SKRIPSI
SKRIPSI
DEWAI\TPENGUJI
M.Sc,Ph.D
Pembimbing: drAgustin Kusumayati,
4>
Ditetapkandi : Depok
ftneget : Juti20ll
ilt
1. dr. Agustin Kusumayati, Msc. PhD selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran sampai skripsi ini selesai pada
waktunya.
2. dr. Meike Savitri, .MSc selaku penguji yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk hadir dalam sidang skripsi saya.
3. drg. Maya Mardiana, MARS, sebagai Kepala Puskesmas saya saat di
Puskesmas Ciputat Timur yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk
hadir sebagai penguji pada sidang skripsi saya.
4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, atas arahan dan bantuan selama proses perkuliahan, magang
dan skripsi.
5. Yang paling kucintai dan kusayangi kedua orang tuaku, Marlis st.Menan
dan Elmi Munaf. Yang tiada henti mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam segala situasi dan kondisi.
6. Yang tercinta dan tersayang anakku Nabilah Fahdah W dan Shabirah Qisti
Azzahrah W, yang telah mengorbankan waktu bersama kita selama 2
tahun ini, berkat dorongan dan kasih sayang yang tulus dari kalian selama
ini, saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
ii
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nagka kematian ibu dan
bayi dengan suatu kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategic Making Pregnancy Safer dan
Pengadaan Buku KIA. Pengetahuan ibu yang baik tentang Buku KIA akan berdampak positif
pada kegiatan ibu yang berhubungan dengan kesehatan dan salah satunya imunisasi. Asumsi
penulis pengetahuan baik yang ibu miliki tentang buku KIA akan berdampak pada kualitas
imunisasi bayi/balitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara
pemanfaatan Buku KIA dan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap.
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki Buku KIA dan memiliki anak
yang berusia diatas 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
denga menggunakan desain studi cross sectional yang menjadi reponden adalah 96 ibu yang
memiliki buku KIA dan balita diatas 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pengetahuan, larangan dari keluarga dekat dan pemanfaat Buku KIA memiliki hubungan yang
bermakna dengan kepatuhan ibu dalam mengimunisasi bayi secara lengkap. Saran yang
diberikan yaitu lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan agar mampu memberikan
informasi tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi.
Kata Kunci:
Pemanfaatan Buku KIA, Kepatuahan ibu dalam imunisasi
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.............. vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi
1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................ 5
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4.1. Tujuan Umum.................................................................. 5
1.4.2. Tujuan Khusus................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.6. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 7
5. HASIL PENELITIAN...................................................................... 39
5.1. Gambaran tempat penelitian ..................................................... 39
5.2. Analisis Univariat ..................................................................... 39
5.2.1. Gambaran kepatuhan ibu dalam imunisasi bayi............. 41
5.2.2. Gambaran pendidikan ibu................................................ 41
5.2.3. Gambaran Pengetahuan ibu tentang imunisasi................ 42
5.2.4. Gambaran Sikap Ibu ........................................................ 44
5.2.5. Gambaran ketersediaan Tempat layanan Imunisasi. ....... 47
5.2.6. Gambaran persepsi tentang biaya imnunisasi................. 48
5.2.7. Gambaran ketersediaan waktu ibu dalam........................
imunisasi bayi................................................................. 50
5.2.8. Gambaran Dukungan Responden berdasarkan................
Ketersediaan waktu untuk imunisasi .............................. 51
5.2.9. Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan .......................
dalam imunisasi bayi ....................................................... 53
5.2.10.Gambaran Dukungan Kader Kesehatan......................... 54
5.2.11.Gambaran larangan mengimunisasi dari keluarga......... 56
5.2.12.Gambaran Pemanfaatan Buku KIA ............................... 57
Tabel 5.22 Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia ……. 58
Tabel 5.23 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara……………………
Pendidikan dan Perilaku Ibu Dalam Imunisasi Bayi………………… 59
Tabel 5.24 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….
Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi……………… 60
Tabel 5.25 Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji……………….
Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu………………… 60
Tabel 5.26 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi………………
Anak Lengkap dengan Faktor Tempat Layanan Imunisasi,………….
Biaya dan Waktu Ibu ……………………………………………….. 62
Tabel 5.17 Hasil Uji Bivariat antara Perilaku Ibu dalam Imunisasi Anak……….
Lengkap secara Dukungan dari Suami,Dukungan dari …………….
Tenaga Kesehatan,dari Kader Kesehatan serta……………………..
Larangan Imunisasi dari Keluarga Terdekat dan……………………
Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu ………………………………… 64
1 Universitas Indonesia
Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan
kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita serta catatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa
selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan
mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap dibuku KIA, agar ibu dan
keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan
sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan
untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mulai melaksanakan pemakaian
Buku KIA pada tahun 2001. Sebelum didistribusikan, terlebih dahulu
dilaksanakan pelatihan terhadap 3 kelompok dengan waktu pelatihan yang
berbeda. Pelatihan ditujukan untuk pimpinan puskesmas dan pemegang program
KIA, petugas puskesmas pembantu dan polindes, serta kader masing-masing 3
orang kader per posyandu dan KUA kecamatan serta TPP PKK kecamatan dan
desa. Sumber dana pelatihan dan pengadaan buku KIA berasal dari Proyek JICA
berlangsung sampai tahun 2002. Mulai tahun 2003 dinas kesehatan dengan
dukungan dana APBD Kabupaten Tangerang sudah melakukan pengadaan sendiri
untuk buku KIA.
Salah satu hal yang terdapat dalam buku KIA adalah jadwal imunisasi.
Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam sistem
kesehatan nasional untuk mencegah tujuh penyakit mematikan yaitu tuberculosis,
difteri, pertusis, tetanus, campak, polio dan hepatitis B. Diharapkan peningkatan
cakupan imunisasi yang meningkat dapat menurunkan angka kematian akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pada tahun
2003, WHO memperkirakan lebih dari 27 juta bayi tidak memperoleh imunisasi di
tahun pertama usia mereka,dan 14 juta balita meninggal di sebabkan oleh PD3I.
WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90% di
tingkat nasional, dan 80% di semua kabupaten. Dalam rencana strategis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005-2009, target universal
child immunization (UCI) desa sebesar 98% tercapai pada tahun 2009 (ayubi,
2006).
