 31,2
Petugas memberikan penyuluhan di mesjid
Ya 10 10,4
Tidak 86 89,6
Petugas memberikan penyuluhan ke rumah-
rumah
Ya 32 33,3
Tidak 64 66,7
Petugas Memberikan leaflet
Ya 19 19,8
Tidak 77 80,2

Dari tabel yang ada di gambarkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dalam
kegiatan imunisasi bayi yang mendukung sebanyak 87 ibu atau dengan proporsi
90,6% dan yang tidak mendukung kegiatan imunisasi bayi ada sebanyak 9 orang
ibu atau dengan proporsi 9,4%.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


54

Tabel 5.16
Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Nakes dalam Imunisasi Bayi
di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan tenaga kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%)


Mendukung 87 90,6
Tidak 9 9,4

Total 96 100

5.2.10 Gambaran dukungan kader kesehatan


Hanya ada 21 responden yang menjawab bahwa anak mereka pernah
mendapatkan hadiah di saat anaknya berusia 12 bulan dan imunisasinya telah
lengkap. Juga hanya ada 24 ibu yang menjawab bahwa kader kesehatan pernah
mengantar petugas atau tenaga kesehatan dating ke rumahnya untuk
mengimunisasi bayi sang ibu. Pada variabl pertanyaan yang lain prinsifnya kader
kesehatan mendukung semua program kesehatan yang ditawarkan oleh tenaga
kesehatan.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


55

Tabel 5.17
Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan Kader Kesehatan Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ada tenaga kader kesehatan yang
pernah menganjurkan ibu untuk memberikan
imunisasi pada bayi ibu?
Ya 85 88,5
Tidak. 11 11,5
Kader kesehatan Mengajak ibu untuk ke
posyandu
Ya 61 63,5
Tidak. 35 36,5
Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi
ibu
Ya 63 65,6
Tidak. 33 34,4
Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu
untuk melakukan kunjungan rumah
Ya 24 25
Tidak. 72 75
Memberikan hadiah kepada balita yang
imunisasinya lengkap pada usia tepat 12
bulan
Ya 21 21,9
Tidak. 75 78,1

Ada 85 jawaban ibu atau sekitar 88,5% yang menjawab bahwa kader
kesehatan sangat mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan
imunisasi bayi mereka dan ada 11 ibu yang menjawab bahwa kader tidak
mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan imunisasi anak
mereka.
Tabel 5.18
Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Dukungan kader kesehatan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak mendukung 11 11,5

Mendukung 85 88,5

Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


56

5.2.11. Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga dekat.


Data yang diperoleh dari 96 responden terdapat angka yang sama antara
larangan dari keluarga dekat dari pihak suami ataupun larangan dari keluarga
dekat istri. Sehingga tidak ada data yang menonjol dalam kedua data ini.

Tabel 5.19
Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011

Larangan keluarga dekat Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ada keluarga dari pihak suami yang
melarang ibu untuk memberikan imunisasi
pada bayi ibu?
Ya 5 5,2
Tidak 91 94,8
Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang
melarang ibu untuk memberikan imunisasi
pada bayi ibu?
Ya 5 5,2
Tidak 91 94,8

Hanya 5 orang ibu atau sekitar 5,2% yang menjawab bahwa keluarga
dekat mereka dalam hal ini keluarga dekat dari suami yang tidak mendukung
mereka dalam hal mengimunisasi bayi mereka dan ada 91 orang ibu atau 94,8%
yang menjawab bahwa kelurga dekat mereka yang mendukung mereka untuk
mengimunisasikan anak-anak mereka.

Tabel 5.20
Gambaran Responden Berdasarkan Larangan Keluarga Dekat dalam
Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Larangan imunisasi dari keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)

Iya 5 5,2
Tidak 91 94,8

Total 96 100

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


57

5.2.12 Gambaran pemanfaatan Buku KIA


Dari semua reponden yang memiliki Buku KIA, peneliti menggunakan 3
variabel pertanyaan dalam mengukur pemanfaatan Buku KIA yaitu, apakah ibu
pernah membaca Buku KIA yang ibu miliki, seberapa banyak isi Buku KIA yang
dibaca dan pertanyaan terakhir seberapa mudah ibu memahami Buku KIA yang
dibaca. Pada penelitian yang dilakukan dari 96 responden ada 86 orang yang
mengaku pernah membaca Buku KIA, 48 orang responden yang mengaku hanya
sedikit membaca Buku KIA tersebut, 13 orang responden menjawab hanya
setengah dari isi Buku KIA yang dibaca dan ada 35 orang responden yang
menjawab sudah membaca semua isi Buku KIA. Pada pertanyaan seberapa mudah
ibu memahami Buku KIA, ada 65 orang responden yang menjawab bahwa ia
mudah dalam memahami Buku KIA yang ibu baca.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


58

Tabel 5.21
Gambaran Pemanfaatan Buku KIA di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi (f) Persentase(%)


Apakah ibu memiliki buku KIA?
Ya 96 96
Tidak 0 0
Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku
tersebut?
Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintah 33 34,4
Posyandu/kader kesehatan. 52 54,2
Klinik / Balai Pengobatan swasta 11 11,5
Kapan pertama kali ibu terima buku KIA
tersebut?
Pertama kali memeriksakan kehamilan. 50 52,1
Setelah beberapa kali pemeriksaan 6 6,3
kehamilan.
Saat setelah melahirkan bayi. 22 22,9
Saat selah imunisasi yang pertama 16 16,7
Tidak tahu 2 2,1
Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang
ibu miliki?
Ya 86 89,6
Tidak 10 9,4
Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang
ibu miliki?
Waktu pertama kali buku diterima 84 87,5
Baru setelah anaknya lahir. 3 3,1
Tidak ingat. 9 9,4
Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu
baca?
Sedikit 48 50,0
Setengahnya. 13 13,5
Sudah semua. 35 36,5
Seberapa mudah ibu memahami buku KIA?
Mudah 65 67,7
Tidak mudah 31 32,3
Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA
yang pernah ibu baca?
Mengerti. 85 88,5
Tidak mengerti. 11 11,5

Dari semua ibu yang menjadi responden ada sejumlah 35 ibu yang tidak
memanfaatkan buku KIA yang ia baca atau sekitar 36% dan ada 61 orang atau
63,5% yang memanfatkan Buku KIA yang mereka miliki.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


59

Tabel 5.22
Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia Di Kota
Tangerang Selatan tahun 2011

Pemanfaatan Buku KIA Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak memanfaatkan 35 36,5

Memanfaatkan 61 63,5

Jumlah 96 100

5.3 Analisis Bivariat


Variabel Independen yang meliputi faktor predisposisi (faktor pendidikan
ibu, pengetahuan ibu tentang imunisasi, dan sikap ibu terhadap imunisasi), faktor
enabling (ketersediaan tempat layanan imunisasi, ketersediaan biaya untuk
imunisasi, dan ketersediaan waktu ibu untuk mengimunisasi bayi), faktor
reinfotcing (dukungan suami dalam imunisasi anak, dukungan keluarga dekat
dalam imunisasi anak, dukungan petugas dalam pelayanan imunisasi, dukungan
kader kesehatan dalam pelayanan imunisasi serta pemanfaatan buku KIA. Analisis
bivariat dilakukan terhadap variabel independen yang ada dengan variabel
dependen yaitu dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi, dengan
menggunakan uji T test, dan uji chi Square, yang bertujuan untuk mencari
hubungan antara variabel dependen dengan variabel dependen.

