Anda di halaman 1dari 103

SKRIPSI

HUBUNGAN ADAT ISTIADAT, PERSEPSI DAN PERANAN


ORANG TUA TERHADAP PERNIKAHAN DINI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NYOMPOK
SERANG TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Disusun oleh :

SITI ROHMANAH
07.15.02.00.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

PERSEPSI DAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP

PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NYOMPOK

SERANG TAHUN 2016

Disusun oleh

SITI ROHMANAH
07.15.02.00.008

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing Skripsi untuk diujikan

dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Diploma IV Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta, Februari 2016

Menyetujui,

Pembimbing

Rindu, SKM, M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul


HUBUNGAN ADAT ISTIADAT, PERSEPSI DAN PERANAN ORANG

TUA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NYOMPOK SERANG TAHUN 2016

Disusun Oleh :

SITI ROHMANAH
07.15.02.00.008

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Skripsi Program Studi Diploma IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju

Jakarta, Maret 2017


Mengesahkan,
Pembimbing Penguji

(Rindu, SKM, M.Kes) (Irma Jayatmi S, S.ST, M.Kes)

Mengetahui,
Ketua program Studi Diploma IV Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani, AM.Keb, SKM, M.KM)

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Rohmanah

NPM : 07150200008

Jurusan : DIV Kebidanan STIKIM

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Persepsi Dan Peranan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini di Wilayah

Kerja Puskesmas Nyompok Serang Tahun 2016”

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan

plagat hasil karya orang lain. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan

tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Jakarta, Juli 2016

Yang membuat pernyataan

(Siti Rohmanah)

07150200008

iv
LEMBAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Diri

Nama : Siti Rohmanah

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 20 Maret 1984

Agama : Islam

Status : Mahasiswi

Alamat : Kp. Cidahu rt 02/002 desa Cidahu Kecamatan


Kopo Kab. Serang

Riwayat Pendidikan

SDN Kaliasin II : (1990-1996)

MTS IKHLAS Jawilan-Serang : (1997-2000)

SMA Mandiri Balaraja-Tangerang : (2000-2003)

Akademi Kebidanan MH. Thamrin Jakarta Timur : (2003-2006)

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Persepsi dan Peranan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini di Wilayah

Kerja Puskesmas Nyompok Serang Tahun 2016”, sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma IV Kebidanan pada Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. H. Jakup Chatib sebagai ketua yayasan Indonesia Maju Jakarta.

2. Dr. Dr. dr. HM. Hafizurrachman, MPH selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

3. Sobar Darmaja, S.Psi, MKM sebagai ketua I Sekolah Tinggi Kesehatan

Indonesia Maju (STIKIM).

4. Hidayani, SKM, MKM selaku ketua program Studi DIV Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM.)

5. Rindu, SKM, M.Kes selaku pembimbing skripsi.

6. Nurwita Trisna S, S.ST, M.Kes selaku penguji Skripsi

7. Seluruh Staff Dosen Program Studi DIV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM.)

8. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril, materil serta doa

yang tulus kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

9. Seluruh keluargaku tersayang yang selalu memberiikan semangat, bantuan

dan dukungan

xi
10. Teman-teman DIV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

Maju (STIKIM.)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Februari 2016

Penulis

xii
PPROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
SKRIPSI, JULI 2016

SITI ROHMANAH
NPM 07150200008

PERSEPSI DAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP PERNIKAHAN


DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NYOMPOK SERANG TAHUN
2016

ABSTRAK
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia
kurang dari 16 tahun dan pada pria usia kurang dari 19 tahun. Persepsi dan
peranan orang tua dianggap memberikan pengaruh terhadap pernikahan dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peranan dan persepsi
orang tua terhadap kejadian pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas
Nyompok Serang Banten Tahun 2016. Penelitian menggunakan desain cross
sectional pada bulan November-Desember 2016 terhadap orang tua yang
menikahkan anaknya di wilayah kerja Puskesmas Nyompok. Teknik sampling
penelitian ini adalah accidental sampling. Hasil peneltian ini diperoleh kejadian
pernikahan dini sebanyak 57,4% dan hasil uji statistic chi-Square ada hubungan
antara persepsi dan peranan orang tua terhadap pernikahan dini P-value < 0,05.
Saran untuk Puskesmas Nyompok Perlu adanya penyuluhan kepada orang tua dan
remaja tentang dampak negatif dari pernikahan dini dan bagi yang sudah menikah
usianya kurang dari 20 tahun sebaiknya menunda kehamilan, diadakan
penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja di lingkungan sekolah lebih di
tingkatkan dengan bekerja sama dengan pihak KUA dan lintas sektoral.

Kata kunci : Persepsi, Peranan Orang tua Pernikahan Dini


Daftar Pustaka :

xiii
PPROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
SKRIPSI, JULI 2016

SITI ROHMANAH
NPM 07150200008

PERCEPTION AND THE ROLE OF FARENTS OF EARLY MARRIAGE


IN THE WORKING AREA PUSKESMAS NYOMPOK SERANG YEAR
2016
xviii + 118 halaman, 4 tabel, 3 gambar dan 7 lampiran

ABSTRAK
Marriage a young age is a marriage made in women aged less than 16 years and in
men aged less than 19 years. Perception and the role of parents is considered to
give effect to early marriage. The purpose of this study was to determine the
relationship and the role of parents' perceptions of the incidence of early marriage
in Puskesmas Nyompok Serang Banten Year 2016. The study used cross sectional
design in November-December 2016 to parents who marry off their children in
Puskesmas Nyompok. Mechanical sampling this study was accidental sampling.
The results of this research obtained incidence of early marriage as much as
57.4% and the statistical test Chi-Square there is a connection between the
perception and the role of parents of early marriages P-value <0.05. Suggestions
for Puskesmas Nyompok Need for counseling to parents and teens about the
negative impact of early marriage and for married younger than 20 years should
delay pregnancy, held reproductive health education for young people in the
school environment is improved by cooperating with the KUA and cross-cutting.

Keywords: Perception, Role of Parents of Early Marriage

Bibliography: 42 (2008-2016)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

1
xiv

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... v

BIODATA PENULIS .................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

MOTTO ..................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan .............................................................................. 12

2.2 Pengertian Orang Tua ......................................................................... 13

2.3 Macam-macam Peranan Orang Tua ................................................... 15

xiv
xv

2.4 Pengertian Persepsi ............................................................................. 18

2.5 Macam-macam Persepsi...................................................................... 21

2.6 Proses Persepsi .................................................................................... 21

2.7 Proses Menyeleksi Rangsanagn .......................................................... 25

2.8 Faktor Yang Mempengaruhu Persepsi Seseorang............................... 27

2.9 Syarat Individu Dapat Mengadakan Persepsi...................................28

2.10 Proses Terjadinya Persepsi............................................................29

2.11 Gangguan Persepsi.......................................................................29

2.12 Ciri-ciri Persepsi...........................................................................31

2.13 Pengukuran Persepsi......................................................................31

2.14 Pernikahan Dini............................................................................32

2.15 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda...............33

2.16 Hasil Penelitian Berdasarkan Kumpulan Jurnal.................................44

2.17 Landasan Teori Menuju Konsep......................................................46

BAB III KERANGKA, DEFINISI, PENGUKURAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

1.1 Kerangka Teori.................................................................................... 47

1.2 Kerangka Konsep ................................................................................ 48

1.3 Definisi Operasional............................................................................ 49

1.4 Hipotesis Penelitian............................................................................. 50

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 51

xv
xvi

4.2 Pengembangan Instrumen ................................................................... 51

4.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 51

4.4 Tekhnik Pengambilan Sampel .............................................................. 52

4.5 Syarat Sampel ....................................................................................... 53

4.6 Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 53

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 57

4.8 Pengolahan Data ................................................................................... 59

4.9 Analisa Data ......................................................................................... 60

4.10 Penyajian Data ..................................................................................... 60

BAB V GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1 Data Geografi ...................................................................................... 62

5.2 Data Umum Puskesmas Nyompok ....................................................... 64

5.3 Visi dan Misi ....................................................................................... 64

5.4 Moto Puskesmas Nyompok .................................................................. 65

5.5 Struktur Organisasi ............................................................................... 66

BAB VI HASIL PENELITIAN

6.1 Univariat ............................................................................................... 67

6.2 Bivariat ................................................................................................. 70

BAB VII PEMBAHASAN

7.1 Kelebihan Penelitian ............................................................................. 72

7.2 Hasil Analisa Univariat ....................................................................... 73

7.3 Hasil Analisa Bivariat ......................................................................... 77

xvi
xvii

BAB VIII PENUTUP

8.1 Kesimpulan ......................................................................................... 83

8.2 Saran .................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

xvii
xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Pernikahan Dini ................................................... 8

Tabel 3.4 Definisi Operasional ................................................................ 49

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel persepsi ......................................... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Peranan .......................................... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 57

Tabel 5.1 Luas Wilayah Desa/Kelurahan.................................................63

Tabel 6.1.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua ............................ 67

Tabel 6.1.2 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua .......................... 68

Tabel 6.1.3 Distribusi Frekuensi Adat Istiadat............................................ 68

Tabel 6.1.4 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini ...................................... 68

Tabel 6.1.5 Distribusi Frekuensi Persepsi...............................................69

Tabel 6.1.6 Distribusi Frekuensi Peranan...............................................69

Tabel 6.2.1 Hubungan Persepsi Terhadap Pernikahan Dini ....................... 70

Tabel 6.2.2 Hubungan Peranan Terhadap Pernikahan Dini.......................71

xviii
xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Teori 1 ..................................................................... 47

Gambar 3.2 Kerangka Teori 2 ..................................................................... 47

Gambar 3.3 Kerangka Konsep .................................................................... 48

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menikah adalah sunnatullah yang akan dilalui semua orang dalam

proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada dua hal yang harus di

perhatikan, yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Kesiapan fisik

seseorang dilihat dari kemampuan ekonomi, sedangkan kesiapan mental

dilihat dari faktor usia. Akan timbul permasalahan jika pernikahan dilakukan

di usia yang sangat muda yaitu menikah dini yang secara fisik dan mental

memang belum siap.1

Menikah merupakan acara sakral yang mana dalam menikah tersebut

kita sangat menginginkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam berumah

tangga, tujuan utama dalam menikah adalah mempunyai keluarga yang

langgeng sampai ajal menjemput dan mempunyai partner dalam mengarungi

kehidupan. Kita sebagai manusia yang normal tentunya sangat menginginkan

pernikahan yang langgeng dan hanya terjadi satu kali dalam kehidupan kita.2

Fenomena remaja yang menikah atau kawin muda sering terjadi dan

mendapat perhatian yang cukup besar dikalangan para pemerhati anak dan

remaja. Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang

1
Noni Arni, 2007 Kuatnya Tradisi Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini.Yogyakarta:Lkis

2
Muhammad Fauzul Adim, 2002 Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta: PT Linggar Pena.

1
2

dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan

anak-anak atau remaja yang berusia dibawah 19 tahun. Pernikahan dini (early

marriage) merupakan fenomena yang sering terjadi di Negara-negara

berkembang seperti di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, dan

Amerika Latin.

Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia

dengan berbagai latar belakang. Telah menjadi perhatian komunitas

internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan yang

dipaksakan, hubungan seksual pada usia dini, kehamilan pada usia muda, dan

infeksi penyakit menular seksual.