Universitas Indonesia
pengetahuan terlebih dahulu tentang isi buku KIA sehingga ibu menjadi tahu,
memahami, lalu mengaplikasikannya, menganalisis isi buku KIA tersebut dan ia
mampu menyusun formulasi baru dan mengevaluasi apa yang ia ketahui maka
akan terbentuk suatu sikap, dan dalam sikap ibu akan mulai menerima buku KIA
menanggapi, menghargai, bertanggung jawab dan mulai melakukan tindakan atas
apa yang ia terima . Sehingga penulis mencoba untuk meneliti faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi tindakan ibu untuk mengimunisasikan bayi secara
lengkap bila dilihat dari pemanfaatan ibu terhadap buku KIA.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Socioeconomic determinants
Healthy Sick
Prevention
Treatment
Sehat dan sakit adalah suatu kondisi dinamis anak. Dari kondisi sehat
seorang anak baru lahir dapat "bergerak" ke arah sakit, dan sebaliknya. Mengubah
dari "sehat" menjadi "sakit" dipengaruhi oleh banyak kondisi yang dapat
dikategorikan ke dalam empat faktor pendukung yaitu: faktor ibu, pencemaran
lingkungan, kekurangan gizi, dan cedera. Ini adalah empat aspek yang jelas
dipengaruhi oleh kondisi sosial-ekonomi anak dan/keluarganya. Selanjutnya
kondisi sosial ekonomi juga menentukan kontrol diri seseorang terhadap penyakit
yang dipraktekkan terutama oleh orang tua. Kontrol tersebut mencakup dua aspek,
8 Universitas Indonesia
yaitu (1) langkah-langkah pencegahan, yang akan mencegah penyakit dan (2)
pengobatan, yang akan memungkinkan seorang anak sembuh dari penyakitnya.
Jika tidak diobati dengan segera dan memadai, mungkin akan menyebabkan
pertumbuhan bayi/anak akan terganggu atau dapat menyebabkan kematian pada
anak.
Faktor yang menjadi tolak ukur/dominan dalam teori Mosley dan Chen
adalah Faktor sosial ekonomi, dimana faktor sosial ekonomi lebih berperan dari
pada variable-variabel lain dalam kelangsungan hidiup anak. Faktor penentu
lainya yang mempengaruhi kelangsungan hidup anak dikelompokan dalam 5
kategori yaitu:
1. Ibu yang terdiri dari umur, paritas dan jarak kelahiran.
2. Pencemaran linkungan, terdiri dari udara yg mempengaruhi sitem
pernafasan; makanan/air; kulit/tanah/bangkai; binatang.
3. Kekurangan gizi; bila anak mengalai kekuranngan intake/masukan pada 3
gizi makro yaitu kalori, protein dan nutrient.
4. Cidera terdiri dari dari; cidera fisik, luka bakar dan keracunan.
5. Kontrol diri seseorang terhadap penyakit; terdiri dari pencegahan dan
pengobatan penyakit.
Universitas Indonesia
b. Pada kelahiran kembar ibu akan mendapatkan buku sesuai jumlah bayi yang
hidup.
c. Setiap kali ibu hamil ibu mendapatkan buku yang baru
d. Jika buku hilang ibu (selama persediaan masih ada) atau anak bisa
mendapatkan buku yang baru.
e. Setelah ibu melahirkan, maka Buku KIA akan menjadi milik anak dan
dicatat dalam Register Kohort Bayi, Register Posyandu dan Register
Pelayanan di Rumah Sakit/Instansi pelayanan Kesehatan
f. Buku KIA bila diberikan pada ibu hamil maka harus dicatat dalam Kohort
Ibu Hamil, bila diberikan pada bayi maka harus dicatat dalam buku Kohort
Bayi dan bila diberikan pada balita harus dicatat dalam Kohort Anak Balita
dan Pra Sekolah
g. Pada instansi swasta buku harus dicatat pada catatan pengguna Buku KIA
sesuai petunjuk teknis penggunaan Buku KIA
h. Bila pengadaan Buku KIA di Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten maka
penanggung jawab buku akan mendistribusikan Buku KIA ke Puskesmas,
Puskesmas mendistribusikannya ke jaringannya yaitu Pustu, Posyandu dan
Bidan Desa dan bila persediaan buku KIA di Puskesmas lebih maka
Puskesmas bertanggung jawab memberikan pada fasilitas kesehatan yang
belum memiliki buku KIA. Buku KIA diberikan melalui puskesmas, rumah
sakit pemerintah/swasta, klinik kesehatan ibu dan anak swasta dan profesi
Universitas Indonesia
DEPARTEMEN KESEHATATAN
PUSKESMAS
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan benar, yang diikuti dengan jadwal dan pelajaran tentang jenis, fungsi dan cara
pemberian imunisasi. Dilengkapi juga dengan catatan pemanfaat Vitamin A.
Cara memberikan makan pada balita dan cara merangsang perkembangan
anak juga terdapat dalam buku ini. Catatan kesehatan anak dimana anak setiap
berkunjung ke fasilitas pelayan kesehatan baik dalam keadaan sehat ataupun sakit
harus dicata dalam buku ini, dan di lengkapi dengan catatan Undang-Undang
Perlindungan Anak yang terakhir dalam buku ini tentang kesehatan anak terdapat
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang di bedakan dalam 2 warna yaitu Biru KMS
untuk bayi/balita laki-laki dan Merah Muda/Pink KMS untuk bayi/balita
perempuan.
2.3. IMUNISASI
2.3.1 Pengertian
Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif yang
berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin menyebabkan tubuh menghasilkan antibody (kekebalan) sehingga anak
dapat kebal terhadap suatu jenis penyakit. Pemberian vaksin bisa melalui injeksi
maupun oral. Pemberian melalui injeksi misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT,
Campak, dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin
polio. Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui
mampu memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif,
mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit menular. Vaksin
digolongkan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) yaitu:
Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) yang terdiri dari
vaksin Polio (OPV), Campak, Yellow Fever dan Bakteri (BCG). Ada juga yang
berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated) seluruh partikelnya
diambil seperti Virus, IPV (Inactive Polio Vaccine) dan Vaksinasi Rabies serta
bakteri Pertusis. Ada juga yang hanya sebagian partikel yang diambil contohnya,
berdasarkan protein/Sub Unit (Aseluler Pertusis, Toxoid (DT). Ada yang
berdasarkan Polisakarida seperti Sakarida Murni (Meningococal), Sakarida
Gabungan (Hib/Haemofilus Influenza Type B. yang terakhir berdasarkan
Rekombinann(rekayasa genetika) seperti Hepatitis B,(USAID,2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh kerena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon
yang disebut dengan teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.
Berdasarkan teori ” S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yakni:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain oleh sebab itu disebut covert behaviour
atau unobservable behavior misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya
periksa kehamilan.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain oleh sebab itu disebut overt behavior misalnya seorang ibu
memeriksakan kehamilannya.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, perilaku skinner dalam
Notoatmodjo (2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kerentanan
yang
dirasakan Pengobatan dari
Kemungkinan
terhadap penyakit yang dirasakan
perubahan perilaku
suatu
penyakit
Tanda bertindak
. Pendidikan
. Gejala
. Media
Universitas Indonesia
4. Teori WHO
Menurut WHO 1984 (http://matsum.blogspot.com Tanggal 16 feb 2011)
seseorang yang berprilaku tertentu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Pikiran dan perasaan (Thoughts and feeling) seperti pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan, nilai terhadap kepercayan itu sendiri.