5.3.1. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang mengimunisasi bayi lengkap
dengan faktor pendidikan, pengetahuan dan sikap.
Dari total 28 responden yaitu sekitar 9 orang atau sekitar 32,1 % ibu dari
respoden yang berpendidikan rendah memiliki status imunisasi tidak lengkap dan
ada 19 responden atau sekitar 67,9% yang memiliki status imunisasi lengkap.
Kemudian ada 28 orang responden atau sekitar 41,2% yang memiliki status
imunisasi tidak lengkap serta ada 40 orang responden atau sekitar 58,8 % yang
memiliki imunisasi lengkap. Dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai
p=0,408 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan perilaku ibu dalam kelengkapan imunisasi pada ibu yang
berpendidikan rendah dengan ibu yang berpendidikan tinggi atau tidak ada
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


60

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu untuk
mengimunisasi bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang di dapat yaitu
0,677 yang artinya bahwa tidak ada resiko antara responden yang berpendidikan
rendah dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka,seperti yang ditunjukkan
dalam tabel 5.23 menunjukkan hubungan antara status pendidikan tinggi dengan
kelengkapan imunisasi bayi.
Tabel 5.23
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara Pendidikan dan Perilaku
Ibu Dalam Imunisasi Bayi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Karakteristik Perilaku Imunisasi


Tidak Lengkap Lengkap Nilai p OR (95%CI)
f % F %
Pendidikan
Rendah 9 32,1 19 67,9 0,677
0,408
(0,267-1,713)
Tinggi 28 41,2 40 58,8

Rata-rata pengetahuan ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 37,41 dengan
standar deviasi 0,4317, sedangkan untuk pengetahuan ibu yang imunisasinya
lengkap adalah rata-rata pengetahuannya 39,41 dengan standar deviasi 2,978.
Hasil uji statistik di dapatkan nilai p= 0,016 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan
yang signifikan kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap.

Tabel 5.24
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara
Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Perilaku ibu Frekuensi (f) Mean Standar Standar Nilai p


dalam imunisasi Deviasi Error

Tidak lengkap 37 37,41 0,4317 0,710 0,016


Lengkap 59 39,41 2,978 0,388

Rata-rata sikap ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 33,5135


dengan standar deviasi 4,17414 sedangkan untuk sikap ibu yang imunisasinya
lengkap adalah rata-rata sikapnya 34,0000 dengan standar deviasi 3,68127. Hasil
uji statistik di dapatkan nilai p= 0,551 (p<0,05) yang berarti ada tidak perbedaan
Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


61

yang signifikan antara kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak
lengkap.
Tabel 5.25
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara
Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Perilaku ibu Frekuensi (f) Mean Standar Standar Nilai


dalam imunisasi Deviasi Error p
lengkap
Tidak Lengkap 37 33,5135 4,17414 0,60622 0,551
Lengkap 59 34,0000 3,68127 0,47926

5.3.2. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap
dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu.
Dari total 4 responden yaitu sekitar 1 orang atau sekitar 25,0% ibu dari
respoden yang memiliki status imunisasi tidak lengkap dan ada 3 responden atau
sekitar 75,0% yang memiliki status imunisasi tidak memiliki sarana untuk tempat
pelayanan imunisasi. Kemudian total dari 92 responden ada 36 orang responden
atau sekitar 39,1% yang memiliki status imunisasi tidak lengkap serta ada 56
orang responden atau sekitar 60.9% yang memiliki imunisasi lengkap yang
memiliki tempat pelayanan untuk imunisasi di wilayahnya. Dengan hasil uji
statistik yang diperoleh nilai p=0,570 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa
tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam ketersediaan
tempat layanan imunisasi di wilayah ibu dengan yang tidak memiliki ketersediaan
tempat layanan imunisasi atau tidak ada hubungan yang signifikan antara
tersedianya tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi
bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang didapat yaitu 0,519 yang artinya
bahwa tidak ada resiko antara responden yang di wilayahnya tidak tersedia tempat
layanan imunisasi dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka, hal ini
ditunjukkan dalam Tabel 5.16 yang menunjukkan hubungan antara status
pendidikan tinggi dengan kelengkapan imunisasi bayi.
Biaya merupakan salah satu hal yang diteliti oleh peneliti. Hasil dari
penelitian ini dari jumlah 13 responden menunjukkan bahwa sekitar 5 orang
responden atau sekitar 38,5 % yang menganggap imunisasi itu mahal, memiliki

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


62

perilaku imunisasi bayi yang tidak lengkap dan 8 orang responden atau 75,0 %
ibu yang menganggap imunisasi itu mahal dengan perilaku imunisasinya lengkap.
Dari total 84 responden didapati sekitar 32 orang responden sekitar 38,6 %
mengatakan imunisasi itu murah berperilaku imunisasi tidak lengkap dan 51 orang
responden atau 61,4 % ibu yang yang menyatakan imunisasi itu murah memiliki
perilaku imunisasi lengkap. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000
(p≤0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
dalam perilaku imunisasi bayi antara yang imunisasi bayinya lengkap dengan ibu
yang imunisasi bayinya tidak lengkap dalam persepsi biaya yang harus di
keluarkan untuk imunisasi. Nilai OR yang didapat yaitu sebesar 0,996.
Hasil analisa hubungan antara tersedianya waktu ibu untuk mengantar bayi
mereka ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku ibu mengimunisasi
bayinya dengan lengkap di peroleh bahwa ada sebanyak 3 orang responden atau
sekitar 60,0 berperilaku tidak lengkap dan 2 orang responden yang tidak memiliki
waktu berperilaku imunisasi dengan lengkap. Sedangkan dari 91 responden ada 34
responden yang ada waktu perilaku imunisasinya tidak lengkap dan ada 57 orang
responden yang ada waktu untuk mengantar anak imunisasi perilaku imunisasinya
lengkap. Hasil uji statistik di peroleh p=0,311 yang artinya tidak ada hubungan
yang bermakana dalam keadaan responden ada waktu atau tidak ada waktu untuk
mengantar bayi nya ke tempat pelayanan imunisasi, atau dapat dikatakan tidak
ada hubungan yang bermakna antara tidak adanya waktu ibu dan ada waktunya
ibu untuk mengantar anak ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku
imunisasi ibu untuk melengkapinya. OR pada kesediaan waktu ibu yaitu sebesar
2,515.
Tabel 5.26 berikut menunjukan hubungan antara perilaku ibu untuk
mengimunisasi anaknya sampai lengkap dengan ketersediaan tempat layanan
imunisasi, persepsi ibu terhadap biaya dan ada tidaknya waktu ibu untuk
mengantar anak ke tempat imunisasi.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