Prevalensi tinggi kasus pernikahan pada usia dini tercatat di Nigeria (79

%), Kongo (74%),Afganistan (54%) dan Bangladesh (51%). Sedangkan

negara Amerika latin dan karibia (29%) perempuan muda menikah saat

mereka berusia 18 tahun.Secara umum pernikahan dini lebih sering terjadi

pada anakperempuan dibandingkan dengan anak laki – laki, sekitar 5% anak

laki-laki menikah sebelum mereka berusia 19 tahun.3

Penelitian di Jeddah Saudi Arabia tentang menikah usia muda dan

konsekuensi kehamilan, menunjukan 27,2% remaja yang menikah sebelum

berusia 16 tahun adalah buta huruf (57,1%) atau pekerja rumah tangga

3
UNICEF, 2001 early marriage child spouses http://www.unicef-irc-org/publication/pdf/digest7e.pdf (diakses
tanggal 10 oktober 2016 : pukul 15:45 WIB)

2
3

(92,4%), yang berisiko 2 kali untuk mengalami keguguran spontan dan 4 kali

resiko mengalami kematian janin dan kematian bayi.4

Dalam aspek pernikahan, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012 melaporkan bahwa dari 6.341 perempuan usia 15-19 tahun,

12,8% dari mereka sudah menikah dan dari 6.681 perempuan usia 20-24

tahun, 59,2% diantaranya sudah menikah. Usia 15-24 tahun oleh UNFPA

dianggap sebagai pemuda dan 15-19 tahun sebagai remaja akhir, sehingga

jelas bahwa remaja berdasarkan SDKI 2012 menikah pada usia muda.

Menurut laporan SDKI 2012, sebanyak 4,3% perempuan pada umur 15

tahun telah menikah pertama kali. Menurut UU No. 1 Perkawinan tahun 1974

bahwa hukum minimum yang ditetapkan untuk menikah bagi perempuan 16

tahun dan laki-laki 18 tahun.

Untuk kasus Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di Asia

Tenggara, di bagian paling usia kawin untuk perempuan secara tradisional

sangat rendah dan meskipun pernikahan dini telah meningkat universal

seluruh Tenggara dan Asia Timur, meningkat di Indonesia telah ditandai

kurang dibandingkan di banyak negara lain (Jones,2012). Selain itu juga

menemukan bahwa, sebuah penelitian menggunakan data dari 40 Demografi

4
S.Shawky and W. Milaat, 2000 Early Teenage Marriage and subsequent outcome
http://www.popline.org/node/245654 (diakses pada tanggal 10 0ktober 2016 : pukul 15 : 20 WIB)

3
4

dan survey Kesehatan menunjukan bahwa sebagian besar perempuan di

Negara-negara berkembang terus menikah sebagai remaja.5

Draf uji materi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, kembali diajukan oleh Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) ke

Mahkamah Konstitusi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan usia minimum

perkawinan perempuan dari 16 tahun menjadi 18 tahun. Karena Undang-

Undang yang sekarang ini dinilai bertentangan dengan Undang-Undang no 23

tahun 2002 tentang perlindungan anak, batas usia dewasa dinyatakan 18

tahun, semenatara dalam pasal 7 ayat 1 UU perkawinan, usia minimum

perkawinan untuk perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun. Dengan

merevisi usia minimum perkawinan, diharapkan angka pernikahan dini di

Indonesia berkurang, seperti di ketahui bahwa Indonesia menempati peringkat

ke-37 negara dengan presentase pernikahan dini yang tinggi di dunia, serta

tertinggi di Asia Tenggara setelah Kamboja.6

Menurut data penelitian pusat kajian Gender dan Seksualitas

Universitas Indonesia tahun 2015 angka pernikahan dini di Indonesia

peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara. Ada sekitar 2 juta dari 7,3

perempuan Indonesia di bawah umur 15 tahun sudah menikah dan putus

sekolah. Jumlah ini akan diperkirakan akan meningkat menjadi 3 juta orang

5
Jones,2012Hasil%20pernikahan%20usia%20dini%20BKKBN%PPT_RS%20[Read-Only](1).pdf (di akses
dari tanggal 8 november 2016 : pukul 08:15 WIB)

6
Lumonggalubis, Namora. 2013. PsikologiKesproWanita&PerkembanganReproduksinya. Jakarta : PT.

KencanaPrenadaMedia Group

4
5

di tahun 2030. Propinsi Banten salah satu tempat tertinggi yang angka

pernikahan dini nya cukup tinggi yaitu 6,5% (BKKBN 2014 ).KUA

Kabupaten Serang mencatat Tahun 2014 ada 47,6% pasangan yang menikah

pada usia dini (BKKBN, 2014).7

Tahun 2002 pasal 1 ayat 1 “Anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan” dan

Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN) menyarankan

usia menikah pertama yaitu 21 tahun. Saat ini banyak pernikahan yang

bertentangan dengan Undang-Undang, seperti kasus pernikahan Syekh Puji

yang berumur 43 tahun dengan santriwatinya Ulfa yang berusia 12 tahun.

Selain itu kasus pernikahan siri Aceng Fikri dan Fani Oktora, gadis berusia 18

tahun yang setelah empat hari menikah lalu langsung diceraikan.8 Hal ini

menyebabkan pernikahan yang tadinya bersifat sakral dan dilakukan sekali

seumur hidup, seolah-olah menjadi bahan permainan bahkan menjadi ajang

eksploitasi anak. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini,

antara lain rendahnya kemampuan ekonomi, hal ini dapat dilihat dari mata

pencaharian masyarakat setempat yang rata-rata hanya menjadi buruh pabrik,

sedangkan yang wanita hanya menjadi ibu rumah tangga. Maka Orang tua

7
Lia mardiana,2015 faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku orang tua yang menikahkn anaknya pada
usia dini di jawilan serang(tidak dipublikasi)

8
Rosliati dkk,2013Persepsi Orang Tua terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan Garuntang Kecamatan Bumi
Waras Kota Bandar Lampung Tahun.(www.e-jurnal.com/2015/09perepsi-orang -tua-terhadap-
pernikahan.html diakses dari 20 november2016 23:05 )

5
6

yang tak mampu membiayai hidup dan sekolah terkadang mengizinkan sang

anak untuk menikah dini. Dilihat dari tingkat pendidikan, banyaknya anak

yang kurang termotivasi dalam melanjutkan sekolah, dan tidak sedikit pula

yang terbentur karena kurangnya biaya. Selain itu dilihat dari segi tradisi atau

kebiasaan masyarakat, banyak orang tua yang menikahkan anaknya karena

mengikuti tradisi di daerah tempat mereka tinggal, bahwa bila sudah ada yang

melamar sanganak harus segera diterima jika tidak, akan lama mendapatkan

jodohnya. Jadi remaja yang sudah berumur belasan,bila tidak segera

dijodohkan atau dikawinkan akan terlanjur tua dan tidak ada yang bersedia

meminang. Dari segi agama, orang tua berpendapat bahwa menikah lebih dini

jauh lebih baik untuk menghindarkan anak dari perbuatan zina.9

Faktanya pernikahan dini banyak berdampak ke arah yang negatif

dibandingkan yang positif seperti mudahnya terjadi perceraian, hilangnya

kesempatan untuk mendapat pendidikan, angka kelahiran meningkat,

pemaksaan akan kematangan dan kedewasaan cara berpikir anak, dari segi

ekonomi belum mampu dibebani tanggung jawab untuk mencukupi

kebutuhan hidup keluarga kecilnya, dan khususnya untuk perempuan yang

9
Rosliati dkk,2013Persepsi Orang Tua terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan Garuntang Kecamatan Bumi
Waras Kota Bandar Lampung Tahun.(www.e-jurnal.com/2015/09perepsi-orang -tua-terhadap-
pernikahan.html diakses dari 20 november2016 23:05 )

6
7

menikah dini dapat menimbulkan dampak medis bagi kandungan dan

kebidanannya.10

Harapannya untuk memperkecil angka pernikahan dini, sebaiknya anak

yang tidak dapat melanjutkan sekolah dan harus membantu keadaan ekonomi

keluarga, dapat diarahkan untuk melakukan aktivitas ekonomi yang positif dan

disesuaikan dengan bakat anak. Memberikan bimbingan dan penjelasan

tentang pendidikan seks, serta mengingatkan anak tentang dampak negatif

apabila terlalu jauh dalam bergaul. Menanamkan nilai agama pada anak sejak

dini. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat mengenai

dampak apa saja yang dapat ditimbulkan karena pernikahan dini. Kebiasaan

pernikahan dini juga masih banyak terjadi di Provinsi Banten khususnya

Kelurahan Nyompok Kecamatan Kopo. Di daerah ini angka pernikahan dini

masih tergolong cukup tinggi, maka dari itu peneliti melakukan survey di

Puskesmas Nyompok.11

10
Ahjayati rahim, 2013peranan orang tua terhadap pendidikan karakter remaja putri menurut islam.
.http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak.html. diakses tgl 20
november 2016 20:00

11Zulfa Fikriana Rahma, 2011 Resiko Pada Remaja Akibat Pernikahan Dini
http://modalyakin.blogspot.co.id/2012/03/jurnal-resiko-pada-remaja-akibat.html (diakses pada tanggal 10
0ktober 2016 pukul 20 : 20 WIB)

7
8

Jumlah Kasus Pernikahan Usia Dini di Wilayah Kec. Kopo12

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Pernikahan Dini di Kec.Kopo

Tahun Jumlah Pasangan yang menikah di usia dini (16-19 tahun)

2013 45

2014 53

2015 77

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 orang tua yang

menikahkan anaknya di usia dini didapat, 6 orang disebabkan karena hamil di

luar nikah, 10 orang karena masih kuatnya persepsi orang tua terhadap adat

istiadat,4 orang karena faktor ekonomi. Diduga dari masalah masalah tersebut,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi

dan Peranan Orang Tua terhadap Pernikahan Dini di wilayah kerja Puskesmas

Nyompok tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengkaji “

Persepsi dan Peranan Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini di Wilayah Kerja

Puskesmas Nyompok, Serang Tahun 2016”

12
Data KUA kecamatan Kopo-Serang

8
9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peranan dan persepsi orang tua terhadap

kejadian pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok Serang

Banten

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh hubungan tentang peranan orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah Puskesmas Nyompok, Serang tahun 2016

b. Memperoleh gambaran tentang peranan orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah Puskesmas Nyompok, Serang tahun 2016

c. Memperoleh hubungan tentang persepsi orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok, Serang tahun

2016

d. Memperoleh gambaran tentang persepsi orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok, Serang tahun

2016

e. Memperoleh hubungan tentang kejadian pernikahan dini di wilayah

kerja Pusekesmas Nyompok, Serang tahun 2016

f. Memperoleh gambaran tentang kejadian pernikahan dini di wilayah

kerja Puskesmas Nyompok, Serang tahun 2016

9
10

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk petugas kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

merencanakan kegiatan KIE (Komunikasi, informasi, edukasi) atau

kegiatan Promkes (Promosi kesehatan) pada masyarakat yang berkaitan

dengan dampak dari pernikahan dini.

2. Untuk Aparat Desa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi desa bahwa

usia menikah sesuai Undang-Undang adalah batasan Umur 20 tahun,

sehingga dapat mencapai keluarga yang matang baik secara fisik dan

mental dan juga aparat desa mengetahui akibat pernikahan dini sehingga

desa akan memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak

pernikahan dini.

3. Untuk Peneliti lain

Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain untuk dijadikan

penelitian lanjutan sehingga dapat menemukan dampak lain dari

pernikahan dini.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

studi cross sectional mengenai persepsi dan peranan orangtua yang

berhubungan terjadinya pernikahan usia dini. Penelitian ini dilaksanakan pada

10
11

bulan juli 2016 dengan sasaran peneliti adalah orang tua yang menikahkan

anaknya di usia dini di wilayah Puskesmas Nyompok pada tahun 2015

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Orang Tua

2.1.1 Pengertian peranan

Peranan (role) merupakan asfek yang dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban tersebut

dengan kedudukannya, maka dalam suatu lembaga (keluarga atau

mayarakat) ia telah menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat

dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung dengan yang lain dan begitu

juga sebaliknya. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus

dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat.

Suatu peranan mencakup tiga hal (Soekanto, 2012):

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti meliputi

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidapan kemasyarakatan.

b. Peranan dalam konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarkat sebagai organisasi.

