Anda di halaman 1dari 122

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUANKEBISINGAN


DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI
DIPT. SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR
TAHUN
2016

DISUSUN OLEH :

AQUINYO KLEMENS KELAN

01.12.000.362

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S-


1PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU ( STIKIM )
JAKARTA
2016
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUANKEBISINGAN


DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI
DIPT. SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR
TAHUN
2016

“Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja”

DISUSUN OLEH:

AQUINYO KLEMENS KELAN

01.12.000.362

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S-1


PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
JAKARTA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi:
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN GANGGUAN KEBISINGAN
DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DIPT.
SINAR SAKTI JAYA CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2016

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan


Tim Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Agustus 2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

Panitia Sidang Ujian Skripsi


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Jakarta, Agustus 2016

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli

saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Strata 1 (S-1) di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan tindakan plagiarisme terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

iii
RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Aquinyo Klemens Kelan

Tempat, Tanggal Lahir : Maumere, 06 November 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Khatolik

NO. HP : 082312935426

Alamat : Desa Koting A, RT.009/RW.002, Kecamatan

Koting Maumere.

Email : aquinyoinyo@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Maria Pia Mastena Koting : 1999-2000

2. SD Inpres Koting : 2000-2006

3. SLTP Bina Wirawan Maumere : 2006-2009

4. SMAK Santo Gabriel Maumere : 2009-2012

5. S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Indonesia Maju : 2012-2016

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur serta limpah terima kasih penulis haturkan ke hadirat Yang

Maha Kuasa atas berkat dan rahmat perlindungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul : “Hubungan Antara Beban Kerja Dan

Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi

DiPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016”.

Untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan

ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. My Saviour, Jesus Christ, terima kasih untuk kebaikan dan kasih-Mu

selama ini. Tak pernah berkesudahan kasih setia-Mu padaku. Biarlah ini

menjadi persembahan yang berkenan kepada-Mu.

2. Bapa dan Mama tercinta dan tersayang, yang tak pernah berhenti

memberikan Doa, Kasih Sayang, Dukungan Baik Moril Maupun Materil,

kaka dan adik tersayang. Terima Kasih Untuk Semua Dukungan,

Pengorbanan dan Cinta Untuk Penulis.

3. Bapak Dr. dr. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju STIKIM.

4. Ibu Rindu, SKM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat STIKIM.

5. Pembimbing materi/akademik, Ibu Ajeng Setianingsih, SKM, M.Kes yang

telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dan yang selalu

v
memberikan masukan, nasihat, dan dukungan. Terima kasih Ibu, atas

petunjuk yang diberikan pada saya.

6. Seluruh staf dan dosen program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

7. Pimpinan HRD PT Sinar Sakti Jaya, Bapak Fredin SKM yang telah

memberikan penulis kesempatan dan waktu untuk magang, terimakasih

juga buat pimpinan perusahan yang telah mengijinkan penulis melakukan

magang dan penelitian di Perusahan.

8. Pembimbing Lapangan, Mas Muji Handonoatas semua saran, ilmu juga

waktu yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan magang dan

juga selama kegiatan penelitian dan mohon maaf atas kesalahan dan sikap

yang pernah saya buat.

9. Pak Herry, Ako Ahoy, Bapak Zidan dan semua karyawan pada proyek

Ducting Coal Mil PT Indocement Tunggal Prakarsa Plan 11, terima kasih

atas ilmu dan juga kerja samanya.

10. Terima kasih juga untuk team Safety Officer PT ITP yang sudah banyak

membagi ilmu tentang K3 di lokasi proyek Ducting Coal Mil.

11. Teman satu tempat magang Paul dan Jayandi yang selalu bersama-sama

dengan penulis dalam menyelesaikan magang dan menyusun skripsi ini.

Makasih friend untuk semangatnya…..!!

12. Terima kasih buat Sinyo Dhe-dhe, Robby dan Abi yang selalu

memberikan motifasi kepada penulis, selalu menemanin penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dan rela begadang sampe pagi.

vi
13. Spesial buat Abang Badrun yang selalu direpotkan dalam menghitung

kuesionel penelitian dan selalu membantu penulis dalam mengolah data

dengan menggunakan SPPS.

14. Teman-teman seperjuangan SKM angkatan 2012.

15. Semua pihak yang membantu, memberikan semangat dan doa yang tidak

dapat disebutkan namanya satu per satu.

Dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

penulisberharap semua mereka mendapatkan balasan dari Tuhan dengan balasan

yangberlipat ganda.

Akhir kata “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”,Penulis

menyadaribahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu

penulismengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan

penulisankedepannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembacaterutama di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Jakarta, Agustus 2016

Penulis

vii
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JENJANG S1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Agustus 2016

Aquinyo Klemens Kelan, NPM : 01.12.000.362

Hubungan Antara Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan Dengan


Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi diPT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016

xx+82 halaman, 10 tabel, 6 lampiran

ABSTRAK
Kelelahan merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja. Menurut World Health Organization (WHO) dalam model
kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan, gangguan psikis berupa perasaan
lelah yang berat yang berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua
setelah penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian
produksi diPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasinya adalah seluruh
pekerja tetap di bagian produksi. Adapun sampel penelitian ini adalah 50 sampel sesuai
kriteria yang ditetapkan. Instrumen dalam penelitian ini adalah pengukuran validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan kuisioner dan pengisian kuisioner mengenai kelelahan
kerja, beban kerja, dan gangguan kebisingan.Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan α= 0,05. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan terhadap
kelelahan kerja. Untuk faktor beban kerja diperoleh p-value = 0,006, dan faktor
gangguankebisingan diperoleh p-value = 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan kerja pada
pekerja bagian produksi diPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016.

Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan.


Daftar Bacaan : 41 (2004-2016)

viii
PUBLIC HEALTH SCIENCE LEVEL S1
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
UndergraduatedThesis, August 2016

Aquinyo Klemens Kelan, NPM : 01.12.000.362

Relationship Between Workload and Fatigue Disturbance Noise By Work In


Full Production Department at PT. Sinar Sakti Jaya Cullinan Bogor 2016

xx + 82 pages, 10 tables, 6 attachments

ABSTRACT
Fatigue is a variety of state accompanied by a drop in work efficiency and
durability. According to the World Health Organization (WHO) in the health model
created until 2020 foresees, psychiatric disorders such as severe tiredness that leads to
depression will be the number two killer disease after heart disease. This study aims to
determine the relationship between workload and noise interference with fatigue on
production workers at PT. Sinar Sakti Jaya Bogor Cullinan Year 2016. This type of
research is quantitative descriptive cross sectional study design. The population is all
permanent workers in production. The sample of this study is 50 samples according to
defined criteria. Instruments in this study is the measurement validity and reliability by
using questionnaires and filling a questionnaire on fatigue, workload, and noise
interference. Data analysis was performed using univariate and bivariate using chi-
square test with α = 0.05. The result showed that there is a relationship between
workload and noise disturbance to fatigue. To work load factor was obtained p-value =
0.006, and the noise nuisance factor obtained p-value = 0.000. The conclusion from this
study is there is a relationship between workload and noise interference with fatigue on
production workers at PT. Sinar Sakti Jaya Cullinan Bogor 2016.

Keywords : Work Fatigue , Workload and Noise Disturbance .


Reading List : 41 (2004-2016)

ix
DAFTAR ISI

Pernyataan Persetujuan .................................................................................. i


Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Surat Pernyataan............................................................................................. iii
Riwayat Hidup ............................................................................................... iv
Kata Pengantar ............................................................................................... v
Abstrak ........................................................................................................... viii
Abstract .......................................................................................................... ix
Daftar Isi......................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 10
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 10
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................... 10
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 11
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................. 11
1.5.2 Manfaat Metodologi .......................................................... 11
1.5.3 Manfaat Praktis .................................................................. 11
1.5.3.1 Manfaat Bagi STIKIM ........................................... 11
1.5.3.2 Manfaat Bagi Peneliti ............................................ 11
1.5.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan ...................................... 12
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 14
2.1 Kelelahan Kerja ........................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja ............................................... 14

x
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja ........ 16
2.1.2.1 Faktor Individu....................................................... 16
2.1.2.2 Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja ......... 22
2.1.3 Faktor Pekerjaan ................................................................ 25
2.1.4 Indikator Kelelahan Kerja.................................................. 27
2.1.5 Sintesa Kelelahan Kerja ..................................................... 29
2.2 Beban Kerja ................................................................................. 29
2.2.1 Pengertian Beban Kerja ..................................................... 29
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ............. 31
2.2.3 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja ............. 32
2.2.4 Indikator Beban Kerja........................................................ 34
2.2.5 Sintesa Beban Kerja ........................................................... 35
2.3 Gangguan Kebisingan ................................................................. 35
2.3.1 Pengertian Gangguan Kebisingan ...................................... 35
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Kebisingan 37
2.3.3 Hubungan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja 39
2.3.4 Indikator Gangguan Kebisingan ........................................ 40
2.3.5 Sintesa Gangguan Kebisingan ........................................... 42
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS .............................................. 43
3.1 Kerangka Teori ............................................................................ 43
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 44
3.3 Kerangka Analisis ................................................................................ 44
3.4 Definisi Operasional .................................................................... 45
3.5 Hipotesis ...................................................................................... 47
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 48
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 48
4.2 Populasi dan Sample ................................................................... 48
4.2.1 Populasi.............................................................................. 48
4.2.2 Sample ............................................................................... 49
4.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi .......................................... 49

xi
4.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................... 49
4.3.2 Kriteria Ekslusi .................................................................. 49
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 49
4.5 Pengumpulan Data ...................................................................... 50
4.6 Pengukuran Instrumen Penelitian................................................ 50
4.6.1 Uji Validitas ....................................................................... 50
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 52
4.7 Blue Print..................................................................................... 53
4.8 Pengolahan Data .......................................................................... 53
4.9 Analisis Data ............................................................................... 55
4.10Penyajian Data............................................................................. 56
BAB 5 PROFIL PT. SINAR SAKTI JAYA ............................................... 57
5.1. Profil Perusahan .......................................................................... 57
5.2. Alamat Perusahan ........................................................................ 58
5.3. Visi dan Misi ............................................................................... 58
5.4. Ruang Lingkup Bisinis ................................................................ 59
5.5. Kebijakan Mutu ........................................................................... 59
5.6. Sasaran Mutu PT Sinar Sakti Jaya .............................................. 59
5.7. Rencana Mutu ............................................................................. 60
5.8. Target Dan Rencana Masing Masing Bagian ....................................... 60
5.9. Job Description............................................................................ 60
5.10Struktur Organisasi ...................................................................... 61
5.11Program Kerja HSE ..................................................................... 61
5.12Peraturan Perusahan .................................................................... 63
5.12.1 Peraturan Jam Kerja dan Waktu Istirahat ........................ 63
5.12.2 Tata Tertib Karyawan dan Subkontraktor ....................... 63
5.12.3 Tata Tertib Karyawan Baru/ Keluar ................................ 65
5.13Job Description Safety PT Sinar Sakti Jaya ................................ 67
BAB 6 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 72
6.1 Analisis Univariat ........................................................................ 72
6.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 73

xii
BAB 7 PEMBAHASAN ............................................................................... 76
7.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 76
7.2 Hubungan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada
pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi
Bogor Tahun 2016 ....................................................................... 77
7.3 Hubungan Gangguan Kebisinganterhadap Kelelahan Kerja
pada pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016 ...................................................... 78
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 81
8.1 Kesimpulan.................................................................................. 81
8.2 Saran ............................................................................................ 81
8.2.1 Saran Untuk PT. Sinar Sakti Jaya ...................................... 81
8.2.2 Saran Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju ................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


LAMPIRAN ................................................................................................

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 45


Tabel 4.1 Uji Validitas ................................................................................... 50
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 51
Tabel 4.3 Blue Print Kuesioner ...................................................................... 53
Tabel 4.4 Coding Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan
Gangguan Kebisingan.................................................................... 55
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja
di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ................... 73
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja
di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 .................. 74
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gangguan
Kebisingandi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor
Tahun 2016 .................................................................................... 74
Tabel 6.4 Hubungan Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di

PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ....................... 75

Tabel 6.5Hubungan Gangguan KebisinganDengan Kelelahan Kerja di


PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016 ....................... 76

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang


Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 : Output Validitas & Realibitas
Lampiran 4 : Output Univariat & Bivariat
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Dokumentasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan sumber utamanya adalah

mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelelahan saraf, kelelahan

oleh lingkungan yang monoton dan kelelahan oleh lingkungan kronis terus

menerus sebagai faktor secara menetap (Suma’mur, 2009). Pendapat lain

mengatakan bahwa kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat (Tarwaka, 2010). Kelelahan kerja merupakan fenomena

yang sering dialami oleh tenaga kerja namun hal ini tidak bisa diabaikan

karena berkaitan dengan perlindungan kesehatan tenaga kerja. Bahkan dari

hasil penelitian disebutkan bahwa dari 80% human error, 50% nya

disebabkan oleh kelelahan kerja (Kemenkes,2011).

Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.

Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan atau kegiatan, sehingga meningkatkan kesalahan dalam

melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.

Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

ditandai oleh sensasilelah, motivasi menurun, memperlambat waktu reaksi,

dan kesulitan dalam mengambil keputusan yang menyebabkan menurunnya

1
2

kinerja dan menambahnya tingkat kesalahan kerja. Sehingga dengan

meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya

kecelakaan kerja dalam dunia industri (Santoso, 2014).

Kelelahan kerja dapat berlangsung secara akut maupun kronik.