63

Tabel 5.26
Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan
faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011

Perilaku Imunisasi
Karakteristik Tidak Lengkap Lengkap Nilai p OR (95%CI)
f % f %
Ketersediaan tempat layanan Imunisasi
0,519
Tidak Tersedia 1 25,0 3 75,0 0,570
(0,052-5,180)
Tersedia 36 39,1 56 60,9
Persepsi biaya
0,996
Mahal 5 38,5 8 61,5 1,000
(0,300-3,312)
Murah 32 38,6 51 61,4
Ketersediaan waktu
2,515
Tidak ada 3 60,0 2 40,0 0,311
(0,400-15,817)
Ada 34 37,4 57 62,6

5.3.3. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap
dengan dukungan suami, keluarga dekat, tenaga kesehatan, kader dan
pemanfaatan Buku KIA
Kategori dukungan suami dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat
bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan
dukungan dari suami sebanyak 7 orang (29,2%) dan ibu yang ada dukungan untuk
mengimunisasi sampai lengkap dari suaminya berjumlah 30 ibu (41,7%).
Sedangkan kategori dukungan suami dalam pemberian imunisasinya lengkap, ibu
yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 17 ibu (70,8%) dan yang mendapat
dukungan dari suami sebanyak 42 orang ibu atau sekitar 58,3%. Perilaku ibu
dalam imunisasi bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik
dengan dukungan suami yang ditunjukkan dengan angka 0,276 (p>0,05).
Kategori dukungan nakes dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang
imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari nakes
sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai
lengkap dari nakes berjumlah 34 ibu (40,5%). Sedangkan kategori dukungan
nakes dalam pemberian imunisasinya lengkap didapat ibu yang tidak
mendapatkan dukungan dari nakes sebanyak 9 ibu (75,0%) dan yang mendapat
dukungan dari nakes sebanyak 50 orang (59,5%). Perilaku ibu dalam imunisasi

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


64

bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan
nakes yang di tunjukan dengan angka 0,303 (p>0,05).
Kategori dukungan kader dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang
imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari kader
sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai
lengkap dari kader berjumlah 8 ibu (72,7%). Sedangkan kategori dukungan kader
dalam pemberian imunisasinya lengkap dari hasil penelitian ibu yang tidak
mendapatkan dukungan sebanyak 34 ibu (40%) dan yang mendapat dukungan
dari kader sebanyak 51 orang ibu atau sekitar 60%. Perilaku ibu dalam
mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang tidak bermakna secara
statistik dengan dukungan kader yang ditunjukkan dengan angka 0,414 (p>0,05).
Kategori larangan dari keluarga dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu
yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan mendapatkan larangan untuk
melakukan imunisasi dari keluarga dekat sebanyak 6 orang (100%) dan ibu yang
tidak dilarang untuk mengimunisasi sampai lengkap dari keluarga dekat berjumlah
34 ibu (34,4%). Sedangkan kategori larangan dari keluarga dekat dari hasil
penelitian ibu tidak ada ibu yang mendapat larangan dan yang tidak mendapat
larangan dari keluarga dekat sebanyak 59 orang ibu atau sekitar 65,6%. Perilaku
ibu dalam mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang bermakna secara
statistik dengan larangan dari keluarga dekat yang ditunjukkan dengan angka
0,003 (p<0,05). Dengan OR 2,903 (2,183-3,861) yang artinya ibu yang mendapat
larangan untuk melakukan imunisasi berpeluang 2,903 kali berperilaku imunisasi
tidak lengkap dari pada ibu yang tidak mendapat larangan dari keluarga dekat.
Manfaat buku KIA dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat
bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak memanfaatkan buku
KIA sebanyak 20 orang (57,1%) dan ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA
dengan imunisasi lengkap berjumlah 15 ibu (42,9%). Sedangkan ibu yang
memanfaatkan Buku KIA dan imunisasinya tidak lengkap berjumlah 17 ibu
(27,9%) dan yang memanfaatkan Buku KIA dengan baik dan imunisasi bayinya
lengkap berjumlah 44 orang atau sekitar 72,1% Perilaku ibu dalam imunisasi
memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pemanfaatan Buku
KIA yang ditunjukan dengan nilai p= 0,009(p<0,05) dengan OR 3,451 (1,442-

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


65

8,259) yang artinya ibu yang memanfaatkan Buku KIA memiliki peluang 3,451
kali untuk berperilaku imunisasi dengan lengkap dibandingkan dengan ibu yang
tidak memanfaatkan Buku KIA.

Tabel 5.17
Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan
dukungan dari suami,dukungan dari tenaga kesehatan,dari kader kesehatan
serta larangan imunisasi dari keluarga terdekat dan pemanfaatan Buku KIA
oleh Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Perilaku Imunisasi
OR
Karakteristik Tidak Lengkap Lengkap Nilai p
(95%CI)
f % F %
Dukungan Suami
0,576
Tidak mendukung 7 29,2 17 70,8 0,276
(0,213-1,563)
Mendukung 30 41,7 42 58,3
Dukungan Nakes
0,490
Tidak mendukung 3 25,0 9 75,0 0,303
(0,124-1,943)
Mendukung 34 40,5 50 59,5
Dukungan Kader
0,563
Tidak mendukung 3 27,3 8 72,7 0,414
(0,139-2,272)
Mendukung 34 40,0 51 60,0
Larangan keluarga
untuk Imunisasi 2,903
0,003
Melarang 6 100 0 0 (2,183-3,861)
Tidak melarang 31 34,4 59 65,6
Pemanfaat buku KIA
Tidak memanfaatkan 20 57,1 15 42,9 3,451
0,009
(1,442-8,259)
Memanfaatkan 17 27,9 44 72,1