12
13

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur masyarakat. 13

Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau

perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental

mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi anggotanya yang

berada dalam satu jaringan, dalam suatu hunbungan rumah tangga di

dalamnya terdapat peran-peran, sistem atau struktur dan hal-hal yng

berkaita dengan rumah tangga.14

2.1.2 Pengertian Orang Tua

Orang tua berperan dalam pendidikan anak untuk menjadikan

Generasi muda berkedudukan.Menurut Abu Ahmad dalam Hendi Suhendi

(2011:4), penjelasan orang tua dalam pendidikan sebagai berikut.Setelah

sebuah keluarga terbentuk, anggota yang ada didalamnya memiliki tuas

masing-masing.Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan

keluarga inilah yang disebut fungsi.Jadi fungsi keluarga adalah suatu

pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar

keluarga.Fungsi disini mengacu pada peranan individu dalam mengetahui,

yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.

Didalam lingkungan keluarga orang itulah yang bertanggung jawab

dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila

13
Soekanto, 2012 Sosilogi : Suatu pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada

14Sri
lestari, 2012 psikologi kelyarga: penanaman dan nilai dan penanganan dalam keluarga. Jakarta: kencana
media group

13
14

orang itu mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar

supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup

pendidikan yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan

kebebesan secara serasi.15

Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2), dikemukakan bahwa

”orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap

sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak

yang dilahirkannya”.16 Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah

Pertiwi (2010:15) menyatakan bahwa “orang tua merupakan seorang atau

dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak

terbentuknyahasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-

sifat moral atau spiritual”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

orang tua mempunyai tanggung jawab yang berat dalam memberikan

bimbingan kepada anak-anaknya, tokoh ibu dan ayah sebagai pengisi hati

nurani yang pertama melakukan tugas yang pertama adalah membentuk

kepribadian anak dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih

sayang antara orang tua dan anak.

15
H. Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu. 2011. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka setia

16Munir, zaldy 2010 peranan dan fungsi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional
anak.https://www.scribd.com/document/157122309/Jurnal-Pola-Asuh di akses pada tanggal 12 desember
pukul20.12 WIB.

14
15

2.1.2 Macam-macam Peran Orang Tua

Di dalam BKKBN dijelaskan bahwa peran orang tua terdiri dari:

a) Peran sebagai pendidik

Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari

pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari

sekolah.Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai

kejujuran perlu di tanamkan kepada anaknyasejak dini sebagai bekal

dan benteng untuk meghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

b) Peran sebagai pendorong

Sebagai anak yang menghadapi masa peralihan, anak

membutuhkan dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian

dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c) Peran sebagai panutan

Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik

dalam berkata jujur maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-

hari dan bermasyarakat.

d) Peran sebagai teman

Menghadapi anak yang sedang menghadpi masa peralihan.Orang

tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak.Orang tua

dapat menjadi informasi, teman bicara atau bertukar pikiran tentang

kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan

terlindungi.

15
16

e) Peran sebagai pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan

perilaku anak agar tidak keluar jauh dari lingkungan keluarga,

sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

f) Peran sebagai konselor

Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai

positif dan negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang

terbaik.

Menurut Maulana dkk dalam Indah Pratiwi (2010:15), peran orang tua

adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu dalam bekerja sama

dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan

anak semenjak pembuahan atau zigot secara konsiten terhadap stimulus

tertentu baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serata

emosional anak yang mandiri”.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan peran orang

tua adalah pola tingkah laku dari ayah dan ibu berupa tanggung jawab

untukmendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam

kehidupan bermasyarakat.17

17
Maulana, dkk. (dalam Indah Pratiwi. 2010) http://digiliduni.ac.id/943/3/BAB.II.pdfdi akses pada
tanggal 4 desember 2016 jam 21:30 WIB

16
17

Peranan keluarga menggambrkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu.Peranan indivdu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakt.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga dikemukakan oleh

Slameto (2015) adalah sebagai berikut:

Peranan ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,berperan

sebagi pencari nafkah, pendidik, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya.

Peranan ibu: Sebagai istri dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengrurs rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota

kelompok masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu

juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya.

Peran anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, soaial, dan

spiritual.Pada lingkungan keluarga orang tualah yang

bertanggung jawab dalam suatu keluarga, dan sudah layaknya

17
18

apabila orang tua mencurahkan perhatian, mengawasi dan

bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak tersebut

memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan

yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan

kebebasan secara serasi.18

2.2 Persepsi Orang Tua

2.2.1 Pengertian Persepsi

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi

danberkomunikasi dengan masyarakat disekitarnya.Dalam interaksi dan

komunikasi, ada hal yang dinamakan dengan persepsi. Secara umum

persepsi adalah pandangan atau pengamatan seseorang terhadap suatu

objek.Suranto Aw (2010:39), berpendapat bahwa “Persepsi adalah suatu

proses aktif, setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan, dan

menafsirkan semua pengalamannya secara selektif”. Dikatakan lebih lanjut

dalam melakukan sebuah persepsi setiap orang memilih stimulasi,

bergantung pada minat, motivasi, keinginan dan harapannya.19

Pendapat lain Nur Evitasari (2012:35) menyatakan bahwa:Persepsi

sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai refresentasi dari

objek-objek eksternal”. Pendapat tersebut mengatakan bahwa persepsi

6
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

19
Suranto.2010 Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

18
19

adalah pengetahuan tentang apa yang ditangkap oleh alat indera baik itu

mengenai pernyataan atau pembicaraan. Adapun beberapa syarat yang

harus dipenuhi seseorang untuk mengeluarkan persepsinya, yakni:

1) Adanya objek yang dipersepsi objek menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar

langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat pula datang dari

dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja

sebagai reseptor.

2) Alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus disamping

itu harus pula ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke susunan syaraf yaitu otak sebagai

pusat kesadaran. Selain itu alat indera sebagai alat untuk mengadakan

respon diperlukan juga syaraf motoris

3) Perhatian untuk menyadari atau mengadakan pandanganataupersepsi

diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah pertama

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.20

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk

mengadakan persepsi adalah perlu adanya faktor-faktor yang merupakan

syarat agar terjadi persepsi, yaitu objek atau stimulus yang di persepsi, yang

merupakan syarat fisik alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan

syarat, yang merupakan syaraf fisiologis dan perhatian, yang merupakan

syarat psikologis.

20
Evitasari, Nur. 2012. Persepsi Orang Tua Siswa TerhadapPelaksanaan Program Sekolah Gratis Di SDN 1
Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011-
2012.Skripsi FKIP Universitas Lampung.

19
20

Definisi persepsi orang tua adalah kesan, penafsiran, anggapan,

pengetahuan, dan sikap orang tua mengenai suatu hal yang terbentuk dari

pengalaman atau data-data melalui alat inderanya. Orang tua terdiri dari

seorang Ayah dan Ibu dari anak-anak. Mereka yang tentunya memiliki

kewajiban penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya,

karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya hingga

beranjak dewasa termasuk juga didalamnya hak untuk mendapat bimbingan

mengenai pentingnya pendidikan. Hilman Hadikusuma (2012), menyatakan

bahwa “Orang tua adalah pendidik menurut kodrat yakni pendidik pertama

dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya

(Ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan

layanan oang tua (terutama Ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan

berkembang makin dewasa”. Oleh karena itu, orang tua harus berusaha

menjadi orang yang pandai.21

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus

(Notoatmodjo, 2010)22

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh

proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra,

kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru

21
Hadikusuma,Hilman 2007.Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung:Mandar Maju

22
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

20
21

kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Dengan persepsi individu menyadari, dapat mengerti tentang keadaan

lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri

individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2014)23

Menurut Bimo Walgito yang dikutip oleh Alex Sobur (2011),

persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap

rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

individu.

2.2.2 Macam – macam Persepsi

1. Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsangan yang datang dari luar diri individu.

2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan

yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah

individu itu sendiri (Sunaryo, 2014).

2.2.3 Proses Persepsi

Dalam proses persepsi ada 3 komponen, yaitu :

a). Seleksi

Adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b). Interpretasi

23
Sunaryo, 2014.Psikologi Untuk Keperawatan Jakarta: EGC.

21
22

Yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti

bagi seseorang, interpretasinya dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti pengalaman masa lalu, motivasi, kepribadian dan kecerdasan.

Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk

mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses

mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

c). Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2011 : 447)24

1. Tahap-tahap dalam proses persepsi :

a). Terjadinya stimulasi alat indra (Sensory Stimulation)

Alat indra dirangsang. Contohnya melihat orang yang lama

tidak jumpa. Meskipun memiliki kemampuan untuk merasakan

stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.

b). Stimulasi oleh alat indra diatur

Rangsangan dari alat indra diatur menurut bagian prinsip.

Salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip kemiripan,

yaitu orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain,

dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan

(unity). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure) yaitu kita

memandang atau memersepsikan suatu gambar atau pesan

dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan

24
Alex, Sobur, 2011. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia

22
23

yang lengkap. Kemiripan atau kelengkapan hanyalah dua

diantara banyak prinsip pengaturan yang akan kita singgung.

Dalam membayangkan prinsip-prinsip ini, hendaknya kita

ingat apa yang kita persepsikan, juga kita tata ke dalam pola

yang bermakna bagi kita. Pola tentu benar atau logis dari segi

objektif tertentu.

c). Stimulasi alat indra ditafsirkan – dievaluasi

Merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi

dipihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata

didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan,

keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi

pada saat itu, dan sebagainya pada diri kita (Sobur, 2011: 449-

451).

2. Menurut Pareek yang dikutip oleh Alex Sobur (2011), proses

persepsi terdiri dari :

a). Proses menerima

Merupakan proses pertama dalam persepsi yaitu untuk

menerima rangsang atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan

data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering

disebut dengan pengindraan atau sensasi.

b). Proses menyeleksi rangsang

23
24

Yaitu merupakan proses seleksi atau sebuah mekanisme

dari sebuah persepsi.

c). Proses pengorganisasian

Data atau rangsang yang diterima selanjutnya

diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai

proses seleksi atau screening berarti beberapa informasi akan

diproses dan yang lain tidak. Dengan kata lain berarti bahwa

informasi yang diproses akan digolongkan dan dikategorikan

dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah untuk

mengartikan stimulus. Kategorikan tersebut mungkin terjadi

secara terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan

informasi yang kompleks kedalam bentuk yang sederhana.

d). Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur,

kemudian penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara.

Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.

Dengan kata lain persepsi memberikan arti pada berbagai data dan

informasi yang diterima.

e). Proses pengecekan

Setelah data diterima dan ditafsirkan, penerima

mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakan penafsiran

benar atau salah.Pengecekan dapat dilakukan untuk menegaskan

apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.

24
25

f). Proses reaksi

Proses akhir dari persepsi yaitu bertindak sehubungan

dengan apa yang telah diserap. Tindakan ini bisa tersembunyi dan

bisa terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat

atau sikap, sedangkan tindakan terbuka berupa tindakan nyata

sehubungan dengan persepsi (Sobur, 2011 :451-464)

2.2.4. Proses menyeleksi rangsangan

Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam

rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua

bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.Faktor eksternal

adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal

adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus

tersebut.

1). Faktor internal

a. Kebutuhan psikologis: Kebutuhan psikologis seseorang

mempengaruhi persepsinya.

b. Latar belakang: Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih

dalam persepsinya.

c. Pengalaman: Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari

orang-orang, hal-hal, dan gejala yang mungkin serupa dengan

pengalaman pribadinya.

25
26

d. Kepribadian: Kepribadian mempengaruhi persepsi, seseorang yang

introvertmungkin akan tertarik kepada orang-orang yang sama

sekali berbeda.

e. Sikap dan kepercayaan umum: Sikap dan kepercayaan umum juga

mempengaruhi persepsi.

f. Penerimaan diri: Penerimaan diri merupakan sifat penting yang

mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa

mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat

menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima

realitas dirinya.