Kelelahan kerja yang terjadi secara akut akan hilang dengan istirahat cukup

atau dengan menghilangkan gangguan-gangguannya. Sedangkan kelelahan

yang berlangsung kronik maka akan sangat membahayakan kondisi pekerja

dalam melaksanakan tugasnya karena daya tahan tubuhnya sudah menurun

(Soetomo, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan

yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan, gangguan psikis berupa

perasaan lelah yang berat yang berujung pada depresi akan menjadi

penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja Jepang terhadap 12.000

perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang

dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja

mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan

mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.

Miranti,dkk (2014) juga mengutarakan hasil penelitian yang dilakukan pada

salah satu perusahaan di Indonesia khususnya pada bagian produksi

mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan mengalami

gejala sakit di kepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan di bahu.


3

Pada survei di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.

Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke

poliklinik menderita kelelahan kronik (Hardi 2012). Data yang hampir sama

terlihat dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris yang

menyebutkan bahwa 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh lelah.

Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan

menunjukkan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena faktor psikis,

3% karena faktor fisik dan 33% karena kedua faktor tersebut

(Setyawati,2013).

Menurut National Safety Transportation Safety Board di Australia

melaporkan 5–10% seluruh kecelakaan, 20–30% disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas dan 25- 30% ada hubungannya dengan kelelahan.

Berbagai negara melaporkan bahwa kelelahan merupakan suatu masalah

untuk keselamatan. Demikian juga di New South Wales yang dilaporkan

oleh Road and Traffic Authority memperkirakan faktor kelelahan yang

memiliki kontribusi besar terjadinya kecelakaan fatal (Soames dan Dalziel,

2001 dalam Russeng, 2011).

Lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi kinerja pekerja, misalnya

kebisingan, tekanan panas, pencahayaan yang jelek dan vibrasi dapat

mengakibatkan ketidaknyamanan dalam bekerja (International Labour

Organization (ILO), 1983). Apabila bekerja dengan kondisi tidak nyaman

lama kelamaan akan menimbulkan kelelahan (Setyawati, 2013).


4

Masalah lingkungan kerja seperti kebisingan di tempat kerja menjadi

salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan. Semua jenis industri

yang besar maupun kecil menggunakan alat-alat modern untuk mengolah

dan memproduksi barangnya sesuai dengan perkembangan ilmu dan

tekhnologi saat ini. Pemakaian mesin-mesin tersebut seringkali

menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan kerja. Faktor

kebisingan yang tidak terkendali dengan baik menyebabkan dampak

auditorial yaitu berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran seperti

menurunnya daya dengar tenaga kerja dan juga menimbulkan dampak non

auditorial yang salah satunya berupa kelelahan tenaga kerja

(Suma’mur,2009).

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999

tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja yaitu 85 dB untuk 8

jam kerja/hari dan 40 jam kerja/minggu. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Irwan Harwanto (2011) di Depo Lokomotif PT. Kereta Api

Daerah Operasi IV Semarang bahwa ada 13% tenaga kerja yang mengalami

kelelahan ringan, 69,6% kelelahan sedang dan 17,4% tenaga kerja

mengalami kelelahan berat akibat paparan bising yang melebihi ambang

batas yaitu range 85,8-90,6 dBA dan di Depo Kereta dengan range

kebisingan 51,5-60,4 dBA ada 71,5% tenaga kerja mengalami kelelahan

ringan, 19% kelelahan sedang dan 9,5% kelelahan berat (Hanifa, 2015).
5

Selain dari faktor fisik lingkungan kerja, Suma’mur (2009)

memprediksi beberapa faktor utama yang signifikan terhadap kelelahan

yang meliputi jenis kelamin, usia, status gizi, beban kerja, ukuran tubuh dari

pekerja yang bersangkutan serta waktu yang digunakan dalam bekerja.

Ketika beban kerja melebihi kapasitas yang dimiliki oleh tenaga kerja dan

hal ini berlangsung terus menerus maka akan menimbulkan kejadian

kelelahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat

kerja dan meningkatnya angka ketidakhadiran pekerja sehingga akan

menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Faktor individu seperti umur

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan kerja.

Berdasarkan penelitian di Jepang menunjukkan bahwa pekerja yang

berusia 40 – 50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan kerja

dibandingkan dengan pekerja yang berusia relatif muda (Hidayat, 2013).

Berdasarkan penelitian dari Wati dan Haryono (2011) tentang Hubungan

Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Karyawan Laundry di

Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta,

dijelaskan bahwa semakin besar tingkat beban kerja pada karyawan maka

dapat meningkatkan resiko kelelahan kerja, dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja

karyawan laundry di Kelurahan Warungboto kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta.

Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Barat NO. 11 tahun 2006

menyatakan bahwa gangguan kebisingan pada 8 (delapan) lokasi


6

pemantauan yaitu : Kota Bandung Barat, Kota Subang, Kota Purwakarta,

Kota Karawang, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Indramayu dan Kota

Cirebon di wilayah provinsi Jawa Barat, terlihat masih berada dibawah Nilai

Ambang Batas (NAB) kebisingan yang ditetapkan. Hasil ini sesuai dengan

tujuan upaya pemantauan lingkungan yaitu mengetahui efektifitas

pengelolaan lingkungan dalam mencegah, mengendalikan dan

meminimalisir paparan kebisingan di lokasi kegiatan terhadap pekerja

maupun masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

Dari beberapa faktor penyebab kelelahan kerja di atas menunjukkan

bahwa kelelahan kerja merupakan salah satu sumber masalah bagi kesehatan

dan keselamatan pekerja. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dan

menambah tingkat kesalahan kerja yang akan berpeluang menimbulkan

kecelakaan kerja. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena

tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang dapat dapat mempengaruhi

produktivitas perusahaan.

Penelitian ini dilakukan di PT. Sinar Sakti Jaya yang terletak di

Cileungsi Bogor. PT. Sinar Sakti Jaya adalah salah suatu pabrik yang

bergerak di bidang Mechanical Engineering and Construction. Pekerjaan

yang dikerjakan di PT. Sinar Sakti Jaya meliputi : Pekerjaan Machining,

Line Boring, Struktur Baja dan Erection, dan Rekayasa (fasilitas produksi,

penyimpanan minyak dan gas). Dalam melakukan pekerjaan tersebut

menggunakan alat-alat atau mesin-mesin yang dapat menimbulkan efek

kebisingan di lingkungan kerjayang melebihi nilai ambang batas normal


7

yaitu 85 dB dan menjadi salah satu faktor utama yang menganggu

kenyamanan saat bekerja dan berada di lokasi pabrik tersebut.

PT. Sinar Sakti Jaya juga menerapkan standar tingkat kebisingan yang

sudah ditetapkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-

51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja yaitu

85 dB untuk 8 jam kerja/hari dan 40 jam kerja/minggu.

Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 01 April sampai 30 April 2016 dengan jumlah responden sebanyak

30 orang pekerja di bagian Produksi PT.Sinar Sakti Jaya. Penulis mulai

melakukan sebuah wawancara langsung kepada 30 orang pekerja tersebut,

berupa pertanyaan-pertanyaan yang didalamnya berisi masalahhubungan

antara beban kerja dan gangguan kebisingan terhadap kelelahan. Kemudian

didapati 20 orang pekerja yang berpendapat bahwa beban kerja dan

gangguan kebisingan bisa menyebabkan kelelahan. Dari 20 orang tersebut 8

orang mengatakan bahwa beban kerjanya sangat tinggi, 4 orang mengatakan

bahwa beban kerjanya ringan atau sedang, 5 orang mengatakan bahwa

gangguan kebisingannya sangat tinggi dan 3 orang mengatakan bahwa

gangguan kebisingannya rendah atau sedang, karena rata-rata pekerjanya

ada yang bekerja melebihi jam kerja normal atau over time dan juga dalam

melakukan pekerjaannya mereka tidak menggunakan alat pelindung diri

(APD) seperti airplak sehingga bisa terpapar gangguan kebisingan.

Sedangkan 10 orang pekerja mengatakan bahwa beban kerja dan gangguan

kebisingan tidak berdampak pada kelelahan karena mereka bekerja sesuai


8

dengan jam kerja normal dan dalam bekerja mereka juga menggunakan alat

pelindung diri (APD) seperti air plak.

Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul penelitian “Hubungan Antara Beban Kerja Dan Gangguan Kebisingan

Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan observasi pendahuluan diatas, pada

penelitian tanggal 01 April 2016 diketahui bahwa masalah yang terjadi di

PT. Sinar Sakti Jaya adalah munculnya kecelakaan kerja yang tidak sedikit

pada saat aktifitas pekerjaan di lingkungan perusahaan salah satunya yaitu

dibagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya, dimana tingkat kecelakaan yang

terjadi dari tingkat kecelakaan ringan sampai kecelakaan yang fatal, sangat

mungkin terjadi pada aktifitas pekerjaan di PT. Sinar Sakti Jaya. Data

kecelakaan kerja secara keseluruhan yang didapatkan dari perusahaan yaitu

pada tahun 2012 kecelakan yang terjadi sebanyak 44 orang, tahun 2013

sebanyak 29 orang, tahun 2014 sebanyak 1 orang, tahun 2015 sebanyak 8

orang dan data terbaru tahun 2016 jumlah kecelakaan sampai bulan februari

sebanyak 4 orang. Dari data tersebut diatas jenis kecelakaan yang banyak

terjadi adalah LTI FR Lost Time Injury Frecuency Rate (Cidera dengan

Hilangnya Waktu Kerja dengan tingkat Kekerapan), MTI Medical Tritment

Injury (Cidera dengan penanganan Medis), dan FAI First Aid Injury (Cidera

dengan Pertolongan Pertama).


9

Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan 30 orang

pekerja bagian produksi di lokasi penelitian PT. Sinar Sakti Jaya.

Ditemukan 20 orang pekerja yang mengatakan beban kerja dan gangguan

kebisingan bisa menyebabkan kelelahan kerja, dari 20 orang pekerja

tersebut, 8 orang mengatakan bahwa beban kerjanya sangat tinggi, 4 orang

mengatakan bahwa beban kerjanya ringan atau sedang, 5 orang mengatakan

bahwa gangguan kebisingannya sangat tinggi dan 3 orang mengatakan

bahwa gangguan kebisingannya rendah atau sedang, karena rata-rata

pekerjanya ada yang bekerja melebihi jam kerja normal atau over time dan

juga dalam melakukan pekerjaannya mereka tidak menggunakan alat

pelindung diri (APD) seperti airplak sehingga bisa terpapar gangguan

kebisingan. Sedangkan 10 orang pekerja mengatakan bahwa beban kerja

dan gangguan kebisingan tidak berdampak pada kelelahan karena mereka

bekerja sesuai dengan jam kerja normal dan dalam bekerja mereka juga

menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti air plak.

Dari data angka kecelakaan kerja akibat kelelahan pada tahun 2012

sampai 2016 sebanyak 56 orang pekerja. Akibat dari kecelakaan kerja yaitu

beban kerja yang berlebihan atau over time sehingga pekerja merasa lelah

dalam melakukan pekerjaan sehingga kurangnya konsentrasi dalam

melakukan pekerjaan. Gangguan kebisingan yang berlebihan juga dapat

berpengaruh pada pekerja dalam melakukan komunikasi pada saat bekerja.

Akibat dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu kelelahan yang

tidak disadari akan berakibat fatal menjadi kelelahan kronis yang


10

membahayakan si pekerja dan juga dapat merugikan perusahan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Akibat kecelakaan kerja juga berpengaruh

terhadap menurunnya produktifitas dan kinerja perusahaan, kehilangan

waktu bagi pekerja, menurunnya daya dengar pekerja karena kebisingan

yang berlebihan, dan kerugian finansial bagi perusahaan karena harus

mengeluarkan biaya untuk pengobatan pekerja yang mengalamin kecacatan

atau meninggal.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan

dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dan gangguan

kebisingan dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT.

Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahuigambaran beban kerja dan gangguan kebisingan

dengan kelelahan pada tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar

Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016.

2. Mengetahuihubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada

tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi

Bogor Tahun 2016.


11

3. Mengetahuihubungan antara gangguan kebisingan dengan

kelelahan pada tenaga kerja bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini tidak menghasilkan teori baru, dan hanya menguji

serta membuktikan teori yang sudah ada.

1.5.2. Manfaat Metodologi

Dalam penelitian ini, tidak menghasilkan metode baru tetapi

sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.3. Manfaat Praktis

1.5.3.1. Manfaat Bagi STIKIM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan data, sebagaibahan tambahan kajian dan

memberikan informasi yang dapat digunakan sebagaibahan

pustaka guna pengembangan Ilmu Keselamatan dan

KesehatanKerja.