2) Orang penting sebagai panutan seperti: ulama, guru, kepala desa, kepala
suku dll.
3) Sumber daya (resources) seperti: fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lain-
lain. Prilaku normal, kebiasaan nilai – nilai dan penggunaan sumber –
sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup
(way of life) yang disebut kebudayaan.
Universitas Indonesia
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimal (Acmad Munib, dkk. 2004: 33).
Hull dan Hull (1978) dalam Aris (2004) menjelaskan bahwa pendidikan ibu
yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam mengambil keputusan untuk
menjaga kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana
kesehatan yang ada. Maskuri (1983) melaporkan bahwa 56,6% ibu balita tidak
mengerti tentang imunisasi, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu yang
rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi pada anaknya (Sulastri, 2002).
2. Pengetahuan ibu
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangga
terkena penyakit polio karena tidak pernah diimunisasi polio. Penelitian Noviyadi
(1997) di Jakarta Timur menyimpulkan bahwa anak dari ibu-ibu yang mempunyai
pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B yang baik berpeluang 15 kali lebih
besar diimunisasi hepatitis B dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang
pengetahuan tentang Imunisasi Hepatitis B kurang baik. Myrnawati (1993) dalam
penelitiannya di Jakarta Selatan juga menyimpulkan bahwa keikutsertaan ibu
dalam program imunisasi ditentukan oleh faktor internal yaitu karakteristik ibu,
pengetahuan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Sikap
Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan Ante Natal Care harus
memberikan motivasi kepada ibu agar selalu mempelajari apa saja yang terdapat
dalam Buku KIA sehingga salah satunya ibu akan tahu bahwa bayi sebelum usia
12 bulan harus sudah diberikan imunisasi dasar lengkap.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau obyek. Menurut Newcomb (dalam Soekidjo Notoatmodjo
2003: 24), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
. Pengetahuan
. Keyakinan
. Nilai
. Sikap
. Kepercayaan Keturunan
. Kapasitas diri
Pendidikan
Kesehatan
Faktor pemungkin
. Ketersediaan sumber
Strategi daya kesehatan
Pendidikan . Keterjangkauan
sumber daya
kesehatan
. Prioritas dan
Perilaku
komitmen
Peraturan spesifik
masyarakat dan
Kebijakan individu
pemerintah terhadap
kesehatan atau
. Keterampilan yang organisasi
berhubungan dengan
kesehatan
Kesehatan
Faktor penguat
Kualitas
. Keluarga Hidup
. Teman sebaya
. Guru Lingkungan
. Atasan
. Petugas Kesehatan
. Tokoh masyarakat
. Pengambil keputusan
Universitas Indonesia
. Pendidikan ibu.
. Pengetahuan ibu tentang
imunisasi
. Sikap terhadap imunisasi
Faktor Pemungkin
- Ketersediaan tempat
layanan imunisasi. Kepatuhan ibu
- Ketersediaan biaya untuk dalam
layanan imunisasi. mengimunisasi
bayi secara
- Ketersediaan waktu ibu
lengkap
untuk mengimunisasi.
Faktor Penguat
. Dukungan suami dalam
imunisasi anak
. Dukungan keluarga dekat
dalam imunisasi anak
. Dukungan petugas dalam
pelayanan imunisasi.
. Dukungan kader kesehatan
. Pemanfaatan Buku KIA.
30 Universitas Indonesia
Variabel independen
1) Pendidikan ibu
Definisi Operasional : Pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden
hingga penelitian ini dilakukan
Alat ukur berupa kuisioner, Dilihat dari pendidikan yang tidak tamat SD,
tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D3 dan tamat S1, dan untuk
kepentingan bivariat maka pendidikan dikategorikan 1. Rendah dengan
pendidikan ≤ SMP, dan 2 tinggi dengan pendidikan > SMP, dengan skala
pengukuran ordinal.
2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi
Definisi Operasional : Pemahaman responden tentang imunisasi
Alat ukur berupa kuisioner, pengetahuan baik jika skor ≥ Mean pengetahuan
kurang jika skor < Mean, Dengan skala pengukuran ordinal.
3) Sikap terhadap imunisasi
Defnisi operasional : persetujuan responden tentang imunisasi
Alat ukur berupa kuisioner dengan 4 pernyataan sikap sangat setuju, setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan untuk kepentingan bivariat maka
dikategorikan menjadi 1. Positif terhadap imunisasi dan 2. Negatif terhada
imunisasi, alat ukur sikap positif jika skor ≥ Mean sikap negative jika
sikap< meandengan skala pengukuran ordinal.
4) Ketersediaan tempat layanan imunisasi
Definisi Operasional : suatu tempat untuk pelayanan imunisasi dasar bayi di
tempat pelayanan kesehatan. Dikategorikan tersedia dan tidak tersedia
dengan skala ordinal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
34 Universitas Indonesia
Kriteria Inklusi
Pada ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi berusia 12 bulan keatas
dengan imunisasi lengkap di wilayah Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan.
Kriteria Ekslusi
Ibu yang tidak memiliki buku KIA dengan bayi berusia di atas 12 bulan
dengan imunisasi lengkap yang datang ke Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan dan ibu yang memiliki buku KIA dengan bayi usia di atas
12 bulan dengan imunisasi lengkap yang tidak bersedia untuk diwawancarai dan
tidak bersedia menjadi responden.
Universitas Indonesia
memeriksa kelengkapan data apakah semua pertanyaan telah dijawab atau belum.
Selanjutnya memeriksa kesinambungan data, dengan melakukan pemeriksaan
apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam arti tidak ditemukan data
atau keterangan yang bertentangan antara satu dengan lainnya. Jika masih ada
data yang kurang lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang data
tersebut harus dikeluarkan.
4.9.2 Coding
Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada tiap jawaban yang
ada pada lembar jawaban yang sudah tersedia dengan tujuan untuk memudahkan
proses entry data.
4.9.3 Entry Data
Adalah proses memasukkan data dalam komputer dengan menggunakan
pengolahan data program statistik perangkat lunak. Dalam penelitian ini
menggunakan epidata dan SPSS.
4.9.4 Cleaning data
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengecekan kembali data yang
sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data
(Notoatmodjo,2010).