2). Faktor eksternal

Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap

seleksi rangsangan ialah:

a. Intesitas; Pada umumnya rangsangan yang lebih intensif

mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang

kurang intens.

b. Ukuran; Pada umumnya benda-benda yang lebih besar lebih menarik

perhatiannya.

c. Kontras; Hal lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.

d. Gerakan ; Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada

hal-hal yang diam.

26
27

e. Ulangan; Hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Ulangan

mempunyai nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan

hati-hati.

f. Keakraban; Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian.

Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka

tertentu.

g. Sesuatu yang baru bertentangan dengan faktor keakraban, akan

tetapi hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa

dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik

perhatian (Sobur, 2011 : 452-455).

2.2.5. Ada 4 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, suasana hati,

pelayanan, pengalaman masa lalu seorang individu.

b. Faktor Struktural

Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari bentuk stimulasi dan

efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu.

c. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.Petunjuk

proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk

paralinguistik adalah beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi.

27
28

d. Faktor personal

Terdiri atas pengalaman, motivasi, kepribadian (Sobur, 2011 :

460-462).

2.2.6. Syarat individu dapat mengadakan Persepsi

Melalui persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang

keadaan lingkungan yang ada disekitarnya serta tentang hal – hal yang ada

dalam diri individu yang bersangkutan (self-perception). Alat

penghubungnya adalah indra.

Persepsi dimulai dari pengindraan, yaitu dengan diterimannya stimulus

oleh reseptor, diteruskan ke otak yang diorganisasikan dan diinterfensikan

sebagai proses psikologis dan akhirnya individu menyadari tentang apa

yang dilihat dan didengar.

Syarat terjadinya persepsi yaitu :

a. Adanya alat indra (reseptor) stimulus objek : objek.

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan

persepsi.

c. Adannya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.

d. Syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak

(pusat saraf atau pusat kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf

motorik sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2014).25

25
Sunaryo, (2014).Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

28
29

2.2.7. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi melalui 3 tahapan, yaitu :

1. Proses fisik (kealaman), objek  stimulus  reseptor

2. Proses fisiologis, stimulus  saraf sensori  otak

3. Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari

stimulasi yang diterima

Jadi syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik,

fisiologis, dan psikologis.

2.2.8. Gangguan Persepsi

Disperception (gangguan persepsi) adalah kesalahan atau gangguan

dalam persepsi. Menurut Maramis yang dikutip oleh Sunaryo (2013) terdapat

7 macam gangguan persepsi, antara lain :

a). Ilusi

Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang

penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sungguh – sungguh terjadi karena

adanya rangsang pada reseptor.Secara singkat ilusi persepsi atau

pengamatan yang menyimpang.

b). Halusinasi atau maya

Yaitu penyerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada

reseptor (alat indra) seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar atau

bangun sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik.

Secara garis besar halusinasi diartikan sebagai persepsi atau pengamatan

palsu.

29
30

c). Depersonalisasi

Dipersonalisasi ialah persaan yang aneh tentang dirinya atau

perasaan bahwa pribadinya sudah tdak seperti biasa lagi, tidak menurut

kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya

atau tubunya sebagai tidak nyata.

d). Derealisasi

Ialah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak

menurut kenyataan sebenarnya.

e). Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi

Secara harfiah soma adalah tubuh, dan sensori adalah mekanisme

neurologis yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi,

somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara

simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional.

f). Gangguan psikofisiologik

Yaitu gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan saraf yang

berhubungan dengan kehidupan (nervus vegetatif) dan di sebabkan oleh

gangguan emosi.

g). Agnosia

Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan

persepsi, baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak

(Sunaryo, 2014).

30
31

2.2.9. Ciri – ciri Persepsi

1) Proses pengorganisasian berbagai pengalaman

2) Proses menghubung – hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan

saat ini

3) Proses pemilihan informasi

4) Proses teoritis dan rasional

5) Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal

6) Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan

eksternal

7) Melakukan penyimpulan dan keputusan – keputusan, pengertian dan yang

membentuk persepsi individu.

2.2.10. Pengukuran Persepsi

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono,

2009)26

Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan

menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:

a). Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif

1. Sangat Setuju: SS

26
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

31
32

2. Setuju: S

3. Ragu-ragu: R

3. Tidak Setuju:TS

4. Sangat Tidak Setuju:STS

b). Kriteria pengukuran persepsi yakni :

1. Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner ≥ T mean.

2. Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner < T mean.27

2.3 Pernikahan Dini

2.3.1 Pengertian

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada

wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada pria usia kurang dari19

tahun (Romauli,2010).28Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang

dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan remaja (Kumalasari,

2012).29

Pernikahan usia dini yaitu merupakan intitusi agung untuk

mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan

keluarga (Lutfiati, 2013). Didalam Undang-Undang Perkawinan terdapat

27
Azwar, S.2010.Sikap Manusia teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: PustakaPelajar

28
Romauli, 2010.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

29
Kumalasari, intan dan iwan andhyantoro, 2012,Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

32
33

beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2

menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.30

2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia

muda (R. Muhammad, 2011) adalah :

1. Faktor ekonomi

Orang tua mengawinkan anaknya karena keadaan ekonomi

keluarga yang kurang, sehingga untuk meringankan beban orang tua,

mereka dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

2. Faktor kemauan sendiri

Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai danadanya

pengaruh media, sehingga mereka terpengaruh untukmelakukan

pernikahan usia muda.

3. Faktor pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan

orang tua, anak, dan masyarakat akan pentingnya pendidikan, makna


30
Lutfia, 2013 pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja.http://nyna0626.blogspot.com di akses
pada tanggal 6 desember 2016

33
34

serta tujuan perkawinan sehingga menyebabkan terjadinya perkawinan

usia muda.

4. Faktor keluarga

Kekhawatiran orang tua akan anaknya yang sudah mempunyai

pacar yang sudah sangat dekat, membuat orang tua ingin segera

mengawinkan anaknya meskipun masih dibawah umur.Hal ini

merupakan hal yang sudah turun-temurun. Sebuah keluarga tidak akan

merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda menurut

(Romauli, 2009) adalah

1. Tingkat pendidikan; Makin rendah tingkat pendidikan, makin

mendorong cepatnya perkawinan usia muda

2. Sikap dan hubungan dengan orang tua ;Perkawinan ini dapat

berlangsung karena adanya kepatuhan ataumenentang dari remaja

terhadap orang tuanya.

3. Sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan; Misalnya kesulitan

ekonomi

4. Pandangan dan kepercayaan; Banyak di daerah ditemukan pandangan

dan kepercayaan yang Salah Misalnya kedewasaan seseorang dinilai

dari status perkawinan, status janda lebih baik dari pada perawan tua.

5. Faktor masyarakatLingkungan dan adat istiadat adanya anggapan jika

anak gadisbelum menikah dianggap sebagai aib keluarga.

34
35

2.3.4. Menurut (Noorkasiani, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia adalah:

1. Faktor individu

a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.

Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula

berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya

perkawinan pada usia muda.

b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah

tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya

perkawinan usia muda.

c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia

mudadapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau

menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua.

Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan

usia muda. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan

perkawinan remaja karena ingin melepaskan diri dari pengaruh

lingkungan orang tua.

d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang

dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan

perkawinan yang berlangsung dalam usia sangat muda,

diantaranya disebabkan karena remaja menginginkan

statusekonomi lebih tinggi.

35
36

2. Faktor keluarga

Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak

mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Sosial ekonomi keluarga. Akibat beban ekonomi yang dialami,

orang tua mempunyaikeinginan untuk mengawinkan anak

gadisnya. Perkawinantersebut akan memperoleh dua keuntungan,

yaitu tanggungjawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung

jawab suamiatau keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja

dikeluarga, yaitu menantu yang dengan sukarela

membantukeluarga istrinya.

b. Tingkat pendidikan keluargaMakin rendah tingkat pendidikan

keluarga, makin seringditemukan perkawinan diusia muda. Peran

tingkat pendidikanberhubungan erat dengan pemahaman keluarga

tentang kehidupan berkeluarga.

c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalamkeluarga.

Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga

menentukan terjadinya perkawinan diusia muda.Sering ditemukan

orang tua mengawinkan anak mereka dalam usiayang sangat muda

karena keinginan untuk meningkatkan statussosial keluarga,

mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga

garis keturunan keluarga.

d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapimasalah

remaja. Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi

36
37

ataumengatasi masalah remaja, (misal : anak gadisnya

melakukanperbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai

jalankeluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa

maluatau rasa bersalah.

3. Faktor masyarakat lingkungan

a. Adat istiadat

Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak

gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akandipandang

“aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal

tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat

mungkin sehingga mendorong terjadinya perkawinan usia muda.

b. Pandangan dan kepercayaan

Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat

dapat pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh

pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu

anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status

perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan

kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukanperkawinan.

Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama jugadapat

menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian

besar masyarakat juga pemuka agama menganggapbahwa akil baliq

ialah ketika seorang anak mendapatkan haid pertama, berarti anak

37
38

wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq sesungguhnya

terjadi setelah seorang anak wanita melampaui masa remaja.

c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan Sering ditemukan

perkawinan usia muda karena beberapa pemuka masyarakat tertentu

menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan yang dimilikinya,

yaitu dengan mempergunakan kedudukannya untuk kawin lagi dan

lebih memilih menikahi wanita yang masih muda, bukan dengan

wanita yang telah berusia lanjut.

d. Tingkat pendidikan masyarakat Perkawinan usia muda dipengaruhi

pula oleh tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat yang tingkat pendidikannya amat rendah cenderung

mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda

e. Tingkat ekonomi masyarakat Masyarakat yang tingkat ekonominya

kurang memuaskan, sering memilih perkawinan sebagai jalan keluar

dalam mengatasi kesulitan ekonomi.

f. Tingkat kesehatan pendudukJika suatu daerah memiliki tingkat

kesehatan yang belum memuaskan dengan masih tingginya angka

kematian, sering pula ditemukan perkawinan usia muda di daerah

tersebut.

g. Perubahan nilai Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan

nilai,yaitu semakin bebasnya hubungan antara pria dan wanita.

h. Peraturan perundang-undanganPeran peraturan perundang-undangan

dalam perkawinan usiamuda cukup besar. Jika peraturan perundang-

38
39

undangan masihmembenarkan perkawinan usia muda, akan terus

ditemukan perkawinan usia muda.31

Alasan pernikahan usia muda (Kumalasari, 2012)

1. Faktor sosial budaya

Beberapa daerah di Indonesia masih menerapkan praktik kawin muda,

karena mereka menganggap anak perempuan yang terlambat menikah

merupakan aib bagi keluarga.

2. Desakan ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya, maka anak

perempuannya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

3. Tingkat pendidikan

Pendidikan yang rendah makin mendorong cepatnya pernikahan usia

muda.

4. Sulit mendapatkan pekerjaan

Banyak dari remaja yang menganggap kalau mereka menikah muda, tidak

perlu lagi mencari pekerjaan atau mengalami kesulitan lagi dalam hal

keuangan karena keuangan sudah ditanggungsuaminya.

5. Media massa

Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan remaja modern kian

permisif terhadap seks.


31
Noorksiani, T. 2009 Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

39
40

6. Agama

Dari sudut pandang agama menikah di usia muda tidak ada pelarangan

bahkan dianggap lebih baik daripada melakukanperzinaan.

7. Pandangan dan kepercayaan

Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang salah

misalnya kedewasaan dinilai dari status pernikahan, status janda dianggap

lebih baik daripada perawan tua.

Penyebab pernikahan usia dini (Surbakti, MA, 2013) adalah

1. Pendidikan yang rendah.

Pendidikan yang rendah adalah salah satu penyebab

terjadinyapernikahan dini. Kebanyakan dari mereka kurang menyadari

bahaya yang timbul akibat pernikahan dini

2. Peraturan budaya

Faktor budaya bisa jadi merupakan salah satu penyebab pernikahan

dini.Usia layak menikah menurut budaya dikaitkan dengan datangnya haid

pertama bagi wanita.Dengan demikian banyak remaja yang belum layak

menikah, terpaksa menikah karena desakan budaya.