1.5.3.2. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat untuk peneliti adalah mengetahui hubungan

antara beban kerjadan gangguankebisingan dengan kelelahan

pada pekerja bagianproduksi di PT.Sinar Sakti Jaya Cileungsi

Bogor.
12

1.5.3.3. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi pihak perusahaan tentang adanya hubungan antarabeban

kerja dan gangguankebisingan dengan kelelahan pada pekerja

bagian produksisehingga dapat dijadikan dasar pengendalian

dan perlindungan terhadap tenagakerja terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan hasil observasi pendahulau diatas ternyata beban kerja

dan gangguan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas yang telah

ditetapkan yaitu 85 dB sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan juga

kecelakaan kerja, maka peneliti mengambil kesimpulan untuk mengangkat

judul tentang Hubungan Antara Beban Kerja dan Gangguan Kebisingan

Dengan Kelelahan Pada Pekerja Bagian Produksi di PT.Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016. Penulis mengangkat judul tersebut karena

mengingat pentingnya masalah beban kerja dan Gangguan kebisingan

dengan kelelahan bagi para pekerja. Kemudian ada dorongan dari pihak

perusahaan untuk mengangkat judul tersebut. Penelitian ini dilakukan oleh

Mahasiswa STIKIM Jakarta selama tanggal 01 April sampai 30 April 2016

di PT. Sinar Sakti Jaya, Cileungsi Bogor. Penelitian ini dilakukan kepada

pekerja bagian produksi di PT.Sinar Sakti Jaya, dengan jumlah responden

sebanyak 50 orang pekerja. Teknik pengumpulan data dengan melalui

wawancara menggunakan kuesioner (data primer) dan data sekunder


13

merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen

yang telah ada di PT. Sinar Sakti Jaya seperti visi dan misi, struktur

organisasi dan daftar jumlah pekerja.Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitiankuantitatif dengan desain penelitian cross

sectional yaitu dimana penelitianini, data variabel dependen dan variabel

independen diambil dalam waktuyang sama.Data yang diperoleh akan

diolah menggunakan SPSS 18 dan disajikan dalam bentuk tabel (tabular)

danbentuk teks (tekstular).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelelahan Kerja

2.1.1. Pengertian

Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah

dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja

merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga

individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata

lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan

kinerja yang berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung

pada kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan kondisi yang

menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang

semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh,

(Suma’mur, 2009).

Beberapa teori menurut para ahli mengenai definisi kelelahan

kerja, yaitu menurut :

a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh

mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang

dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang

dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.

b. Tarwaka (2010), kelelahan merupakan suatu bagian dari

mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh

14
15

terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih

apabila melakukan istirahat.

c. Kelelahan kerja merupakan menurunnya proses efisiensi,

performa kerja,dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh

untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

(Wignjosoebroto,2003).

d. Dari sudut neurofisiologi diungkapakan bahwa kelelahan

dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat

yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh

aktivitas berlawanan antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi

pada batang otak. (Setyawati, 2013).

e. Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stress

psikososial yang dialami dalam satu periode waktu tertentu dan

kelelahan kerja itu cenderung menurunkan prestasi maupun

motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan

kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang

bebsifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan

adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan

motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. (Setyawati,2013).

f. Kelelahan kerja adalah suatu fenomena yang kompleks yang

disebabkan oleh factor biologis pada proses kerja serta

dipengaruhi oleh factor internal maupun eksternal.

(Setyawati,2013).
16

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan kerja

adalah yang berhubungan dengan ergonomis atau sikap kerja seperti

pekerjaan yang berulang-ulang dan posisi yang tidak ergonomis.

Selain itu jam kerja yang tidak sesuai, penerangan yang tidak

memadai juga akan mengakibatkan perasaan lelah. (Suma’mur, 2009).

Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, akan tetapi ada faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi kelelahan antara lain adalah :

2.1.2.1. Faktor Individu

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kemampuan kerja seorang individu. Pemakaian energi per-jam pada

kondisi dari kerja otot untuk tiap orang itu berbeda, dan salah satunya

adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009) kerja otot memiliki

peranan penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori seseorang dan

salah satunya adalah kebutuhan akan metabolisme basal atau Basal

Metabolic Rate (BMR). Basal Metabolic Rate merupakan jumlah

energi yang digunakan untuk proses mengolah bahan makanan dan

oksigen menjadi energi untuk mempertahankan tubuh. Metabolisme

basal seorang anak akan berbeda dengan orang dewasa, karena anak-

anak akan membutuhkan energi lebih banyak pada masa

pertumbuhannya. Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan


17

mempengaruhi metabolisme basal dari individu tersebut. Semakin tua

individu tersebut maka metabolisme basal akan semakin menurun dan

individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan. (Mahan &

Stump,2012).

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009)

diperoleh sebanyak 61,5% pekerja yang berusia di atas 41 tahun

mengalami kelelahan. Dengan rincian 50% menyatakan sangat lelah

dan 11,5% menyatahan lelah. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Mentari (2012) juga memperlihatkan bahwa persentase individu

dengan usia di atas 45 tahun 57,6% lebih mudah mengalami kelelahan

daripada yang berusia di bawah 45 tahun. Pekerja yang berusia lanjut

akan merasa cepat lelah dan tidak mampu lagi untuk bekerja dengan

cepat. Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki usia

lebih muda akan sanggup melakukan pekerjaan berat dari pada yang

berusia tua.

2. Jenis Kelamin

Suatu identitas seseorang, laki-laki atau wanita. Pada tenaga

kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam

mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi

fisik maupun psikisnya. Hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan

wanita lebih besar dari pada laki-laki.


18

Jenis pekerjaan tentu, harus mempertimbangkan jenis kelamin,

seperti menyangkut pekerjaan yang membutuhkan kegiatan fisik baik

langsung atau tidak langsung (lingkungan), (Kusuma,2014).

3. Masa kerja

Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa

kerja. Masa kerja merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung

mulai pertama kali masuk kerja. Pengalaman kerja seseorang akan

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama

seseorang bekerja dalam suatu perusahaan, maka selama itu perasaan

jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi tingkat kelelahan yang

dialaminya (Langgar, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010)

membuktikan bahwa masa kerja yang lebih lama akan mempengaruhi

kelelahan. Kelelahan kerja yang paling banyak dialami oleh pekerja

dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun sebesar 69,7%. Selain

itu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) kelelahan

banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 15 tahun

yaitu sebanyak 32 orang (69,6%).

4. Kondisi Kesehatan

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan


19

merupakan hal yang patut diutamakan terutama bagi para pekerja.

Karena apabila pekerja tersebut dalam kondisi sehat, maka mereka

mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas

perusahaan tempat mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila

pekerja tersebut mengalami sakit, maka produktivitas kerja juga

menurun. Manusia dan beban kerja tidak dapat dipisahkan, apabila

salah satunya terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya

kerja, kelelahan, gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian

(Suma’mur, 2009). Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari

penyebab kelelahan kerja adalah kondisi kesehatan dari pekerja

tersebut. Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang pekerja akan

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin seseorang

dapat menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit (Hasibuan, 2000

dan Mauludi, 2010).

Penyakit yang dialami oleh seorang pekerja mungkin saja

berasal dari pekerjaannya tersebut dan berasal dari riwayat keturunan.

Untuk penyakit yang berasal dari riwayat keturunan memang tidak

bisa dihindari seperti penyakit diabetes, jantung koroner, obesitas dan

lain-lain. Namun penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya bisa

dicegah. Penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya disebut denga

penyakit akibat kerja. Penyakit ini muncul karena beberapa faktor

risiko yaitu, kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang


20

digunakan, proses produksi, cara kerja, limbah serta hasil produksinya

(Buchari, 2009).

5. Status Gizi

Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh

tenaga kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka terutama

untuk menambah kalori ketika melakukan pekerjaan. Untuk pekerja

yang bekerja pada suhu tinggi, harus diperhatikan juga kebutuhan air

dan garam mereka sebagai pengganti cairan tubuh yang keluar akibat

proses penguapan (Suma’mur, 2009). Selain itu makanan juga

dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme, yaitu

mengubah bahan makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi yang

digunakan selama kerja fisik. Kerja fisik adalah kerja yang

membutuhkan energi fisik sebagai sumber tenaganya pada otot

manusia. Kerja fisik biasa dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja

otot. Kerja otot yang berat akan memerlukan konsumsi energi yang

besar. Salah satu kebutuhan utama penggerak otot adalah kebutuhan

oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk proses pembakaran zat

yang menghasilkan energi (Tarwaka, 2010).

Proses metabolisme tertinggi dan begitu cepat berada selama

periode pertumbuhan seorang anak, terutama pada tahun-tahun

pertama dan kedua kehidupan anak tersebut (1000 hari pertama

kehidupan). Dalam tubuh seorang bayi yang sedang tumbuh, dapat

menyimpan sebanyak 12% sampai 15% nilai energi yang berasal dari
21

makanan mereka untuk bentuk jaringan baru. Seiring berjalannya

waktu seorang anak akan tumbuh dan menjadi lebih tua, maka

kebutuhan kalori untuk pertumbuhannya juga berkurang menjadi

sekitar 1% dari kebutuhan energi total (Mahan & Stump, 2012).

Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli,

status gizi biasanya diukur dengan penghitungan indeks massa tubuh

(IMT) dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan

(BB/TB2). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2003) batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel. Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) Indonesia

Laki-laki (kg/m2) Perempuan (kg/m2)

Kurus <17 <18


Normal 17-23 18-25
Kegemukan 23-27 25-27
Obesitas >27 >27
Sumber : Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2003

Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) dan

Langgar (2014) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara

status gizi dengan kelelahan kerja. Dalam penelitian tersebut

dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang rendah akan mudah

mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi yakni berupa kalori

akan mempengaruhi kemampuan kerja, waktu untuk menyelesaikan

pekerjaan akan semakin panjang. Penelitian lain milik Eraliesa (2009)


22

juga membuktikan bahwa status gizi mempengaruhi kelelahan kerja

dengan rincian, sebesar 26,9% pekerja dengan status gizi baik

mengalami kelelahan. Kemudian sebesar 38,5% kelelahan dialami

oleh pekerja dengan status gizi sedang, dan sisanya (34,6%) adalah

pekerja dengan status gizi kurang.

2.1.2.2. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja

a. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Penelitian

yang dilakukan di dalam dan di luar negeri menunjukkan bahwa

pada frekuensi 300-6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut

disebabkan oleh kebisingan. Pengurangan pendengaran diawali

dengan pergeseran ambang dengar sementara. Pada saat ini terjadi

kelelahan yang akan pulih kembali secara lambat, dan akan

semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan semakin

tinggi. (Budiono, 2008).

b. Getaran

Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang

sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan

akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Menambahnya

tonus otot-otot oleh karena getaran di bawah frekuensi 20 Hertz

(Hz) menjadi sebab kelelahan. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz

menyebabkan pengenduran otot. Getaran mekanis terdiri dari

campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan


23

tonus otot secara serta merta berefek melelahkan (Suma’mur,2009).

Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran

dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh

manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi

ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan

gangguan-gangguan antara lain mempengaruhi konsentrasi kerja,

mempercepat datangnya kelelahan, gangguan-gangguan pada

anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-otot dan lain-lain.

(Wignjosoebroto, 2003).

c. Penerangan

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan

tenaga kerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara

jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu

(Suma’mur,2009). Penerangan yang cukup dan diatur secara baik

akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan

menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja.

Penerangan yang tidak di desain dengan baik akan menimbulkan

gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Gejala

kelelahan penglihatan antara lain sakit kepala (pusing-pusing),

menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan

kecepatan berpikir. Disamping itu akan memaksa pekerja untuk

mendekatkan matanya ke obyek guna memperbesar ukuran benda,


24

sehingga akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi

penglihatan rangkap atau kabur (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

d. Iklim Kerja

Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah

nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Untuk ukuran suhu

nikmat bagi orang Indonesia adalah 24- 26 C (derajat celcius).

Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi

dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja

otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta

memudahkan untuk dirangsang (Suma’mur, 2009).

e. Sikap Kerja

Sikap tubuh dalam bekerja adalah sikap yang ergonomi sehingga

dicapai efisiensi kerja dan produktivitas yang optimal dengan

memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila sikap tubuh salah

dalam melakukan pekerjaan maka akan mempengaruhi kelelahan

kerja (Suma’mur, 2009).

f. Faktor Psikologis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga

mempunyai perasaan–perasaan, pemikiran–pemikiran, harapan–

harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula

pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,

motivasi, hadiah–hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,

upah dan lain–lain (Suma’mur,2009). Faktor psikologi memainkan


25

peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari

konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya

dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja. (Budiono,2008).

Masalah psikologis dan kesakitan–kesakitan lainnya amatlah

mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan

sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah

kejiwaan. (Budiono,2008).

2.1.3. Faktor Pekerjaan

a. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2010) dapat memberikan

beban tambahan kepada pekerja meliputi :

1. Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara, kelembaban udara,

radiasi, intensitas penerangan, dan kebisingan.

2. Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar, uap logam,

dan fume dalam udara.

3. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, serangga,

dan binatang pengganggu.

4. Lingkungan kerja psikologis, seperti hubungan antara pekerja, stres

kerja, pemilihan dan penempatan tenaga kerja.

Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan seperti konstruksi

bangunan, faktor lingkungan kerja yang paling diperhatikan adalah

faktor lingkungan fisik seperti pengukuran kebisingan dan suhu atau

cuaca kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi meliputi


26

debu, faktor lingkungan biologis seperti virus dan binatang

pengganggu, serta faktor lingkungan psikologis seperti stres kerja.

b. Beban Kerja

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan

yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan

dalam jangka waktu tertentu.

Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk

mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit

organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis

dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja

atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa

pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk

mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian

yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan

agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik

di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia

(Utomo, 2008 dalam Kurnia,2010).

Menurut Astrand dan Rodahl dalam Tarwaka (2010) bahwa

penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara

objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung.

Metode pengukuran langsung yaitu mengukur energi yang

dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama

bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang

diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan


27

asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk

waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.

Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan

menghitung denyut nadi selama bekerja. Sedangkan menurut

Christensen dalam Tarwaka (2010) bahwa kategori berat ringannya

beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan

denyut jantung.

2.1.4. Indikator Kelelahan Kerja

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler

dalam kutipan (Andriyani, 2010) antara lain :

1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih

buruk lagi dari pada pekerja yang masih “penuh semangat.

2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.

3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan

menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.

Menurut Suma’mur (2009) ada 30 gejala kelelahan yang

terbagi dalam 2 kategori yaitu :

1) Menunjukkan terjadinya kelelahan kegiatan. Perasaan berat

di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat,

sering menguap, merasa kacau pikiran, manjadi mengantuk,

marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam

gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring.