Universitas Indonesia
X = ( O – E )
E
Keterangan :
X : Chi Square
: Jumlah yang didapat
O : Frekuensi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan
Universitas Indonesia
39 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Distribusi Responden menurut perilaku ibu dalam mengimunisasi bayi
dengan lengkap di Kota Tangerang Selatan tahun 2011
Tabel 5.2
Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Rendah 28 29,2
Tinggi 68 70,8
Total 96 100
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.3
Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
tertinggi adalah 22. Semakin besar nilai pengetahuan maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan, didasarkan pada pengkodean yang dilakukan. Penelitian
pengetahuan ibu mengenai imunisasi dikategorikan menjadi tinggi dan rendah
dengan menggunakan mean (38,64) sebagai cut off point karena data terdistribusi
normal dengan uji skewnest (-1,756 : 0,246) Nilai pengetahuan yang lebih dari
mean dikategorikan baik sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean
maka dikategorikan kurang, dapat diketahui ibu yang pengetahuannya kurang
lebih sedikit daripada ibu yang pengetahuannya baik. Pada tabel berikut distribusi
responden menurut tingkat pengetahuan terlihat bahwa tingkat pengetahuan
kurang berjumlah 25 orang dengan proporsi 26% dan yang berpengetahuan baik
sebanyak 71 orang dengan proporsi 74%.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Imunisasi Di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Kurang 25 26
Baik 71 74
Total 96 100
sebanyak 95 orang (98,9%). Diketahui bahwa sikap ibu yang setuju dengan
mendapatkan pelayanan imunisasi di posyandu yang bersikap negatif 1 orang ibu
(1,0%) dan yang bersikap positif ada 95 ibu (98,9%). Pada sikap ibu yang
menyatakan bahwa ibu setuju terhadap imunisasi yang dilaksanakan di posyandu
yang mempunyai sikap negatif terdapat 2 ibu (2,1%) dan yang bersikap positif
terhadap pernyataan tersebut sebesar 94 orang ( 97,0%).
Pernyataan yang menyatakan imunisasi penting untuk bayi usia 0-12 bulan
dijawab oleh ibu yang bersikap negatif sebanyak 3 ibu (3,1%) dan yang bersifat
positif berjumlah 93 ibu (96,9%). Sikap ibu tentang bila bayi panas saat setelah di
imunisasi, pada bulan berikutnya akan di suntikan lagi dengan imunisasi yang
sama yang bersikap negatif sebanyak 7 orang (7,3%) yang bersikap positif
sebanyak 89 orang (92,7%). Pernyataan sikap ibu tentang sebaiknya imunisasi di
layani atau dilaksanakan oleh seorang bidan di jawab negatif oleh 11 orang ibu
(11,5%) dan yang menjawab positif sebanyak 85 orang ibu (88,5%). Yang
terakhir ibu yang menyatakan sikap setuju bila imunisasi itu bayar di jawab
negatif oleh 11 orang ibu (11,5%) dan yang menjawab positif 85 orang ibu
(88,5%).
Tabel 5.5
Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011
Universitas Indonesia
Hasil analisis didapatkan rata - rata skor sikap adalah 33,81, dengan
standar deviasi 3,864. Dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 40. Penilaian
terhadap sikap ibu mengenai imunisasi lengkap didasarkan pada jawaban yang
disebutkan oleh ibu. Terdapat 10 pertanyaan yang diajukan diberikan bobot/nilai
masing–masing pertanyaan yang pilihan jawabannya disebutkan atau jawaban
dengan score tertinggi pada sikap positif adalah 4 dan bila jawaban dengan score
terendah dengan sikap negatif diberi nilai 1, dengan demikian hasil terendah
adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Semakin besar nilai sikap maka sikap ibu
akan lebih positif didasarkan pada pengkodean nilai/bobot yang dilakukan.
Penelitian sikap ibu mengenai imunisasi lengkap dikategorikan menjadi positif
dan negatif dengan menggunakan mean (33,81) sebagai cut off point karena data
terdistribusi normal dengan uji skewness. Nilai sikap yang lebih dari mean
dikategorikan positif sedangkan untuk nilainya yang kurang sama dari mean maka
dikategorikan negatif, dapat diketahui ibu yang sikap positif lebih sedikit daripada
sikap ibu yang sikap negatif. Pada tabel berikut ini distribusi responden menurut
sikap negatif terlihat berjumlah 38 orang dengan proporsi 39,6% dan yang
bersikap positif sebanyak 58 orang dengan proporsi 60,4%.
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Imunisasi Di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Negatif 38 39,6
Positif 58 60,4
Total 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.7
Gambaran Ketersediaan Tempat Pelayanan Imunisasi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Universitas Indonesia
ibu dengan proporsi 4,2% yang menjawab bahwa di tempatnya tidak tersedia
tempat pelayanan imunisasi.
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Tempat Layanan Imunisasi
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Tersedia 92 95,8
Total 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.9
Gambaran Persepsi Ibu Tentang Biaya Imunisasi di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Berdasarkan Persepsi Tentang Biaya Untuk Imunisasi di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Mahal 13 13,5
Murah 83 86,5
Total 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.11
Gambaran Ketersediaan Waktu Ibu ke Tempat Layanan Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Universitas Indonesia
proporsi 94,8% dan yang tidak mempunyai waktu untuk membawa anak mereka
ke tempat layanan imunisasi sebanyak 5 orang dengan proporsi 5,2%.
Tabel 5.12
Distribusi Responden berdasarkan ketersediaan waktu untuk imunisasi di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Jumlah 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.13
Gambaran Dukungan Suami Untuk Mengimunisasikan Anaknya di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Dukungan Suami Frekuensi (f) Persentase(%)
Apakah suami ibu ikut memutuskan saat ibu
ingin mengimunisasikan bayi ibu?
Ya 92 95,8
Tidak 4 4,2
Suami ikut mengantar ke pusat layanan
imunisasi.
Ya 70 72,9
Tidak 26 27,1
Suami ikut memberikan materi untuk biaya ke
pusat pelayanan imunisasi
Ya 67 69,8
Tidak 29 30,2
Suami ikut memberikan masukan dan saran
agar mengimunisasi bayi mereka segera ke
pusat pelayanan imunisasi yang terdekat 62 64,6
Ya 34 35,4
Tidak
Suami ikut hanya iya saja atas apa yang di
katakan sang istri tanpa bertindak apapun
Ya 23 24,0
Tidak 73 76,0
Suami ikut menyuruh orang lain untuk
mengantar sang istri pergi ke tempat layanan
imunisasi.
Ya 12 12,5
Tidak 84 87,5
Berdasarkan hasil yang didapat bahwa ada 92 ibu (95,8%) yang menilai
suaminya mendukung dalam mengimunisasi bayi mereka, sedangkan hanya 4 ibu
(4,2%) yang menilai bahwa suaminya tidak mendukung dalam mengimunisasi
anak mereka.
Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam Imunisasi Bayi
Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Universitas Indonesia
Tabel 5.15
Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Dari tabel yang ada di gambarkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dalam
kegiatan imunisasi bayi yang mendukung sebanyak 87 ibu atau dengan proporsi
90,6% dan yang tidak mendukung kegiatan imunisasi bayi ada sebanyak 9 orang
ibu atau dengan proporsi 9,4%.