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. KETERBATASAN PENELITIAN


Sebelum membahas hasil penelitian ini, dalam penelitian ini dijumpai
beberapa keterbatasan antara lain :
1. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana pengukuran variabel-
variabelnya dilakukan sekaligus dalam waktu yang sama. Penelitian ini
merupakan rancangan penelitian yang paling lemah untuk penelitian
deskriptif karena hubungan yang didapatkan hanyalah menunjukkan
keterkaitan saja, bukan merupakan hubungan kausalitas sehingga hanya
dapat menganalisis keterkaitan hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
2. Bias
Bias informasi adalah cara mengamati, melaporkan, mengukur, mencatat,
mengklasifikasi dan menginterprestasikan status pajanan atau outcome,
mengakibatkan distorsi pengaruh pajanan terhadap outcome (murti,1997),
atau adanya kemungkinan terjadi metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner melalui wawancara langsung. Bias informasi besar
kemungkinan terdapat baik dari responden maupun dari pewawancara
sendiri.
Bias seleksi, seleksi yang dilakukan berdasarkan pencatatan, berpeluang
terjadinya bias akibat pencatatan yang kurang sistematis. Terhadap data
yang diragukan, penulis melakukan konfirmasi kepada responden dengan
melihat buku KIA yang dimilikinya. Ketidak jelasan pencatatan yang tidak
bisa dikonfirmasi, atau tidak ada penjelasan, maka data tersebut di
keluarkan dari pemilihan.
3. Pewawancara mungkin seolah mengarahkan jawaban sesuai dengan
harapannya atau pewawancara kurang sabar, sehingga mempengaruhi
jawaban dari responden. Kemungkinan jawaban responden dapat bersifat
subjektif sehingga kebenaran data tergantung dari kejujuran responden,

65 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


66

keseriusan responden dalam menjawab pertanyaan dan kesabaran petugas


wawancara. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut diupayakan dengan
mencari tenaga pewawancara yang berasal dari seorang kader masyarakat
terlatih yang bertugas sebagai kader kesehatan setempat sehingga responden
lebih terbuka.

6.2. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


1. Kepatuhan ibu dalam mengimunisasi anak secara lengkap
Hasil penelitian ini didapatkan status imunisasi dasar lengkap pada
anak sebesar 61,5 persen dan yang tidak lengkap sebesar 38,5 persen. Ini
menunjukkan ada 59 ibu yang perilakunya patuh untuk mengimunisasikan
bayinya di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Sebagian
besar ibu memiliki kepatuhan terhadap imunisasi, hal ini didukung dengan
pengetahuan dan sikap ibu yang rata-rata memiliki pengetahuan yang baik
dan sikap yang positif terhadap imunisasi. Peneliti mengasumsikan bahwa
perilaku ibu yang patuh terhadap imunisasi juga dikarenakan ketersediaan
tempat, biaya dan waktu imunisasi sesuai dengan karakteristik ibu di
wilayah puskesmas Ciputat Timur.
Dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader dalam
bentuk penyuluhan juga merupakan faktor yang sangat penting dalam
memotivasi ibu untuk berperilaku mengimunisasikan anak dengan lengkap.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ladifre
tahun 2009 bahwa status imunisasi pada anak hanya 28.2%.

2. Faktor predisposisi
a. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Hasil penelitian yang didapat dalam univariat pendidikan ibu
dibedakan menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan
tinggi yang menjadi batasannya yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Sesuai
dengan Hull dan Hull dalam Aris (2004) yang menjelaskan bahwa
pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam
mengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anaknya serta

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


67

meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan yang ada. Tingkat


pendidikan seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan hal-hal yang bersifat
positif atau menguntungkan (Green, 2005). Tingkat pendidikan seorang ibu
akan mempengaruhi kualitas keluarga terutama berkaitan dengan akses
terhadap pelayanan kesehatan (Sukmara, 2000). Sejalan dengan Sulastri
tahun 2002 yang menyatakan pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi
pada anaknya.

b. Hubungan antara pengetahuan ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi.


Pengetahuan ibu dibagi atas 2 yaitu ibu dengan pengetahuan kurang
dan ibu dengan pengetahuan baik. p value pada penelitian ini 0,016 yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
seseorang. Hal ini juga didukung dalam Notoatmodjo (2003)
mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap waktu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni dengan penglihatan,
dengar, cium, rasa dan raba. Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih melekat daripada perilaku yang tidak
didasari dengan pengetahuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh azmi (2005) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden
berhubungan dengan perilaku pemberian imunisasi hepatitis B1 pada bayi
0-7 hari. Sari (2005) juga mengatakan dalam penelitiannya di kecamatan
Cengkareng bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai
imunisasi berpeluang untuk tidak memberikan imunisasi pada bayinya
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai
imunisasi.
Pada pertanyaan pengetahuan yang peneliti buat ibu/responden
mempunyai pengetahuan kurang terhadap pertanyaan kepanjangan dari
DPT, sehingga dalam hal ini pengetahuan ibu tentang imunisasi harus

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


68

diperdalam khususnya tentang apa tujuan dari imunisasi dan manfaat serta
singkatan dari imunisasi dasar yang harus diterima oleh bayi responden.
Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal maka akan mendukung orang tersebut dalam
menentukan suatu tindakan atau keputusan, sehingga diperlukan
peningkatan pengetahuan ibu tentang apa yang terdapat dalam Buku KIA
dan pengetahuan ibu tentang imunisasi sehingga akan membantu ibu dalam
pengambilan keputusan yang baik dalam semua tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan khususnya imunisasi.
c. Hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Sikap ibu dibagi atas 2 sikap yaitu yang bersikap positif dan yang
bersikap negatif yang dibagi berdasarkan Mean 3,63 sebagai cut off point
dengan uji skewnest (-0,253 : 0,246 = -1,028) karena data terdistribusi
dengan normal. Sikap yang nilainya di atas Mean dikategorikan negatif dan
nilai yang diatas mean dikategorikan sebagai sikap positif. Pada hasil
bivariat didapat bahwa ibu yang berperilaku imunisasi tidak lengkap dengan
mean 33,5135 dan perilaku ibu yang imunisasi lengkap dengan hasil mean
34,0000 dengan p value 0,551 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Menurut Newcomb (Soekidjo Notoatmodjo,2003) sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat
dengannya. Karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dalam penelitian ini nampak bahwa ibu lebih memilih sikap yang
negatif.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