28

2) Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan

umum. Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di

punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara serak,

terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada

anggota badan, merasa kurang sehat.

Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan

berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak

saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama

bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu

tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai

dengan perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok

dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta

kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai

kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo,

gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan

kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan

tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada

waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih

banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis

terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik

mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif

terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja


29

memungkinkan faktor penting dalam sebabataupun akibat

(Suma’mur,2009).

2.1.5. Sintesa Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah kondisi yang timbul karena seseorang telah

melakukan suatu pekerja yang berlebihan tanpa memperhitungkan

waktu yang digunakan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya

penurunan kinerja yang berakibat pada kesalahan kerja dan berujung

pada kecelakaan kerja.

2.2. Beban Kerja

2.2.1. Pengertian

Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang

sesuai dengan jenis pekerjaanya. (Suma’mur,2009).

Beban kerja merupakan kemampuan pada tubuh pekerja dalam

menerima suatu pekerjaan, beban kerja yang diterima harus sesuai

terhadap kemampuan fisik dan psikologis dari pekerja. Beban kerja

berupa beban kerja fisik seperti mengangkat sesuatu dan beban kerja

psikologis yang merupakan tingkat keahlian antar individu.

(Manuba,2008).

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran

pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.

(Utomo,2008 dalam Kurnia,2010).


30

Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat

didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau

kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.

Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-

masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat

pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi

yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas

pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan

kejenuhan atau understress. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat

intensitas pembebanan yang optimum yang ada diantara kedua batas

yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu

dengan yang lainnya.

Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2010), bahwa

beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara

tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai

tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban

kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada

berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang

dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya

mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-

faktor yang lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.


31

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja dalam penelitian

Soleman (Jurnal Arika, 2011) adalah sebagai berikut :

1. Faktor eksternal : Beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti:

1. Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja,

tata ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan

kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan

tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,

kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.

2. Organisasi Kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.

3. Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja ini dapat memberikan

beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,

lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan

lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat

dari reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor,

meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status

gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan

sebagainya).
32

2.2.3. Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja

Beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kelelahan. Berat ringannya beban kerja yang diterima

oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan

berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas

pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang

bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek

waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara beban

kerja dengan kelelahan kerja yang dialami pekerja. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Wahyuni (2009) menunjukkan bahwa dari 15

pekerja yang beban kerja berlebih semuanya mengalami kelelahan

yaitu 36,8% mengalami kelelahan di RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo dan 72,7% di RS.Stella Maris. Sedangkan dari 20

pekerja yang beban kerjanya tidak berlebih terdapat 63,2% mengalami

kelelahan kerja di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan 27,3% di

RS.Stella Maris.

Menurut Effendi (2009) bahwa pekerjaan akan menjadi sangat

menguras tenaga apabila pekerjaan tersebut tidak diimbangi dengan

waktu-waktu untuk beristirahat maka akan menyebabkan kelelahan

yang apabila berkelanjutan akan menyebabkan kelelahan kronik.

Kelelahan kerja sebaiknya dikurangi seminimal mungkin dengan cara,

pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan
33

beban kerja, waktu kerja yang diselingi istirahat pendek dan istirahat

untuk makan, beban kerja yang tidak berlangsung lama serta

pembebasan lingkungan kerja dari kebisingan, getaran dan iklim kerja

yang panas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur

dengan kelelahan kerja dikarenakan pada orang dengan kategori umur

tua telah terjadi perubahan jaringan tubuh, semakin tua umur

seseorang maka akan menyebabkan semakin berkurang kekuatan

tubuh sehingga akan lebih cepat mengalami kelelahan kerja.

Berdasarkan teori umur menurut Wijaya dalam Tarwaka (2010)

bahwa tua merupakan proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Aldin (2010) yang mengatakan bahwa keluhan kelelahan terbesar

dirasakan oleh semua pekerja dengan kelompok umur tua (≥ 30 tahun)

dibandingkan dengan kelompok umur muda (< 30 tahun) setelah

bekerja dalam sehari. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rian Puspitasari (2009) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan

antara umur dengan perasaan kelelahan karena perasaan lelah itu

bersifat umum dan mudah menjangkiti siapa saja termasuk usia muda

(< 30 tahun) karena ini menyangkut fisik sehat atau tidaknya


34

seseorang, sistem kerja yang diterapkan serta durasi istirahat yang

dibutuhkan itu berbeda-beda.

2.2.4. Indikator Beban Kerja

1. Faktor eksternal :

a. Tugas-tugas yang bersifat fisik (sikap kerja)

b. Tugas-tugas yang bersifat mental (tanggung jawab,

kompleksitas pekerjaan, dan emosi pekerja).

c. Menurut Ghani (2003) terdapat aturan tentang batasan waktu

kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat, serta

kompensasi pelampauan dari ketentuan tersebut. Tertuang dalam

Keputusan Presiden (Kepres) No.3 tahun 1983 yang isinya

antara lain sebagai berikut :

1. Jam kerja 8 jam/hari dan 40 jam/minggu.

2. Jika bekerja 4 jam berturut-turut harus diberikan istirahat

sedikitnya setengah jam.

3. Waktu istirahat mingguan 2 hari (untuk 5 hari kerja) dan 1

hari (untuk 6 hari kerja).

4. Waktu istirahat tahunan adalah hari libur resmi, diberikan

kepada pekerja untuk merayakannya. Penetapan waktunya

ditentukan oleh pemerintah.

d. Kerja secara bergilir.

e. Pelimpahan tugas dan wewenang.


35

2. Faktor internal :

a. Faktor somatis : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi

kesehatan, dan status gizi.

b. Faktor psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, dan keinginan.

(Tarwaka, 2010).

2.2.5. Sintesa Beban Kerja

Beban kerja adalah beban yang ditanggung oleh seseorang

dalam melakukan atau menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas-

tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2.3. Gangguan Kebisingan

2.3.1. Pengertian

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf

pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang

ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang

tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan

manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena

mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan,

maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai

kebisingan. Jadi kebisingan adalah bunyi atau suara yang

keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam

rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan

sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
36

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Terdapat 2

karakteristika utama yang menentukan kualitas suatu bunyi atau suara,

yaitu frekuensi dan intensitasnya. Telinga manusia mampu mendengar

frekuensi bunyi atau suara antara 16-20.000 Hz. Intensitas atau arus

energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan

logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya

dengan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne)/cm² yaitu kekuatan bunyi

dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat dapat didengar telinga normal

(Suma’mur, 2009).

Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmenaker No.

51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat produksi danatau alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Bising pada

umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki

(WHO,1986).

Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara

atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai

suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).

Definisi lain adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian,

mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat,

hiburan atau belajar) (Leslie L. Doelle, 2006).


37

Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja

yang dapat menimbulkan dampak pada gangguan pendengaran

(audiotory) dan extra audiotory seperti stress kerja/psikologik,

hipertensi, kelelahan kerja dan perasaan tidak senang (annoyance).

(Tana, 2002)

Kebisingan didefinisikan sebagai segenap bunyi yang tidak

dikehendaki (any unwanted sound). Menurut Gabriel (1996) bising

adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam

(bicara, pidato) dan buatan manusia (bunyi mesin). Secara umum

bising adalah bunyi yang tidak diinginkan.

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Kebisingan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut

Suma’mur (2009) berpengaruh negatif antara lain sebagai berikut :

1. Gangguan Secara Umum

Didalam kehidupan sehari-hari kebisingan dapat mengganggu

konsentrasi dan menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak

fokus kepada masalah yang sedang dihadapi.

2. Gangguan Komunikasi

Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan telah

terjadi, apabila komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus

dijalankan dengan suara yang kekuatannya tinggi dan lebih nyata

lagi apabila dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan

komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan,


38

bahkan mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada

penggunaan tenaga kerja baru oleh karena timbulnya salah paham

atau pengertian.

3. Kriteria Kantor

Kebutuhan pembicaraan, baik langsung ataupun lewat telephone,

harus dipenuhi dan sangat penting artinya bagi berlangsungnya

aktivitas di kantor dan ruang sidang.

4. Efek Pada Pekerjaan

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang

sedang dilakukan seseorang memulai gangguan psikologis dan

gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja.

5. Reaksi Masyarakat

Pengaruhnya akan sangat besar, apabila kebisingan akibat suatu

proses produksi demikian luar-biasanya, sehingga masyarakat

sekitar perusahaan yang bersangkutan protes, agar kegiatan tersebut

dihentikan.

6. Efek Pada Pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat

menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya

bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar

dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja ditempat

bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan

pulih kembali. (Roestam, 2004 dalam Sari, 2010).


39

2.3.3. Hubungan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja

Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan

pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil

serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya

konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik, juga

dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya

kelelahan tenaga kerja. Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang

tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat

menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.

Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada

saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme,

bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan

(Suma’mur,2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwan

Harwanto (2013) di PT. Indo Acidatama, Tbk yang berjudul pengaruh

gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang

sangat signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0.000, artinya P ≤

0,001. Penelitian menggunakan metode Uji Statistik dengan Analisis

Regresi Linear Sederhana. Penelitian tentang kelelahan lainnya adalah

Robertus Iskandar S. R (2007) yang mengatakan bahwa ada pengaruh

gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja dengan hasil yang

signifikan pada probabilitasnya sebesar P = 0,002 (p < 0,05).

Penelitian ini menggunakan metode Uji Statistik dengan Independent


40

Sample Test. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gangguan

kebisingan yang dapat menyebabkan kelelahan kerja meningkat.

2.3.4. Indikator Gangguan Kebisingan

1. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis akibat kebisingan dapat berupa rasa

mudah kaget, menggangu konsentrasi, tidur, atau kenyamanan,

mudahtersinggung, kurang konsentrasi, dan cepat marah.

Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit

psikosomatik seperti gastristis,penyakit jantung koroner, dan lain-

lain.Bising umumnya dapat merusak telinga bagian tengah dan

bagiandalam yang kebanyakan merupakan sel-sel syaraf

pendengaran.Pemaparan kebisingan yang berulang dapat

mengakibatkan kerusakanpendengaran dan komunikasi. Stressor

akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang

antara lain dialiri stress adalah kelenjar hormon dan terjadilah

perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan

menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ target, seperti

meningkatnya hiperaktivitas sistem limbik, sistem saraf pusat

(SSP) yang terdiri dari dopaminergik, noradrenegik,

serotonergikneuron yang dikendalikan oleh Gamma Aminobutiric

Acid (GABA-ergik) neuron. Oleh karena itu dari kerusakan sel-sel

syaraf tersebut dapatmenyebabkan gangguan psikologis berupa rasa


41

tidak nyaman, kurangkonsentrasi, susah tidur, cepat marah,

kejengkelan, dan gangguan kerja (Yulianto, 2013).

Pada gangguan psikologis, menurut Yulianto (2013), manusia

menginterpretasikan bunyi yang ditangkapnya pada proses terakhir

pendengaran, bila terjadi kerusakan penerimaan dipusat

pendengaran dibagian otak oleh syaraf pendengaran, manusia

menginterpretasikan bunyi bising sebagai kondisi yang

mengancamnya. Bila ada tuntutan atau ancaman, pertama-tama

adalah reaksi alarm. Reaksi ini ditandai dengan adanya perubahan-

perubahan dalam tubuh, antara lain meningkatnya hormone

cortical, ketegangan meninggi, emosi bertambah dan sebagainya.

(Yulianto, 2013)

2. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi disebabkan karena adanya masking

effect (bunyi yang menutupi pendengaran) dari kebisingan dan

gangguan kejelasan suara. Gangguan komunikasi ini dapat

menyebabkan seseorang harus berbicara kuat-kuat untuk

berkomunikasi dengan orang lain, bahkan untuk menyatakan

sesuatu terkadang diperlukan pengulangan hingga beberapa kali.

Berteriak secara terus-menerus dapat menyebabkan iritasi

tenggorokkan. Mencoba untuk memahami pembicaraan di

lingkungan yang bising memerlukan konsentrasi dan usaha

tambahan. Pesan atau instruksi dapat terjadi kesalahpahaman. Hal


42

ini dapat menyebabkan kebingungan dan frustasi. Gangguan

komunikasi ini juga dapat berpengaruh pada kinerja dan

keselamatan pekerja dan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

produktifitas kerja (Lestari, 2013).

2.3.5. Sintesa Gangguan Kebisingan

Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-

alat produksi atau alat-alat kerja yang berada pada titik-titik tertentu

dapat menimbulkan suara-suara yang menganggu pendengaran.


BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Teori


Beban tambahan akibat
lingkungan kerja :

a. Gangguan kebisingan
b. Getaran mekanis
c. Penerangan
d. Iklim kerja
e. Sikap kerja
f. Faktor psikologis

Faktor pekerjaan :
KELELAHAN KERJA
a. Lingkungan kerja
b. Beban kerja

Faktor individu :

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Masa kerja/lama kerja
d. Kondisi kesehatan
e. Status gizi

Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Suma’mur.