3. Kecelakaan

Tidak sedikit pernikahan dini disebabkan karena “kecelakaan” yang

tidak sengaja akibat pergaulan yang tidak terkontrol.Dampaknya mereka

harus mempertanggungjawabkan perbuatan dengan menikah dini.

40
41

4. Keluarga cerai

Banyak anak – anak korban perceraian terpaksa menikah seara

dinikarena berbagai alasan misalnya, tekanan ekonomi, untuk

meringankan beban orang tua tunggal, membantu keluarga, mendapatkan

pekerjaan, meningkatkan taraf hidup, dan sebagainya.32

Perkawinan yang dilangsungkan pada usia remaja umumnya akan

menimbulkan masalah-masalah, sebagai berikut (Romauli, 2009) :

A. Secara fisiologis

a)Alat reproduksi masih belum siap untuk menerima

kehamilansehingga dapat menimbulakan berbagai bentuk

komplikasi

b)Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di

bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun

B. Secara psikologis

a) Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum

matang, sehingga masih labil dalam menghadapi masalah yang

timbul dalam perkawinan.

b) Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai

biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin

relatif masih muda.

32
Surbakti, M.A, 2009 Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

41
42

C. Secara sosial ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk

kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan semakin nyata. Pada

umumnya dengan bertambahnya umur akansemakin kuatlah dorongan

mencari nafkah sebagai penopanghidup.Dampak pernikahan usia dini

Akibat-akibat perkawinan di bawah umur mencakupi pemisahan dari

kelurga, isolasi serta kurangnya kebebasan untuk berinteraksi dengan

teman – teman sebaya. Karena perkawinan anak – anak sering

menyebabkan kehamilan usia dini, maka akses mereka ke pendidikan

berkurang, yang selanjutnya mengakibatkan berkurangnya potensi

penghasilan dan meningkatkan ketergantungan pada pasangan. Pengantin

(anak) tampaknya, kecil kemungkinan untuk tidak berhubungan seks dan

mendesak penggunaan kondom, karena itu mereka rentan terhadap resiko

kesehatan seperti kehamilan dini, penyakit menular seksual serta

HIV/AIDS, dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda menurut

(Kumalasari, 2012) yaitu:

1. Kesehatan perempuan

a.Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat

menimbulkan berbagai komplikasi

b. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri

c. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi

d. Beresiko pada kematian usia dini

e. Meningkatkan angka kematian ibu (AKI)

42
43

f. Studi epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10

kali bila jumlah mitra seks 6/ lebih atau bila berhubungan seks

pertama dibawah uais 15 tahun

g. Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan

terkena serviks

h. Resiko terkena penyakit menular seksual

i. Kehilangan kesempatan mengembangkan diri

2. Kualitas anak

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan

nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan

pertumbuhan ibu sendiri

b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun

rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan

5-30 kali lebih tinggi untuk meninggal.

3. Keharmonisan keluarga dan perceraian

a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya

angka perceraian

b. Ego remaja yang masih tinggi

c. Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia

pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah

d. Perselingkuhan

e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua

43
44

f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan

emosional

g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi.

2.4 Hasil Penelitian Terkait Peranan dan Persepsi Orang Tua Terhadap

Pernikahan Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Nyompok Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosilayati dkk yang

telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi orang tua (sikap) sebesar 55,5% dan

faktor penyebab pernikahan dini (pergaulan bebas) sebesar 60%, dan faktor

lain yang juga mempengaruhi seperti faktor kemampuan ekonomi.33

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Fauziah Gamal

yaitu persepsi orang tua tentang pernikahan dini (reliabilitas 0.9510), dan

skala kecemasan terhadap masa depan anak (reliabilitas 0.9267). Berdasarkan

hasil pengolahan dengan Product Moment dari Pearson untuk analisis korelasi

diketahui bahwa r hitung 0.461 dan r table 0.312 dengan taraf kepercayaan

0.05, maka dapat diperoleh hasil bahwa uji r hitung lebih besar dari r table,

yangberarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan yang

signifikan antara persepsi orang tua tentang pernikahan dini dengan

kecemasan terhadap masa depan anak Artinya jika persepsi orang tua tentang

33
Rosylayati, dkk, 2013 Persepsi Orang Tua Terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan
Garuntang.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=289021&val=7237&title=PERS
EPSI%20ORANG%20TUA%20TERHADAP%20PERNIKAHAN%20DINI%20DI%20KELURAHA
N%20GARUNTANG.

44
45

pernikahan dini adalah positif maka akan diikuti oleh kecenderungan akan

kecemasan terhadap masa depan yangcukup tinggi pula.34

Berdasarkan penelitian Delvi Nirmajanti (2015) diperoleh bahwa orang

tua memiliki peran yang baik dalam memberikan pendidikan seks pranikah

pada remaja yaitu 43 responden 69,4%, peran orang tua dikategorikan cukup

ada 13 responden 21,9% dan orang tua yang memiliki peran kurang 6

responden 9,7%. Artinya ada hubungan peran orang tua memberikan

pendidikan seks pra nikah yang menyebabkan pernikahan dini.35

2.5 Landasan Teori Menuju Konsep

Penelitian ini mengambil landasan teori yang mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini adalah tingkat pendidikan,

sikap dan hubungan dengan orang tua, ekonomi, pandangan/kepercayaan, dan

adat.36 Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu faktor

individu, faktor peran keluarga/orang tua, dan faktor lingkungn. 37Faktor –

faktor ini yang akan membangun konsep dari penelitian. Untuk penelitian ini,

34
Nur Fauziah Gamal, 2010
UBUNGANPersepsiOrangTuaTentangPernikahanDlniDenganKecemasanTerhadapMasaDepanAnak.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/280/1/NUR%20FAUZIAH%20GAMAL-PSI.pdf

35
Delvi N, 2015 Hubungan Peran Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikanseks Pranikah Dengan Perilaku
Seks Pranikah Pada Siswa Kelas X Di Smk N 2 Sewon Bantul
Yogyakarta.http://opac.unisayogya.ac.id/380/1/DELVI%20NIRMAJANTI%20%28201410104043%29%20NA
SKAH%20PUBLIKASI.pdf.

36
Romauli, 2009.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

37
Noorksiani, T. 2009 Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

45
46

untuk variabel yang mendukung peranan dan persepsi orang tua terhadap

pernikahan dini yang digunakan adalah peranan, persepsi/pandangan,

pendidikan dan ekonomi.

46
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA

ANALISIS

3.1 KerangkaTeori

Tingkat pendidikan

Sikap dan hubungan dgn orang tua


Pernikahan Dini
Ekonomi

Pandangan dan kepercayaan

Adat istiadat

Gambar 3.1 Kerangka Teori faktor – faktor Yang Mempengaruhi

Pernikahan Dini Menurut Romauli, 2009. Sumber: Kesehatan

Reproduksi.

Kerangka Teori 2 :
Individu

Keluarga Pernikahan Dini


Masyarakat lingkungan

Gambar 3.2 Kerangka Teori faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan

Dini Menurut Noorksiani, T. 2009.Sumber : Kesehatan Usia Lanjut Dengan

Pendekatan Asuhan Keperawatan

47
48

3.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka

konsep dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan peranan orang tua,

persepsi orang tua, pendidikan dan adat istiadat terhadap penikahan dini di

wilayah Puskesmas Nyompok Serang Tahun 2016.

-Persepsi orang tua


Pernikahan dini
- Peranan orang tua

Gambar 3.3 Kerangka Konsep Penelitian

48
3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.4 Definisi Operasional

DefinisiOperasional Cara Ukur Alat Ukur Skala


No Variable Hasil Ukur
Ukur
1. Pernikahan Dini Pernikahan dilakukan sebelum Kuesioner Lembar ceklis 1=Ya, jika menikah 15 s/d Ordinal
mencapai usia 20 tahun 19 tahun
2=Tidak, jika menikah ≥20
tahun

3 Persepsi Seperangkat tingkah laku dua Kuesioner Lembar ceklis 1=baik jika jumlah skor ≥ Ordinal
orang ayah-ibu dalam bekerja mean 25,4
sama dan bertanggung jawab 2= tidak Baik jika jumlah
berdasarkan keturunannya skor
sebagai tokoh panutan anak ≤ median 25,3

2. Peranan Kemampuan KK menjawab Kuesioner Lembar ceklis 1= berperan jika jumlah skor Ordinal
dengan benar atas pertanyaan ≥ mean 28,9
yang diajukan oleh penelitian 2=tidak berperan jika jumlah
tentang pernikahan dini skor ≤ median 28,8

47
50

50
50

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Adapun

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara pesepsi orang tua terhadap pernikahan dini di

wilayah kerja Puskesmas Nyompok kecamatan Kopo Kabupaten Serang

tahun 2016.

2. Ada hubungan antara peranan orang tua terhadap pernikahan dini di

wilayah kerja Puskesmas Nyompok Kecamatan Kopo Kabupaten Serang

tahun 2016.

105
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross

sectional. Desain studi cross sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (poin time approach). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui

gambaran dan hubungan persepsi dan peranan orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok, Serang Tahun

2016.

4.2 pengembangan instrumen

Instrumen dalam penelitian ini adalah alat-alat yang digunakan

untuk pengumpulan data, instrumen dalam penelitian ini berupa kuisoner

yang mencakup variabel-variabel yang di teliti, yaitu: persepsi dan peranan

orang tua terhadap pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok

Tahun 2016.

4.3 pengumpulan data

4.3.1 Gambaran daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nyompok

tahun 2016 penelitian ini dimulai bulan Desember 2016

71
4.3.2 Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang

menikahkan anaknya. Populasi ini berjumlah 1500 orang

b. Sampel

Menurut sugiono (2009) Sampel adalah bagian populasi

yang diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran dilakukan

lebih diperinci bahwa sampel merupaka bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Besar sampel yang di

ambil yaitu seluruh orang tua yang menikahkan anaknya sebanyak

94 0rang

4.3.3 Tekhnik Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan tekhnik accidental sampling yaitu tekhnik penentuan

sampel beradasarkan kebetulan, siapa saja dipandang berhubungan

persepsi dan peranan orang tua terhadap pernikahan dini oleh

peneliti dengan tetap memenuhi syarat inklusi dan eksklusi

(Sugiyono, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

52
d = tingkat kepercayaan 0,1

1500
n = 1+1500 (0,1)2

1500
n= 16

n = 93,75 = 94

4.3.4 Syarat Sampel

Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

1). Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a). Orang tua yang menikahkan anaknya kurang dari 20 tahun

b). Bersedia menjadi responden

2). Kriteria ekslusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria

inklusi harus dikeluarkan karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah:

a). Orang tua yang menikahkan anaknya di lebih dari usia 20

tahun

b). Bersedia menjadi responden.

4.4 Manajemen Data

4.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakuakan

terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk

53
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu

penelitian. Instrumen yang dilakukan uji validitas adalah instrumen

yang berisi pertanyaan tentang gambaran dan hubungan persepsi dan

peranan terhadap pernikahan dini di wilayah keraja Puskesmas

Nyompok Tahun 2016.