69

3. Faktor pemungkin.
a. Hubungan antara ketersediaan tempat layanan imunisasi dengan perilaku
ibu dalam imunisasi lengkap.
Pada penelitian yang dilakukan hasil uji bivariat didapati 25% saja yang
menjawab di tempat responden pada perilaku ibu yang tidak lengkap dan ada
60,9% jawaban yang menyatakan ditempatnya tersedia tempat layanan imunisasi
dari perilaku ibu dalam imunisasi lengkap dengan p value 0,570 (p>0,05) disini
nampak bahwa tidak ada hubungan antara tempat layanan imunisasi dengan
perilaku ibu dalam imunisasi lengkap.
Sebagian besar ibu mengakui bahwa ketersediaan tempat layanan
imunisasi sudah cukup baik. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini didukung
dengan jarak tempat tinggal ibu dengan tempat layanan imunisasi dapat ditempuh
dengan tidak mengeluarkan biaya karena jarak yang dekat (< 500 m).
Sejalan dengan hasil pengkajian oleh WHO terutama di negara-negara
berkembang terlihat bahwa faktor pendukung/ sarana dan prasarana tidak
mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Menurut Sukmana (2000) faktor
pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap jarak. Makin jauh jarak suatu
pelayanan kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan
tertentu sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan.
Dalam penelitian Sembiring (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang jarak
tempat tinggalnya dekat dengan pelayanan kesehatan, bayinya memiliki
kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarak tempat
tinggalnya jauh dari Puskesmas.

b. Persepsi ibu terhadap biaya imunisasi.


Pada penelitian ini nampak tidak ada hubungan yang bermakna antara
biaya yang harus dikeluarkan seorang ibu untuk biaya imunisasi bayinya, hal ini
dapat dilihat dalam nilai p = 1,000 (p>0,05). Terdapat 13.5% ibu yang
berpendapat bahwa biaya imunisasi mahal dan 86.5% responden yang
berpendapat biaya imunisasi murah. Ini membuktikan bahwa sebagian besar ibu
sanggup untuk mengeluarkan biaya untuk mengimunisasikan anaknya karena
biaya murah (< 5000). Dan ada sebagian ibu yang mengatakan bahwa imunisasi

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


70

gratis. Hal ini membuktikan bahwa ibu berpeluang sangat besar untuk
mengimunisasi anaknya karena biaya untuk imunisasi masih dapat dijangkau oleh
keluarga responden yang mayoritas dengan ekonomi menengah ke bawah.
Sebagian responden membayar imunisasi dikarenakan adanya biaya untuk
administrasi posyandu yang dikelola oleh kader setempat.
Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu
terhadap biaya. Makin mahal biaya/ jasa yang harus dikeluarkan suatu pelayanan
kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan tertentu
sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan. Dalam
penelitian Sembringin (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki lebih
banyak materi (uang) maka bayinya memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar
dibanding dengan ibu yang tidak memiliki materi lebih sedikit.

c. Ketersediaan waktu ibu untuk mengantar bayinya ke tempat pelayanan


imunisasi.
Hanya 5.2% ibu yang tidak ada waktu untuk mengantarkan bayinya ke
tempat layanan imunisasi dan 94.8% ibu mempunyai waktu untuk mengantar
bayinya ke posyandu. Proporsi yang sangat besar pada ibu yang mempunyai
waktu untuk mengantar anaknya sendiri ke tempat layanan imunisasi oleh karena
rata-rata ibu tidak bekerja di luar rumah dan ibu yang bekerja di luar rumah masih
mempunyai waktu untuk mengantar anaknya untuk imunisasi. Adapun alasan dari
ibu yang tidak mempunyai waktu untuk mengimunisasi anaknya adalah tidak
sempat karena melakukan pekerjaan rumah dan tidak tega melihat anaknya
menangis.
Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu
terhadap waktu. Makin sedikit waktu ibu di rumah maka makin sukar ibu akan
mengantarkan anaknya ke tempat pelayanan kesehatan. Dalam penelitian
Sembringin (2004) hasil menunjukan bahwa ibu yang sering tinggal di rumah
memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarang
tinggal di rumah.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


71

4. Faktor penguat.
a. Dukungan Suami
Sebagian besar suami mendukung ibu untuk mengimunisasi anaknya
(95.8%) dan yang tidak mendukung hanya 4.2%. Hal ini didukung dengan
sebagian besar responden yang tidak sempat membawa anaknya ke tempat
pelayanan imunisasi maka suami ibu yang membawa anaknya untuk
mengimunisasi anaknya. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa
dukungan suami yaitu dengan mengantarkan ibu untuk mengimunisasi anaknya,
membayar biaya imunisasi dan selalu menyegerakan untuk mengimunisasi
anaknya.
Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Green, (2005)
menjelaskan tokoh atau orang yang secara bermakna berpengaruh terhadap
perilaku ditentukan oleh tatanan lingkungan dan budaya yang dianut. Demikian
juga yang dikemukakan oleh Hosland, et al (1953) juga menegaskan bahwa faktor
terakhir yang menentukan perubahan adalah faktor reinforcement atau dorongan
dari lingkungan terdekat sehingga menimbulkan stimulus yang akan mempunyai
efek tindakan/ perubahan perilaku individu (Notoatmodjo, 2007).

b. Larangan Keluarga Dekat


Kategori larangan keluarga dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian yang
dilakukan didapat bahwa ibu yang mendapat larangan dari pihak keluarga untuk
mengimunisasi bayinya sebanyak 5.2% dan ibu yang didukung adalah 94.8%.
Larangan dari pihak keluarga timbul baik dari pihak keluarga istri maupun dari
pihak keluarga suami. Namun sebagian besar keluarga sangat mendukung dengan
perilaku ibu untuk mengimunisasi bayinya. Hal ini didukung dengan karekteristik
keluarga yang sebagian besar merupakan keluarga inti sehingga faktor keluarga
besar kurang berpengaruh terhadap keputusan ibu dalam mengambil keputusan
untuk mengimunisasi anaknya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun
2000 bahwa keluarga yang tidak melarang terhadap imunisasi sebanyak 50.9%.
Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang berjudul ‘Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi TT WUS Di Puskesmas Anyer

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


72

Kabupaten Serang Tahun 2001” oleh Hary Purwanto menunjukkan bahwa anjuran
dari sektor non kesehatan yaitu keluarga dan teman meningkatkan peluang untuk
memperoleh imunisasi TT WUS ketiga 7,14 kali dibandingkan responden yang
tidak mendapatkan anjuran karena menurut Becker, 1974 keluarga, teman dan
orang terdekat akan berpengaruh secara normatif terhadap seseorang sehingga
memudahkan proses pengaturan diri terhadap perubahan perilaku (Purwanto,
2001).

c. Dukungan Nakes
Sebagian besar tenaga kesehatan sangat mendukung perilaku ibu dalam
mengimunisasi anaknya (90.6%) dan yang tidak mendukung hanya 9.4%.
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan
penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang
melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi
penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nasril tahun 2000 yang menyatakan bahwa proporsi lebih besar pada tenaga
kesehatan yang mendukung sebesar 55.5%.