P. K, Jakarta: Sagung Seto, 2009

43
44

3.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubunganatau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainya, atau

variabel satu denganvariabel lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2010).Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

BEBAN KERJA
KELELAHAN KERJA

GANGGUAN KEBISINGAN

3.3. Kerangka Analisis

Χ1
У

Χ2

Keterangan :

X1 : Beban Kerja

X2 : Gangguan Kebisingan

У : Kelelahan Kerja
45

3.4. Defenisi Operasional

Skala
No. Variabel Definisi Konsep Devinisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
1. Kelelahan Kelelahan adalah kondisiyang Kelelahan adalah kondisiyang Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi Ordinal
Kerja timbul karena seseorang telah timbul karena pekerja telah pertanyaan jika nilai
melakukan suatu pekerjaan yang melakukan suatu pekerja yang nomor 1-10 mean ≥
berlebihan tanpa berlebihan tanpa memperhitungkan 30,32
memperhitungkan waktu yang waktu yang digunakan sehingga bisa 2. Rendah
jika nilai
digunakan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya penurunan
mean <
mengakibatkan terjadinya kinerja yang berakibat pada 30,32
penurunan kinerja yang berakibat kesalahan kerja dan berujung pada
pada kesalahan kerja dan kecelakaan kerja.
berujung pada kecelakaan kerja. Indikator :
1. Kelelahan Kegiatan
2. Kelelahan Fisik
2. Beban Kerja Beban kerja adalah beban yang Beban kerja adalah beban yang Kuesioner Kuesioner 1. Tinggi Ordinal
ditanggung oleh seseorang dalam ditanggung oleh pekerja dalam pertanyaan jika nilai
melakukan atau menyelesaikan melakukan atau menyelesaikan suatu nomor 11-20 mean ≥
suatu pekerjaan atau tugas-tugas pekerjaan atau tugas-tugas sesuai 34,52
sesuai dengan waktu yang telah dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Rendah
jika nilai
ditentukan. Indikator : mean <
34,52
1. Faktor Eksternal
2. Faktor Internal
46

3. Gangguan Semua suara yang tidak Semua suara yang tidak dikehendaki Kuesioner Kuesioner 1. Terganggu Ordinal
Kebisingan dikehendaki yang bersumber dari yang bersumber dari alat-alat pertanyaan jika nilai
alat-alat produksi atau alat-alat produksi atau alat-alat kerja yang nomor 21-30 mean ≥
kerja yang berada pada titik-titik berada pada titik-titik tertentu dapat 31,52
tertentu dapat menimbulkan menimbulkan suara-suara yang 2. Tidak
terganggu
suara-suara yang menganggu menganggu pendengaran pekerja. jika nilai
pendengaran. Indikator : mean <
1. Gangguan Psikologis 31,52
2. Gangguan Komunikasi
47

3.5. Hipotesis

Ada hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan dengan

kelelahan pada pekerja di Bagian Produksi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi

Bogor Tahun 2016.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010). Pada bagian metode penelitian ini akan

diuraikan mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian,

tempat dan waktu penelitian, pengumpulan data, alat pengumpulan data,

Pengukuran Instrumen Penelitian, dan pengolahan data.

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu dimana

penelitian ini, data variabel dependen dan variabel independen diambil

dalam waktu yang sama (Notoatmojo,2010). Desain ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antara beban kerja dan gangguan kebisingan

dengan kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh pekerja tetap berjumlah 50 orang di bagian produksi

PT. Sinar Sakti Jaya tahun 2016.

48
49

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan objek yang di teliti dan di anggap mewakili

seluruh populasi (Notoadmojo, 2010). Sampel yang terlibat dalam

penelitian ini adalah perkerja tetap yang bekerja dibagaian produksi

PT. PT. Sinar Sakti Jaya sebanyak 50 orang dan menggunakan tehnik

pengambilan sampel secara tidak acak (non probality sampling).

Alasan mengambil non probaliti sampling karena jumlah populasi

yang akan diteliti tidak lebih dari 100 orang.

4.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

4.3.1 Kriteria Inklusi

1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja.

2. Bersedia menjadi responden.

3. Pekerja yang berada di tempat kerja ketika diberikan kuesioner.

4.3.2 Kriterian Ekslusi

1. Tidak bersedia menjadi responden.

2. Pekerja yang tidak berada di tempat kerja ketika diberikan

kuesioner.

3. Pekerja yang tidak mengalami kelelahan kerja.

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar

Sakti Jaya Cileungsi Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01

April sampai 30 April 2016.


50

4.5 Pengumpulan Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan penyebaran

kuesioner pada pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya Tahun

2016.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen,

catatan dan laporan dari perusahaan, serta data pendukung lainnya.

4.6 Pengukuran Instrumen Penelitian

Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yang penting

yaitu valid dan reliabel (Hidayat, 2009), maka analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

4.5.1 Uji Validitas

Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji

validitas pertanyaan didalam kuesioner yang diisi oleh 25 responden

pada pekerja tetap di bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya. Untuk

jumlah responden 25 orang dengan nilai α (0.05) maka:

df=n-2

df=25-2=23

nilai rtabel untuk nilai df (23) adalah = 0.396 Hasil Validitas kuesioner

pada studi pendahuluan adalah sebagai berikut:


51

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel dalam kuesioner penelitian

No Variabel rtabel rhitung Keputusan


Variabel Kelelahan Kerja
1 kelelahan kerja_1 0,655 Valid
2 kelelahan kerja _2 0,581 Valid
3 kelelahan kerja _3 0,935 Valid
4 kelelahan kerja _4 0,644 Valid
5 kelelahan kerja _5 0,715 Valid
0,396
6 kelelahan kerja _6 0,652 Valid
7 kelelahan kerja _7 0,935 Valid
8 kelelahan kerja _8 0,544 Valid
9 kelelahan kerja _9 0,757 Valid
10 kelelahan kerja _10 0,530 Valid
Variabel Beban Kerja
1 beban kerja_1 0,503 Valid
2 beban kerja _2 0,530 Valid
3 beban kerja _3 0,615 Valid
4 beban kerja _4 0,848 Valid
5 beban kerja _5 0,757 Valid
0,396
6 beban kerja _6 0,618 Valid
7 beban kerja _7 0,530 Valid
8 beban kerja _8 0,530 Valid
9 beban kerja _9 0,558 Valid
10 beban kerja _10 0,757 Valid
Variabel Gangguan Kebisingan
1 gangguan kebisingan _1 0,469 Valid
2 gangguan kebisingan _2 0,662 Valid
3 gangguan kebisingan _3 0,865 Valid
4 gangguan kebisingan _4 0,861 Valid
5 gangguan kebisingan _5 0,530 Valid
0.396
6 gangguan kebisingan _6 0,731 Valid
7 gangguan kebisingan _7 0,815 Valid
8 gangguan kebisingan _8 0,869 Valid
9 gangguan kebisingan _9 0,861 Valid
10 gangguan kebisingan _10 0,935 Valid
Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016
52

Setelah dilakukan uji validitas diketahui bahwa seluruh

pertanyaan dinyatakan valid, karena rhitung > dari rtabel (0,396).

4.5.2 Uji Reliabilitas

Pertanyaan-pertanyaan yang ini sudah valid kemudian secara

bersama diukur reliabilitasnya. Nilai rtabel reliabilitas (0,396).

Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas variabel dalam kuesioner penelitian
No Variabel rtabel rhitung Keputusan
Variabel Kelelahan Kerja
1 kelelahan kerja_1 0,966 Reliabel
2 kelelahan kerja _2 0,966 Reliabel
3 kelelahan kerja _3 0,964 Reliabel
4 kelelahan kerja _4 0,966 Reliabel
5 kelelahan kerja _5 0,965 Reliabel
0.396
6 kelelahan kerja _6 0,966 Reliabel
7 kelelahan kerja _7 0,964 Reliabel
8 kelelahan kerja _8 0,967 Reliabel
9 kelelahan kerja _9 0,965 Reliabel
10 kelelahan kerja _10 0,966 Reliabel
Variabel Beban Kerja
1 beban kerja_1 0,967 Reliabel
2 beban kerja _2 0,966 Reliabel
3 beban kerja _3 0,966 Reliabel
4 beban kerja _4 0,965 Reliabel
5 beban kerja _5 0,965 Reliabel
0.396
6 beban kerja _6 0,966 Reliabel
7 beban kerja _7 0,966 Reliabel
8 beban kerja _8 0,966 Reliabel
9 beban kerja _9 0,966 Reliabel
10 beban kerja _10 0,965 Reliabel
Variabel Gangguan Kebisingan
1 gangguan kebisingan _1 0,967 Reliabel
2 gangguan kebisingan _2 0,966 Reliabel
0.396
3 gangguan kebisingan _3 0,964 Reliabel
4 gangguan kebisingan _4 0,964 Reliabel
53

5 gangguan kebisingan _5 0,966 Reliabel


6 gangguan kebisingan _6 0,965 Reliabel
7 gangguan kebisingan _7 0,965 Reliabel
8 gangguan kebisingan _8 0,964 Reliabel
9 gangguan kebisingan _9 0,964 Reliabel
10 gangguan kebisingan _10 0,964 Reliabel
Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016

4.7 Blue Print

Tabel 4.3
Blue Print Kuesioner
No. Variabel Indikator Butir Soal
1. Kelelahan Kerja 1. Pelemahan Kegiatan 1,2,3,4,5
2. Pelemahan Fisik 6,7,8,9,10
2. Beban kerja 1. Faktor Eksternal 1,2,3,4,5
2. Faktor Internal 6,7,8,9,10
3. Gangguan Kebisingan 3. Gangguan Psikologis 1,2,3,4,5
4. Gangguan Komunikasi 6,7,8,9,10

Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016

4.8 Pengolahan Data


Pengolahan data ini adalah dari data yang terkumpul diolah dan

dianlisis dengan tahapan sebagai berikut :

A. Editing Data
Kegiatan dilakukan dengan meneliti setiap data yang di dapat agar

data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali kepada

responden yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan adalah

mengecek kembali kelengkapan kuesioner satu persatu apakah

pertanyaan yang ada sudah dijawab/diisi.


54

B. Coding Data

Dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan data ke

komputer. Pemberian kode pada kuesioner dilakukan sebelum

dipindahkan ke komputer.

Tahap pertama proses Coding adalah memberi kode penomoran

pada kuisioner yang diisi oleh responden yang berisikan pertanyaan

tentang variabel kelelahan kerja, beban kerja, dan gangguan kebisingan.

Tahap kedua adalah pemberian nilai (coding) pada data hasil jawaban.

Dalam tahap ini dilakukan pemberian nilai (kode) pada data hasil

jawaban.

a. Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan Gangguan


Kebisingan.
Tabel 4.4
Coding Variabel Kelelahan Kerja, Beban Kerja, dan Gangguan
Kebisingan.
Pilihan Jawaban Nilai Nilai
Pertanyaan pertanyaan
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang setuju 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber: Hasil data penelitian Tahun 2016

C. Processing Data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga

sudah melewati proses pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memindahkan isi data dari kuesioner ke komputer berdasarkan


55

klasifikasinya untuk dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan

meng-entry data dari kuesioner ke komputer, data yang dimasukan harus

di compute untuk menjumlahkan nilai masing-masing variabel.

Dilanjutkan dengan mencari mean sebagai dasar acuan untuk

menentukan variabel kelelahan kerja, beban kerja dan gangguan

kebisingan. Selanjutnya dilakukan proses analisis univariat dan bivariat

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara beban kerja, dan

gangguan kebisingan terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian

produksi PT. Sinar Sakti Jaya Tahun 2016. Pengolahan data dilakukan

dengan bantuan program perangkat lunak statistik.

D. Cleaning Data
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan

demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

4.9 Analisa Data


Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat, dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak statistik.

1. Analisis Univariat

Untuk mendefinisikan masing-masing variabel, baik variabel

independen maupun variabel dependen dengan tabel distribusi frekuensi.

Analisis univariat dalam penelitian ini mencakup analisis dengan statistik

deskriptif pada beban kerja, gangguan kebisingan dan kelelahan kerja.


56

2. Analisis Bivariat

Yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

beban kerja dan gangguan kebisingan dengan kelelahan pada pekerja

bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016. Uji

statistik yang digunakan adalah Chi-square dengan derajat kepercayaan

(Confidence Interval) yang digunakan 95% dan 𝛼=0,05, dari uji tersebut

dapat diketahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen, dengan pengambilan keputusan:

1. Bila p value <𝛼 (0,05), maka dikatakan Ho ditolak, berarti kedua

variabel secara statistik terdapat hubungan yang bermakna.

2. Bila p value >𝛼 (0,05), maka dikatakan Ho diterima, berarti kedua

variabel secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna.

4.10 Penyajian Data

Hasil dari analisis kuantitatif tersebut akan dibahas dan dianalisis

dengan arah berfikir rasional dan analitik, dengan mengacu pada kerangka

konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, kemudian dibandingkan dengan

teori dalam tinjauan pustaka dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya,

kemudian dibuatlah suatu kesimpulan serta saran yang membangun dan

sesuai dengan kondisi lapangan.


BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Profil Perusahan

Bengkel sinar sakti berdiri pada tahun 1983 Citeureup-Bogor dengan

spesialsasi pekerjan mechine shop pada lokasi workshop I. Pada tahun 1991

berubah status menjadi perusahan Perseroan Komanditer bernama CV. Sinar

Sakti dengan spesialisasi pekerjaan dibidang mechanical engineering sesuai

dengan perkembangan bisnis. Pekerjaan dibidang construction mulai

digeluti tahun 1995 dengan spesialisasi pekerjaan fabrication stell/plate

pada lokasi workshop II.

Tahun 2006 atas persetujuhan seluruh pendiri Perseroan Komanditer

CV. Sinar Sakti disepakati meningkatkan status dari perusahan komanditer

menjadi Perseroan terbatas PT. Sinar Sakti Jaya berkedudukan di Bogor.

Tahun 2010 PT.sinar Sakti Jaya mulai mengembangkan bisnis

dibidang fabrication, pressure vessel dan construction dengan mendirikan

workshop III yang berlokasi di Klapanunggal.