Universitas Indonesia
Tabel 5.16
Gambaran Responden Berdasarkan Dukungan Nakes dalam Imunisasi Bayi
di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Total 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.17
Gambaran Dukungan Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Imunisasi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Ada 85 jawaban ibu atau sekitar 88,5% yang menjawab bahwa kader
kesehatan sangat mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan
imunisasi bayi mereka dan ada 11 ibu yang menjawab bahwa kader tidak
mendukung mereka dalam kegiatan yang berhubungan dengan imunisasi anak
mereka.
Tabel 5.18
Distribusi Responden Dukungan Kader dalam Imunisasi Bayi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Mendukung 85 88,5
Total 96 100
Universitas Indonesia
Tabel 5.19
Gambaran Larangan Keluarga Dekat Untuk Mengimunisasi Bayi di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011
Hanya 5 orang ibu atau sekitar 5,2% yang menjawab bahwa keluarga
dekat mereka dalam hal ini keluarga dekat dari suami yang tidak mendukung
mereka dalam hal mengimunisasi bayi mereka dan ada 91 orang ibu atau 94,8%
yang menjawab bahwa kelurga dekat mereka yang mendukung mereka untuk
mengimunisasikan anak-anak mereka.
Tabel 5.20
Gambaran Responden Berdasarkan Larangan Keluarga Dekat dalam
Imunisasi Bayi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Iya 5 5,2
Tidak 91 94,8
Total 96 100
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.21
Gambaran Pemanfaatan Buku KIA di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Dari semua ibu yang menjadi responden ada sejumlah 35 ibu yang tidak
memanfaatkan buku KIA yang ia baca atau sekitar 36% dan ada 61 orang atau
63,5% yang memanfatkan Buku KIA yang mereka miliki.
Universitas Indonesia
Tabel 5.22
Distribusi Pengertian Responden Terhadap Manfaat Buku Kia Di Kota
Tangerang Selatan tahun 2011
Memanfaatkan 61 63,5
Jumlah 96 100
5.3.1. Hasil uji bivariat antara perilaku ibu yang mengimunisasi bayi lengkap
dengan faktor pendidikan, pengetahuan dan sikap.
Dari total 28 responden yaitu sekitar 9 orang atau sekitar 32,1 % ibu dari
respoden yang berpendidikan rendah memiliki status imunisasi tidak lengkap dan
ada 19 responden atau sekitar 67,9% yang memiliki status imunisasi lengkap.
Kemudian ada 28 orang responden atau sekitar 41,2% yang memiliki status
imunisasi tidak lengkap serta ada 40 orang responden atau sekitar 58,8 % yang
memiliki imunisasi lengkap. Dengan hasil uji statistik yang diperoleh nilai
p=0,408 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan perilaku ibu dalam kelengkapan imunisasi pada ibu yang
berpendidikan rendah dengan ibu yang berpendidikan tinggi atau tidak ada
Universitas Indonesia
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu untuk
mengimunisasi bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang di dapat yaitu
0,677 yang artinya bahwa tidak ada resiko antara responden yang berpendidikan
rendah dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka,seperti yang ditunjukkan
dalam tabel 5.23 menunjukkan hubungan antara status pendidikan tinggi dengan
kelengkapan imunisasi bayi.
Tabel 5.23
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji Chi Square Antara Pendidikan dan Perilaku
Ibu Dalam Imunisasi Bayi Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Rata-rata pengetahuan ibu yang imunisasinya tidak lengkap adalah 37,41 dengan
standar deviasi 0,4317, sedangkan untuk pengetahuan ibu yang imunisasinya
lengkap adalah rata-rata pengetahuannya 39,41 dengan standar deviasi 2,978.
Hasil uji statistik di dapatkan nilai p= 0,016 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan
yang signifikan kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap.
Tabel 5.24
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara
Pengetahuan dan Perilaku Imunisasi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
yang signifikan antara kepatuhan ibu dalam imunisasi yang lengkap dan tidak
lengkap.
Tabel 5.25
Hasil Uji Bivariat Dengan Uji T Test Untuk Menguji Hubungan Antara
Sikap dan Perilaku Imunisasi Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
5.3.2. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap
dengan faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu.
Dari total 4 responden yaitu sekitar 1 orang atau sekitar 25,0% ibu dari
respoden yang memiliki status imunisasi tidak lengkap dan ada 3 responden atau
sekitar 75,0% yang memiliki status imunisasi tidak memiliki sarana untuk tempat
pelayanan imunisasi. Kemudian total dari 92 responden ada 36 orang responden
atau sekitar 39,1% yang memiliki status imunisasi tidak lengkap serta ada 56
orang responden atau sekitar 60.9% yang memiliki imunisasi lengkap yang
memiliki tempat pelayanan untuk imunisasi di wilayahnya. Dengan hasil uji
statistik yang diperoleh nilai p=0,570 (p≤0,05) yang dapat di simpulkan bahwa
tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam ketersediaan
tempat layanan imunisasi di wilayah ibu dengan yang tidak memiliki ketersediaan
tempat layanan imunisasi atau tidak ada hubungan yang signifikan antara
tersedianya tempat layanan imunisasi dengan perilaku ibu untuk mengimunisasi
bayinya sampai dengan lengkap. Hasil OR yang didapat yaitu 0,519 yang artinya
bahwa tidak ada resiko antara responden yang di wilayahnya tidak tersedia tempat
layanan imunisasi dengan ketidak lengkapan imunisasi bayi mereka, hal ini
ditunjukkan dalam Tabel 5.16 yang menunjukkan hubungan antara status
pendidikan tinggi dengan kelengkapan imunisasi bayi.
Biaya merupakan salah satu hal yang diteliti oleh peneliti. Hasil dari
penelitian ini dari jumlah 13 responden menunjukkan bahwa sekitar 5 orang
responden atau sekitar 38,5 % yang menganggap imunisasi itu mahal, memiliki
Universitas Indonesia
perilaku imunisasi bayi yang tidak lengkap dan 8 orang responden atau 75,0 %
ibu yang menganggap imunisasi itu mahal dengan perilaku imunisasinya lengkap.
Dari total 84 responden didapati sekitar 32 orang responden sekitar 38,6 %
mengatakan imunisasi itu murah berperilaku imunisasi tidak lengkap dan 51 orang
responden atau 61,4 % ibu yang yang menyatakan imunisasi itu murah memiliki
perilaku imunisasi lengkap. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000
(p≤0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
dalam perilaku imunisasi bayi antara yang imunisasi bayinya lengkap dengan ibu
yang imunisasi bayinya tidak lengkap dalam persepsi biaya yang harus di
keluarkan untuk imunisasi. Nilai OR yang didapat yaitu sebesar 0,996.