d. Dukungan Kader Kesehatan


Sebagian besar kader mendukung perilaku ibu dalam mengimunisasi
anaknya yaitu sebesar 88.5% dan yang tidak mendukung hanya 11.5%. Hal ini
didukung dengan banyaknya kader yang mengajak ibu ke posyandu,
menganjurkan ibu untuk mengimunisasi anaknya, terkadang ada juga kader yang
mengantarkan petugas kesehatan ke rumah ibu untuk melakukan kunjungan
rumah serta ada juga kader yang memberi reward pada balita yang mempunyai
status imunisasi yang lengkap tepat diusianya 12 bulan. Hal ini juga didukung
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kader yang mendukung
imunisasi sebesar 60% ibu mengimunisasi bayinya sampai 12 bulan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril
pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa 69.1% kader selalu memberi dukungan
dalam pemanfaatan buku KIA oleh ibu.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


73

e. Pemanfaatan buku KIA


Sebesar 63.5% ibu yang memanfaatkan buku KIA dan hanya 36.5% ibu
yang tidak memanfaatkan buku KIA dengan baik, terdapat 86.4% ibu yang pernah
membaca buku KIA dan mengaku bahwa buku KIA mudah dimengerti. Hal ini
juga didukung dengan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pemanfaatan buku KIA dan perilaku ibu dalam mengimunisasi bayinya
yang berarti bahwa semakin besar ibu mengerti tentang buku KIA maka akan
semakin tinggi kesadaran ibu untuk berperilaku mengimunisasi anaknya dengan
lengkap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumayati pada
tahun 2008 bahwa sebesar 77.6 % ibu yang memanfaatkan buku KIA dengan baik
di Tanah Datar dan 73% di Padang Pariaman. Hasil penelitian ini juga senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasril tahun 2000 bahwa 69.1% selalu
memanfaatkan buku KIA dengan baik.

Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan.
1. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kepatuhan ibu untuk
memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan adalah pengetahuan ibu.
Faktor predisposisi yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi adalah
pendidikan dan sikap ibu.
2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor pemungkin
yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas
usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.
3. Faktor penguat yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap
pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan adalah larangan dari keluarga dekat, dan pemanfaatan Buku
KIA. Faktor penguat yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi
adalah dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kader.

7.2 Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata Buku
KIA telah banyak tersebar di lapangan akan tetapi masih ada ibu yang belum
mengerti tentang apa yang terdapat dalam buku KIA tersebut sehingga perlu
dilakukan sosialisasi Buku KIA lebih intensif kepada ibu-ibu hamil dan ibu
balita. Pengetahuan ibu tentang imunisasi harus ditingkatan khususnya dalam
imunisasi ibu kurang memahami pengetahuan tentang imunisasi terutama
pengetahuan tentang manfaat dari masing-masing vaksinasi sehingga akan
semakin baik pemahaman ibu tentang Buku KIA dan manfaat imunisasi.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur, lebih meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan dalam pukesmas sehingga petugas akan mampu menjadi tenaga
pendidik yang handal dalam memberikan masukan dan informasi kepada

74 Universitas Indonesia

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


75

masyarakat tentang manfaat Buku KIA dan kebaikan dari imunisasi yang
lengkap. Sosialisi ini dilakukan juga sebaiknya kepada semua pihak dalam hal
ini misalnya keluarga terdekat yang masih dalam lingkungan keluarga besar
dan mereka memiliki suara dalam memberikan keputusan dalam keluarga,
sehingga dapat membuat suatu keputusan yang sama baik dari keluarga inti
(suami, istri, dan anak-anak ) serta keluarga besar (orang tua, mertua, dan yang
lainnya ).
3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, lebih meningkatkan pengetahuan
tenaga kesehatan tentang manfaat Buku KIA dan manfaat imunisasi dengan
cara melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Semakin banyak pelatihan
diharapkan semakin mahir dan kompeten tenaga kesehatan yang ada dalam
melakukan sosialisasi pemanfaatan Buku KIA dan kebaikan imunisasi lengkap.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan hanya pemanfaatan
Buku KIA dan kepatuhan dalam imunisasi yang berfokus pada ibu dengan
metode kuantitatif, diharapakan ada penelitian selanjutnya yang dapat ditinjau
lebih fokus pada tenaga kesehatan dengan metode kualitatif, sehingga informasi
mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku KIA
dan kepatuhan imunisasi dalam masyarakat dapat di kaji lebih dalam.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Buku KIA

Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Pengisian Buku KIA oleh
Kader Kesehatan.

Ariawan, Iwan (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan,
Universuty Of Massacher Setts. Diterjemahkan ole Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada.

Azmi, Akmar (2005). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap
Pemberian Imunisasi Heparitis B1 Pada Bayi 0-7 hari di Puskesmas Biha
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2005, FKM
UI Depok

Azwar, Syaififudin. (2000). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Azwar, Azrul, (1999). Pengantar Epidemiologi. Jakarta :Binarupa Aksara,

, (2007). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2,


Cetakan ke X. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2010). Menyiapkan Anak Balita


Yang Sehat dan Berkualitas. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Rangka Peningkatan Cakupan Imunisasi Rutin Serta Kesehatan Ibu dan
Anak.Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2009). Profil Kesehatan Kota


Tangerang Selatan Tahun 2009 Banten.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. (2010). Profil Kesehatan Kota


Tangerang Selatan Tahun 2010 Banten.

Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2009). Laporan Tahunan


Puskesmas Ciputat Timur.

Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, (2010). Laporan Tahunan


Puskesmas Ciputat Timur.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Green L.W, and kreuter, (2005). Health Program planning, an educational and
ecological approach, Fourth Editionotion, Rollins School Of Public Health
of Emory University, New York.

Hastono, Sutanto. (2007). Basic Data Analysis For Health Research Training,
Analisis Data Kesehatan. FKM-UI. Depok

Ayubi, Dian, (2006). Peran Kepemimpinan Transformasional Pengelola Program


Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Terhadap Status Imunisasi
Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia, Disertasi, FKM-UI, Depok

Arikunto, Suharsini, (2002). Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek,


Cetakan Keduabelas, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sri Pinti Rahmawati (2006). Analisis Faktor Sumber Daya Manusia yang
Berhunungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi Oleh Petugas
Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora. Universitas Diponegoro.

Noviyadi, Emil. (1997). Hubungan Antara Faktor Perilaku Kesehatan Ibu


Dengan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Anak Di Puskesmas Kecamatan
Matraman Jakarta Timur. Tesis , Program Pascasarjana FKM-UI, Depok

Isfan, Reza. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi


Dasar Pada Anak Di Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis. Program
Pascasarjana FKM-UI, Depok.