Bentuk badan hukum perusahan adalah Perseroan Terbatas, Akta

pendiria Perseroan Terbatas PT. Sinar Sakti Jaya telah mendapatkan

pengesahan dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor : W8-00052 HT. 01. 01- TH, 2006 pada tanggal 08 September 2006

dan juga perusahan telah mendapatkan persetujuan dari Mentri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No AHU-67824.AH.01.02

Tahun 2008 sebagaimana tercantum dalam surat persetujuhan akta

57
58

perubahan anggaran dasar perseroan dengan akta Nomor 5, Tangga 12

Agustus 2008, telah memenuhi syarat dan telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

5.2 Alamat Perusahan

PT. Sinar Sakti Jaya (workshop III) Kp. Tegal No 37 Desa Kembang

Kuning Klapa Nunggal -Bogor-16820-Jawa Barat-Indonesia

a. Phone : +62 21 824 808 40 (huting)

b. Fax : +62 21 824 808 40

c. Email : mk3@sinarsaktijaya.co.idinfo@sinarsaktijaya.co.id

d. Website : www.sinarsaktijaya.co.id

e. Luas area : 50.000m

5.3 Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi perusahan jasa yang terkemuka dan terpercaya dalam bidang

jasa machining, construction dan engineering dengan standar kelas dunia.

“To be a prominent & reliable machining, construction and engineering

service corporation with world class standar”

2. Misi

Memberikan manfaat dan kesejaterahan terbaik bagi seluruh stakeholder

dan pemegang saham melalui kinerja, kualitas dan pelayanan yang

terbaik.

“Giving the best benefits and welfare all stakeholder and shareholders

through the excellent performance, quality and service”


59

5.4 Ruang Lingkup Bisinis

Ruang lingkup bisnis PT.Sinar Sakti Jaya workshop III adalah

mechanichal and construction project, dengan kapasitas 400tons/month,

yang meliputi :

1. Pekerjaan machining di workshop

2. Pekerjaan line boring di workshop dan di site

3. Pekerjaan struktur baja dan erection di site

4. Pekerjaan rekayasa (fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas)

5.5 Kebijakan Mutu

Pimpinan dan seluruh karyawan PT Sinar Sakti Jaya sepakat

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

pelanggan:

1. Mutu produk yang konsisten

2. Harga yang bersaing

3. Tepat waktu dalam penyelesaian pekerjaan

Untuk merealisasikan kebijakan mutu tersebut, maka perusahan

berusahan menerapkan system manajemen mutu berstandar ISO 9001 : 2008

dan meningkatkan sumber daya yang ada secara berkesinambungan.

5.6 Sasaran Mutu PT Sinar Sakti Jaya

Sasaran mutu perusahan di tetapkan dalam kurun waktu5 (lima) tahun

dan dievaluasi minimal dalam periode 1 (satu) tahun sekali. Rencana mutu

perusahan sebagaimana tercantum rencana strategis perusahan (Corporate

Strategic Plan/CSP).
60

5.7 Rencana Mutu

Sasaran mutu perusahan di tetapkan dalam kurun waktu5 (lima) tahun

dan dievaluasi minimal dalam periode 1 (satu) tahun sekali. Rencana mutu

perusahan sebagaimana tercantum rencana strategis perusahan (Corporate

Strategic Plan/CSP).

5.8 Target Dan Rencana Masing Masing Bagian

Setiap kepala bagian/ pimpinan bagian terkait, berdasarkan

persetujuhan pimpinan perusahan menetapkan taret dan rencana mutu

minimal 1 (satu) tahun sekali berdasarkan hasil evaluasi sasaran mutu

perusahan dan pncapaiannya dievaluasi minial 6(enam) bulan sekali. Target

masing-masing dituangkan dalam bentuk Key Performance Indicator (KPI)

sebagaimana tercantum dalam Funsional Strategis Perusahan (FSP).

5.9 Job Description

Uraian tugas, wewenang, dan kualifikasi jabatan diuraikan dalam job

description.
61

5.10 Struktur Organisasi

5.11 Program Kerja HSE

a) Safety Induction

Safety Induction adalah perkenalan dan pengarahan tentang situasi

proyek, keadaan darurat, jalur evakuasi dan peraturan proyek kepada

pekerja baru, tamu dan kepada pekerja yang akan melakukan kegiatan

pekerjaan berisiko bahaya tinggi.

b) Safety Talk

Safety Talk adalah pengarahan singkat tentang keselamatandan

kondisi proyek kepada seluruh pekerja sebelum pekerjaan dimulai

dilakukan seminggu sekali setiap hari mulai dari jam 08.00-08.15 WIB.
62

c) Safety Patrol

SafetyPatrol adalah patroli rutin yang dilakukan setiap hari untuk

memonitor kegiatan pekerjaan di lapangan.

d) Safety Inspection

Safety Inspection adalah inspeksi yang dilakukan seminggu dan

sebulan sekali untuk melihat konsistensi penerapan HSE, apakah telah

dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan.

e) Safety Meeting

SafetyMeeting adalah meeting yang dilakukan untuk membahas

masalah yang mungkin terjadi selama pekerjaan berlangsung dan

mengambil tindakan pencegahannya, serta melaporkan

kasuskecelakaanyangterjadidanlangkah-

langkahperbaikannya.Safetymeeting dilakukan minimal seminggu sekali.


63

Alur pendaftaran subkontrak baru

5.12 Peraturan Perusahan

5.12.1 Peraturan Jam Kerja dan Waktu Istirahat

Jam kerja mulai dari 08.00 s/d 17.00 WIB (termasuk istirahat

1 jam). Waktu istirahat Senin s/d Kamis: 12.00 s/d 13.00 WIB

.Waktu istirahat hari Jumat: 11.45 s/d 13.00 WIB.

5.12.2 Tata Tertib Karyawan dan Subkontraktor

1. Seluruh karyawan dan subkontraktor wajib melakukan absesnsi

finger pada saat masuk dan pulang kerja. Bagi karyawan yang

tidak bias melakukan absesnsi finger wajib mengisi form tidak

bisa finger/scanning (FR.HR.01.08). pelanggaran atas ketentuan


64

ini, karyawan dianggap mangkir atau tidak diperbolehkan

memasuki area pabrik.

2. Karyawan dan subkontraktor yang terlambat atau pulang lebih

awal, wajib melakukan absensi finger. Jika ketentuan ini tidak

dilaksanakan, security berhak tidak memberikan izin untuk

memasuki atau keluar area pabrik dari status kehadiran dianggap

mangkir dan upah perhari tersebut tidak dibayarkan.

3. Karyawan yang akan keluar workshoppada jam kerja wajib

mengisi form izin (jika untuk kepentingan pribadi) atau form

dinas luar (jika untuk keperluan dinas) yang arus mendapat

persetujuhan dari atasan yang bersangkutandan diketahui oleh

HRD, kecuali untuk keperluan emergency (kecelakaan

kerja/sakit). Jika hal tersebut tidak dijalankan, security berhak

untuk melarang/tidak mengizinkan keluar area pabrik.

4. Seluruh karyawan wajib memakai peralatan safety diarea

produksi sesuai standar yang diberlakukan perusahan. Karyawan

dan subkontraktor yang tidak memakai peralatan safety, akan

dikenakan sangsi sesuai derajat pelanggaran.

5. Karyawan tidak diperkenankan membawah keluar pabrik alat-

alat kerja, material dan peralatan safety tanpa izin dari yang

berwewenang.

6. Karyawan tidak diperbolehkan/dilarang keras merokok/makan

diarea produksi pada jam kerja, kecuali pada jam istirahat atau
65

jam-jam break time/coffe break. Adapun breaktime/coffe break

karyawan produksi sebagai berikut :

a. Pagi hari 10.00-10.10

b. Soreh hari 15.00-15.10

7. Karyawan dan subkontraktor yang masuk kerja pada hari libur

wajib mengisi form lembur atau menyerahkan list karyawan

yang masuk kerja, ke bagian HRD se-hari sebelumnya. Dan

ditembuskan kepada security. Pelanggaran atas ketentuan ini

security tidak memperkenankan masuk kerja karyawan tersebut.

5.12.3 Tata Tertib Karyawan Baru/ Keluar

1. Karyawan baru yang belum melakukan absensi finger

diperlakukan sebagai tamu, dan harus melengkapi persyaratan

kelenkapan di HRD.

2. HRD wajib memberikan list karyawan masuk atau keluar setiap

ada perubahan data karyawan ke security.

3. Subkontraktor yang mempekerjakan pekerja baru, wajib

mengikuti prosedur penerimaan karyawan yang telah ditentukan

pleh PT. Sinar Sakti Jaya, yaitu wajib mengisi biodata,

melampirkan foto copy KTP yang masih berlaku, dan dokumen

pendukung lainnya, melakukan registrasi ke HRD, induksi

safety dan menaati peraturan tata tertib yang berlaku.

4. Bagi karyawan yang mengundurkan diri/dikeluarkan maka

karyawan tersebut wajib melakukan serah terima kerja ke atasan


66

yang bersangkutan dan menegmbalika peralatan kerja dan

peralatan safety yang dipinjamkan kebagian masing-masing.

Apabila karyawan subkontraktor keluar tanpa ada

pemberitahuan ke HRD sebelumnya dan tidak dipinjamkan

tersebut tersebut menjadi tanggung jawab mandor yang

bersangkutan dan diperhitungkan ganti ruginya yang akan

dipotong oleh finance.

5. Karyawan dari slah satu subkontraktor yang sudah keluar tidak

diperkenankan/diperbolehkan masuk ke subkontraktor lainnya

yang masih aktif di PT. Sinar Sakti Jaya kecuali ada

persetujuhan dari mandor sebelumnya.


67

5.13 Job Description Safety PT Sinar Sakti Jaya

HUBUNGAN KERJA

External
Internal

Hubungan Frekuensi Hubungan Frekuensi

a. Sub a. Setiap hari

Kontraktor b. Bila Safety All Setiap Hari


Inspector
b. Manajemen diperlukan Department

Tempatan c. Bila di

c. Jamsostek perlukan

d. Dinasker

IDENTITAS JABATAN

Nama Jabatan: Status:


Kode Job
Safety Inspector Tetap
Description:
Dibuat Oleh: Bagian/Departemen:
SH.03.02
HRD Safety

Disetujui Oleh: Divisi: Grade:

Ka.Div. HRD & GA HRD & GA


68

Superior Langsung: Head Office:

Ka.Dept. GA HO & Cabang

TUJUAN JABATAN

a. Memonitoring Safety, Health & Environment (SHE) di project

b. Melakukan penanganan pertama terhadap kecelakaan kerja

c. Melakukan pencatatan dan pelaporan Safety, Health & Environment (SHE)

WEWENANG JABATAN

- Inspeksi

- Menegur, memberikan sanksi terhadap karyawan yang melanggar SHE

STATISTIK JABATAN

Kewenangan Budget: Jumlah Bawahan Langsung -

- Jumlah Bawahan Tidak Langsung -


69

POSISI JABATAN

Ka.Div HRD & GA

Safety Officer

Safety Inspector

SPESIFIKASI JABATAN

Pendidikan Formal: Persyaratan Minimal:

SMA / SMK 1. Komunikasi verbal dan negoisasi yang baik

Pengalaman: 2. Memiliki jiwa assertive

Minimal 6 bulan 3. Kemampuan leadership

Sertifikasi / Pelatihan: 4. Mampu berbahasa Inggris minimal pasif

ISO 9001, 5S / 5R, SMK3 5. Mandiri, ulet, mampu bekerja di bawah tekanan

No Kompetensi: 6. Mampu mengoperasikan computer, minimal

MS.Windows

7. Mengenal dasar-dasar K3
70

HUBUNGAN KERJA

External Internal

Hubungan Frekuensi
Hubungan Frekuensi
a. Sub a. Setiap hari

Kontraktor b. Bila Safety


Inspector All Setiap Hari
b. Manajemen diperlukan
Department
Tempatan c. Bila di

c. Jamsostek perlukan

d. Dinasker

URAIAN PEKERJAAN

Ukuran
No Jenis Pekerjaan Kontribusi
Keberhasilan

1. Memonitoring safety di project Primer Rutin

Melakukan koordinasi dengan manajemen Intens dan tepat


2. Primer
tempatan waktu

Melakukan pengurusan perizinan kerja ke


3. Primer Tepat waktu
manajemen tempatan

4. Melakukan koordinasi dengan safety Primer Tepat waktu


71

Melakukan safety report minimal satu kali


5. Primer Tepat waktu
seminggu

6. Melakukan absensi seluruh karyawan site Primer Tepat waktu

Disiapkan/Diajukan Diperiksa Disetujui Diketahui


Prepared by Checked by Approved by Acknowledge by

N/A
( Divisi Terkait ) ( Ka.Div. HRD&GA ) ( Direktur ) ( )
N/A Persetujuan/ Yes No Persetujuan/ Yes No Persetujuan/ Yes No
Approval Approval Approval

N/A Note: Note: Note:


BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan

karakteristiksetiap variabel penelitian yang diteliti. Analisis ini dilakukan

terhadapsetiap variabel dari penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini

hanyamenghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).

6.1.1. Kelelahan Kerja

Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja di
PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Frekuensi Persentase
No. Kelelahan Kerja
(N) (%)
1. Tinggi 30 60,0
2. Rendah 20 40,0
Total 50 100,0
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.1,diketahui bahwa

responden yang mengalami kelelahan kerja sebanyak30 (60,0%), sedangkan

20 orang (40,0%) tidak mengalami kelelahan kerja.

72
73

6.1.2. Beban Kerja

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja di PT. Sinar
Sakti Jaya di Cileungsi Bogor Tahun 2016
Frekuensi Persentase
No. Beban Kerja (N) (%)
1. Tinggi 28 56,0
2. Rendah 22 44,0
Total 50 100,0
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.2,diketahui bahwa

responden yang mengalami beban kerja sebanyak 28 (56,0%), sedangkan 22

orang (44,0%) tidak mengalami beban kerja.