Hasil analisa hubungan antara tersedianya waktu ibu untuk mengantar bayi
mereka ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku ibu mengimunisasi
bayinya dengan lengkap di peroleh bahwa ada sebanyak 3 orang responden atau
sekitar 60,0 berperilaku tidak lengkap dan 2 orang responden yang tidak memiliki
waktu berperilaku imunisasi dengan lengkap. Sedangkan dari 91 responden ada 34
responden yang ada waktu perilaku imunisasinya tidak lengkap dan ada 57 orang
responden yang ada waktu untuk mengantar anak imunisasi perilaku imunisasinya
lengkap. Hasil uji statistik di peroleh p=0,311 yang artinya tidak ada hubungan
yang bermakana dalam keadaan responden ada waktu atau tidak ada waktu untuk
mengantar bayi nya ke tempat pelayanan imunisasi, atau dapat dikatakan tidak
ada hubungan yang bermakna antara tidak adanya waktu ibu dan ada waktunya
ibu untuk mengantar anak ke tempat pelayanan imunisasi dengan perilaku
imunisasi ibu untuk melengkapinya. OR pada kesediaan waktu ibu yaitu sebesar
2,515.
Tabel 5.26 berikut menunjukan hubungan antara perilaku ibu untuk
mengimunisasi anaknya sampai lengkap dengan ketersediaan tempat layanan
imunisasi, persepsi ibu terhadap biaya dan ada tidaknya waktu ibu untuk
mengantar anak ke tempat imunisasi.
Universitas Indonesia
Tabel 5.26
Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan
faktor tempat layanan imunisasi, biaya dan waktu ibu Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011
Perilaku Imunisasi
Karakteristik Tidak Lengkap Lengkap Nilai p OR (95%CI)
f % f %
Ketersediaan tempat layanan Imunisasi
0,519
Tidak Tersedia 1 25,0 3 75,0 0,570
(0,052-5,180)
Tersedia 36 39,1 56 60,9
Persepsi biaya
0,996
Mahal 5 38,5 8 61,5 1,000
(0,300-3,312)
Murah 32 38,6 51 61,4
Ketersediaan waktu
2,515
Tidak ada 3 60,0 2 40,0 0,311
(0,400-15,817)
Ada 34 37,4 57 62,6
5.3.3. Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap
dengan dukungan suami, keluarga dekat, tenaga kesehatan, kader dan
pemanfaatan Buku KIA
Kategori dukungan suami dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat
bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan
dukungan dari suami sebanyak 7 orang (29,2%) dan ibu yang ada dukungan untuk
mengimunisasi sampai lengkap dari suaminya berjumlah 30 ibu (41,7%).
Sedangkan kategori dukungan suami dalam pemberian imunisasinya lengkap, ibu
yang tidak mendapatkan dukungan sebanyak 17 ibu (70,8%) dan yang mendapat
dukungan dari suami sebanyak 42 orang ibu atau sekitar 58,3%. Perilaku ibu
dalam imunisasi bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik
dengan dukungan suami yang ditunjukkan dengan angka 0,276 (p>0,05).
Kategori dukungan nakes dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang
imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari nakes
sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai
lengkap dari nakes berjumlah 34 ibu (40,5%). Sedangkan kategori dukungan
nakes dalam pemberian imunisasinya lengkap didapat ibu yang tidak
mendapatkan dukungan dari nakes sebanyak 9 ibu (75,0%) dan yang mendapat
dukungan dari nakes sebanyak 50 orang (59,5%). Perilaku ibu dalam imunisasi
Universitas Indonesia
bayi memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik dengan dukungan
nakes yang di tunjukan dengan angka 0,303 (p>0,05).
Kategori dukungan kader dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu yang
imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak mendapatkan dukungan dari kader
sebanyak 3 orang (25%) dan ibu yang ada dukungan untuk mengimunisasi sampai
lengkap dari kader berjumlah 8 ibu (72,7%). Sedangkan kategori dukungan kader
dalam pemberian imunisasinya lengkap dari hasil penelitian ibu yang tidak
mendapatkan dukungan sebanyak 34 ibu (40%) dan yang mendapat dukungan
dari kader sebanyak 51 orang ibu atau sekitar 60%. Perilaku ibu dalam
mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang tidak bermakna secara
statistik dengan dukungan kader yang ditunjukkan dengan angka 0,414 (p>0,05).
Kategori larangan dari keluarga dalam imunisasi bayi didapat bahwa ibu
yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan mendapatkan larangan untuk
melakukan imunisasi dari keluarga dekat sebanyak 6 orang (100%) dan ibu yang
tidak dilarang untuk mengimunisasi sampai lengkap dari keluarga dekat berjumlah
34 ibu (34,4%). Sedangkan kategori larangan dari keluarga dekat dari hasil
penelitian ibu tidak ada ibu yang mendapat larangan dan yang tidak mendapat
larangan dari keluarga dekat sebanyak 59 orang ibu atau sekitar 65,6%. Perilaku
ibu dalam mengimunisasikan bayinya memiliki hubungan yang bermakna secara
statistik dengan larangan dari keluarga dekat yang ditunjukkan dengan angka
0,003 (p<0,05). Dengan OR 2,903 (2,183-3,861) yang artinya ibu yang mendapat
larangan untuk melakukan imunisasi berpeluang 2,903 kali berperilaku imunisasi
tidak lengkap dari pada ibu yang tidak mendapat larangan dari keluarga dekat.
Manfaat buku KIA dalam imunisasi bayi dari hasil penelitian didapat
bahwa ibu yang imunisasi bayinya tidak lengkap dan tidak memanfaatkan buku
KIA sebanyak 20 orang (57,1%) dan ibu yang tidak memanfaatkan buku KIA
dengan imunisasi lengkap berjumlah 15 ibu (42,9%). Sedangkan ibu yang
memanfaatkan Buku KIA dan imunisasinya tidak lengkap berjumlah 17 ibu
(27,9%) dan yang memanfaatkan Buku KIA dengan baik dan imunisasi bayinya
lengkap berjumlah 44 orang atau sekitar 72,1% Perilaku ibu dalam imunisasi
memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pemanfaatan Buku
KIA yang ditunjukan dengan nilai p= 0,009(p<0,05) dengan OR 3,451 (1,442-
Universitas Indonesia
8,259) yang artinya ibu yang memanfaatkan Buku KIA memiliki peluang 3,451
kali untuk berperilaku imunisasi dengan lengkap dibandingkan dengan ibu yang
tidak memanfaatkan Buku KIA.