Untuk table t α = 0,05 derajat kebebasan (df = n-2). Jika hasil nilai

r hitung > r table berarti valid demikian sebaliknya, jika hasil r

hitungnya < r table, berarti tidak valid. Hasil uji kuesioner penelitian

ini memiliki r table untuk n = 20 adalah 0,444 jadi untuk nilai correct

item total correlation dibawah nilai 0,444 dinyatakan tidak valid. Dari

hasil uji validitas diatas didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil uji validitas instrument penelitian variable persepsi

Hasil uji
Keputu
Variable Nilai r table (correct item total
san
correlation)
Persepsi 2 0,444 0,729 Valid
Persepsi 3 0,444 0,736 Valid
Persepsi 4 0,444 0,885 Valid
Persepsi 5 0,444 0,582 Valid
Persepsi 6 0,444 0,673 Valid
Persepsi 8 0,444 0,729 Valid
Persepsi 9 0,444 0,736 Valid
Persepsi 10 0,444 0,885 Valid
Persepsi 11 0,444 0,582 Valid
Persepsi 12 0,444 0,673 Valid

54
Tabel 4.2
Hasil uji validitas instrument penelitian variable peranan

Hasil uji
Nilai r
Variable (correct item total Keputusan
table
correlation)
Peranan 1 0,444 0,829 Valid
Peranan 2 0,444 0,695 Valid
Peranan 3 0,444 0,870 Valid
Peranan 4 0,444 0,799 Valid
Peranan 5 0,444 0,578 Valid
Peranan 6 0,444 0,514 Valid
Peranan 7 0,444 0,507 Valid
Peranan 8 0,444 Valid
0,646
Peranan 9 0,444 0,727 Valid
Peranan 10 0,444 0,953 Valid
Peranan 11 0,444 0,718 Valid
Peranan 12 0,444 0,793 Valid

4.4.2 Uji Reabilitas

Setelah semua pertanyaan di nyatakan valid, kemudian dilakukan uji

reabilitas. Reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Uji reabilitas

adalah uji yang memastikan apakah kusioner penelitian yang akan

dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian reable atau

tidak. Kusioner dikatakan reable jika kusioner tersebut dilakukan

pengukuran berulang, akan mendapatkan hasil yang sama. Dalam

penelitian ini setelah kuesioner disebarkan, dari hasil uji SPSS maka dapat

disimpulkan berapa pertanyaan dan pernyataan yang reliable. Hasilnya

adalah sebagai berikut :

55
Tabel 4.3
Hasil uji reliabilitas instrument penelitian
Hasil Uji
Variabel Nilai r table Keputusan
(cronbach’s alpha)
Persepsi 0,444 0,914 Reliabel

Peranan 0,444 0,936 Reliabel

4.4.3 pengumpulan data

a. Organisasi pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data adalah dengan terlebih dahulu

membuat surat permohonan izin melaksanakan penelitian dari

institusi pendidikan Program Studi D-IV Kebidanan Klinik Sekolah

Tinggi Indonesia Maju (STIKIM) yang ditujukan kepada kepala

Puskesamas Nyompok.

Setelah mendapatkan izin, kemudian peneliti melaksnakan

pengumpulan data secara primer yang dikumpulkan oleh peneliti

sendiri dengan cara wawancara pada responden dengan

penggunaan alat ukur kusoiner yang berisikan pertanyaan-

pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Data entri/input

Dalam proses pengolahan data penelitan ini, terdapat

langkah-langkah yang hrus ditempuh, diantaranya:

1. Editing, memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan

keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan

56
atau tidak. Kemudian Peneliti melakukan pengecekan kusiner

dengan memastikan kelengkapan, kejelasan, revelansi dan

setipa kali peneliti menerima hasil kusioner dengan melakukan

cheklist pada lembar pengecekan kusioner. yaitu memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data,

apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.

2. codding, Peneliti data berbentuk huruf menjadi data beukarbentuk

angka. Codding bermanfaat untuk mempemudah saat melakukan

analisa data dan mempercepat pemasukan data penelitian.

Kusioner kankusioner tersebut akan dilakukan pengubahan dari

data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka..

3. prosecing, peneliti memasukan (entry) data kusioner yang telah di

isi oleh responden ke paket komputer. Data kusioner yang telah

dilakukan proses editing (pengecekan kelengkapan data) dan

coding (pengubahan data yang berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka) akan dilanjutkan dengan memasukan hasil

editing ke paket komputer dengan windows Statistick For Science

(SPSS) 18.

4. Cleaning, pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau

tidak. Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukan ke paket komputer. Setelah data hasil penelitian sudah

mengalami proses editing, coding dan telah dimasukan ke paket

57
komputer (procesing), maka langkah selanjutnya yang dilakukan

oleh peneliti adalah mengecek kembali kelengkapan data yang

sudah dimasukan ke dalam komputer sehingga memudahkan

peneliti untuk melaukan tahap analisa data.

4.4.4 Pengolahan Data

a. Univariate

Analisa dilakukan secara univariat menggunakan statistic

sederhana. Data yang telah diperoleh diringkas dalam bentuk

distribusi frekuensi dan dihitung presentasenya dengan

menggunakan rumus berikut ini.


𝐹
P = 𝑁 𝑥 100 %

Keterangan:

P = Presentase suatu variable

N = Seluruh angka kejadian

F = Jumlah dari sub variable

a. Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Uji statistic yang akan digunakan

pada penelitian ini adalah chi square yang diolah menggunakan

program SPSS.

58
Untuk tabel nilai α (alpha) tergantung dari tujuan dan kondisi

penelitian.Untuk bidang kesehatan masyarakat biasanya digunakan

nilai α sebesar 5%. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian yang

akan dilakukan ini menggunakan level of significant sebesar 5%

(0.05). sehingga analisa penelitian ini dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Bila P value < α berarti ada hubungan bermakna (signifikan)

antara variable dependen dan variable independen.

2. Bila P value > α berarti tidak ada hubungan bermakna (signifikan)

antara variable independen dengan variable dependen.

4.4.5 Analisa Data

Agar peneliti memperolehhasil yang dapat di percaya, data yang

diperoleh dalam penelitian ini harus dianalisis dengan tepat. Analisis

data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudahdibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini tekhnik

statistik parametik dengan menggunakan analisis korelasi. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui statistic chi-squere

yang diolah dan dianalisis sampai pada penarikan suatu kesimpulan.

4.4.6 Penyajian Data


Data dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu:
a. Naratif

59
Penyajian data dalam bentuk teks dilakukan untuk

mendeskripsikan atau memberikan penjelasan dari data yang telah di

sajikan dalam bentuk tabel.

b. Tabel

Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan

berbentuk angka. Jenis yang dugunakan dalam penelitian ini adalah

master tabel dan tabel distribusi frekwensi, dimana data disusun dalam

baris dan kolam dengan sedemikiann rupa sehungga dapat

memberikan gambaran.

60
BAB V

GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Nyompok

5.1.1 Data Geografi

Kecamatan Kopo merupkan salah satu Kecamatan di kabupaten

Serang yang berolaksi kurang lebih 35 KM dari Kabupaten Serang.

Dengan luas wilayah Puskesmas Nyompok Kecamatan Kopo 1.759 Ha

dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan desa pasir buyut Kecamatan

Jawilan kabupaten Serang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Solear Kabupaten

Tangerang

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikande Kabupaten

Serang.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Ranca Sumur Kabupaten

Serang.

Wilayah kerja puskesmas Nyompok terdiri dari 5 desa yaitu desa

Nyompok, desa Cidahu, desa Carenang, desa Babakan Jaya, dan desa

Gabus.

61
Tabel 5. 1 Luas Wilayah Desa/Kelurahan

Desa /Kelurahan Luas Wilayah (KM2)

Nyompok 3450

Cidahu 582

Carenang 314

Gabus 306

Babakan Jaya 211

Puskesmas Nyompok 17590

Sumber data Badan Pusat Statistik

5.2 Data Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah

penduduk Puskesmas Nyompok Kecamatan Kopo pada tahun 2015

sebesar 24.929 jiwa.

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari

ratio jenis kelamin yaitu perbandingn penduduk laki-laki dengan penduduk

perempuan, yaitu laki-laki sebesar 12.785 jiwa penduuk perempuan

sebesar 12.144 jiwa.

Mayoritsa masyarakat Puskesmas Nyompok beragama Islam. Hal

ini melatar belakangi masyarakat yang religius, berazas gotong royong dan

kekeluargaan, struktur mata pencaharian penduduk Puskesmas Nyompok

mayoritas petani dan sebagian kecil adalah buruh dan jasa.

62
5.3 Data Umum Puskesmas Nyompok

Program pelayanan kesehatan Puskesmas Nyompok sesuai dengan

kemampuan tenaga maupun fasilitas bebeda-beda yang dimiliki masing-

masing Puskesmas, program wajib yang dilaksanakan di Puskesmas

Nyompok sebagai berikut :

1. Program Kesehatan Pokok/wajib:

a) Program Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

b) Upaya Kesehatan Lingkungan

c) Upaya perbaikan Gizi

d) Kesehatan Ibu, Anak dan KB

e) Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengendalian Penyakit

f) Pengobatan.

5.4 VISI

“Puskesmas Nyompok Pilihan Utama Masyarakat Nyompok dan

Sekitarnya

5.5 MISI

“Pembangunan Kesehatan atau hal-hal yang akan dilakukan UPTD

Puskesmas Nyompok dalam upaya mengoptimalkan tugas pokok

dan fungsinya”

 Mengupayakan agar setiap pembangunan selalu berwawasan

kesehatan

63
 Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

profesioanal

 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

 Meningkatkan kinerja petugas

MOTO PUSKESMAS NYOMPOK

“Kepuasan Anda Kebahagian Kami”

64
BAB VI
HASIL PENELITIAN
6.1 Analisis Univariat

Dalam analisis ini dijelaskan secara deskriptif mengenai variabel

yang diteliti yaitu persepsi dan peranan orang tua terhadap pernikahan dini.

Data ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Jumlah dalam

penelitian ini adalah 94 responden.

6.1.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua

Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi pendidikan orang tua terhadap pernikahan dini di
wilayah kerja Puskesmas Nyompok Serang tahun 2016
No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 34 36,2
2 SD 41 43,6
3 SMP 9 9,6
4 SMA 8 8,5
5 Perguruan Tinggi 2 2,1
Total 94 100.0
Berdasarkan table 6.1 diatas menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SD yaitu 41 orang (27,3%).

6.1.2 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua

Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi pendapatan orang tua terhadap pernikahan dini di
wilayah kerja Puskesmas Nyompok Serang tahun 2016
No Pendapatan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Rendah 42 44,7
2 Sedang 37 39,4
3 Tinggi 15 16.0
Total 94 100.0

71
Berdasarkan table 6.2 diatas menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berpenghasilan rendah yaitu 42 orang (28,0%).

6.1.3 Distribusi Frekuensi Adatistiadat

Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Adat istiadat orang tua terhadap pernikahan dini di
wilayah kerja Puskesmas Nyompok Serang tahun 2016
No Adat istiadat Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Ya 53 56,4
2 Tidak 37 43,6
Total 94 100.0
Berdasarkan table 6.3 diatas menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengikuti

adat istiadat yaitu 53 orang (56,4%).

6.1.4 Distribusi Frekuensi Kejadian pernikahan dini

Tabel 6.4
Distribusi Frekuensi Kejadian pernikahan dini di wilayah kerja puskesmas
Nyompok Serang tahun 2016
No Pernikahan dini Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Ya 54 57.4
2 Tidak 40 42.6
Total 94 100.0

Berdasarkan tabel 6.4 diatas menunjukkan bahwa dari 94

Responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menikahkan

anaknya di usia kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 54 responden

(57,4%).

72
6.1.5 Distribusi Frekuensi Persepsi

Tabel 6.5
Distribusi Frekuensi persepsi dan peranan orang tua terhadap
pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok Serang tahun
2016
No Persepsi Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Setuju 55 58.5
2 Tidak setuju 39 41.5
Total 94 100.0

Berdasarkan table 6.2 diatas menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

pesepsi setuju yaitu 55 orang (58,5%)

6.1.5 Distribusi Frekuensi Peranan

Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi persepsi dan peranan orang tua terhadap
pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok, Serang tahun
2016
No Peranan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Berperan 50 53.2
2 Tidak berperan 44 46.8
Total 94 100.0

Berdasarkan table 6.3 diatas menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

peranan yaitu 50 orang (53,2%).

6.2 Analisa Bivariat

Dalam analisa bivariate ini menjelaskan secara statistic mengenai

variable penelitian yang independen (persepsi dan peranan orang tua) dan

73
variable dependen (pernikahan dini)untuk mengetahui hubungan persepsi dan

peranan orang tua terhadap pernikahn dini di wilayah kerja Puskesmas

Nyompok tahun 2016.