6.1.3. Gangguan Kebisingan

Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gangguan Kebisingan di
PT. Sinar Sakti Jaya di Cileungsi Bogor Tahun 2016
Frekuensi Persentase
No. Gangguan Kebisingan
(N) (%)
1. Terganggu 28 56,0

2. Tidak Terganggu 22 44,0


Total 50 100,0
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6.3,diketahui bahwa

responden yang mengalami gangguan kebisingan sebanyak 28 (56,0%),

sedangkan 22 orang (44,0%) tidak mengalami gangguan kebisingan.

6.2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan

antaravariabel independen dengan variabel dependen.


74

6.2.1. Hubungan Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di PT. Sinar Sakti

Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016

Tabel 6.4
Hubungan Antara Beban KerjaDenganKelelahan Kerja di
PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Kelelahan Kerja
Beban Kerja Tinggi Rendah Total P.Value OR
N % N % N %
Tinggi 22 44,0% 6 12,0% 28 56,0%
Rendah 8 16,0% 14 28,0% 22 44,0% 0,006 6,417
Total 30 60,0% 20 40,0% 50 100,0%
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

Berdasarkan hasil analisishubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 22 (44,0%) orang

respondenyang menyatakanbeban kerja tinggimengalami kelelahan kerja

sedangkan14 (28,0%) orang responden lainnya yang menyatakanbeban kerja

rendah tidak mengalamikelelahan kerja.

Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value

= 0,006, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja

dengan kelelahan kerja.

Hasil analisis bivariat mendapatkan nilai OR 6,417 yang artinya

pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya yang memiliki beban

kerja tinggi berpeluang 6,417 atau 6kali mempunyai tingkat kelelahantinggi,

dibandingkan dengan pekerja yang memilikibeban kerja rendah.


75

6.2.2. Hubungan Gangguan KebisinganDengan Kelelahan Kerja di PT.

Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016

Tabel 6.5
Hubungan Antara Gangguan KebisinganDenganKelelahan Kerja di
PT.Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016
Kelelahan Kerja
GangguanKebi
Tinggi Rendah Total P.Value OR
singan
N % N % N %
Terganggu 26 52,0% 2 4,0% 28 56,0%
Tidak Terganggu 4 8,0% 18 36,0% 22 44,0% 0,000 58,500
Total 30 60,0% 20 40,0% 50 100,0%
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

Berdasarkan hasil analisishubungan antara gangguan kebisingan

dengan kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 26 (52,0%) orang

responden yang mengalamin gangguan kebisingan berartimengalamin

kelelahan kerja sedangkan 18 (36,0%) orang responden lainnya yang tidak

mengalamingangguan kebisingan berartitidak memiliki tingkatkelelahan

kerja.

Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value

= 0,000, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara gangguan

kebisingan dengan kelelahan kerja.

Hasil analisis bivariat mendapatkan nilai OR 58,500 yang artinya

pekerja tetap bagian produksi PT. Sinar Sakti Jaya yang

mengalamingangguan kebisingan kurang baik berpeluang 58,500 atau

59kali mempunyai tingkat kelelahankerja tinggi, dibandingkan dengan

pekerja yang mengalamin gangguan kebisingan yang baik.


BAB VII

PEMBAHASAN

7.1. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian inimasih banyak memiliki

keterbatasan, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan hanya disatu divisi saja, dikarenakan sifat

dokumen yang sangat rahasia, sehingga peneliti dibatas untuk meneliti

divisi lain.

2. Penelitian ini dilakukan pada waktu dan situasi bekerja, sehingga dapat

mempengaruhi responden dalam pengisian kuesioner.

3. Pengambilan data dengan kuesioner bersifat subyektif, kebenaran data

sangat bergantung pada kejujuran responden, jika responden kurang jujur

maka kebenaran juga kurang akurat.

4. Kelemahan penggunaan kuesioner pada penelitian ini antara lain:

a. Waktu luang responden pada saat bekerja sangat kurang

yangmenyebabkan responden terburu-buru dalam pengisian

kueioner.

b. Bentuk pernyataan pada kuesioner harus dibuat

sesederhanamungkin agar responden dapat dengan mudah

memahami maksuddari pernyataan-pernyataan tersebut.

76
77

7.2. Hubungan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada pekerja

bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun 2016

Berdasarkan hasil analisishubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat terdapat 22 (44,0%) orang

respondenyang menyatakanbeban kerja tinggimengalami kelelahan kerja

sedangkan14 (28,0%) orang responden lainnya yang menyatakanbeban kerja

rendah tidak mengalamikelelahan kerja.

Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value

= 0,006, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara beban kerja

dengan kelelahan kerja.

Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai

dengan jenis pekerjaanya. (Suma’mur,2009).

Beban kerja merupakan kemampuan pada tubuh pekerja dalam

menerima suatu pekerjaan, beban kerja yang diterima harus sesuai terhadap

kemampuan fisik dan psikologis dari pekerja. Beban kerja berupa beban

kerja fisik seperti mengangkat sesuatu dan beban kerja psikologis yang

merupakan tingkat keahlian antar individu. (Manuba,2008).

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran

pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo,2008

dalam Kurnia,2010).
78

Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja dapat

didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan

pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra tahun 2015 yang

berjudul “Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri

Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu Tahun 2015”. Hasil penelitian

analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p-

value = 0,004 dengan α = 0,05. Jika Pvalue< 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja pada pekerja industri keripik melinjo di Desa Benda

Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu tahun 2015.

Menurut peneliti cara mengurangi beban kerja yang tinggi pada

pekerja dengan menyediakan tempat istirahat bagi pekerja apabila pekerja

mengalamin kelelahan pada saat bekerja dan mengatur jam kerja normal

atau sesuai dengan standar yaitu 8 jam/hari atau 40 jam/minggu, jika ada

pekerja yang melakuka lembur atau long shif diberikan tambahan waktu

maksimal 3-4 jam sehingga tidak menyebabkan beban kerja yang tinggi.

7.3. Hubungan Gangguan Kebisinganterhadap Kelelahan Kerja pada

pekerja bagian produksidi PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun

2016

Berdasarkan hasil analisishubungan antara gangguan kebisingan

dengan kelelahan kerja diperoleh hasil bahwaterdapat 26 orang responden


79

yang mengalamingangguan kebisingan berartimengalamin kelelahan kerja

sedangkan 18 orang responden lainnya yang tidak mengalamingangguan

kebisingan berartitidak memiliki tingkatkelelahan kerja.

Setelah diuji secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh p-value

= 0,000, dengan α = 0.05 yang artinya ada hubungan antara

gangguankebisingan dengan kelelahan kerja.

Kebisingan menurut Kepmenaker No. 51/MEN/1999 adalah semua

suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi danatau alat

kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan

pendengaran.(Suma’mur,2009).

Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak

dikehendaki (WHO,1986).

Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau

bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang

salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).

Definisi lain adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian,

mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat,

hiburan atau belajar) (Leslie L. Doelle, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Suryani

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun

2010yang berjudul “Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Tenaga Kerja

shift pagi di bagian Weaving II PT. Dan Liris Sukoharjo Tahun 2010 ”.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi person


80

product moment antara kebisingan dengan kelelahan menunjukkan bahwa

nilai p value adalah0,000 yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan

antarakebisingan dengan kelelahan.

Menurut peneliti cara untuk mengurangi kebisingan adalah

perusahaan juga harus menyediakan alat pelindung diri yang aman dan

nyaman dipakai oleh para pekerja sehingga kebisingan tidak akan

mengganggu pekerjaan mereka, seperti ear plug dan earmuff. Pekerja juga

diwajibkan menggunakan alat pelindung diri seperti ear plug atau

earmuffselama proses bekerja di lingkungan atau area kerja yang memiliki

tingkat kebisingan tinggi sehingga dampak kebisingan yang ditimbulkan

dapat diminimalisisir.
BAB VIII

PENUTUP

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan

Antara Beban Kerja Dan Gangguan Kebisingan Dengan Kelelahan Pada

Pekerja Bagian Produksi DiPT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor Tahun

2016, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara beban kerjadengankelelahan kerja pada pekerja

bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor tahun 2016

dengan p-value 0,006.

2. Ada hubungan antaragangguan kebisingan dengankelelahan kerja

pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor

tahun 2016 denganp-value0,000.

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan

gangguan kebisingan adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Sinar Sakti Jaya

Cileungsi Bogor Tahun 2016.

8.2. Saran

8.2.1 Saran Untuk PT. Sinar Sakti Jaya Cileungsi Bogor

1. Mengatur jam kerja normal atau sesuai dengan standar yaitu 8

jam/hari atau 40 jam/minggu, jika ada pekerja yang melakukan

lembur atau long shif diberikan tambahan waktu maksimal 3-4

jam dan jika pekerja yang melakukan lembur sudah melebihi

81
82

waktu lembur yang telah ditentukan maka pekerja tersebut

diberikan kompensasi waktu istirahat yang secukupnya sesuai

dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga tidak menyebabkan

beban kerja yang tinggi.

2. Pekerja diwajibkan menggunakan ear plug atau earmuffselama

proses bekerja di lingkungan kerja yang memiliki gangguan

kebisingan yang melebihi nilai ambang batas normal sehingga

dapat mengurangin gangguan kebisingan pada pekerja.

8.2.2 Saran Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

1. Memperbanyak MOU dengan berbagai instansi untuk

memudahkan kerjasama pendidikan.

2. Memperbanyak buku-buku referensi tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

3. Menyediakan lap K3 sehingga mahasiswa bisa mengetahui APD

(alat pelindung diri) seperti : full body harnes, ear plug, ear muff,

dan sebagainya.

4. Memudahkan mahasiswa dalam mengakses informasi mengenai

perkuliahan dimanapun dan kapanpun melalui internet.


Daftar Pustaka

Ambar, W. Roestam, 2004 dalam Sari 2010, Program Konservasi


Pendengaran di Tempat Kerja,
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_22.Program Konservasi
Pendengaran di Tempat Kerja.

Andriyani, 2010.Pengukuran Kelelahan Dengan Alat Reaction Timer dan


Pengaruh Kelelahan Terhadap Produktivitas Pada Tenaga Kerja
Bagian Penjahitan, Surakarta : Fakultas Teknik UMS, 2010.

Astrand, Rodahl, dkk, dalam Tarwaka. 2010, Ergonomi Untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press.

Astuti, Dwi Lestari. 2013. Hubungan Pajanan Kebisingan Dengan Efek


Kesehatan Non-Auditory Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT.
Tokai Dharma Indonesia Pada Tahun 2013. Jurnal : Universitas
Indonesia.

Budiono, Sugeng, A.M. 2008. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang :
Badan penerbit UNDIP.

Buchari, Alma. 2008, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa.


Bandung: CV. Alfabeta.

Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC,


Penerbit Buku Kedokteran.

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek


dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Escott-Stump, S. & Mahan, L. K. (2012). Nutrition Diagnosis and


Intervention. In: MAHAN, L. K. & ESCOTT-STUMP, S. (eds.)
Krause's Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Missouri: Saunders
Elsevier.

Eraliesa, F. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Kelelahan Kerja Pada


Tenaga Kejra Bongkar Muat di Pelabuhan Tapak Tuan Kecamatan
Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008. Skripsi. FKM
USU.

Gabriel, 1996.”Definisi dan Istilah tentang Kebisingan di Tempat Kerja”.


http://www.indomedia.com/intisari/2000/januari/bising.htm.
Diakses 01 Juni 2016.

Hidayat, Achmad Taufik. 2011. Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap


Beban Kerja Pada Pekerja di PT. Primarindo Asia Infratucture,
Tbk. Tugas Akhir. Bandung : Fakultas Teknik Industri Universitas
Islam Bandung.

Hanifa, Tri Yuni Ulfa. 2006. Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan


pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum
Perhutani Semarang.

Irwan, Harwanto, 2012.Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Masinis Dan
Asisten Masinis, Dengan Kepuasan Kerja Dan Komitmen
Organisasi Sebagai Intervenning Variabel (Studi Pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang).

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang nilai


ambang batas faktor fisika di tempat kerja. http://www.indonesian-
publichealth.com/2012/05/pengertian-dan-katagori-
kebisingan.html.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Jenis-jenis kelelahan


kerja dan dampaknya terhadap kesehatan. Jakarta: Depkes PRESS.

Kusuma, Sunaryo, M.Pd. 2014. Ergonomi dan Keselamatan Kesehatan


Kerja, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Langgar, D. P. 2014. Hubungan Antara Asupan Gizi dan Status Gizi


Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Perusahaan Tahu Baxo
Bu Pudji di Unggaran Tahun 2014. Jurnal FKM Dian Nuswantoro
Semarang.

Leslie, L. Doelle. 2006. Akustik Lingkungan. Jakarta : Erlangga.

Manuaba. 2008. Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta:


Rineka Cipta.

Miranti, dkk 2014. Hubungan Shift Kerja Dengan Tingkat Kelelahan


Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi Dan Produksi (Ep)
Kecamatan Balongan Kabupaten IndramayuTahun 2014.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya.


Surabaya: Guna Widya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip – prinsip Dasar Ilmi Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: PT. Rianeka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta :


PT. Rianeka Cipta.

Nurhidayati, Puti. 2009. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan


Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Bagian Produksi PT. Tifico,Tbk
Tahun 2009. Skripsi, FKIK. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Robertus, Iskandar. S. R. 2007. “Pengaruh Paparan Kebisingan terhadap


Tingkat Kelelahan di PT. Inka (Persero) Madiun”. Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Russeng, Syamsiar. S. 2011. Kelelahan Kerja dan Kecelakaan Lalu lintas” .