Tabel 5.17
Hasil uji bivariat antara Perilaku ibu dalam Imunisasi anak lengkap dengan
dukungan dari suami,dukungan dari tenaga kesehatan,dari kader kesehatan
serta larangan imunisasi dari keluarga terdekat dan pemanfaatan Buku KIA
oleh Ibu Di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
Perilaku Imunisasi
OR
Karakteristik Tidak Lengkap Lengkap Nilai p
(95%CI)
f % F %
Dukungan Suami
0,576
Tidak mendukung 7 29,2 17 70,8 0,276
(0,213-1,563)
Mendukung 30 41,7 42 58,3
Dukungan Nakes
0,490
Tidak mendukung 3 25,0 9 75,0 0,303
(0,124-1,943)
Mendukung 34 40,5 50 59,5
Dukungan Kader
0,563
Tidak mendukung 3 27,3 8 72,7 0,414
(0,139-2,272)
Mendukung 34 40,0 51 60,0
Larangan keluarga
untuk Imunisasi 2,903
0,003
Melarang 6 100 0 0 (2,183-3,861)
Tidak melarang 31 34,4 59 65,6
Pemanfaat buku KIA
Tidak memanfaatkan 20 57,1 15 42,9 3,451
0,009
(1,442-8,259)
Memanfaatkan 17 27,9 44 72,1
Universitas Indonesia
65 Universitas Indonesia
2. Faktor predisposisi
a. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Hasil penelitian yang didapat dalam univariat pendidikan ibu
dibedakan menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan
tinggi yang menjadi batasannya yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Sesuai
dengan Hull dan Hull dalam Aris (2004) yang menjelaskan bahwa
pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memampukan ibu dalam
mengambil keputusan untuk menjaga kesehatan anaknya serta
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diperdalam khususnya tentang apa tujuan dari imunisasi dan manfaat serta
singkatan dari imunisasi dasar yang harus diterima oleh bayi responden.
Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal maka akan mendukung orang tersebut dalam
menentukan suatu tindakan atau keputusan, sehingga diperlukan
peningkatan pengetahuan ibu tentang apa yang terdapat dalam Buku KIA
dan pengetahuan ibu tentang imunisasi sehingga akan membantu ibu dalam
pengambilan keputusan yang baik dalam semua tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan khususnya imunisasi.
c. Hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Sikap ibu dibagi atas 2 sikap yaitu yang bersikap positif dan yang
bersikap negatif yang dibagi berdasarkan Mean 3,63 sebagai cut off point
dengan uji skewnest (-0,253 : 0,246 = -1,028) karena data terdistribusi
dengan normal. Sikap yang nilainya di atas Mean dikategorikan negatif dan
nilai yang diatas mean dikategorikan sebagai sikap positif. Pada hasil
bivariat didapat bahwa ibu yang berperilaku imunisasi tidak lengkap dengan
mean 33,5135 dan perilaku ibu yang imunisasi lengkap dengan hasil mean
34,0000 dengan p value 0,551 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap ibu dan perilaku ibu dalam imunisasi bayi.
Menurut Newcomb (Soekidjo Notoatmodjo,2003) sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat
dengannya. Karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dalam penelitian ini nampak bahwa ibu lebih memilih sikap yang
negatif.
Universitas Indonesia
3. Faktor pemungkin.
a. Hubungan antara ketersediaan tempat layanan imunisasi dengan perilaku
ibu dalam imunisasi lengkap.
Pada penelitian yang dilakukan hasil uji bivariat didapati 25% saja yang
menjawab di tempat responden pada perilaku ibu yang tidak lengkap dan ada
60,9% jawaban yang menyatakan ditempatnya tersedia tempat layanan imunisasi
dari perilaku ibu dalam imunisasi lengkap dengan p value 0,570 (p>0,05) disini
nampak bahwa tidak ada hubungan antara tempat layanan imunisasi dengan
perilaku ibu dalam imunisasi lengkap.
Sebagian besar ibu mengakui bahwa ketersediaan tempat layanan
imunisasi sudah cukup baik. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini didukung
dengan jarak tempat tinggal ibu dengan tempat layanan imunisasi dapat ditempuh
dengan tidak mengeluarkan biaya karena jarak yang dekat (< 500 m).
Sejalan dengan hasil pengkajian oleh WHO terutama di negara-negara
berkembang terlihat bahwa faktor pendukung/ sarana dan prasarana tidak
mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Menurut Sukmana (2000) faktor
pemungkin lain adalah persepsi ibu terhadap jarak. Makin jauh jarak suatu
pelayanan kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan
tertentu sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan.
Dalam penelitian Sembiring (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang jarak
tempat tinggalnya dekat dengan pelayanan kesehatan, bayinya memiliki
kesempatan 3,8 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang jarak tempat
tinggalnya jauh dari Puskesmas.
Universitas Indonesia
gratis. Hal ini membuktikan bahwa ibu berpeluang sangat besar untuk
mengimunisasi anaknya karena biaya untuk imunisasi masih dapat dijangkau oleh
keluarga responden yang mayoritas dengan ekonomi menengah ke bawah.
Sebagian responden membayar imunisasi dikarenakan adanya biaya untuk
administrasi posyandu yang dikelola oleh kader setempat.
Menurut Sukmana (2000) faktor pemungkin lain adalah persepsi ibu
terhadap biaya. Makin mahal biaya/ jasa yang harus dikeluarkan suatu pelayanan
kesehatan maka makin segan seseorang untuk datang. Ada batasan tertentu
sehingga seseorang masih mau untuk mencari pelayanan kesehatan. Dalam
penelitian Sembringin (2004) hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki lebih
banyak materi (uang) maka bayinya memiliki kesempatan 3,8 kali lebih besar
dibanding dengan ibu yang tidak memiliki materi lebih sedikit.
Universitas Indonesia
4. Faktor penguat.
a. Dukungan Suami
Sebagian besar suami mendukung ibu untuk mengimunisasi anaknya
(95.8%) dan yang tidak mendukung hanya 4.2%. Hal ini didukung dengan
sebagian besar responden yang tidak sempat membawa anaknya ke tempat
pelayanan imunisasi maka suami ibu yang membawa anaknya untuk
mengimunisasi anaknya. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa
dukungan suami yaitu dengan mengantarkan ibu untuk mengimunisasi anaknya,
membayar biaya imunisasi dan selalu menyegerakan untuk mengimunisasi
anaknya.
Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Green, (2005)
menjelaskan tokoh atau orang yang secara bermakna berpengaruh terhadap
perilaku ditentukan oleh tatanan lingkungan dan budaya yang dianut. Demikian
juga yang dikemukakan oleh Hosland, et al (1953) juga menegaskan bahwa faktor
terakhir yang menentukan perubahan adalah faktor reinforcement atau dorongan
dari lingkungan terdekat sehingga menimbulkan stimulus yang akan mempunyai
efek tindakan/ perubahan perilaku individu (Notoatmodjo, 2007).