6.2.1 Hubungan persepsi orang tua terhadap pernikah pernikahan dini

Tabel 6.6
Hubungan persepsi terhadap terhadap pernikahan dini di wilayah
kerja Puskesmas Nyompok, Serang tahun 2016
Pernikahan dini Total
P Value OR
Persepsi Tidak YA
F % F % F %
Sutuju 16 29,1 39 70,9 55 100
0,003 3,900
Tidak setuju 24 75,0 15 38,5 39 100
Total 40 42,6 54 57,4 94 100

Berdasarkan hasil pada table 6.6 diatas menunjukkan hubungan

antara persepsi orang tua terhadap pernikahan dini 39 (70,9%) dari 55

responden orang tua yang presepsi setuju mendukung anaknya melakukan

pernikahan dini, kemudian 24 (75,0%) dari 39 responden yang presepsi

tidak baik mendukung anaknya melakukan pernikahan dini.

Hasil uji statistic diperoleh p value = 0,003 dalam hal ini p value<

0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi orang tua

terhadap pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok. Dari hasil

analisis diperoleh nilai OR = 3,900 yang artinya orang tua yang presepsi

baik 3 kali berpeluang anaknya melakukan pernikahan dini di bandingkan

presepsi tidak baik.

74
6.2.2 Hubungan Peranan terhadap pernikahan dini

Tabel 6.5
Hubungan Peranan ibu terhadap pernikahan dini di wilayah kerja
Puskesmas Nyompok Serang tahun 2016
Pernikahan dini Total P
OR
Peranan Tidak YA Value
F % F % F %
Berperan 13 26.0 37 74.0 40 100
Tidak 27 61.4 17 38.6 54 0,001 4.520
100
berperan
Total 40 42.6 54 57.4 94 100

Berdasarkan tabel 6.5 diatas menunjukkan hubungan antara

pernanan terhadap pernikahan dini diketahui bahwa ada 37 (74,0%) dari

40 responden orang tua yang berperan, mendukung anaknya melakukan

pernikahan dini, kemudian dari 27 (61,4%) dari 54 responden orang tua

yang tidak berperan anaknya melakukan pernikahan dini

Hasil uji statistic diperoleh p = 0,001 dalam hal ini p < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peranan orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok. Dari hasil analisis

diperoleh nilai OR = 4,250 yang artinya orang tua yang berperan 4 kali

berpeluang anaknya melakukan pernikahan dini di bandingkan ibu yang

tidak berperan..

75
BAB VII

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan judul persepsi dan

peranan orang tua terhadap pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas

Nyompok. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 94 responden. Sistematika

pembahasan hasil penelitian ini akan disajikan mulai dari kelebihan penelitian

dilanjutkan dengan hasil penelitian.

7.1 Kelebihan Penelitian

Dalam penelitian ini penenliti mendapat beberapa kelebihan penelitan

antara lain peneliti adalah seorang pegawai tidak tetap (PTT/bidan desa) yang

bekerja di Puskesmas Nyompok sejak tahun 2009 sehingga peneliti bisa

sepenuhnya berada dalam tempat penelitian dan mengenal beberapa

responden sehingga peneliti dengan mudah menggali beberapa kusioner

penelitian yang di anggap sukar oleh responden dan menghasilkan jawaban

yang akurat, selain bidan desa peneliti juga memegang porgram PKPR

(Pelayanan kesehatan peduli remaja) yang memudahkan peneliti menemukan

kasus pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok dan bekerja

sama dengan bidan desa yang lain untuk melakukan penelitian ini dalam hal

pernikahan dini.

Penelitian ini juga di dukung oleh Kepala Puskesmas Nyompok untuk

mengetahui masalah masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Nyompok

76
karena penelitian ini berhubungan erat dengan pelayanan KIA dimana

pernikahan ini bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh orang tua yang

menikahkan anaknya yang datang berkunjung ke puskesmas Nyompok

sebagai responden, sehingga kebenaran data sangat tergantung kepada

kemampuan responden pada saat memberikan jawaban. Hal ini dapat

menimbulkan salah persepsi terhadap pertanyaan dan pernyataan yang ada

dan mempengaruhi hasil penelitian. Untuk meminimalisir hal ini sebelum

responden mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan mengenai pertanyaan dan

pernyataan pada kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden

apabila ada yang kurang jelas tanpa mempengaruhi jawaban yang akan

diberikan oleh responden. Namun karena keterbatasan dari peneliti, sehingga

variabel dibuat berdasarkan pengalaman dan pemahaman peneliti dengan

bersumber dari literature yang ada.

77
7.2 Hasil Analisa Univariat

7.2.1 Kejadian pernikahan dini

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa mayoritas responden menikahkan

anaknya di usia kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 54 orang (57,4%),

hal ini di karenakan pendidikan responden yang paling besar yaitu

lulusan SD sebanyak 41 orang (43,6%) yang menyebabkan

pengetahuan yang rendah, selain pendidikan rendah sebagian besar

responden memiliki pendapatan rendah sebanyak 42 orang (44,7%)

yang beranggapan bahwa menikah bisa meningkatkan status ekonomi.

Selain pendidikan dan pendapatan di wilayah Puskesmas Nyompok

sebagian bersar responden mengikuti adat istiadat sebesar 54 orang

(57,4%) .

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada

wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada pria usia kurang dari

19 tahun.38 Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa selain

keterlibatan orang tua, anak remaja sudah merasa cocok dengan

pasangannya untuk menikah walaupun usianya kurang dari 20 tahun,

dan sebagian besar orang tua maupun remaja tidak mengatahui

dampak negatif pernikahan dini baik secara kesehatan maupun sosial.

Rendahnya pengatahuan dan pendidikan orang tua mengakibatkan

38
Romauli, 2010, Op.Cit.

106
tingginya angka kejadian pernikahan dini di wilayak kerja Puskesmas

Nyompok. Hal lain yang dapat menajadi faktor pendukung dalam

tingginya angka kejadian pernikahan dini.

.
7.2.2 Persepsi

Berdasarkan hasil analisis univariat bahwa dari 94 responden

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi setuju

yaitu sebanyak 55 orang (58,5%) dan responden dengan persepsi tidak

baik sebanyak 39 orang (41,5%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosilayati,

dkk (2013) didapatkan hasil bahwa distribusi frekuensi sikap (persepsi)

berdasarkan sikap (persepsi) di Kelurahan Garuntang Kecamatan Bumi

Waras Kota Bandar Lampung Tahun 2013 diketahui bahwa persepsi orang

tua (sikap) sebesar 25 (55,5%) sebagian besar responden persepsi

tergolong setuju dalam pernikahan dini.39

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Gamal

(2014) diperoleh hasil persepsi positif dari 40 responden terdapat 32 (80%)

dan persepsi negative sebanyak 8 (20%).40

39
Rosilayati, dkk , 2013. Persepsi orang tua terhadap pernikahan dini di kelurahan Garuntang,
Jurnal, diakses pada tanggal 03 Januari 2017,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=289021&val=7237&title=PERSEPSI%20ORA
NG%20TUA%20TERHADAP%20PERNIKAHAN%20DINI%20DI%20KELURAHAN%20GARUNTANG.

40
Gamal, 2014, hubungan persepsi orang tua terhadap pernikahan dini dengan kecemasan masa
depan anak, diaksaes pada tanggal 21 januari 2017,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/280/1/NUR%20FAUZIAH%20GAMAL-
PSI.pdf.

107
Persepsi sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai

refresentasi dari objek-objek eksternal”. Pendapat tersebut mengatakan

bahwa persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang ditangkap oleh alat

indera baik itu mengenai pernyataan atau pembicaraan.41

Peneliti berasumsi bahwa orang tua yang beranggapan bahwa anak

gadis lebih baik menikah lebih dini dari pada menjadi orang tua, dan dengan

menikahkan dini anak nya meningkatkan status ekonomi keluarga. Selain

itu, orang tua beranggapan jika anak remajanya (remaja putri) sudah

menikah bisa mengurangi beban ekonomi dan juga merasa tenang terhadap

dampak-dampak prilaku remaja yang marak terjadi seperti hamil diluar

nikah.

7.2.3 Peranan

Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa dari 94

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

peranan yang berperan yaitu sebanyak 50 orang (53,2%) dan tidak

berperan sebanyak 44 orang (46,8%).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merta

(2015) bahwa dari 194 responden, yang berperan sebanyak 110 orang

41
Evitasari, Nur. 2012. Op.Cit

108
(56,7%) sedangkan orang tua yang tidak berperan pernah sebanyak 84

orang (43,3%).42

Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban tersebut

dengan kedudukannya, maka dalam suatu lembaga (keluarga atau

mayarakat) ia telah menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat

dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung dengan yang lain dan begitu

juga sebaliknya. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus

dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. 43

Peneliti berpendapat bahwa orang tua beranggapan jika anaknya

sudah baligh (mestruasi) itu dianggap sudah dewasa, jika sudah ada yang

melamar adalah hal yang biasa dan sudah waktunya untuk menikahkan

anaknya walapun usianya kurang dari 20 tahun.

Hasil Analisa Bivari

7.3.1 Hubungan antara Persepsi dengan Kejadian Pernikahan Dini

Berdasarkan dari hasil analisis statistik menggunakan spss

menunjukkan hubungan antara persepsi orang tua terhadap pernikahan dini

ada 39 (70,9%) dari 55 responden orang tua yang persepsi baik anaknya

melakukan pernikahan dini, kemudian 24 (75,0%) dari 39 responden yang

presepsi tidak baik anaknya untuk melakukan pernikahan dini.

42Merta, 2015, Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja terhadap pernikahan dini di desa sukowono
kecamatan sukowono kabupaten Jember, diakses pada tanggal 21 Januari 2017,
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65873

43
Soekanto, 2012, Op.Cit.

109
Hasil uji statistic chi square diperoleh p value = 0,003 dalam hal

ini p value < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi

orang tua terhadap pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok

Serang tahun 2016 dengan nilai derajat hubungan atau OR sebesar 3,9

yang berarti orang tua yang mempunyai persepsi baik berpeluang 3,9 kali

anaknya menikah dini disbanding orang tua yang mempunyai persepsi

tidak baik.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian

Putri (2013) diperoleh hasil perhitungan uji Spearman Rho hubungan

persepsi orang tua tentang pernikahan dini diperoleh nilai rho lebih kecil

dari nilai (alpha) = 0,05. Sehingga menunjukkan bahwa hipotesis nol

ditolak dan secara statistik ada hubungan antara persepsi orang tua

terhadap pernikahan dini.44

Yuningsih (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor

yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di

Maja Lebak Kota Rangkas Bitung diperoleh nilai p value 0,04 sehingga

dapat disimpulkan bahwa persepsi orang tua berhubungan dengan kejadian

pernikahan dini.45

44Putri AI, Op.Cit, 2013

45
Yuningih, 2014 Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini di wilayah Maja,
Lebak

110
Definisi persepsi orang tua adalah kesan, penafsiran, anggapan,

pengetahuan, dan sikap orang tua mengenai suatu hal yang terbentuk dari

pengalaman atau data-data melalui alat inderanya.46

Menurut peneliti persepsi/pandangan orang tua terhadap

pernikahan dini sebagai anak harus mengikuti pendapat orang tua

termasuk memutuskan pernikahan anaknya, jadi persepsi orang tua

bepengaruh dalam pernikahan dini.selain itu, factor lain yang bisa memicu

terjadinya pernikahan dini adalah karena factor lingkungan berdasarakan

hasil survey dan pengamatan pada wilayah kerja Puskesmas Nyompok

pernikahan dini adalah hal yang wajar dan bukan sesuatu yang tabu,

sehingga orang tua tidak berpikir panjang ketika anaknya ingin menika di

usia kurang dari 20 tahun.

Dewasa ini pergaulan bebas semakin marak terjadi bukan hanya di

perkotaan saja namun sudah banyak terjadi di pedesaan hal ini memebuat

orang tua merasa khwatir bila anak gadisnya terjerumus kedalam hal yang

tidak di inginkan dan membuat malu nama keluarga. Putusnya pendidikan

anak menjadi alasan orang tua untuk segera menikahkan anaknya, para

orang tua beranggapan tidak ada hal lain yang lebih di prioritaskan

seorang anak remaja terutama perempuan selain menikah dan nantinya

mengurus anak.

Di wilayah penelitian terdapat tradisi bahwa jika anak gadisnya

sudah ada yang melamar dan membawakan uang lamaran jika ditolak

46
Hadikusuma,Hilman 2007. Op. Cit

111
adalah hal yang pamali, sehingga mau tidak mau akan menerima lamaran

tersebut walaupun anaknya masih berusia kurang dari 20 tahun, hal ini

sangat memicu terjadinya pernikahan dini.

7.3.1 Hubungan peranan dengan pernikahan dini

Berdasarkan dari hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

antara peranan menunjukkan hubungan antara pernanan terhadap

pernikahan dini diketahui bahwa ada 37 (74,0%) dari 40 responden orang

tua yang berperan, mendukung anaknya melakukan pernikahan dini,

kemudian ada 27 (61,4%) dari 54 responden orang tua yang tidak berperan

anaknya melakukan pernikahan dini.

Hasil uji statistic diperoleh p = 0,001 dalam halini p < 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peranan orang tua terhadap

pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Nyompok. Dari hasil analisis

diperoleh nilai OR = 4,250 yang artinya orang tua yang berperan 4 kali

berpeluang anaknya melakukan pernikahan dinidi bandingkan ibu yang

tidak berperan..

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merta (2015)

bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,005 dalam hal ini nilai p <

0,05 berarti Ho ditolak dan pernyataan Ha diterima maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

motivasi remaja terhadap perikahan dini.47

47
Merta, 2015, op.Cit.

112
Desiyanti (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor

yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di

Kecamatan Mapanget Kota Manado diperoleh nilai p value 0,000 sehingga

dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua berhubungan dengan kejadian

pernikahan dini.48

Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau

perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental

mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi anggotanya yang

berada dalam satu jaringan, dalam suatu hunbungan rumah tangga di

dalamnya terdapat peran-peran, sistem atau struktur dan hal-hal yng

berkaita dengan rumah tangga.49

Peneliti berpendapat bahwa peran orang tua terhadap kelangsungan

pernikahan dini pada dasarnya tidak terlepas dari tingkat pengetahuan

orang tua yang dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang tua.

Selain itu bahwa tingkat pendidikan keluarga ini akan mempengaruhi

pemahaman keluarga tentang tentang kehidupan berkeluarga yang lebih

baik. Orang tua yang memiliki pemahaman rendah terhadap berkeluarga

dengan memandang bahwa dalam kehidupan keluarga akan tercipta suatu

hubungan silaturahmi yang baik sehingga pernikahan yang semakin cepat

maka solusi utama bagi orang tua.

48
Desiyanti, 2015, Op.cit

49
Sri lestari, 2012, Op.Cit

113
Peneliti juga berasumsi bahwa kategori pola asuh orang tua yang

demokratis merupakan pola asuh yang kurang signifikan, hal ini

dikarenakan orang tua tidak mengekang kepada anak-anaknya dan

memberikan kepercayaan atau kebebasan terhadap anak-anaknya untuk

bisa menjalani kehidupannya di masa depan. Pola asuh orang tua yang

seperti ini akan berdampak pada kurangnya peran serta orang tua dalam

memberikan nasehat atau informasi tentang pernikahan dini dan kehidupan

dalam menjalani rumah tangga dalam usia yang muda.

Kebanyakan orang tua bercermin pada riwayat pernikahan mereka

dahulu, yaitu dilakukan pada usia yang begitu dini dan mereka merasa tidak

terjadi dampak negative yang signifikan terhadap kehidupannya sehingga

mereka membebaskan anak nya untuk memutuskan menikah dini.

Dari hasil pengamatan dalam penelitian kebanyakan orang tua

membiarkan anak gadisnya dibawa pergi oleh pacarnya berduaan karena

mereka berfikir anaknya sudah dewasa dan sudah waktunya untuk bisa

pergi bersama teman dekat nya, hal ini tidak menutup kemungkinan

terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti hamil diluar nikah, sehingga

memicu terjadinya pernikahan dini. Kurangnya komunikasi yang dijalin

oleh orang tua kepada anaknya sehingga anak terutama usia remaja yang

lebih membutuhkan perhatian terhadap perkembangan seksualitasnya akan

lebih mengarah pada perilaku seks bebas sehingga yang dapat berujung

pada pernikahan dini dan sebagai akibat dari pola asuh orang tua yang

terlalu besar memberikan kepercayaan dan kebebasan pada anak.

114
BAB VIII

PENUTUP
8.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai apakah ada hubungan

persepsi dan peranan orang tua terhadap pernikahan dini di wilayah kerja

Puskesmas Nyompok Tahun 2016, disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel pengetahuan

menunjukkan bahwa dari 94 responden dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki persepsi baik baik yaitu sebanyak 55 orang

(58,5%), sedangkan distribusi frekuensi variable peranan menunjukkan

bahwa dari 94 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berperan yang mendukung anaknya menikah dini yaitu

sebanyak 50 orang (53,2%).

2. Hasil uji statistik hubungan persepsi diperoleh p = 0,003 dalam hal ini p

< 0,05 artinya ada hubungan persepsi terhadap pernikahan dini di wilayah

kerja Puskesmas Nyompok Serang Tahun 2016.

115
3. Hasil uji statstik hubungan peranan diperoleh p = 0,001 dalam hal ini p ˂

0,05 berarti ada hubungan peranan terhadap pernikahan dini di wilayah

kerja Puskesmas Nyompok Tahun 2016.

4. Hasil penelitian dari 2 (dua) variabel yang diteliti, yang memiliki

hubungan yaitu variabel persepsi dan peranan Artinya, persepsi orang tua

menjadi faktor pendukung terjadinya pernikahan dini disertai dengan

peranan orang tua yang berperan yang menyebabkan terjadinya

pernikahan dini.

8.2 Saran

8.2.1 Bagi Puskesmas Nyompok

Perlu adanya penyuluhan kepada orang tua dan remaja tentang

dampak negatif dari pernikahan dini dan bagi yang sudah menikah

usianya kurang dari 20 tahun sebaiknya menunda kehamilan,

diadakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja di lingkungan

sekolah lebih di tingkatkan dengan bekerja sama dengan pihak KUA

dan lintas sektoral.

8.2.1 Bagi aparat desa dan penghulu

Bagi aparat desa sebaiknya membuat peraturan desa yang

mengatur tentang pernikahan dini karena setip tahun kasus pernikahan

dini semakin meningkat karena di sebabkan beberapa faktor. Dan

bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk mencatat setiap kasus

pernikahan dini yang terjadi di desa.

71
8.2.2 Bagi Orang Tua

Bagi orang tua di harapakan meningkatkan pengetahuan

tentang dampak dari pernikahan dini agar orang tua bisa berfikir dua

kali untuk menikahkan anaknya di usia dini.

8.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan adanya penelitian lanjutan terhadap faktor – faktor

lain yang berhubungan dengan pernikahan dini, selain itu juga

disarankan mencari faktor lain yang menyebabkan pernikahan dini

serta kasus dampak negatif dari pernikahan dini untuk di jadikan

contoh bagi orang tua yang menikahkan anaknya di usia dini.

66
DAFTAR PUSTAKA

Ahjayati rahim, 2013 Peranan orang tua terhadap pendidikan karakter remaja
putri menurut islam.
.http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/peran-orang-tua-dalam-
mendidik-anak.html. diakses tgl 20 november 2016 20:00

Alex, Sobur, 2011. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia

Azwar, S.2010.Sikap Manusia teori dan Pengukurannya.Yogyakarta:


PustakaPelajar

Nur Fauziah Gamal, 2010 Hubungan Perseps iOrang Tua Tentang Pernikahan
Dlni Dengan Kecemasan Terhadap Masa Depan Anak.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/280/1/NUR%20
FAUZIAH%20GAMAL-PSI.pdf

Evitasari, Nur. 2012. Persepsi Orang Tua Siswa TerhadapPelaksanaan Program


Sekolah Gratis Di SDN 1 Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten
Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011-2012.Skripsi FKIP Universitas
Lampung.

Hadikusuma ,Hilman 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung:Mandar


Maju.

H. Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu. 2011. Pengantar Studi Sosiologi


Keluarga. Bandung: Pustaka setia

Jones,2012 Pernikahan Usia Dini


http://Hasil%20pernikahan%20usia%20dini%20BKKBN%PPT_RS%20[R
ead-Only](1).pdf (di akses dari tanggal 8 november 2016 : pukul 08:15
WIB
Kumalasari, intan dan iwan andhyantoro, 2012,Kesehatan Reproduksi Untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mardiana Lia,2015 Faktor-faktor Yyang Yempengaruhi Prilaku Orang Tua


Yang Menikahkn Anaknya Pada Usia Dini di jawilan Serang (tidak dipublikasi).

71
Lumonggalubis, Namora. 2013. Psikologi Kespro Wanita & Perkembangan

Reproduksinya. Jakarta : PT. KencanaPrenadaMedia Group

Lutfia, 2013 pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja


http://nyna0626.blogspot.com di akses pada tanggal 6 desember 2016

Maulana, dkk. (dalam Indah Pratiwi. 2010)


http://digiliduni.ac.id/943/3/BAB.II.pdfdi akses pada tanggal 4 desember
2016 jam 21:30 WIB

Merta, 2015, Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja terhadap


pernikahan dini di desa sukowono kecamatan sukowono kabupaten
Jember, diakses pada tanggal 21 Januari 2017,
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65873

Muhammad Fauzul Adim, 2012 Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta: PT Linggar


Pena.

Munir, zaldy 2010 peranan dan fungsi orang tua dalam mengembangkan
kecerdasan emosional
anak.https://www.scribd.com/document/157122309/Jurnal-Pola-Asuh di
akses pada tanggal 12 desember pukul20.12 WIB.

Noni Arni, 2007 Kuatnya Tradisi Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini.
Yogyakarta: Lkis.

Noorksiani, T. 2009 Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nrfauziah Gamal, 2014, hubungan persepsi orang tua terhadap pernikahan dini
dengan kecemasan masa depan anak, diaksaes pada tanggal 21 januari
2017,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/280/1/NUR%2
0FAUZIAH%20GAMAL-PSI.pdf.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Romauli, 2010.Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Rosliati dkk,2013 Persepsi Orang Tua terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan


Garuntang Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Tahun.
(www.e-jurnal.com/2015/09perepsi-orang -tua-terhadap-pernikahan.html
Sunaryo, 2014diakses dari 20 november2016 23:05 )

72
S.Shawky and W. Milaat, 2010 Early Teenage Marriage and subsequent outcome
http://www.popline.org/node/245654 (diakses pada tanggal 10 0ktober
2016 : pukul 15 : 20 WIB)
Suranto.2010 Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sri lestari, 2012 psikologi kelyarga: penanaman dan nilai dan penanganan dalam
keluarga. Jakarta: kencana media group

Soekanto, 2012 Sosilogi : Suatu pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

.Psikologi Untuk Keperawatan Jakarta: EGC.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Surbakti, M.A, 2009 Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo

UNICEF, 2001 early marriage child spouses http://www.unicef-irc-


org/publication/pdf/digest7e.pdf (diakses tanggal 10 oktober 2016 :
pukul 15:45 WIB)

Yuningih, 2014 Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini di


wilayah Maja, Lebak

Zulfa Fikriana Rahma, 2011 Resiko Pada Remaja Akibat Pernikahan Dini
http://modalyakin.blogspot.co.id/2012/03/jurnal-resiko-pada-remaja-
akibat.html (diakses pada tanggal 10 0ktober 2016 pukul 20 : 20 WIB

73
74

Anda mungkin juga menyukai