Ombak, Yogyakarta.

Santoso, Gempur. 2014. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan.


Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Setyawati, Lientje. 2013. ”Kelelahan dan Permasalahannya”.


http:/www.Cermin Dunia
Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 01 Juni 2016.

Setyawati, K. M. L. 2013. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta :


Amara Books.

Soetomo, 2011. Kelelahan (Fatigue) Dalam Penerbangan. Cermin Dunia


Kedokteran.

Sritomo, Wignjosoebroto. 2003.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,


Surabaya: Guna Widya.

Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta : CV Sagung Seto.

Soleman, Aminah. (2011). Jurnal artikel Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari
Faktor Usia Dengan Pendekatan Recommended Weight Limit.

Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : HARAPAN PRESS.

Tana, 2002. ”Pengertian Bising dan Bahaya Kebisingan di Tempat Kerja”.


http:/www. Cermin Dunia
Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. Diakses 01 Juni 2016.

Utomo. 2008 dalam Kurnia, Adil, 2010, Human Resource Management


Development Program, September 2010, Amos Cozy Hotel,
Jakarta.

Wati dan Haryono. 2011. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan
Kerja Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Wahyuni, A. 2009. Analisis Faktor yang berhubungan terhadap kelelahan
Kerja Pegawai Instalasi CSDD / Loundry Rumah Sakit di Kota
Makassar. Tesis UNHAS. Makassar.

Yusdarli, Hasibuan. 2010, Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja


dengan Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU
Dr.Tengku Mansyur Tanjungbalai. Skripsi: Universitas Sumatera
Utara.

Yulianto, Ardian Risky. 2013. Faktor-Faktor yang Brhubungan Dengan


Ganguan Non-Auditory Akibat Kebisingan Pada Musisi
Rock.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 2, No. 1, 1-11.
Lampiran

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100,0


a
Excluded 0 ,0

Total 25 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,967 30

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

KL1 93,8400 443,973 ,655 ,966


KL2 93,7200 447,293 ,581 ,966
KL3 93,5200 433,343 ,935 ,964
KL4 93,1600 434,557 ,644 ,966
KL5 93,4800 435,427 ,715 ,965
KL6 93,1600 438,807 ,652 ,966
KL7 93,5200 433,343 ,935 ,964
KL8 93,0400 440,207 ,544 ,967
KL9 93,1600 439,973 ,757 ,965
KL10 92,6800 453,977 ,530 ,966
BK1 92,9200 450,327 ,503 ,967
BK2 92,6800 453,977 ,530 ,966
BK3 92,7600 445,773 ,615 ,966
BK4 93,3600 436,323 ,848 ,965
BK5 93,1600 439,973 ,757 ,965
BK6 92,9200 445,577 ,618 ,966
BK7 92,6800 453,977 ,530 ,966
BK8 92,6800 453,977 ,530 ,966
BK9 92,7600 451,440 ,558 ,966
BK10 93,1600 439,973 ,757 ,965
GK1 92,5600 453,673 ,469 ,967
GK2 93,0400 438,623 ,662 ,966
GK3 93,3200 434,893 ,865 ,964
GK4 93,4400 435,923 ,861 ,964
GK5 92,6800 453,977 ,530 ,966
GK6 93,3200 436,727 ,731 ,965
GK7 93,3600 437,657 ,815 ,965
GK8 93,4000 434,750 ,869 ,964
GK9 93,4400 435,923 ,861 ,964
GK10 93,5200 433,343 ,935 ,964

UNIVARIAT DAN BIVARIAT

Kelelahan_Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 30 60,0 60,0 60,0

Rendah 20 40,0 40,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


Beban_Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 28 56,0 56,0 56,0

Rendah 22 44,0 44,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Gangguan_Kebisingan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Terganggu 28 56,0 56,0 56,0

Tidak Terganggu 22 44,0 44,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

BIVARIAT BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent

Beban_Kerja * 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%


Kelelahan_Kerja

Beban_Kerja * Kelelahan_Kerja Crosstabulation

Kelelahan_Kerja

Tinggi Rendah Total

Beban_Kerja Tinggi Count 22 6 28

% of Total 44,0% 12,0% 56,0%

Rendah Count 8 14 22

% of Total 16,0% 28,0% 44,0%


Total Count 30 20 50

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9,145 1 ,002
b
Continuity Correction 7,471 1 ,006
Likelihood Ratio 9,363 1 ,002
Fisher's Exact Test ,004 ,003
Linear-by-Linear 8,962 1 ,003
Association
N of Valid Cases 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Beban_Kerja 6,417 1,833 22,458


(Tinggi / Rendah)
For cohort Kelelahan_Kerja 2,161 1,203 3,881
= Tinggi
For cohort Kelelahan_Kerja ,337 ,155 ,732
= Rendah
N of Valid Cases 50
BIVARIAT GANGGUAN KEBISINGAN DAN KELELAHAN KERJA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gangguan_Kebisingan * 50 100,0% 0 ,0% 50 100,0%


Kelelahan_Kerja

Gangguan_Kebisingan * Kelelahan_Kerja Crosstabulation

Kelelahan_Kerja

Tinggi Rendah Total

Gangguan_Kebisingan Terganggu Count 26 2 28

% of Total 52,0% 4,0% 56,0%

Tidak Count 4 18 22
Terganggu % of Total 8,0% 36,0% 44,0%
Total Count 30 20 50

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 28,626 1 ,000
b
Continuity Correction 25,599 1 ,000
Likelihood Ratio 32,029 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 28,053 1 ,000
Association
N of Valid Cases 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for 58,500 9,664 354,126


Gangguan_Kebisingan
(Terganggu / Tidak
Terganggu)
For cohort Kelelahan_Kerja 5,107 2,092 12,466
= Tinggi
For cohort Kelelahan_Kerja ,087 ,023 ,337
= Rendah
N of Valid Cases 50
KATA PENGANTAR

Terima kasih atas kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner

ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sekolah Tinggi Indonesia Maju (STIKIM) Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Anda mengenai

perilaku dalam bekerja. Untuk itu, saya mengharapkan Anda menjawab

pertanyaan dalam kuesioner ini secara jujur dan lengkap, serta tidak melewatkan

satu pertanyaanpun. Kuesioner ini bersifat rahasia dan jawaban Anda tidak

akan mempengaruhi penilaian prestasi kerja Anda di tempat kerja. Kuisioner

ini dimaksudkan hanya untuk penelitian.


Petunjuk Pengisian:

1. Isilah pertanyaan berikut pada kolom yang telah disediakan.

2. Beri tanda cheklist (√ ) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda.

3. Kejujuran Anda sangat saya harapkan.

IDENTITAS RESPONDEN

Umur :

Pendidikan Terakhir : SD D III

SMP S1

SMA/SMK S2

Lama Kerja : < 3 bulan > 1 tahun

3 bulan – 1 tahun
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan
pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS),
Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS),
Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist
pada kolom (STS).

KELELAHAN KERJA

No Pernyataan SS S KS TS STS
A. Indikator Kelelahan Kegiatan
1. Pekerja sering istirahat karena
pekerjaan menumpuk
2. Apabila pekerja melakukan
pekerjaan yangbanyak maka pekerja
cepat merasa lelah
3. Pekerja sering bertindak lamban
dalam bekerja
4. Pekerja merasa pegal-pegal diseluruh
badan karena pekerjaan
5. Pekerjaan yang monoton bisa
menyebabkan pekerja cepat merasa
ngantuk
B. Indikator Kelelahan Fisik
6. Pekerja sering mengalami sakit
kepala saat bekerja
7. Jam kerja yang berlebihan dapat
mengganggu kesehatan pekerja
8. Pekerja merasa haus setelah selesai
bekerja
9. Pekerjasering mengalamin nyeri di
punggung setelah selesai bekerja
10. Pekerjasering mengalamin sesak
pada pernafasan setelah selesai
bekerja
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan
pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS),
Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS),
Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist
pada kolom (STS).

BEBAN KERJA

No Pernyataan SS S KS TS STS
A. Faktor Eksternal
1. Pekerja akan merasa gugup bila
menghadapi beban pekerjaan yang
berat
2. Karena beban kerja yang berat, hal itu
membuat pekerja banyak izin untuk
tidak masuk kerja
3. Pekerja mudah cemas apabila
pekerjaan yang dilakukan belum
selesai
4. Dalam melakukan pekerjaan yang
berat maka cendrung membuat berat
badan pekerja menurun
5. Banyaknya beban pekerjaan yang
dikerjakan membuat pekerja tidak
dapat berpikir jernih
B. Faktor Internal
6. Pekerjaan yang berat cendrung
membuat pekerja mudah marah
kepada rekan kerja
7. Pekerjasering merasa takut apabila
melakukan kesalahan dalam bekerja
8. Pekerja sering tegang dikarenakan
pekerjaanyang tidak kunjung selesai
9. Pekerja tidakmempunyai nafsu makan
karena memikirkan pekerjaan yang
banyak
10. Apabila pekerja melakukan pekerjaan
yang banyak maka pekerja cepat
merasa lelah
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada kolom disebelah kanan
pertanyaan, jika pertanyaan tersebut Sangat Setuju, checklist pada kolom (SS),
Setuju checklist pada kolom (S), Kurang Setuju checklist pada kolom (KS),
Tidak Setuju checklist pada kolom (TS), dan jika Sangat Tidak Setuju checklist
pada kolom (STS).

GANGGUAN KEBISINGAN

No Pernyataan SS S KS TS STS
A. Gangguan Psikologis
1. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi kesehatan pekerja
menurun
2. Pekerja cepat merasa marah bila bekerja
di tempat yang gangguankebisingannya
tinggi
3. Penggunaan APD (ear plug) dapat
mempengaruhi pekerja dalam bekerja
4. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat
menyebabkan kegelisahan pada pekerja
5. Gangguan kebisingan yang tinggi dapat
mengakibatkan stress pada pekerja
B. Gangguan Komunikasi
6. Bunyi kebisingan yang tinggi dapat
mempengaruhi konsetrasi pekerja dalam
melakukan pekerjaan
7. Suara kebisingan yang tinggi dapat
mengganggu produktivitas pekerja
8. Pekerja merasa kesulitan dalam
berkomunikasi jika bekerja diruangan
yang gangguan kebisingan tinggi
9. Gangguan kebisingan yang tinggi dapat
menyebabkan kesalah pahaman antara
pekerja dan rekan kerjanya dalam
bekerja
10. Pekerja dapat melakukan kesalahan
dalam bekerja bila dipengaruhi oleh
bising dengan tingkat tinggi

“Terima kasih atas kesediaan dan kejujuran anda dalam mengisi kuesioner ini”
LAMPIRAN

Induksi Safety oleh pihak Indocement

Briefing ( safety talk ) oleh Safety Indocement dan Safety SSJ


Inspeksi area kerja Ducting Coal Mill P-11 dan penempatan Mobil Crane

Ducting Coal Mill P – 11


LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Aquinyo Klemens Kelan

Npm : 01.12.000.362

Pembimbing : Ajeng Setianingsih, SKM, M.Kes

Judul Skripsi : Hubungan Antara Beban Kerja dan


GangguanKebisingan dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Bagian Produksi di PT. Sinar Sakti Jaya
Cileungsi Bogor Tahun 2016.

Bulan: Mei Minggu ke: 4 Hari/tanggal: Kamis/26

Tahap kegiatan : Catatan pembimbing

Konsul Judul, Kerangka Teori dan ACC Judul dan Lanjut ke Bab I
Kerangka Konsep Penelitian

Paraf pembimbing

Bulan:Juni Minggu ke:2 Hari/tanggal: Sabtu/11

Tahap kegiatan : Catatan pembimbing

Konsul BAB I Bab I perbaiki rumusan masalah


dan ruang lingkup

Paraf pembimbing
Bulan: Juni Minggu ke: 3 Hari/tanggal: Rabu/15

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Revisi Bab I dan Bab II Bab I dan Bab II.


Urutan Bab II mulai dari yang
dependen ke independen

Paraf pembimbing

Bulan: Juni Minggu ke: 4 Hari/tanggal: Rabu/22

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Revisi Bab I, II dan III ACC Bab I


Bab II dan Bab III tentukan
Indikator dari masing-masing
variabel

Paraf pembimbing

Bulan: Juni Minggu ke: 5 Hari/tanggal: Rabu/29

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Revisi Bab II dan Bab III Bab II tambahkan teori 1 variabel
15 halam.
Bab III Hipotesis
Kuesioner susun perindikator

Paraf pembimbing
Bulan: Juli Minggu ke:1 Hari/tanggal:Sabtu/02

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Revisi Bab II dan III serta ACC Bab II dan Bab III dan
kuesioner penelitian Kuesioner Penelitian

Paraf pembimbing

Bulan: Agustus Minggu ke: 1 Hari/tanggal:Rabu/03

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Bab IV, V, VI, VII, dan ACC Bab IV dan Bab V.
VIII Bab VI, VII dan VII perbaikin
cara penulisan, spasi dan
tambahkan penelitian.

Paraf pembimbing

Bulan: Agustus Minggu ke: 2 Hari/tanggal: Sabtu/13

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul Revisi Bab VI, VII, dan ACC Bab VI


VIII Rapikan pembahasan dan
kepustakaan min 2011

Paraf pembimbing
Bulan: Agustus Minggu ke: 3 Hari/tanggal: Selasa/16

Tahap kegiatan: Catatan pembimbing

Konsul semua dari Bab I sampai ACC semuanya, daftar sidang dan
Bab VIII beserta Lampiran penentuan tanggal sidang

Paraf pembimbing

Anda mungkin juga menyukai