Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG TUA


MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI SURAKARTA

Proposal Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan
Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat

Di Susun Oleh :

DANI EKA PRASETYA


J410160133

Pembimbing : Tanjung Anitasari, S.KM., MKes.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
PROPOSAL

HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG TUA


MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN
SEKSUALITAS PADA REMAJA DI SURAKARTA

Proposal Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan
Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat

DisusunOleh :

DANI EKA PRASETYA


J410160133

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul :

‘’HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG


TUA MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI
SURAKARTA’’

Disusun oleh : Dani Eka Prasetya

NIM : J410160133

Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal


Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, Mei 2020

Pembimbing

Tanjung Anitasari. I. K, SKM., M.Kes

NIK.1681

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal skripsi ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan sumbernya
dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Surakarta, Mei 2020

Penulis

Dani Eka Prasetya

iv
BIODATA

Nama : Dani Eka Prasetya

Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 23 Oktober 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Email : daniprasetya354@gmail.com

Alamat : Jl. Sangiran, RT 10/RW 05 Krikilan, Kalijambe,

Sragen, Jawa Tengah, Indonesia

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus TK Yapis Manokwari tahun 2004

2. Lulus SD Negeri 1 Bintuni Tahun 2010

Lulus SMP Negeri Terpadu Bintuni Tahun


3. 2013

4. Lulus SMA Negeri 1 Bintuni Tahun 2016

5. Menempuh Pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakat FIK UMS sejak


tahun 2016

v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirahiim

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul:
‘’HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG TUA
MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI SURAKARTA’’. dengan lancar tanpa
halangan suatu apapun. Proposal skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi penelitian di bidang kesehatan
masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam penyusunan proposal ini, Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulis
tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga Penulis
mampu menyelesaikan proposal skripsi ini.
2. Dr. Sofyan Anif, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Dr. Mutalazimah M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4. Sri Darnoto, SKM., M.PH, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Tanjung Anitasari I.K., S.KM., M.Kes., selaku Pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, masukan, dukungan, saran dan bersedia
meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh bapak/ibu dosen dan Staff Karyawan/Karyawati Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. vi
7. Orang tua ( Bapak Mujiono dan Ibu Marsini), Adik dan seluruh keluarga besar
yang telah memberikan doa, bimbingan, dukungan serta kasih sayang kepada
Penulis.
8. Tim Skripsi (Laras, Surya, Dini dan Hanafi) yang saling memberi dukungan,
pertolongan, semangat, canda dan tawa yang sangat berarti bagi penulis.
9. Teman perjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat 2016 Universitas
Muhammadyah Surakarta dan LANANGAN KESMAS 2016 yang telah
memberi dukungan dan semangat kepada Penulis.
10. Teman-teman KKN-IPE Desa Walen dan teman PBL 1 Desa Bulu dan PBL 2
di RSJD Surakarta yang telah memberikan canda tawa, hiburan, dukungan dan
semangat bagi penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
11. Teman-teman peminatan PKIP 2018 Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan dukungan dan
semangat.
12. Teman-teman HMP Program Studi Kesehatan Masyarakat UMS tahun 2018 dan
Koordinator Mentoring Fakultas Ilmu Kesehatan tahun 2018 yang telah
memberikan dukungan, motivasi dan semangat.
13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
dalam memberikan dukungan dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Surakarta, Mei 2020

Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................ iv
BIODATA .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja .......................................................................................................6
B. Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja .....................9
C. Perilaku Pemberian Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Remaja .....................................................................................................16
D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sikap ..............................................17
E. Kerangka Teori ........................................................................................19
F. Kerangka Konsep .....................................................................................20
G. Hipotesis ..................................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.........................................................................................21
B. Waktu dan Tempat ...................................................................................21
C. Populasi dan Sampel ................................................................................21
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ............................................27
E. Pengumpulan Data ...................................................................................39
F. Pengolahan Data ......................................................................................30
G. Instrumen .................................................................................................31
H. Analisis Data ............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Jumlah sampel setiap RW di Kelurahan Bumi ......................................................26

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Teori .............................................................................................19
2. Kerangka Konsep..........................................................................................20

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Kesediaan menjadi Responden


2. Kuosioner Penelitian

xii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome


BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
DINKES : Dinas Kesehatan
DOV : Definisi Operasional Variabel
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IMS : Infeksi Menular Seksual
IPPF : International Professional Practices Framework
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
KPA : Komisi Penanggulangan AIDS
KRR : Kesehatan Reproduksi Remaja
KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
RI : Republik Indonesia
UNESCO : United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization
WHO : World Health Organization

xiii
BAB I

PENDUHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan suatu tahapan pertumbuhan sesudah pubertas sampai


dewasa, dan juga masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Menurut WHO
(2014), masa remaja adalah fase tercepat dan paling rentan dalam siklus
kehidupan manusia. Karakteristik individu serta lingkungan sangat
berpengaruh kepada perkembangan remaja. Perubahan yang terjadi ini
berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak pada remaja. Namun karena
tidak adanya tanda-tanda biologis yang berarti untuk menandai berakhirnya
masa remaja maka faktor-faktor social, seperti pernikahan, biasanya
digunakan sebagai petanda untuk memasuki masa dewasa. (Lemb Demografi
UI.2017)
WHO (2015) telah menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok
usia (10-19 tahun) yang sangat rawan atau sangat mudah mengalami masalah,
terutama terletak pada masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas yaitu
seperti kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual
(IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual
dan pemerkosaan. Keyakinan perilaku orang tua dapat berpengaruh pada
sikap terhadap perilaku remaja, pada norma-norma subjektif dan pada kontrol
perilaku yang di hayati.

Kelompok umur 15-19 tahun merupakan kelompok dengan persentase


terendah HIV/AIDS diantara kelompok umur yang lain. Namun, penularan
HIV/AIDS mengalami peningkatan disetiap tahunnya yaitu pada tahun 2014
tercatat sebanyak 1.101 kasus, tahun 2015 tercatat sebanyak 1.119 kasus,

1
tahun 2016 sebanyak 1.510 kasus dan pada tahun 2017 mengalami
penambahan 334 kasus terinfeksi HIV yang dilaporkan (Kemenkes RI, 2017).
Jawa Tengah menduduki peringkat ke 5 yaitu sebesar 1.171 orang
setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur (P2P Dinkes Surakarta,
2018). Berdasarkan DKK Surakrta Tahun 2016, Kota Surakarta merupakan
penyumbang terbesar kasus HIV di Jawa Tengah. Jumlah kasus HIV/AIDS di
Surakarta dari Oktober 2005 – Juni 2018 yaitu 822 kasus. Berdasarkan usia,
75,91% ODHA berada pada usia produktif dan 9% ODHA adalah remaja usia
15-19 tahun dengan 21 HIV dan 6 AIDS. Kasus HIV/AIDS di Kota Surakarta
penyebabnya masih didominasi oleh heteroseksual, yaitu hubungan perilaku
seksual yang tidak aman. Bahkan jumlahnya mencapai 80%, sedangkan
sisanya disebabkan dari jarum suntik dan lainnya (KPA Surakarta, 2018).