Kusumayati, Agustin (2008).The Effects Of Maternal and Child Health


Handbook, Utilization in West Sumatra, Indonesia, Osaka University.

W.Hendry Mosley & Lincoln C Chen (1983). Child Survival Strategies For
Research. Cambridge University Press Cambridge London New York, New
Rochelle Melbourne Sydney.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta:


Rineka Cipta

____________. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Sarwono, Sarlito Wirawan. (2004). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT
Bulan Bintang.

Sugiyono. (2008). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wirawan, Sarwono Satliko. Teori-teori Psikologi Sosial.

Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta,


Jakarta, 2005

____________, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta,


2007

____________, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

____________, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010

SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2003, Jakarta, 2003

SDKI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta, 2008

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Wawan, A. dan M. Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan


Perilaku Manusia, Dilengkapi contoh Kuesioner, Yogyakarta: Nusa Medika. 2010

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


INFORMED CONSENT
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL
DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA
BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Assalamu’alaikum Wr. Wb./ Selamat pagi/ siang/malam


Saya yang bernama Ade Riani Sandra mahasiswa dari Peminatan
Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatam Masyarakat Universitas Indonesia.
Mempunyai maksud akan melakukan penelitian mengenai hubungan antara
pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil dengan perilaku ibu memberikan imunisasi
lengkap pada bayi di atas 12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan sebagai penyelesaian akhir studi yang sedang


saya jalani. Dalam hal ini saya berharap kesediaan saudara untuk menjadi
responden dalam pengisian kuesioner mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan penelitian saya. Jawaban yang saudara berikan akan saya rahasiakan
sehingga tidak ada yang mengetahuinya. Saudara dapat menolak untuk
menjawab pertanyaan atau tidak melanjutkan wawancara dengan alasan apapun.
Partisipasi saudara dalam mengisi kueisioner penelitian ini bersifat sukarela. Saya
mengharapkan partisipasi saudara, karena pendapat saudara sangat berguna dan
penting unuk penelitian ini.

Apakah saat ini saudara bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini?
Jika iya, mohon tanda tangan anda di tempat yang telah disediakan di
bawah ini.

Ciputat timur, 2011


Responden

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


Pengumpul data :………………………………………

Tanggal :………………………………………

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL


DENGAN PRILAKU IBU MEMBERIKAN IMUNISASI LENGKAP PADA
BAYI DI ATAS 12 BULAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

No. Responden :
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :

Petunjuk:
1. Lingkarilah jawaban yang anda pilih
A. Indentitas ibu
1. Nama :
2. Tanggal lahir/ Umur :
3. Alamat :
4. No. Telepon :
5. Pendidikan :
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan ibu :
1. PNS
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Pembantu Rumah Tangga
5. Ibu Rumah Tangga

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


B. Sikap Ibu terhadap imunisasi
No. Pernyataan STS TS S SS
7 Ibu setuju dengan imunisasi yang
diselenggarakan Pemerintah.
8 Program imunisasi bermanfaat untuk
kesehatan bayi.
9 Imunisasi memberi dampak yang baik
bagi perkembangan bayi.
10 Menurut saudara imunisasi wajib di
berikan secara lengkap.
11 Bagaimana pendapat saudara tentang
imunisasi yang selama ini di
laksanakan di posyandu yang tersebar
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
Timur.
12 Setujukah saudara mengimunisasi
bayi saudara di Posyandu yang ada
dilingkungan saudara.
13 Menurut saudara pentingkah
imunisasi bagi bayi usia 0 sampai 12
bulan.
14 Bila saudara telah mengimunisasi bayi
saudara dan mengalami panas setelah
imunisasi, apakah akan saudara
berikan imunisasi yang selanjutnya.
15 Sebaiknya imunisasi pada bayi
dilayani oleh seorang bidan.
16 Setujukan saudara bila harus
membayar untuk imunisasi bayi
saudara.

Pengetahuan Imunisasi

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


17. Apa yang di maksud dengan Imunisasi?
1. Pemberian vaksin .
2. Pemberian vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah di tentukan
dan di berikan pada bayi di bawah 1 tahun.
3. Pemberian suntikan pada bayi.
4. Pemberian suntikan pada bayi agar bayi sehat dan kuat.
5. Tidak tahu
18. Ada beberapa macam imunisasi dasar yang menjadi program pemerintah?
1. 6
2. 5
3. 4
4. 3
5. Tidak tahu
19. Imunisasi DPT/Hb Combo diberikan sebanyak ?
1. 1 kali.
2. 2 kali.
3. 3 kali.
4. 4 kali.
5. Tidak tahu.
20. Imunisasi BCG diberikan sebanyak ?
1. 1 kali.
2. 2 kali.
3. 3 kali.
4. 4 kali.
5. Tidak tahu.
21. Imunisasi Polio diberikan sebanyak ?
1. 1 kali.
2. 2 kali.
3. 3 kali.
4. 4 kali.
5. Tidak tahu.
22. Imunisasi Campak diberikan sebanyak ?

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


1. 1 kali.
2. 2 kali.
3. 3 kali.
4. 4 kali.
5. Tidak tahu.
23. Imunisasi Hb 0 diberikan sebanyak ?
1. 1 kali.
2. 2 kali.
3. 3 kali.
4. 4 kali.
5. Tidak tahu.
24. Apa ibu tahu masing-masing vaksin di berikan dengan cara apa?
1. Tahu
2. Tidak tahu, (jika tahu jawab pertanyaa selanjutnya, bila tidak
langsung ke pertanyaan 30.)
25. Imunisasi Hepatitis di berikan dengan cara:
1. Di suntikan.
2. Di teteskan
26. Imunisas DPT di berikan dengan cara:
1. Di suntikan.
2. Di teteskan
27. Imunisasi Polio di berikan dengan cara:
1. Di suntikan.
2. Di teteskan
28. Imunisasi BCG di berikan dengan cara:
1. Di suntikan.
2. Di teteskan
29. Imunisasi Campak di berikan dengan cara:
1. Di suntikan.
2. Di teteskan
30. Berapa jarak pemberiaan imunisasi yang satu dengan iminusasi selanjutnya
untuk vaksin yang sama?