Universitas Indonesia
Kabupaten Serang Tahun 2001” oleh Hary Purwanto menunjukkan bahwa anjuran
dari sektor non kesehatan yaitu keluarga dan teman meningkatkan peluang untuk
memperoleh imunisasi TT WUS ketiga 7,14 kali dibandingkan responden yang
tidak mendapatkan anjuran karena menurut Becker, 1974 keluarga, teman dan
orang terdekat akan berpengaruh secara normatif terhadap seseorang sehingga
memudahkan proses pengaturan diri terhadap perubahan perilaku (Purwanto,
2001).
c. Dukungan Nakes
Sebagian besar tenaga kesehatan sangat mendukung perilaku ibu dalam
mengimunisasi anaknya (90.6%) dan yang tidak mendukung hanya 9.4%.
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan adalah dengan memberikan
penyuluhan di puskesmas dan posyandu serta tidak jarang tenaga kesehatan yang
melakukan penimbangan dari rumah ke rumah untuk sekedar memberi
penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nasril tahun 2000 yang menyatakan bahwa proporsi lebih besar pada tenaga
kesehatan yang mendukung sebesar 55.5%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.1 Kesimpulan.
1. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kepatuhan ibu untuk
memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan adalah pengetahuan ibu.
Faktor predisposisi yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi adalah
pendidikan dan sikap ibu.
2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor pemungkin
yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi di atas
usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.
3. Faktor penguat yang mempengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap
pada bayi di atas usia 12 bulan di Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan adalah larangan dari keluarga dekat, dan pemanfaatan Buku
KIA. Faktor penguat yang tidak berhubungan dengan kepatuhan imunisasi
adalah dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kader.
7.2 Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata Buku
KIA telah banyak tersebar di lapangan akan tetapi masih ada ibu yang belum
mengerti tentang apa yang terdapat dalam buku KIA tersebut sehingga perlu
dilakukan sosialisasi Buku KIA lebih intensif kepada ibu-ibu hamil dan ibu
balita. Pengetahuan ibu tentang imunisasi harus ditingkatan khususnya dalam
imunisasi ibu kurang memahami pengetahuan tentang imunisasi terutama
pengetahuan tentang manfaat dari masing-masing vaksinasi sehingga akan
semakin baik pemahaman ibu tentang Buku KIA dan manfaat imunisasi.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur, lebih meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan dalam pukesmas sehingga petugas akan mampu menjadi tenaga
pendidik yang handal dalam memberikan masukan dan informasi kepada
74 Universitas Indonesia
masyarakat tentang manfaat Buku KIA dan kebaikan dari imunisasi yang
lengkap. Sosialisi ini dilakukan juga sebaiknya kepada semua pihak dalam hal
ini misalnya keluarga terdekat yang masih dalam lingkungan keluarga besar
dan mereka memiliki suara dalam memberikan keputusan dalam keluarga,
sehingga dapat membuat suatu keputusan yang sama baik dari keluarga inti
(suami, istri, dan anak-anak ) serta keluarga besar (orang tua, mertua, dan yang
lainnya ).
3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, lebih meningkatkan pengetahuan
tenaga kesehatan tentang manfaat Buku KIA dan manfaat imunisasi dengan
cara melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Semakin banyak pelatihan
diharapkan semakin mahir dan kompeten tenaga kesehatan yang ada dalam
melakukan sosialisasi pemanfaatan Buku KIA dan kebaikan imunisasi lengkap.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan hanya pemanfaatan
Buku KIA dan kepatuhan dalam imunisasi yang berfokus pada ibu dengan
metode kuantitatif, diharapakan ada penelitian selanjutnya yang dapat ditinjau
lebih fokus pada tenaga kesehatan dengan metode kualitatif, sehingga informasi
mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku KIA
dan kepatuhan imunisasi dalam masyarakat dapat di kaji lebih dalam.
Departemen Kesehatan RI, (2010). Petunjuk Tekhnis Pengisian Buku KIA oleh
Kader Kesehatan.
Ariawan, Iwan (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan,
Universuty Of Massacher Setts. Diterjemahkan ole Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada.
Azmi, Akmar (2005). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bayi Terhadap
Pemberian Imunisasi Heparitis B1 Pada Bayi 0-7 hari di Puskesmas Biha
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2005, FKM
UI Depok
Hastono, Sutanto. (2007). Basic Data Analysis For Health Research Training,
Analisis Data Kesehatan. FKM-UI. Depok
Sri Pinti Rahmawati (2006). Analisis Faktor Sumber Daya Manusia yang
Berhunungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi Oleh Petugas
Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora. Universitas Diponegoro.
W.Hendry Mosley & Lincoln C Chen (1983). Child Survival Strategies For
Research. Cambridge University Press Cambridge London New York, New
Rochelle Melbourne Sydney.
Apakah saat ini saudara bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini?
Jika iya, mohon tanda tangan anda di tempat yang telah disediakan di
bawah ini.
Tanggal :………………………………………
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :
Petunjuk:
1. Lingkarilah jawaban yang anda pilih
A. Indentitas ibu
1. Nama :
2. Tanggal lahir/ Umur :
3. Alamat :
4. No. Telepon :
5. Pendidikan :
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan ibu :
1. PNS
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Pembantu Rumah Tangga
5. Ibu Rumah Tangga
Pengetahuan Imunisasi
40. Berapa jarak yang harus di tempuh oleh ibu untuk mencapai tempat layanan
posyandu?
1. ≤ 500 meter.
41. Bagaimana pendapat ibu tentang jarak rumah ibu dengan tempat layanan
imunisasi?
1. Dekat
2. Jauh.
42. Untuk mencapai tempat layanan imunisasi kendaraan apa yang ibu
pergunakan?
1. Kendaraan Pribadi
2. Kendaraan umum
3. Jalan kaki
43. Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai tempat tersebut?
1. ≤ Rp.5000
2. Rp.5000- Rp.10.000
3. ≥ Rp.10.000
44. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mencapai layanan posyandu?
1. Murah
2. Mahal.
45. Apakah ibu membayar untuk mendapatkan layanan imunisasi?
1. Ya.
2. Tidak (lanjut ke pertanyaan No.48 )
46. Berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk mendapatkan layanan
imunisasi?
1. ≤Rp.5000
2. Rp.5000- Rp.20.000
3. ≥Rp.20.000
47. Bagaimana pendapat ibu tentang biaya yang harus ibu keluarkan untuk
mendapatkan layanan imunisasi tersebut?
1. Murah
2. Mahal
53. Tindakan apa yang dilakukan suami ibu saat ikut serta dalam memberi
dukungan tersebut?(jawaban boleh lebih dari satu)
Pernyataan Ya Tidak.
1. Mengantar ke pusat layanan imunisasi.
2. Memberikan materi untuk biaya ke psat
57. Apa yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu?(jawaban boleh lebih
dari satu)
Pernyataan Ya Tidak.
1. Member penyuluhan di puskesmas.
2. Memberikan penyuluhan di posyandu
3. Memberikan penyuluhan di mesjid.