Berdasarkan tingginya angka kasus HIV/AIDS pada remaja,


pendidikan kesehatan reproduksi oleh orang tua sebagai sumber utama dan
pertama dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada
remaja terutama yang berkaitan dengan pendidikan mengenai reproduksi,
keterbukaan orangtua akan sangat berpengaruh pada pemahaman anak-
anaknya terhadap apa dan bagaimana reproduksi dan aspek-aspek yang
lain, sehingga peran orang tua akan sangat penting sekali. Namun orang tua
enggan memberikan pemahaman kesehatan reproduksi kerena sikap orang
tua yang menganggap pemberian informasi seksualitas dan kesehatan
reproduksi masih tabu (Mahmudah, 2016).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku orang tua


dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada
remaja yaitu pengetahuan, sikap usia, jenis kelamin, peran keluarga, teman
sebaya, penggunaan media sosial Informasi yang benar, diharapkan remaja
memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi, tetapi kenyataan yang ada bahwa remaja tidak begitu paham,

2
mengenai, a) Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
,b) Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya,
c) Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi
kesehatan reproduksi, d) Bahaya penggunaan obat obatan e) Pengaruh sosial
dan media terhadap perilaku seksual, f) Kekerasan seksual dan bagaimana
menghindarinya, g) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat
negatif, h) Hak-hak reproduksi (Seno Aji. 2019).
Keyakinan adalah sesuatu kepercayaan individu tentang berapa besar

kemungkinan bahwa perilaku akan membawa suatu akibat jika dilakukan.

Menurut penelitian Windijarti, (2011), ada hubungan antara keyakinan orang

tua terhadap sikap perilaku orang tua dalam memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja. Hal tersebut dilihat dari

orang tua memiliki keyakinan bahwa memberikan pendidikan seksualitas

pada anak dapat mencegah anak jauh dari penyimpangan perilaku seksual,

sehingga orang tua memiliki sikap yang positif dalam perilaku memberikan

pendidikan seksualitas pada remajanya. Berbeda dengan penelitian , Aprilia

(2015), tidak ada hubungan antara keyakinan orang tua terhadap sikap

perilaku orang tua dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan

seksualitas pada remaja. Hal tersebut dilihat dari orang tua yang memiliki

keyakinan pendidikan seksualitas harus diberikan pada anak sejak usia dini,

asalkan ada batasan – batasan tertentu. Tetapi hal tersebut tidak berhubungan

3
dengan sikap karena ketika anak menanyakan suatu hal tentang kesehatan

reproduksi dan seksualitas orang tua memilih diam tidak menjawab.

Berdasarkan hasil survai pendahuluan di Surakarta yang dilakukan


kepada 25 orang tua yang memiliki anak usia Remaja 15-19 tahun, didapatkan
hasil bahwa 5 orang (20%) memberikan pendidikan seksualitas dan kesehatan
reproduksi pada remaja sedangkan 20 orang (80%) belum memberikan
pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja. Sebagian orang
tua yang tidak memberikan pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi
dikarenakan kurangnya keyakinan orang tua terhadap pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksulitas remaja ditandai dengan 21 orang (75%) yang tidak
mempercayai bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja
efektif dalam menurunkan masalah kesehatan reproduksi pada remaja
sedangkan hanya 4 orang (25%) yang percaya bahwa pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksualitas remaja mampu menurunkan masalah kesehatan
reproduksi pada remaja.
Pentingnya pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual pada
remaja, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
mengenai “Hubungan Keyakinan Perilaku dengan Sikap Orang Tua mengenai
Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada Remaja di
Surakarta”

B. RUMUSAN MASALAH
“Apakah ada hubungan antara keyakinan perilaku dengan sikap orang
tua mengenai pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas
pada remaja di Surakarta? “

4
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan keyakinan perilaku dengan sikap orang tua
mengenai pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas
pada remaja di Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik orang tua yang mempunyai remaja di
wilayah Surakarta
b. Mendeskripsikan keyakinan perilaku dan sikap orang tua dalam
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada
remaja di Surakarta
c. Menganalisis hubungan keyakinan perilaku dengan sikap orang tua
mengenai pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas
pada remaja di Surakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Orang Tua yang Memiliki Remaja
Dapat memberikan informasi para orang tua dalam pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja untuk
meningkatkan pengetahuan remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan kesehatan dalam langkah upaya
pencegahan kususnya terkait kesehatan remaja.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi dalam melakukan penelitian lain untuk
pengembangan ilmu pengetahuan terkait hubungan keyakinan perilaku
dengan sikap orang tua mengenai pendidikan kesehatan reproduksi pada
remaja, serta menambah wawasan dan pengetahuan dalm pengembangan
selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Definisi Remaja

Remaja adalah penduduk yang berusia 10-19 tahun yang


mengalami perubahan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
(WHO, 2015). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia
10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. (Widyastuti, dkk, 2009).

Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan


semua aspek dari masa kanak – kanak menuju dewasa. Peralihan ini sering
disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan masa remaja
mengalami kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai
berfungsi. Masa pematangan fisik pada remaja perempuan ditandai dengan
mulainya haid, sedangkan pada remaja laki – laki ditandai dengan
menglami mimpi basah (Sarwono, 2011).

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis


dan sangat rentan, karena apabila manusia melewati masa remajanya
dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam
perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Orang Barat menyebut
masa remaja dengan istilah “puber”, sedangkan orang Amerika
menyebutnya “adolesensi”, masyarakat Indonesia menyebutnya “akil
baligh, pubertas, atau remaja”. Istilah “puber” berasal dari kata
“pubertas” yang berasal dari bahasa Latin “puber” berarti masa remaja
dan “pubertas” berarti jenjang kematangan fisik (Irianto, 2014)

6
2. Tahap Perkembangan Remaja
Terdapat tiga tahap perhembangan dalam remaja (Sawyer, 2012),
yaitu:
a. Remaja Awal
Remaja awal disebut dengan istilah asing yaitu early
adolescence memiliki rentang usia antara 10 – 14 tahun. Pada tahap ini
mereka masih belum mengerti akan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya dan dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka
juga mengembangkan pikiran – pikiran baru, mudah tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis tetapi mereka belum
memiliki pemikiran untuk masa depan.
b. Remaja Akhir
Remaja akhir atau yang sering disebut dengan late adolescence
merupakan remaja dengan rentang usia 15 – 19 tahun. Pada masa ini
pertumbuhan remaja perempuan mulai melambat tetapi untuk remaja
laki – laki masih berlanjut. Masa ini merupakan masa menuju dewasa
dengan sifat egois untuk mementingkan diri sendiri dan mencari
pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas
seksualnya. Mereka biasanya sudah berpikir matang dalam mengambil
keputusan.
c. Dewasa Awal
Dewasa awal atau yang sering disebut dengan young adulthood
merupakan dewasa awal dengan rentang usia 20 – 24 tahun. Pada
masa dewasa awal ini mereka memiliki kemampuan untuk
memikirkan ide dari awal hingga akhir, kemampuan untuk menunda
hasrat seksual, dan kepedulian terhadap masa depan terus meningkat.

7
3. Ciri - Ciri Remaja
Menurut Willis (2012) ada 3 ciri utama pada masa remaja, yaitu :
a. Ciri primer
Matangnya organ seksual yang ditandai dengan menstruasi
(menarche) pertama pada anak perempuan dan produksi cairan sperma
pertama (noctunal seminal emission) pada anak laki-laki. Yang
dimaksud dengan peristiwa menarche (menstruasi) ialah terjadinya
pendarahan (haid) pertama pada alat kelamin perempuan. Pada
peristiwa menarche remaja perempuan tidak mengalami kesenangan
melainkan banyak mengalami gangguan seperti sakit perut, sakit
kepala, badan tidak enak dan lain-lain.
Produksi cairan sperma pertama pada laki-laki menyebabkan
terjadinya ekresi alat kelamin (alat kelamin tegang/bangun), yang
kemudian diikuti keluarnya air mani yang biasanya dalam mimpi yang
disebut mimpi basah. Berfungsinya kelenjar kelamin (tes-tis)
menyebabkan timbulnya nafsu syahwat (dorongan seks).
b. Ciri sekunder
Perubahan pada bentuk tubuh pada kedua jenis kelamin itu.
Anak perempuan mulai tumbuh buah dada (payudara), pinggul
membesar, paha membesar karena tumpukan zat lemak, dan tumbuh
bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak. Pada anak laki-laki terjadi
perubahan otot, bahu melebar, suara mulai berubah, tumbuh bulu pada
alat kelamin dan ketiak, serta kumis pada bibir. Di samping itu terjadi
pula pertambahan berat badan pada kedua jenis kelamin itu.
c. Seks tertier
Perubahan yang terjadi pada ciri tertier yang tampak ialah
perubahan tingkah laku. Perubahan itu erat juga sangkut pautnya
dengan perubahan psikis, yaitu perubahan perubahan tingkah laku

8
yang tampak seperti perubahan minat, antara lain minat belajar
berkurang, timbul minat pada jenis kelamin lainnya, juga minat
tehadap kerja menurun. Pada anak perempuan sering memperhatikan
dirinya. Perubahan lain juga pada emosi, pandangan hidup, sikap dan
sebagainya. Karena perubahan inilah jiwanya selalu gelisah. Dan
sering pula konflik dengan orang tua karena adanya perbedaan sikap
dan pandangan hidup. Terkadang juga bertentangan dengan
lingkungan masyarakat dikarenakan adanya perbedaan norma yang
dianutnya dengan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
4. Masalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja menurut
Widyastuti (2009) yaitu :
a. Pengetahuna yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
b. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas.
c. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, yang mengarah pada
penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks
pra nikah.
d. Penyalahgunaan seksual.
e. Kehamilan remaja.
f. Kehamilan pra nikah / diluar ikatan pernikahan.
B. Pendidikan Seksulitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pendidikan adalah alat utama untuk mempromosikan kesejahteraan
seksual dan mempersiapkan anak-anak dan remaja orang untuk hubungan
yang sehat dan bertanggung jawab di berbagai tahap kehidupan mereka.
Pendidikan seksual dan kesehatan reproduski merupakan pembelajaran
meliputi kognitif, emosional, sosial, interaksi, dan fisik dari seksualitas yang

9
bertujuan untuk seorang individu mengambil keputusan dalam hal kesehatan
reproduksi dan seksual masing – masing (IPPF, 2018).
Pendidikan akan kesehatan reproduksi dan seksual yang efektif harus
disesuaikan dengan umur remaja, budaya, dan konteks kehidupan remaja,
serta memberikan informasi yang akurat. Hal ini penting untuk menjaga
ketahanan kesehatan reproduksi remaja sehingga perlu mendapat perhatian
khusus baik dari pihak pemerintah, LSM, masyarakat, maupun keluarga, guna
menjamin kualitas generasi mendatang (BKKBN dan UNESCO, 2012).
Banyak remaja yang mencapai usia dewasa tanpa persiapan sehingga
menyebabkan mereka mengalami konflik dan kebingungan terkait dengan
seksualitas dan gender. Hal ini disebabkan pembelajaran kesehatan reproduksi
dan seksual masih menjadi hal tabu untuk dibicarakan dengan orang dewasa
termasuk orang tua dan guru. Kenyataanya pada usia tersebut banyak remaja
yang masih sangat membutuhkan informasi yang benar dan komprehensif
mengenai kesehatan reproduksi dan seksual (BKKBN dan UNESCO, 2012).
Orangtua adalah dua individu pria dan wanita yang terikat dalam
perkawinan dan bertanggung jawab sebagai pendidik bagi anak-anaknya
(Ihsan, 2010). Orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak
anaknya, oleh karena itu dalam mengantarkan anak remajanya ke alam
dewasa. Pada masa ini orangtua mempunyai peran yang besar membantu
remaja dalam meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan masalah
serta mulai mencoba membuat keputusan atau tidak selalu menuruti teman-
temanya (BKKBN, 2009).
1. Pendidikan Seksualitas Remaja oleh Orang Tua
Pendidikan seksualitas adalah proses pengajaran dan pembelajaran
berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial dari
seksualitas. Ini bertujuan untuk melengkapi anak-anak dan remaja dengan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan
memberdayakan mereka untuk menyadari kesehatan, kesejahteraan, dan

10
martabat mereka, mengembangkan hubungan bagaimana pilihan mereka
mempengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dan orang lain, memahami
dan memastikan perlindungan hak-hak mereka sepanjang hidup mereka
(UNESCO, 2018).

Materi dalam Pendidikan Seksualitas terdiri dari delapan topik yaitu:

a. Pertama topik memahami seksualitas sehat dan tidak sehat meliputi:


1) Keluarga, materi ini untuk mengetahui peran dan hubungan
keluarga dalam menggambarkan bagaimana saudara kandung,
orang tua / wali atau diperluas keluarga dapat memberikan
dukungan kepada remaja yang berkaitan dengan seksualitas dan
kesehatan reproduksi yang sehat dan tidak sehat.
2) Persahabatan, cinta, dan hubungan romantik, materi ini untuk
memberitahu remaja bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa
kasih sayang yang sehat dan tidak sehat kepada orang yang remaja
kasihi, seperti halnya kepada teman lawan jenisnya.
3) Toleransi, inklusi, dan rasa hormat, materi ini agar remaja dapat
menganalisis dampak stigma dan diskriminasi terhadap individu,
komunitas, dan masyarakat yang berkaitan dengan seksualitas.
4) Pola asuh yang baik, sehingga anaknya dapat terhindar dari
perilaku beresiko HIV AIDS dan IMS pada remaja.
b. Kedua topik norma sosial seksualitas meliputi :
1) Nilai seksualitas, materi ini agar remaja dapat membedakan
perilaku terkait seksualitas untuk mereka dan orang yang lebih
tua.
2) Hak asasi seksualitas, hak-hak ini menjamin hak-hak dasar setiap
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki
anak dan untuk memperoleh informasi dan juga terkandung

11
makna memiliki hak untuk mmperoleh standar tertinggi dari
kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk hak mereka untuk
membuat keputusan menyangkut reproduksi yang bebas dari
diskriminasi, perlakuan sewenang-wenang, dan kekerasan.
3) Sosial dan budaya seksualitas, materi ini agar remaja dapat
membedakan norma sosial dan budaya yang secara positif dan
negatif mempengaruhi keyakinan dan perasaan mereka tentang
seksualitas dan perilaku seksual yang dipengaruhi oleh pandangan
masyarakat mengenai perilaku seksulitas yang baik dan benar.
c. Ketiga topik memahami gender meliputi :
1) Kontruksi sosial dan norma gender, materi ini diharapkan remaja
dapat menganalisis norma – norma sosial yang berkaitan dengan
seksualitas di masyarakat.
2) Kesetaraan, stereotip, dan bias gender, materi ini diharapkan
remaja dapat mengetahui ketidaksetaraan gender dan kebijakan
atau kegiatan yang memihak salah satu gender sehingga dapat
merugikan.
3) Kekerasan berbasis gender, materi ini diharapkan remaja
mengetahui kekerasan pasangan intim yang memiliki berbagai
bentuk dan mereka mampu menyikap dengan baik menggunakan
tanggung jawabnya.
d. Keempat topik meliputi perilaku seksual yang sehat, meliputi :
1) Kekerasan, materi ini remaja diharapkan dapat menganalisis
contoh – contoh upaya yang berhasil untuk mengurangi berbagai
bentuk kekerasan termasuk fisik, psikologis, dan seksual.
2) Privasi dan integritas tubuh, materi ini remaja diharapkan dapat
menganalisis manfaat memberi dan menolak persetujuan seksual.
Sehingga remaja juga mampu membandingkan bagaimana tubuh
pria dan wanita diperlakukan secara berbeda.

12
3) Penggunaan informasi secara aman dan teknologi komunikasi,
materi ini remaja diharapkan dapat menggunkan informasi dan
teknologi komunikasi dengan baik dalam mengakses seksualitas.
e. Kelima yaitu topik keterampilan untuk kesehatan dan kesejahteraan,
meliputi :
1) Norma dan pengaruh teman terhadap perilaku seksual, pada
materi ini diharapkan remaja mampu membuat keputusan tentang
perilaku seksual sesui dengan norma dan dapat melawan apabila
dipengaruhi negatif oleh teman sebayanya.
2) Keterampilan berkomunikasi, menolak dan bernegoisasi dalam
perilaku seksual, sehingga remaja dapat menganalisis contoh –
contoh komunikasi yang efektif untuk mengekspresikan
kebutuhan pribadi dan batasan melakukan seksual.
3) Literasi media seksualitas, materi ini remaja diharapkan dapat
menggunakan media sebagai tempat promosi perilaku seksual
yang baik.
4) Mencari bantuan dan dukungan tanpa rasa malu.
f. Keenam yaitu topik tubuh dan perkembangan manusia sehingga dapat
mengetahui perubahan kapasitas dan fungsi tubuh seiring usia,
meliputi :
1) Anatomi dan fisiologi seksual dan reproduksi yaitu tentang
perubahan tubuh pria dan wanita dari waktu ke waktu.
2) Reproduksi, pada materi ini terkait kesuburan seseorang yang
mempengaruhi kehamilan.
3) Pubertas yaitu perubahan emosi dan fisik seseorang selama masa
remaja.
4) Citra tubuh yaitu bentuk penampilan tubuh seseorang.
g. Ketujuh yaitu topik seksualitas dan perilaku seksual materinya
meliputi seks, seksualitas dan siklus seksual, perilaku seksual dan

13
respon seksual sehingga dapat menengetahui tentang adopsi perilaku
seksual.
h. Kedelapan yaitu topik kesehatan seksual dan reproduksi meliputi
kehamilan, stigma, perawatan, pengobatan dan dukungan HIV/AIDS,
memahami, mengenali dan mengurangi risiko IMS termasuk HIV
sehingga dapat menerapkan strategi pengurangan resiko masalah –
masalah dalam seksualitas dan kesehatan reproduksi (UNESCO,
2018).

2. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Orang Tua


Pendidikan kesehatan reproduksi harus dianggap sebagai bagian dari
proses pendidikan yang mempunyai tujuan untuk memperkuat dasar-
dasar pengetahuan dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan
kesehatan reproduksi merupakan upaya bagi remaja untuk meningkatkan
pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif tentang kesehatan
reproduksi dan seksualnya, serta meningkatkan derajat reproduksinya.
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan
oleh remaja. Hal ini dikarenakan dengan memiliki informasi dan
pengetahuan yang benar maka remaja akan banyak mengambil manfaat.
Dampak positif dari pengetahuan yang benar mengenai kesehatan
reproduksi yaitu dapat mencegah perilaku seks pra nikah serta
dampaknya termasuk kehamilan tidak diinginkan, HIV/AIDS dan Infeksi
Menular Seksual (IMS) dapat dicegah (Pinandari, 2015)
Menurut Nurohmah (2013) tahapan usia dalam memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi sejak usia dini, yaitu:
a. Balita (1-5 tahun)
Pada usia ini penanaman pendidikan kesehatan reprodukjsi
cukup mudah dilakukan yaitu mulai mengenalkan kepada anak
tentang organ reproduksi yang dimilikinya secara singkat. Dapat

14
dilakukan ketika memandikan si anak dengan memberitahu organ
yang dimilikinya, misalnya rambut, kepala, tangan, kaki, perut, penis
dan vagina. Terangkan juga perbedaan alat kelamin dari lawan
jenisnya. Tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh
dipertontonkan dengan sembarangan. Pada usia ini juga perlu
ditandaskan tentang sikap asertif yaitu berani berkata tidak kepada
orang lain yang akan berlaku tidak senonoh. Dengan demikian dapat
melindungi diri anak terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan
pelecehan seksual.
b. Usia 3 – 10 tahun.
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks.
Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan
umum mengenai asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana
dan terus terang biasanya efektif.
c. Usia menjelang remaja.
Pada saat ini, anak semakin berkembang, mulai saatnya
diterangkan mengenai menstruasi (haid), mimpi basah, dan juga
perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seseorang remaja.
Orangtua bisa menerangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami
perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh
bulubulu di sekitar alat kelaminnya.
d. Usia remaja.
Seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara
seksual. Orangtua perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang
baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas
seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.

15
C. Perilaku Pemberian Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Remaja
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus-Organisme–Respon. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus
ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain (Notoatmodjo, 2010).

16
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Fishben dan Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap terhadap objek sikap antara lain:
1) Keyakinan Perilaku ( Theory Of Reasoned Action)
Theory Of Reasoned Action dikembangkan oleh Ajzen dan Fishben.
Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia
percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya (Azjen dan
Fishben dalan Azwar, 2013). Teori tindakan beralasan juga mengatakan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan
keputusan yang teliti dan beralasan. Komponen yang mempengaruhi
yaitu sikap yang spesifik terhadap sesuatu, norma subjektif, dan sikap
terhadap suatu perilaku bersama dengan norma subjektif

2) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalamanpribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.

17
4) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
5) Media massa
Berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat kabar,
majalah,dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Media masa memberikan
pesan – pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang.
6) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukkan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran – ajarannya.
7) Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang befungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

18
E. Kerangka Teori
F.
Behavioral beliefs
G.
Keyakinan perilaku
H.
pemberian pendidikan
I.kesehatan reproduksi
Sikap dalam pemberian
J. dan seksualitas pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksualitas
remaja

behavior evaluation
Pengalaman pribadi

Normative beliefs
1. Pengaruh budaya Perilaku
2. Lembaga pendidikan pemberian
Minat perilaku
dan agama pendidikan
kesehatan
3. Media massa reproduksi dan
seksualitas dari
orang tua pada
Remaja
Motivation to comply
Norma subjektif
1. Pengaruh orang lain
2. Faktor emosional
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Fishben dan Azwar (2013) dalam Theory of Reasoned
Action (TRA)

19
F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Keyakinan Perilaku Orang Tua Sikap Orang Tua Mengenai


Mengenai Pemberian Pemberian Pendidikan
Pendidikan Kesehatan Kesehatan Reproduksi
Reproduksi dan Seksualitas dan Seksualitas Pada
Pada Remaja Remaja

Gambar 2. Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Ada hubungan antara keyakinan perilaku dengan sikap orang tua mengenai
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja di
Surakarta.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan crosssectional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis antara variabel bebas (keyakinan perilaku orang tua mengenai
pemberian pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi) dengan variabel
terikat (Sikap orang tua mengenai pemberian pendidikan seksualitas dan
kesehatan reproduksi) pada remaja di Kota Surakarta, yang datanya diambil
dalam waktu bersamaan atau satu waktu.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020 dan tempat
penelitian akan dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Surakarta yaitu,
Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Serengan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki
remaja usia 15-19 tahun di Surakarta sebesar 45.177 jiwa (Dispendukcapil
Surakarta, 2019 ).
2. Sampel
Sampel adalah perwakilan dari keseluruhan populasi orang tua yang
memiliki remaja usia 15-19 tahun di wilayah Surakarta.
a. Jumlah Sampel
𝑁.(𝑍21−𝛼 )𝑝.𝑞
2
n=
𝑑2 .(𝑁−1)+ (𝑍21−𝛼 )𝑝.𝑞
2

21
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi (45.177)
𝑍21−𝛼/2 = Nilai statistik z untuk 𝛼 95% 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 1,96
p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi (2,3%)=
0,23
q = 1- p = 1- (0,23) = 0,77
d = Derajat penyimpangan yang digunakan (5%) = 0,05
Maka :
𝑁.(𝑍21−𝛼 )𝑝.𝑞
2
n=
𝑑2 .(𝑁−1)+ (𝑍21−𝛼 )𝑝.𝑞
2

45177.(1,96)2 .0,23.0,77
n= (0.05)2.(45177−1) + (1,96)2.0,23.0,77
30.265,6029
n= 113,609934

n=266,36 n = 267
Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan sampel
minimal penelitian ini adalah 267 sampel. Upaya untuk mengantisipasi
efek non respon, jumlah sampel minimal yang harus diperhitungkan
dengan perkiraan jumlah subjek yang non respons, sehingga jumlah
subjek minimal yang diperlukan harus dikalikan faktor non respons
dengan rumus:
1
b. q = 1−𝑓

Keterangan :
q = Proporsi non respons (faktor non respons) = 10%
f = Persentase perkiraan efek non respons
Maka diperoleh besar sampel minimal dengan perkiraan efek non
respons sebagai berikut:

22
1
q = 1−𝑓
1
q = 1−0,1

q = 1,11
n = q x jumlah sampel minimal
n = 1,11 x 267
n = 296,37 = 297 responden
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
Multistage Cluster Random Sampling. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan rumus secara bertahap :
1) Tahap pertama (one-stage cluster):
n' = n x def
𝑛₀ 𝑉
n= 𝑛0 deff = (𝑝.𝑞)
(1+ 𝑁 ) 𝑛

𝑡² 𝑝.𝑞 𝑑
n₀ = 𝑑²
V = ( 𝑡 )²

2) Tahap kedua (two-stage cluster)


n'' = n x def
𝑛₀ 𝑉
n= 𝑛0 deff = (𝑝.𝑞)
(1+ 𝑁 ) 𝑛

𝑡² 𝑝.𝑞 𝑑
n₀ = 𝑑²
V = ( 𝑡 )²

3) Tahap Ketiga (Three Stage Multi-Stage Cluster)


n''' = n x def
𝑛₀ 𝑉
n= 𝑛0 deff = (𝑝.𝑞)
(1+ 𝑁 ) 𝑛

𝑡² 𝑝.𝑞 𝑑
n₀ = 𝑑²
V = ( 𝑡 )²

23
Keterangan :
n' = Sampel untuk tahap pertama (one-stage cluster)
n'' = Sampel untuk tahap kedua (two-stage cluster)
n''' = Sampel untuk tahap ketiga (Three Stage Multi-Stage Cluster)
n = Sample untuk unit primer
n₀ = Sampel asumsi
d = Sampling error 5% (0,05)
t = Koefisien Kepercayaan 95% (1,96)
p & q = Parameter proporsi binomial (0,158 & 0,842)
deff = design effect
N = Populasi untuk unit primer
Maka :
 Tahap pertama (one-stage cluster) menentukan kecamatan:
n' = 5 x 0,023
= 0,117 = 1

(1.96)2 ((0,158)(0.842)) 0.05 2


n₀ =
0,052 V = (1.96)

= 205 = 0,000625

205 0,000625
n= 205 deff = 0,158.0.842
(1+ 5 ) ( 5
)

=5 = 0,023

24
 Tahap kedua (two-stage cluster) menentukan kelurahan :
n' = 11 x 0,052
= 0.572 = 1

(1.96)2 ((0,158)(0.842)) 0.05 2


n₀ =
0,05 2 V = (1.96)

= 205 = 0,000625

205 0,000625
n= 205 deff = 0,158.0.842
(1+ 11 ) ( 11
)

= 11 = 0,052

 Tahap ketiga (Three Stage Multi-Stage Cluster) menentukan


RW :
n' = 7 x 0,033
= 0,231 = 1

(1.96)2 ((0,158)(0.842)) 0.05 2


n₀ =
0,05 2 V = (1.96)

= 205 = 0,000625

205 0,000625
n= 205 deff = 0,158.0.842
(1+ 7 ) ( 7
)

=7 = 0,033

25
Tabel 1. Jumlah sampel setiap RW di Kelurahan Bumi

NO RW Jumlah RT Jumlah Hasil


Sampel Random

1. RW 1 5 125 2

2. RW 2 4 103 3

3. RW 3 4 69 6

4. RW 4 5 81 1

5. RW 5 3 70 4

6. RW 6 4 61 5

7. RW 7 3 41 7

Total 28 550

Setelah melakukan perhitungan hasil didapatkan 1 kecamatan,


1 kelurahan dan sekurang-kurangnya 1 RW. Namun jumlah KK
(Kepala Keluarga) pada satu RW tidak memenuhi kebutuhan sampel
sehingga peneliti merendom 4 RW Setelah melakukan random terpilih
kecamatan Laweyan, Kelurahan Bumi, RW 4, RW 1, RW 2, dan RW
5. Sehingga sampel yang diambil semua orang tua yang memiliki
remaja usia 15-19 tahun di RW tersebut berjumlah 379 responden .

Sampel pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki remaja
15-19 tahun. Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam penelitian ini
antara lain:
1) Kriteria inklusi
a) Bersedia menjadi responden.

26
b) Mempunyai remaja berusia 15-19 Tahun
c) Tinggal di Surakarta
2) Kriteria eksklusi
a) Saat penelitian tidak di Surakarta
b) Orang tua yang memiliki anak remaja gangguan mental
c) Remaja yang tidak tinggal satu rumah bersama orang tua
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi sebab
adanya perubahan pada variabel terikat. Pada penelitian ini, variabel
bebasnya adalah keyakinaan perilaku orang tua tentang pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja.
b. Variabel terikat (dependent Variabel)
Variabel terikat yaitu variabel yang akan berubah akibat
perubahan variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya
adalah sikap orang tua mengenai pemberian pendidikan pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Sikap yaitu tanggapan orang tua mengenai pemberian pendidikan
seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja.
1) Alat ukur : kuesioner
2) Cara ukur : wawancara
3) Skala : nominal
4) Kategori :
a) Positif (skor ≥ mean/median)
b) Negatif (skor < mean/median)

27
b. Keyakinan perilaku yaitu keyakinan orang tau mengenai dampak dari
pemberian pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi dari orang
tua ke remaja usia 15 – 19 tahun.
1) Alat ukur : kuesioner
2) Cara ukur : wawancara
3) Skala : nominal
4) Kategori :
a) Tinggi (skor ≥ mean/median)
b) Rendah (skor < mean/median)
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif yang diperoleh dari data mengenai kasus HIV/AIDS pada
remaja yang ada di wilayah Surakarta
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden berupa data tentang
keyakinan perilau dan sikap orang tua dalam pemberian pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja .
b. Data Sekunder
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu data kasus HIV/AIDS
pada remaja di Kota Surakarta dan Kantor Catatan Sipil Kota
Surakarta untuk mengetahui jumlah remaja yang ada di Kota Surakarta
3. Cara Pengumpulan Data
a. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner
b. Teknik Pengumpulan Data

28
Pengambialan data dengan menggunakan kuesioner yang di bagikan
kepada orang tua yang memiliki anak usia 15-19 tahun. Jawaban dari
kuesioner yang telah dihitung secara manual, dilakukan uji analisis
untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel
dependent dengan menggunakan uji statistik dengan skala yang
tersedia.
4. Langkah-langkah Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Peneliti melakukan perijinan pada instansi terkait
2) Peneliti melakukan survei pendahuluan terhadap kasus yang
terjadi pada remaja mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi
di wilayah Surakarta berkaitan dengan masalah penelitian tentang
hubungan keyakinan perilaku dengan sikap orang tua mengenai
pemberian pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi pada
remaja di Surakarta.
3) Peneliti yang telah melakukan survei pendahuluan kemudian
merumuskan penelitian dan menyusun proposal penelitian.
4) Proposal yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing.
5) Proposal yang telah disetujui oleh dosen pembimbing, penelitian
tersebut kemudian akan dipresentasikan di seminar proposal.
6) Peneliti akan melakukan revisi proposal penelitian
b. Tahap pelaksanaan
1) Proposal yang telah direvisi dan disetujui dosen pembimbing untuk
melanjutkan pada tahap penelitian, peneliti akan melakukan
perijinan.
2) Peneliti akan melakukan pengupulan data di lokasi penelitian
terhadap orang tua yang memiliki anak usia 15-19 tahun dengan
bantuan enumerator.

29
3) Peneliti melalui enumerator akan memberikan lembar informed
consent kepada orang tua yang memiliki anak usia 15-19 tahun
untuk ditanda tangani sebagai bukti kesanggupan menjadi
responden penelitian.
4) Peneliti menjelaskan cara menjawab kuesioner tersebut kepada
enumerator.
7) Peneliti yang dibantu enumator akan melakukan pengambilan data
terhadap orang tua dengan memberikan kuesioner hubungan
hubungan keyakinan perilaku dengan sikap orang tua mengenai
pemberian pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi pada
remaja di Surakarta.
5) Enumerator menjelaskan cara menjawab kuesioner tersebut kepada
responden
6) Peneliti mengumpulkan kembali dan mengecek kembali kuesioner
yang telah selesai diisi oleh responden dari enumerator.
c. Tahap Penyelesaian
1) Pengolahan data meliputi editing, scoriing, coding, entry, dan
tabulating.
2) Menganalisis hubungan dari masing-masing variabel yang telah
diteliti.
3) Penulisan laporan tentang hasil, pembahasan, dan kesimpulan
penelitian.
4) Ujian skripsi dan penyelesaian laporan.
F. Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2012) pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Editing pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di antaranya
kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner,

30
sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh
peneliti.
2. Scoring, yaitu dengan memberikan nilai pada setiap item jawaban
pertanyaan dari variabel yang diteliti
3. Coding, melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan
pengolahan data. Angka yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Kode Sikap b. Kode Keyakinan Perilaku
0 : Positf 0 : Tinggi
1 : Negatif 1 : Rendah
4. Entry memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer
dengan menggunakan sistem atau program komputer.
5. Tabulasi mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah di siapkan. Setiap pertanyaan yang
sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan
jumlah pertanyaan pada kuesioner.
G. Instrumen
1. Uji Validitas
Menurut Azwar dan Joedo (2014) validitas berasal dari kata valid
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang hendak diukur. Uji Validitas akan dilakukan di
Kecamatan Pasar Kliwon, karena mempunyai karakteristik wilayah yang
sama dan memiliki angka kejadian IMS tertinggi di Surakarta. Uji
Validitas menggunakan sampel 30 responden, untuk mengetahui validitas
kuesioner sikap, dan keyakinan perilaku maka peneliti menggunakan
rumus product moment.

31
r =
Keterangan:
R : koefisien korelasi antar variabel X dan Y
N : jumlah subjek
⅀X : skor masing-masing item
⅀Y : skor total

2. Uji Reliabilitas
Notoatmodjo ( 2010) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Uji Reliabilitas akan dilakukan di Kecamatan Pasar
Kliwon, karena mempunyai karakteristik wilayah yang sama dan memiliki
angka kejadian IMS tertinggi di Surakarta. Dalam penelitian ini
menggunakan dis-kontinum dengan skor pertanyaan nol dan satu KR.20.
Koefisien reliabilitas suatu instrument mempunyai angka yang berada
dalam rentang 0 sampai 1.00 jika koefisien reliabilitas mendekati angka
1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Suatu instrumen dikatakan
reliable jika koefisien >0,60 (Notoatmodjo, 2014).

Keterangan:
a) 𝑟11 = Koefisien realibilitas instrumen
b) 𝑘 = jumlah butir pertanyaan
c) kV𝑡 = varian skor total
d) 𝑀 = skor rata – rata

32
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Univariat
Analisis data yang dilakukan untuk mendeskripsikan variabel yang
diteliti dengan tujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel yang diteliti
2. Analisisi Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas yaitu keyakinan perilaku hubungan dengan variabel terikat
yaitu sikap orang tua mengenai pemberian pendidikan kesehatan
reproduksi dan seksualitas dengan cara melakukan uji statistik Chi Square.
Namun, apabila Chi Square tidak memungkinkan karena nilai e > 25%
maka akan digunakan alternatif Fisher Exact. Analisis data dilakukan
dengan taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antara
variabel penelitian dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika nilai sig p < 0,05 (CI) 95%, Ha diterima, maka ada hubungan.
b. Jika nilai sig p ≥ 0,05 (CI) 95%, Ha ditolak, maka tidak ada hubungan.
Setelah mendapat p value, dilanjutkan dengan mencari nilai
asosiasi.Apabila datanya berbentuk nominal dengan table 2×2 adalah
koefisien phi. Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien
phi yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
1) 0,01 – 0,199 = Hubungan sangat lemah
2) 0,20 – 0,399 = Hubungan lemah
3) 0,40 – 0,599 = Hubungan cukup kuat
4) 0,60 – 0,799 = Hubungan kuat

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka


Cipta

Astri Aprilia, (2015). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 3. Semarang

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

BKKBN (2009). Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat.


Jakarta: BKKBN.
BKKBN. (2012) Keluarga Adalah Kunci Utama Pencegahan TRIAD KRR pada
Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Ketahana Remaja.

BKKBN dan UNESCO. (2012). Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi dan


Seksualitas yang Komprehensif. Jakarta: UNESCO.

Elfrida Anugraheni, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Kesehatan


Masyarakat, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember
68121

Ida Windijarti, (2011). Jurnal ilmu komunikasi, Volume 9. Yogyakarta

Ihsan, Fuad. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka Cipta

Internasional Planned Parenthood Federation (IPPF). (2018). Sexuality Education in


Europe and Central Asia State of the Art and Recent Developments An
Overview of 25 Countries. Federal Center for Health Education: European
Network.

IPPF & BZgA. (2018). Sexuality Education in Europe and Central Asia. State of the
art and recent development. An overview of 25 countries.

34
IPPF. (2017). Deliver and enable, toolkit: scaling up comprehensive sexuality
education, London.

Irianto Koes, 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Alfabet.

Izugbara CO: Home-based sexuality education: Nigerian parents discussing sex with
their children. Youth & Society. 2008, 39 (4): 575-600.

Kemenkes RI. (2017). Laporan Perkembangan AIDS dan PIMS di Indonesia Jakarta:
Ditjen P2P Kemenkes Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

KPA Surakarta (2018). Analisa Situasi HIV, Sifilis & Hepatitis B dan Layanan Kota
Surakarta. Surakarta: KPA Surakarta

Kristina. Yunita (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika

Lembaga Demografi. Brief Notes Prioritaska Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk


Menikmati Bonus Demografi. FEB UI Juni 2017.

Linda Ratna Wati, Midwifery Departement, Faculty of Medicine, Universitas


Brawijaya, Malang,

Mahmudah., Yaunin, Y., & Lestari, Y. (2016). Faktor faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 3(4), 111-121

Nurohmah, A. (2013). Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini


Dalam Keluarga. Diakses tanggal 21 November 2019

Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

35
Notoatmodjo S. (2014). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
KPA Surakarta (2018). Analisa Situasi HIV, Sifilis & Hepatitis B dan Layanan Kota
Surakarta. Surakarta: KPA Surakarta.

Pinandari, Anggriyani Wahyu, Siswanto Agus Wilopo, Djauhar Ismail. (2015).


Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan Seksual Pranikah
Remaja Indonesia . Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Naional. Vol.
10. No. 1. Halaman: 44-50.

Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Sarwono. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sawyer, S.M., Afifi, R.A., Bearinger, L. H., Blakemore, S. J., Dick, B., Ezeh, A. C.,
& Patton, G. C. (2012). Adolescence: a foundation for future health. The
Lancet, 379(9826), 1630 – 1640.

Seno Aji. 2019. Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam Aspek Sosial. Jakarta

Sugiyono. (2010).Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Jakarta: alfabeta.

UNESCO. (2018). Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang


Komprehensif. Jakarta: UNESCO.

Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi Yogyakarta: Fitramaya.

Willis, S. S. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

WHO. (2014). World Health Statistics: World Health Organization: 2014

WHO. (2015). World Health Statistics: World Health Organization: 2015

36
Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden

PERNYATAAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
No Telepon :
Setelah memperoleh penjelasan mengenai maksut dan tujuan penelitian ini,
Saya menyadari manfaat penelitian tersebut dan tidak merugikan bagi Saya, maka
Saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul:
“HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG TUA
MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI SURAKARTA”

Yang dilakukan oleh:


Nama : Dani Eka Prasetya
NIM : J410160133
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.

Surakarta, Mei 2020


Responden

(........................................)

37
Lampiran 2. Lembar Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN KEYAKINAN PERILAKU DENGAN SIKAP ORANG


TUA MENGENAI PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI
SURAKARTA”

Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)


Tanggal Penelitian : (diisi oleh peneliti)

A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Jenis kelamin :L/P
4. Nama anak :
5. Jenis Kelamin anak :L/P
6. Jumlah anak :
7. Usia anak :
8. Serumah dengan remaja :
9. Status Pendidikan :
a. TK
b. SD
c. SMP/sederajat
d. SMA/sederajat
e. D3/Sarjana
10. Pekerjaan :
a. Buruh

38
b. Pedagang
c. Swasta
d. PNS
e. Wiraswasta
d. Lain-lain…
11. Penghasilan :
12. Tempat tinggal Remaja :
a. Serumah
b. Kontrak/Kost
13. Riwayat sakit Anak :
a. Paru-paru
b. Jantung
c. Gangguan Jiwa
d. lain-lain

B. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah petunjuk pengisian sebelum mengisi kuesioner.

2. Bacalah pernyataan pada kuesioner dengan tenang, teliti, hati-hati dan


pastikan tidak ada pertanyaan yang terlewati.

3. Dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang jujur.

4. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang disediakan dan yang anda pilih.
5. Saudara/I dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam
menjawab kuesioner.
6. Jawaban anda adalah jawaban pribadi yang tidak akan diketahui orang lain
dan akan terjamin kerahasiaannya karena hanya akan diperlukan dalam
penelitian ini saja.

39
C. Pertanyaan

A. Keyakinan Perilaku Orang Tua

Petunjuk pengisian : Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang


tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami, dimana TS =
Tidak Setuju, S = Setuju.

No Pernyataan Jawaban

S TS

1. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
meningkatkan pengetahuan remaja dalam kesehatan
reproduksinya.

2. Saya yakin pemberian pendidikan yang baik dan benar


tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi dari
orang tua ke remaja bermanfaat untuk kesehatan
remaja.

3. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
menjadi pedoman dalam pergualan remaja.

4. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
membuat remaja tertekan.

5. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
mengubah persepsi remaja yang buruk menjadi lebih
baik.

6. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
membuat remaja lebih tenang dalam menangani
masalah kesehatan reproduksi dan seksualitasnya.

40
7. Saya yakin pemberian pendidikaan seksualitas dan
kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
membuat remaja menjadi berpikir negatif tentang
seksualitas.

8. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
membuat remaja menjadi semakin penasaran dengan
pergaulan bebas.

9. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
membuat remaja membatasi diri dalam pergaulan.

10. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
mencegah perilaku seksual yang tidak sehat.

11. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
membuat remaja bebas dalam berperilaku seksual.

12. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja
membuat remaja mampu menjaga kesehatan
reproduksinya dengan baik.

13. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
menjadi bekal untuk remaja dalam melewati masa
pubertasnya.

14. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua dapat membuat
remaja menjadi tertutup dengan kesehatan reproduksi
remajanya pada orang tua.

15. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua seharusnya
langsung diberikan melalui sekolah bukan orang tua.

41
16. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan
kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
membuat remaja lebih mudah mencari dukungan
perilaku seksual yang sehat.

17. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tau ke remaja akan
membuat remaja menjaga penampilan terdapa
tubuhnya di masyarakat.

18. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
membuat remaja semakin bertanggung jawab dalam
perilaku seksualnya.

19. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
mempermudah remaja memahami hak seksual
reproduksi lebih mudah.

20. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
mempermudah remaja memahami budaya perilaku
seksual di lingkungannya.

21. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
membuat remaja semakin baik dalam berkomunikasi
tentang seksual reproduksi.

22. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
membuat remaja semakin baik dalam menggunakan
informasi komunikasi dalam mengakses seksual
reproduksi

23. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
mengurangi kekerasan seksual pada remaja.

42
24. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan
kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja dapat
menjelaskan kesetaraan gender pada remaja.

25. Saya yakin pemberian pendidikan seksualitas dan


kesehatan reproduksi dari orang tua ke remaja akan
membuat remaja lebih baik dalam memahami dalam
pengungkapan rasa sayang pada teman atau
pasangannya.

B. Sikap

Petunjuk pengisian : Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang


tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami, dimana TS =
Tidak Setuju, S = Setuju.

NO Pernyataan S TS

1. Menurut Saya pengetahuan seksualitas dan


kesehatan reproduksi tidak penting bagi remaja

2 Menurut Saya pendidikan seksualitas secara dini


dapat menghindarkan remaja dari perilaku seksual
yang tidak sehat

3 Menurut Saya pendidikan kesehatan reproduksi itu


penting dan perlu diketahui oleh setiap remaja

4 Menurut Saya memberikan informasi tentang


kesehatan reproduksi sejak masa pubertas itu adalah
hal yang penting dan mendasar

5 Menurut Saya pendidikan kesehatan reproduksi


berkontribusi besar mengurangi perilaku
seksual yang tidak sehat

6 Menurut Saya pendidikan kesehatan reproduksi


pada remaja itu tabu untuk dibicarakan

43
7 Menurut Saya remaja akan tahu tentang kesehatan
reproduksi dengan sendirinya

8 Menurut Saya pendidikan kesehatan reproduksi


diberikan ketika anak mulai remaja, bukan hanya
diberikan pada saat remaja akan memasuki jenjang
pernikahan.

9 Menurut Saya orang tua harus bersikap terbuka dan


jujur dalam memberikan informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja.

10 Menurut saya membahas seksualitas dan kesehatan


reproduksi bersama remaja sangat menganggu

11 Menurut Saya pengetahuan tentang seksualitas


merupakan hal yang ilmiah, sehingga remaja akan
mengetahui dengan sendirinya

12 Menurut Saya remaja akan lebih memahami


seksualitas jika dijelaskan oleh teman sebayanya
dibandingkan oleh orang tuanya

13 Menurut Saya memberikan pengetahuan tentang


seksualitas bagi remaja sepenuhnya tugas dari orang
tua

14 Menurut Saya pengetahuan tentang seksualitas


penting diberikan untuk remaja

15 Menurut Saya remaja tidak boleh menanyakan


tentang seksualitas pada orang tua

16 Menurut Saya memberikan pengetahuan tentang


seksualitas bagi remaja dapat merangsang remaja
untuk membaca, melihat buku ataupun gambar
porno

17 Menurut Saya pengetahuan tentang seksualitas


dapat memperkecil kemungkinan remaja melakukan
penyimpangan seksual

44
18 Menurut Saya anak remaja belum memerlukan
pengetahaun kesehatan reproduksi dan seksualitas

19 Menurut Saya pengetahuan kesehatan reproduksi


untuk remaja tidak cocok dengan adat istiadat saya

20 Menurut Saya orang tua dapat menjadi teman


diskusi bagi remaja tentang kesehatan reproduksi
dan seksualitas

45

Anda mungkin juga menyukai