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


1. 30 hari
2. 25 hari
3. 10 hari
4. 2 bulan.
5. Tidak tahu
31. Apakah imunisasi DPT/HB combo mempunyai efek panas pada bayi?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
32. Vakssinasi BCG untuk kekebalan terhadap kuman?
1. TBC
2. Difteri
3. Tetanus
4. Campak
5. Tidak tahu
33. Vakssinasi Polio untuk kekebalan terhadap kuman?
1. TBC
2. Polio Mielitis
3. Hepatitis
4. Campak
5. Tidak tahu
34. Vakssinasi Campak untuk kekebalan terhadap kuman?
1. Polio Mielitis
2. Hepatitis
3. Campak
4. TBC
5. Tidak tahu

35. Vakssinasi DPT untuk kekebalan terhadap kuman?


1. Tetanus Pertusis Demam

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


2. Difteri Polio Tetanus
3. Pertusis Difteri Tetanus
4. Difteri Pertusis Typoid
5. Tidak tahu
36. Vakssinasi Hepatitis untuk kekebalan terhadap kuman?
1. TBC
2. Hepatitis
3. Difteri
4. Meningitis
5. Tidak tahu
37. Pada usia berapa HB 0 di berikan?
1. 0-7 hari
2. 0-1 jam
3. 0-1 bulan
4. 0-10 hari
5. Tidak tahu
38. Mulai usia berapa bayi di beri imunisasi campak?
1. 6 bulan
2. 9 bulan
3. 1 bulan
4. 2 tahun
5. Tidak tahu
Ketersediaan tempat, biaya dan waktu layanan imunisasi.
39. Apakah di tempat ibu tinggal terdapat Posyandu?
1. Ya
2. Tidak.

40. Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan
posyandu?
1. ≤ 500 meter.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


2. 500 meter – 1000 meter.
3. > 1000 meter.

41. Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan
imunisasi?
1. Dekat
2. Jauh.
42. Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu
pergunakan?
1. Kendaraan Pribadi
2. Kendaraan umum
3. Jalan kaki
43. Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut?
1. ≤ Rp.5000
2. Rp.5000- Rp.10.000
3. ≥ Rp.10.000
44. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mencapai layanan posyandu?
1. Murah
2. Mahal.
45. Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi?
1. Ya.
2. Tidak (lanjut ke pertanyaan No.48 )
46. Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan
imunisasi?
1. ≤Rp.5000
2. Rp.5000- Rp.20.000
3. ≥Rp.20.000
47. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mendapatkan layanan imunisasi tersebut?
1. Murah
2. Mahal

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


48. Apakah ibu membawa sendiri balita ibu untuk mendapatkan layanan
imunisasi?
1. Ya
2. Tidak. (Lanjut ke pertanyaan No.50 )
49. Kapan ibu biasanya membawa balita ibu untuk mendapat layanan imunisasi ?
1. Pagi
2. Siang
3. Sore.
50. Siapa yang membawa balita ibu ke tempat layanan imunisasi?
1. Suami
2. Orang tua
3. Pembantu
4. Tetangga
51. Apa alasan ibu tidak membawa balita ibu sendiri ke tempat pelayanan
imunisasi?
1. Bekerja di luar rumah.
2. Tidak sempat karena mengerjakan pekerjaan rumah.
3. Sibuk mengurus anak yang lain.
4. Tidak tega melihat anaknya menangis.
5. Lainnya……………………………….

Dukungan suami untuk mengimunisasikan anaknya.


52. Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu ingin mengimunisasikan bayi
ibu?
1. Ya
2. Tidak

53. Tindakan apa yang dilakukan suami ibu saat ikut serta dalam memberi
dukungan tersebut?(jawaban boleh lebih dari satu)
Pernyataan Ya Tidak.
1. Mengantar ke pusat layanan imunisasi.
2. Memberikan materi untuk biaya ke psat

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


pelayanan imunisasi
3. Memberikan masukan dan saran agar
mengimunisasi bayi mereka segera ke
pusat pelayanan imunisasi yang terdekat.
4. Hanya iya saja atas apa yang di katakana
sang istri tanpa bertindak apapun.
5. Menyuruh orang lain untuk mengantar
sang istri pergi ke tempat layanan
imunisasi.

Dukungan keluarga dekat untuk mengimunisasikan anaknya.


54. Apakah ada keluarga dari pihak suami yang melarang ibu untuk
memberikan imunisasi pada bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak
55. Apakah ada keluarga dari pihak ibu yang melarang ibu untuk
memberikan imunisasi pada bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak

Dukungan petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan.


56. Apakah ada tanaga kesehatan (perawat, bidan ,dokter ) yang pernah
menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak

57. Apa yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu?(jawaban boleh lebih
dari satu)
Pernyataan Ya Tidak.
1. Member penyuluhan di puskesmas.
2. Memberikan penyuluhan di posyandu
3. Memberikan penyuluhan di mesjid.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


4. Memberikan penyuluhan ke rumah-rumah
5. Memberikan leaflet

Dukungan Kader kesehatan dalam pelayanan kesehatan.


58. Apakah ada tanaga kader kesehatan yang pernah menganjurkan ibu
untuk memberikan imunisasi pada bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak.
59. Jika ya apa yang di lakukan oleh kader kesehatan kepada ibu agar ibu
mau mengimunisasi bayi ibu?
Pernyataan Ya Tidak
1. Mengajak ibu untuk ke posyandu
2. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi bayi
ibu.
3. Mengantar petugas kesehatan ke rumah ibu
untuk melakukan kunjungan rumah.
4. Memberikan hadiah kepada balita yang
imunisasinya lengkap pada usia tepat 12 bulan.

Pemanfaatan buku KIA.


60. Apakah ibu memiliki buku KIA?
1. Ya
2. Tidak
61. Jika ya..dari mana ibu mendapatkan buku tersebut?
1. Puskesmas/ tenaga kesehatan pemerintah

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011


2. Posyandu/kader kesehatan.
3. Klinik / Balai Pengobatan swasta
62. Kapan pertama kali ibu terima buku KIA tersebut?
1. Pertama kali memeriksakan kehamilan.
2. Setelah beberapa kali pemeriksaan kehamilan.
3. Saat setelah melahirkan bayi.
4. Saat selah imunisasi yang pertama
5. Tidak tahu.
63. Apakah ibu pernah membaca buku KIA yang ibu miliki?
1. Ya
2. Tidak.
64. Kapan pertama kali ibu baca buku KIA yang ibu miliki?
1. Waktu pertama kali buku tersebut di terima.
2. Baru setelah anaknya lahir.
3. Tidak ingat.
65. Seberapa banyak isi buku yang sudah ibu baca?
1. Sedikit
2. Setengahnya.
3. Sudah semua.
66. Seberapa mudah ibu memahami buku KIA?
1. Mudah
2. Tidak mudah
67. Apakah ibu mengerti semua isi buku KIA yang pernah ibu baca?
1. Mengerti.
2. Tidak mengerti.

Hubungan antara..., Ade Riani Sandra, FKM UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai