Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS PERSIAPAN PERSALINAN PADA IBU HAMIL NY.

R
GRAVID 41-42 MINGGU DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD PARIAMAN
TANGGAL 17 APRIL 2017

LAPORAN KASUS

Oleh:
ELWITRI SILVIA
NIM : 1530232002

Dosen Pembimbing:
dr. Pasca Alfajra, SpOG
Bd. Lisma Evareny, S.Kep., MPH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Analisis Persiapan Persalinan Pada Ibu Hamil Ny.R


Gravid 41-42 Minggu dengan Oligohidramnion di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman Tanggal 17
April 2017
Nama Mahasiswa : Elwitri Silvia
NIM : 1520332002
Ruang Praktik Klinik : Poli Kebidanan
Program Studi : S2 Kebidanan

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku agar dapat dilanjutkan untuk diseminarkan pada tanggal 03 Mei 2017

Menyetujui
Dosen Pembimbing Dosen Pendamping
Praktik Klinik Praktik Klinik

dr. Pasca Alfajra, Sp.OG Bd. Lisma Evareny, M.PH


NIP: 19870912 201101 1 003 NIP: 19670115 199003 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dr. dr. Hj. Yusrawati, SPOG (K)


NIP : 19650624 199203 2 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Persiapan Persalinan Pada Ibu Hamil Ny.R


Gravid 41-42 Minggu dengan Oligohidramnion di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman Tanggal 17
April 2017
Nama Mahasiswa : Elwitri Silvia
NIM : 1520332002
Ruang Praktik Klinik : Poli Kebidanan
Program Studi : S2 Kebidanan

Laporan ini telah dipresentasikan dan disetujui pada seminar kasus dihadapan
dosen penguji Praktik Klinik Program Studi S2 Kebidanan Program Pascasarjana
Universitas Andalas Pada Tanggal : 03 Mei 2017

Menyetujui
Dosen Penguji Dosen Pendamping
Praktik Klinik Praktik Klinik

dr. Mutiara Islam, Sp.OG(K) Bd. Lisma Evareny, M.PH


NIP: 19721219 200604 1 011 NIP: 19670115 199003 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dr. dr. Hj. Yusrawati, SPOG (K)


NIP: 19650624 199203 2 001

iv
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
PRODI MAGISTER ILMU KEBIDANAN
Laporan Kasus, April 2017
Elwitri Silvia

Analisis Persiapan Persalinan Pada Ibu Ny.R Gravid 41-42 Minggu dengan
Oligohidramnion di Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman Tanggal 17 April
2017
vii + 39 halaman

ABSTRAK

Kehamilan Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif menunggu


kelahiran bayi. Persiapan persalinan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
optimal menjelang persalinan. Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk
mengalami komplikasi. Komplikasi dapat menyebabkan kematian baik ibu
maupun janin. Komplikasi dalam persalinan dapat dicegah dengan menghindari
Tiga Terlambat. Hal ini dapat dicegah dengan keoptimalam persiapan
persalinan
Kasus pada Ny.R G2P1A0H1 gravid 41-42 minggu dengan
oligohidramnion. Pasien merupakan rujukan puskesmas atas indikasi gawat janin.
Dokter menyarankan dilakukan operasi pada hari itu, namun pasien meminta
waktu 3 hari dengan alasan ingin berdiskusi dengan keluarga, khawatir dengan
biaya persalinan, belum mempunyai jaminan kesehatan dan belum siap
meninggalkan anak pertamanya ketika proses operasi di rumah sakit
Ketidakmatangan persiapan persalinan pada kasus diatas dapat dilihat dari
tidak adanya rencana yang matang tentang pengambil keputusan. Selain itu,
pasien tidak menyiapkan dana untuk operasi karena beranggapan proses
persalinan akan berjalan normal. Sebagai bidan, kita harus menjelaskan
kemungkinan komplikasi yang terjadi dan diberi informasi mengenai jaminan
kesehatan yang bisa digunakan serta berbagai prosedur terkait. Dalam persalinan
ibu harus fokus dan nyaman, sehingga segala yang menjadi rutinitas dan
kewajiban ibu seperti solusi pengasuhan anak pertama harus dipikirkan jauh
sebelum hari tafsiran persalinan
Berdasarkan kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa persiapan persalinan
pada Ny. R kurang optimal

Daftar Kepustakaan : 9 (2003-2016)


Kata Kunci : Analisis Persiapan Persalinan

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat-Nya, akhirnya tugas


Laporan Kasus Kegiatan Residensi Praktik Klinik Kebidanan, dengan judul
Analisis Persiapan Persalinan Pada Ibu Hamil Ny.R Gravid 41-42 Minggu
dengan Oligohidramnion di Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman Tanggal
17 April 2017 dapat selesai tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan pada Program Pascasarjana
Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
Tahun 2017 dengan harapan dapat memperdalam wawasan keilmuan mahasiswa
tentang persiapan persalinan serta menumbuhkan minat mahasiswa untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan berkaitan dengan lingkup asuhan
kebidanan secara komprehensif.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing praktik Ruang
Perinatologi RSUD Pariaman yaitu Bapak dr. Pasca Alfajra dan Ibu Bd.Lisma
Evareny, S.Kep, MPH yang telah memberi kesempatan dan membimbing
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis telah berupaya mengerjakan laporan ini sebaik mungkin. Namun
tiada gading yang tak retak, untuk itu saran untuk penyempurnaan laporan ini
sangat diharapkan. Mudah-mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan
menjadi acuan untuk pengembangan inovasi dalam bidang pendidikan kebidanan.

Pariaman, Mei 2017

vi
Elwitri Silvia

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR BAGAN .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5


2.1 Pengertian Persalinan ..................................................................... 5
2.2 Pengertian Persiapan Persalinan .................................................... 5
2.3 Tujuan Persiapan Persalinan .......................................................... 6
2.4 Persiapan Ibu Menghadapi Persalinan ........................................... 7
2.5 Komponen Penting Persiapan Persalinan ...................................... 9
2.6 Penjaminan Persalinan ................................................................... 12

BAB III KAJIAN KASUS ........................................................................ 27


3.1 Pengumpulan Data Dasar ............................................................... 27
3.2 Assesment ...................................................................................... 31
3.3 Rencana Asuhan ............................................................................. 32

vii
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 32

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 36


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 39
5.2 Saran .............................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Alur Pelayanan Peserta JKN-KIS ............................................. 21


Bagan 2.2 Prosedur Pelayanan di FTKP .................................................... 23
Bagan 2.3 Prosedur Pelayanan di FKRTL ................................................. 24

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan

waspada karena ibu sudah merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya

dan mulai khawatir dengan diri dan bayinya pada saat melahirkan. Pada saat itu

juga merupakan saat persiapan aktif untuk menunggu kelahiran bayi dan menjadi

orang tua (Sofie R. 2009)

Menurut Sunaryo (2013) munculnya perilaku untuk melakukan persiapan

persalinan didukung oleh adanya motivasi untuk melakukan persiapan

persalinan, yaitu alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

seseorang berbuat. Persiapan persalinan merupakan bagian terpenting dari proses

persalinan yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan optimal menjelang

persalinan sehingga mencapai persalinan yang aman.

Persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, psikologis dan materi.

Persiapan fisik merupakan persiapan yang berhubungan dengan aspek persiapan

tubuh untuk mempermudah persalinan dan laktasi, persiapan psikologis adalah

persiapan yang berhubungan dengan ketahanan mental terhadap rasa takut dan

kecemasan serta aspek kognitif tentang persalinan sedangkan persiapan

materi merupakan persiapan ibu dan keluarga untuk mendukung kelancaran

persalinan dari aspek finansial, termasuk jaminan kesehatan yang perlu dimiliki

ibu (Manuaba, 2007).

1
Jaminan kesehatan adalah suatu hal yang membantu dalam pembiayaan

persalinan karena biaya dalam proses persalinan merupakan hal yang sulit

diduga, karena kehamilan, persalinan dapat mengalami komplikasi yang

membahayakan ibu maupun janin. Di Indonesia terdapat jaminan kesehatan

nasional yaitu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan yang

memberikan pelayanan mulai dari hamil sampai dengan masa nifas secara gratis.

Olehkarena itu, memiliki suatu jaminan kesehatan merupakan hal yang bijak

untuk penanggulangan biaya persalinan (BPJS Kesehatan, 2016)

Persiapan persalinan adalah sebuah rencana yang dibuat oleh ibu, suami

bersama tenaga kesehatan (bidan atau dokter) pada masa kehamilan. Hal ini

sangat berguna untuk kematangan dari sebuah rencana persalinan yang mencakup

tempat persalinan, perlengkapan ibu dan bayi, uang untuk biaya persalinan,

pendonor darah jika diperlukan, kendaraan yang akan membawa ibu ke tempat

persalinan, dan pengambil keputusan dalam proses persalinan (Sujiyatini, 2011)

Setiap kehamilan memiliki resiko untuk terjadi komplikasi. Komplikasi

yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian baik ibu maupun janin,

namun sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani jika dilakukan

dengan tindakan yang tepat dan cepat dengan menghindari 3 Terlambat yaitu

terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat mengambil keputusan dan

mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapat pelayanan. Olehkarena itu,

kematangan dalam persiapan persalinan sangat dibutuhkan (Kemenkes RI, 2015)

Salah satu kasus yang ditemui di Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman

pada tanggal 17 April 2017 pukul 11.00 WIB pada Ny. R G2P1A0H1 gravid 41-

2
42 minggu dengan oligohidramnion. Pasien merupakan rujukan dari puskesmas

atas indikasi gawat janin. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter di ruang poli

kebidanan, dinyatakan bahwa gawat janin yang dialami Ny. R disebabkan karena

oligohidramnion, olehkarena itu, pasien dianjurkan untuk dilakukan operasi

caesar pada siang hari ini karena keadaan ini bersifat emergensi. Ibu dan suami

terkejut mendengar penjelasan dari dokter dan meminta agar diusahakan untuk

persalinan normal dan pasien mengatakan tidak memiliki jaminan kesehatan baik

BPJS maupun jaminan kesehatan lainnya. Ibu dan suami meminta waktu sekitar 3

hari untuk berdiskusi dengan keluarga dalam mengambil keputusan ini.

Berdasarkan kasus diatas, penulis tertarik untuk melakukan analisis

persiapan persalinan pada ibu hamil Ny. R G2P1A0H1 gravid 41-42 minggu

dengan oligohidramnion di ruang poli kebidanan RSUD Pariaman

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana analisis persiapan persalinan pada ibu hamil Ny.R G2P1A0H1

gravid 41-42 minggu dengan oligohidramnion di ruang poli kebidanan RSUD

Pariaman tanggal 17 April 2017?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk menganalisis persiapan persalinan pada ibu hamil Ny.R G2P0A1H1

gravid 41-42 minggu dengan oligohidramnion di ruang poli kebidanan RSUD

Pariaman tanggal 17 April 2017

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persalinan

Peristiwa lahirnya bayi dari dalam rahim ibu. Lahirnya anak tidak akan

datang begitu saja tetapi memerlukan usaha. Persalinan atau melahirkan anak

adalah peristiwa yang sangat besar artinya, sebab sangat mendalam kesannya.

Betapa tidak, karena melahirkan berarti mengadakan yang sebelumnya belum

ada. Begitu pula dengan persalinan berarti melahiran anak yang telah lama di

tunggu kedatangannya (Hidayat, 2010)

Dengan uraian diatas maka diperlukan bimbingan atau bantuan terhadap ibu

untuk mencapai penerimaan diri dalam menghadapi persalinan. Sedangkan

persiapan yang dimaksud adalah segala usaha yang ditujukan untuk kesiapan ibu

dalam menghadapi persalinan (Hidayat, 2010)

2.2 Pengertian Persiapan Persalinan

Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang

cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusun dengan pengeluaran placenta dan

selaput janin dari tubuh ibu. (Sujiyatini et al, 2011).

Persiapan persalinan dan kelahiran merupakan suatu tahap dalam masa

persalinan, dimana semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkan

anaknya. Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat ibu, anggota

keluarganya dan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi

kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan

4
kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.

Persiapan persalinan adalah hal yang penting. Dengan lahirnya sikecil, maka

akan ada begitu banyak persiapan untuk menyambutnya. Persiapan untuk

menyambut kelahiran sang buah hati meliputi pakaian, popok, hingga aktifitas

anda dalam menyusui sang bayi (Ningsih dan Arifah, 2012).

Ibu hamil yang dalam waktu dekat akan menjalani proses persalinan

memang sebaiknya mengetahui hal-hal apa yang akan dihadapi. Hal ini lebih

kepada untuk mempersiapkan diri secara mental (psikologis), apalagi jika proses

persalinan nanti adalah pengalaman yang pertama. Sebuah survey membuktikan

bahwa ibu hamil yang mempersiapkan diri biasanya akan mengalami lebih

sedikit stress dan hasil persalinannya pun relatif lebih baik (Ningsih dan Arifah,

2011).

2.3 Tujuan Persiapan Persalinan

1. Membantu individu dan keluarganya membuat keputusan yang terinformasi

mengenai kehamilan, persalinan dan keorangtuaan

2. Perempuan dan keluarganya memerlukan pengetahuan tentang berbagai

komponen kehamilan yang sehat, proses persalinan dan strategi koping

untuk menghadapi tantangan keorangtuaan

(Nichols, F.H, dan Humenick, 2013)

5
2.4 Persiapan Ibu Menghadapi Persalinan

1. Persiapan Persalinan Secara Bio/Fisiologis

a. Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-

pergerakan bayi. Perut ibu semakin membesar, pergerakan ibu semakin

tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman.

b. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak c.

Kondisi otot panggul dan otot jalan lahir mengalami penekanan

c. Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan dan

kontraksi otot-otot dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut.

d. Kontraksi dari otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaruhi

oleh sistem syaraf simpati, parasimpatis dan syaraf lokal pada otot uterus

2. Persiapan Psikologis

a. Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis

belaka, akan tetapi banyak diwarnai dengan komponen psikologis

b. Ada perbedaan yang dialami ibu yang satu dengan yang lain

c. Pada minggu-minggu terakhir menjelang persalinan bayinya, ibu banyak

dipengaruhi oleh perasaan/emosi dan ketegangan

d. Ibu merasa cemas dapat lahir dengan lancar, sehat atau cacat e. Adanya

dukungan moral daripara suami dan calon ayah

e. Kesiapan mental untuk menghadapi proses persalinan dan meyakinkan

diri sebelum proses persiapan persalinan normal adalah suatu proses yang

alami dan terbaik

f. Ibu juga amat bahagia menyonsong kelahiran bayinya yang diidam-

idamkannya

6
g. Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut

terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati

h. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir

sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya berbeda

sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya kehamilan.

3. Persiapan Sosial

Segi sosial merupakan akar untuk tumbuh, dalam hal ini harus

dipersiapkan mengenai unsur apa yang harus dikenal dari lingkungan sosial, kondisi

ekonomi, taraf penghidupan dan kebudayaan yang berhubungan dengan calon

ibu yang akan melahirkan. Contoh

a. Malnutrisi akan membawa akibat bagi kehamilan, ibu maupun janin

b. Perumahan yang tidak memenuhi syarat, ini akan menimbulkan higiene

yang kurang

4. Persiapan Kutural

Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup yang

kurang baik terhadap kehamilan dan berusaha unutk mencegah akibat itu

(Sujiyatini, dkk, 2011)

2.5 Komponen Penting Persiapan Persalinan

1. Membuat rencana persalinan

a. Tempat persalinan

b. Memilih tenaga kesehatan terlatih

c. Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut

7
d. Bagaimana transportasi ke tempat persalinan

e. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara

mengumpulkan biaya tersebut

f. Siapa yang akan menjaga ibu jika keluarga tidak ada

2. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi

kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan tidak ada

Penting bagi bidan dan keluarga untuk mendiskusikan:

a. Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga

b. Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama

tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan

3. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan

a. Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit)

b. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi

kegawatdaruratan

c. Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial

Menurut Sujiyatiningsih (2011), untuk mengingat hal-hal penting dalam

mempersiapkan rujukan, maka singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan

yaitu

B (Bidan)

Pastikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong

persalinan yang kompeten untuk melaksanakan gawatdarurat obstetri dan

8
bayi baru lahir untuk dibawa kefasilitas rujukan.

A ( alat )

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan.

Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu

melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.

K ( keluarga )

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terahkir ibu dan bayi dan

mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan

tujuan rujukan merujukan ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami dan

anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi hingga ke

fasilitas rujukan.

S ( surat )

Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi

mengenai ibu dan bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan

hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan bayi

baru lahir. Sertakan juga patograf yang dipakai untuk membuat keputusan

klinik.

O ( obat )

Bawa obat-obatan esensia pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan.

9
Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama perjalanan.

K ( kendaraan )

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam

kondisi cukup nyaman. Selain itu pastikan kondisi kendaraan cukup baik

untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.

U ( uang )

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup

untuk membeli obat-obatan yang perlukan dan bahan-bahan yang

diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

D ( darah )

Siapkan orang yang akan menjadi pendonor darah jika transfusi diperlukan.

4. Membuat rencana/pola menabung

Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga

dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi

kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus, dimana ibu tidak mencari asuhan

atau tidak mendapat asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang

diperlukan

5. Mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan

(Sujiyatiningsih, 2011)

10
2.3 Penjaminan Persalinan

2.3.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan tidak hanya

membiayai peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) yang sakit saja, tetapi juga

peserta hamil sampai persalinan hingga masa nifas. Selain itu, JKN memberi

manfaat berupa pelayanan keluarga berencana (KB) yaitu konseling hingga

pemberian obat dan pemasangan alat kontrasepsi (BPJS Kesehatan, 2016)

Semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan selama sesuai prosedur san

sesuai dengan indikasi medis. Tetapi, perlu diketahui oleh peserta JKN atau

sekarang dikenal dengan JKN-KIS (Kartu Indonesia Sehat), bayi yang baru lahir

tidak termasuk dalam pembiayaan JKN ibunya. Bayi baru lahir harus sudah

terdaftar sebagai peserta JKN-KIS agar bisa mendapatkan manfaat JKN. Oleh

karena itu, ibu hamil (yang sudah menjadi peserta JKN-KIS) diminta

mendaftarkan bayinya sejak masih dalam kandungan paling cepat setelah

mendapatkan kepastian dokter bahwa janin sudah ada denyut jantungnya dan

paling lambat 14 hari sebelum perkiraan hari lahir (BPJS Kesehatan, 2016)

Kelengkapan administrasi perlu disiapkan untuk mendaftar JKN-KIS untuk

bayi sebelum kelahirannya adalah surat keterangan dokter/bidan jejaring JKN-KIS

yang menyatakan sudah ada denyut jantung pada janin, perkiraan usia janin dan

perkiraan hari lahir (BPJS Kesehatan, 2016)

11
2.3.2 Ketentuan Umum Pendaftaran JKN-KIS BPJS Kesehatan

Pendaftaran JKN-KIS BPJS Kesehatan harus seluruh keluarga dalam KK.

Anggota keluarga yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri atas suami/istri yang

sah serta anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah dari peserta. Anggota

keluarga dalam KK tidak wajib turut serta didaftarkan bila (didukung dengan

bukti dokumen):

1. Bukan keluarga inti (suami/istri dan anak)

2. Telah meninggal dunia

3. Telah terdaftar di BPJSK lewat jenis atau jalur kepesertaan lain

4. Telah bercerai

5. Telah memiliki KK sendiri

Pendaftaran JKN-KIS BPJS Kesehatan harus dilakukan oleh salah satu

dalam KK yang sudah memenuhi syarat melakukan perbuatan hukum. Dalam hal

hanya ada 1 nama dalam KK, dan berhalangan, dapat mewakilkan dengan surat

kuasa bermaterai. Syarat-syarat berhalangan:

1. Sakit, lanjut usia dan/atau memiliki keterbatasan fisik/cacat dengan surat

keterangan dokter

2. Berdomisili jauh dan berada pada daerah terpencil dengan akses terbatas

Tata cara pendaftaran JKN-KIS BPJS Kesehatan dengan cara memenuhi

syarat umum mengisi formulir Daftar Isiann Peserta (DIP):

1. Fotokopi KK dan KTP dengan data-data didalamnya

2. Alamat tinggal/domisili bila tidak ssuai KTP/KK

12
3. Alamat penagihan bila berbeda dengan alamat di KK/KTP

4. Besaran iuran yang dipilih (harus sama untuk seluruh keluarga dalam KK yang

didaftarkan)

5. Nomor rekening bagi yang memilih hak kelas II dan I (dalam bentuk halaman

pertama buku tabungan BNI, BRI dan Mandiri)

6. Alamat email bagi yang mendaftar secara online

7. Faskes primer yang dipilih

8. Pernyataan pembayaran iuran pertama paling cepat 14 hari setelah mendapat

VA, paling lambat 30 hari setelah mendapat VA dan selanjutnya selambat-

lambatnya tanggal 10 setiap bulannya

Jalur pendaftaran JKN-KIS BPJS Kesehatan yaitu :

1. Kantor BPJS Kesehatan (Cabang, layanan operasional atau unit lain)

2. Website BPJS Kesehatan

3. Bank atau pihak lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

2.3.3 Prosedur Layanan Persalinan

Ibu hamil (bumil) peserta JKN-KIS mendapatkan manfaat memeriksakan

kehamilannya di fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat I seperti Puskesmas, klinik,

dokter praktik mandiri yang memiliki sarana dan prasarana persalinan atai di

bidan yang sudah masuk dalam jejaring JKN-KIS (BPJS Kesehatan, 2016)

Pemeriksaan selama masa kehamilan dan masa nifas atau pasca melahirkan

sangatlah penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Dengan memantau

kesehatan kehamilan diharapkan dapat mencegah risiko kematian bayi dan

13
kematian ibu melahirkan. BPJS Kesehatan menanggung pemeriksaan kehamilan

sebelum melahirkan atau antenatal care (ANC) yaitu pada trimester 1 dilakukan 1

kali saat usia 1-12 minggu, Trimester 2, dilakukan 1 kali pada usia kehamilan 13-

28 minggu dan trimester 3, dilakukan 2 kali dimasa usia kehamilan 29-40 minggu

(BPJS Kesehatan, 2016)

Pada setiap pemeriksaan ANC, bidan akan memberi jadwal pemeriksaan

berikutnya. Jika peserta ingin memeriksakan kehamilannya lebih dari 4 kali, maka

selebihnya tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Jika kondisi kehamilan tidak

ada kelainan maka persalinan ditangani oleh Puskesmas atau Faskes Tingkat I

yang memiliki sarana dan prasarana bersalin atau pada bidan jejaring JKN-KIS.

Jika ada kelainan pada kehamilan atau ada penyulit, dan kondisi yang berisiko

tinggi, maka bumil akan dirujuk ke rumah sakit. BPJS Kesehatan akan

menanggung semua biaya persalinan di rumah sakit tersebu baik persalinan

normal ataupun harus melalui operasi caesar (BPJS Kesehatan, 2016)

Jika kehamilan ada kelainan secara indikasi medis, maka dokter atau bidan

akan merujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atau rumah sakit. Indikasi

medis itu antara lain karena posisi bayi sungsang, ari-ari atau plasenta menutupi

jalan lahir baik sebagian maupun seluruhnya, bayi dalam kandungan berat

badannya diatas 4 kg menjelang perkiraan hari lahir. Selain itu, bumil mengalami

perdarahan terlalu banyak yang mengancam keselamatan ibu dan bayi yang

dikandungnya. Bayi dalam kandungan mengalami fetal stress, kondisi ini

diketahui dari denyut jantung bayi yang melemah. Atau saat akan melahirkan ibu

14
mengalami kontraksi yang melemah dan terus semakin melemah dan bisa berhenti

(BPJS Kesehatan, 2016)

Kondisi lainnya yang perlu segera ditangani oleh rumah sakit adalah usia

kandungan sudah melewati hari perkiraan lahir dan sudah terjadi pengapuran pada

plasenta, air ketuban sudah habis tetapi belum ada kontraksi, plasenta atau ari-ari

terlepas lebih dahulu, tali plasenta melilit tubuh bayi yang terlalu banyak dan erat,

bayi dalam kandungan kembar lebih dari dua dan jarak opersi Caesar terlalu dekat

dengan persalinan sebelumnya (BPJS Kesehatan, 2016)

Di sejumlah daerah masih terdapat puskesmas yang tidak memiliki sarana

dan prasarana untuk persalinan normal dan tidak memiliki jejaring bidan. Dalam

kondisi seperti ini, bumil peserta JKN-KIS bisa dirujuk ke rumah sakit tanpa

melihat ada kelainan ataupun tidak pada kehamilannya (BPJS Kesehatan, 2016)

Pasca persalinan atau pada masa nifas, peserta JKN-KIS mendapatkan hak

pemeriksaan postnatal care (PNC) yaitu pemeriksaan kesehatan setelah

melahirkan sebanyak 3 kali. PNC pertama (nifas 1) dilakukan pada nol hari

hingga tujuh hari setelah melahirkan. PNC kedua (nifas 2) dilakukan pada 8

hingga 28 hari setelah melahirkan, dan PNC ketiga (nifas 3) dilakukan pada 29

hingga 42 hari setelah melahirkan (BPJS Kesehatan, 2016)

2.3.4 Pelayanan Kebidanan dan Persalinan Menurut Permenkes No. 71

Tahun 2013 & Permenkes No. 59 Tahun 2014

Pelayanan kebidanan dan neonatal

15
1. Pemeriksaan ANC (Minimal 4 kali pemeriksaan) yaitu 1 kali TM 1, 1 kali TM

2, 2 kali TM 3

2. Pemeriksaan PNC/neonatus. Paket minimal 3 kali kunjungan ibu dan 3 kali

kunjungan bayi

3. Pelayanan KB

a. Pasang atau cabut IUD/Implan

b. Suntik KB

c. Penanganan komplikasi KB

d. Pelayanan KB MOP/vasektomi

Pelayanan persalinan

1. Persalinan pervaginam normal

2. Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar

3. Pelayanan tindakan pasca persalinan di Puskesmas PONED

4. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal

5. Pertolongan neonatal dengan komplikasi

2.3.5 Syarat Penjaminan Persalinan

Persalinan merupakan benefit bagi peserta BPJS Kesehatan tanpa

pembatasan jumlah kehamilan/persalinan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan

tidak dibatasi oleh status kepesertaan (peserta/anak/tertanggung lain) ataupun

status pernikahan (menikah/tidak menikah). Syarat :

1. Pasien tersebut terdaftar sebagai peserta JKN

16
2. Kartu aktif

3. Mengikuti prosedur/ketentuan yang berlaku

(BPJS Kesehatan, 2016)

2.3.6 Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Besaran tarif persalinan di fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan

tarif paket termasuk akomodasi ibu/bayi dan perawatan bayi. Pasien tidak boleh

ditarik iur biaya. Pengajuan klaim persalinan di fasilitas kesehatan tingkat pertama

dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memberikan

pelayanan (Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter Praktik perorangan

dengan jejaring). Jejaring fasilitas kesehatan tingkat pertama berupa

polindes/poskesdes dan bidan desa/praktik mandiri mengajukan tagihan melalui

fasilitas kesehatan induknya, kecuali pada daerah tidak ada fasilitas kesehatan

tingkat pertama (ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Kesehatan setempat), maka

bidan desa/bidan praktik mandiri dapat menjadi fasilitas kesehatan tingkat

pertama yang bekerja sama langsung dengan BPJS Kesehatan dan mengajukan

langsung ke BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2016)

2.3.7 Rujukan Ibu Hamil

Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan:

1. Rujukan kegawatdaruratan

Rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena berhubungan dengan

kondisi kegawatdaruratan yang mendesak

17
2. Rujukan berencana

Rujukan yang dilakukan dengan persiapan persalinan yang lebih panjang

ketika keadaan umum ibu masih relatif baik

Rujukan harus dilakukan pada kondisi diluar kehamilan normal dengan

riwayat kehamilan sebelumnya (pada kehamilan saat ini tanpa disertai kondisi

penyulit lainnya), sebagai berikut:

1. Janin atau neonatus mati

2. Keguguran 3 kali

3. Bayi 2500 gram atau > 4000 gram

4. Hipertensi

5. Pembedahan pada organ reproduksi

6. Bekas tindakan section caesaria pada kehamilan sebelumnya

7. Bekas operasi ginekologi

Rujukan harus dilakukan pada kondisi diluar kehamilan normal dengan

kondisi kehamilan saat ini:

1. Kehamilan ganda

2. Usia ibu < 16 atau > 40 tahun

3. Rhesus (-)

4. Massa pelvis

5. Ibu penderita oenyakit jantung, ginjal, DM, malaria, HIV, Sifilis, TBC,

Anemia Berat, Hipertensi, Infeksi Saluran Kemih, Penyakit Kelamin,

Gangguan Kejiwaan, atau penyakit lainnya yang menurut dokter dapat

berisiko terhadap kehamilan saat ini

18
6. Suspek kehamilan ektopik

7. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol

8. Lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm

9. Tinggi badan < 145 cm

10. Kenaikan berat badan < 1 kg atau > 2 kg tiap bulan atau tidak sesuai IMT

11. TFU tidak sesuai usia kehamilan

12. Pertumbuhan janin terhambat

13. Malposisi.malpresentasi

14. Gambar USG Dopler abnormal

15. Perdarahan intrapartum yang tidak diketahui sebabnya

2.3.8 Pemeriksaan USG

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) yang direkomendasikan dalam asuhan

antenatal kehamilan yaitu:

1. Pada awal kehamilan (idealnya sebelum kehamilan 15 minggu) untuk

menentukan usia gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin serta

abnormalitas janin yang berat

2. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi normal janin

3. Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan

(BPJS Kesehatan, 2016)

2.3.9 Alur Pelayanan

19
2.3.9.1 Alur Pelayanan Secara Umum

Bagan 2.1 Alur Pelayanan Peserta JKN-KIS

Alur pelayanan peserta JKN-KIS, secara umum dibagi menjadi 2 tahap

yaitu:

1. Peserta JKN-KIS mengunjungi fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu

puskesmas/dokter keluarga/klinik pertama (di fasilitas kesehatan tempat

terdaftar). Pasien akan ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama, jika

kondisi pasien bisa ditangani, maka pasien akan diizinkan pulang, namun jika

ditemukan kelainan/kondisi yang tidak bisa ditangani di fasilitas kesehatan

tingkat pertama, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan. Pasien

datang ke fasilitas kesehatan lanjutan harus membawa surat rujukan, kartu

JKN-KIS dan kartu identitas (KTP/KK). Di fasilitas kesehatan lanjutan, pasien

akan diperiksa dan dilakukan tindakan medis sesuai kebutuhan, jika masalah

20
sudah tertangani, pasien akan diberi surat rujukan balik ke fasilitas kesehatan

tingkat pertama.

2. Peserta JKN-KIS bisa mengunjungi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (rumah

sakit, IGD) jika kondisi darurat atau pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat

pertama tutup disebabkan karena diluar jam kerja atau libur nasional. Pasien

akan diberikan tindakan medis sesuai kebutuhan di fasilitas kesehatan tingkat

lanjutan, jika kondisi kesehatan pasien sudah stabil dan masalah kesehatan

sudah tertangani, maka pasien diberi surat rujukan balik ke fasilitas kesehatan

tingkat pertama tempat pasien terdaftar

2.3.9.2 Prosedur Pelayanan Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas & Neonatal

Bagan 2.2 Prosedur Pelayanan Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas dan Neonatal
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

21
Peserta JKN-KIS (ibu hamil/ibu bersalin/ibu nifas/bayi baru lahir) berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cara membawa identitas peserta JKN-

KIS ke fasilitas kesehatan primer/fasilitas kesehatan tingkat pertama

(puskesmas/klinik/dokter keluarga) kemudian akan mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai kebutuhan

Bagan 2.3 Prosedur Pelayanan Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)

Pasien yang telah melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan tingkat

pertama, dan petugas kesehatan menyatakan terdapat komplikasi yang tidak bisa

ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka dokter akan memberikan

surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dengan cara membawa kartu

identitas dan surat rujukan. Jika kondisi pasien masih stabil dan tidak emergensi,

maka pasien datang ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan melalui poliklinik

obstetri & ginekologi, namun jika kondisi pasien emergensi, maka pasien

22
langsung ke Unit Gawat Darurat (UGD) agar mendapatkan penanganan dengan

cepat.

Berikut kriteria persalinan berdasarkan fasilitas kesehatannya yaitu :

1. Persalinan disertai dengan penyulit/SC di FKRTL

2. Persalinan normal disertai kondisi gawat darurat di FKRTL

3. Persalinan dengan tindakan emergency dasar (di FKTP status PONED)

4. Persalinan normal pervaginam di FKTP

2.3.9.3 Perawatan Bayi Baru Lahir

Lanjutan perawatan untuk bayi baru lahir untuk kasus BBLR dan atau bayi

tidak sehat (mempunyai masalah medis) di ruang rawat biasanya atau ruang rawat

khusu NICU/PICU, dijamin JKN. Mekanisme pendaftaran bayi dalam kandungan:

1. Calon bayi dapat didaftarkan sejak terdeteksi adanya denyut jantung,

dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau bidan jejaring

2. Surat keterangan dokter atau bidan tanpa ultrasonografi (USG)

3. Surat keterangan doter atau bidan jejaring memuat:

a. Nomor surat dan tanggal pemeriksaan

b. Deteksi adanya denyut jantung bayi dalam kandungan

c. Usia bayi dan kandungan, dan

d. Hari perkiraan lahir (HPL)

4. Peserta menyerahkan formulir daftar isian peserta (formulir DIP), kartu

identitas JKN-KIS ibu dan Kartu Keluarga (KK)

5. Peserta menandatangani pernyataan sebagai berikut:

23
a. Persetujuan untuk mematuhi syarat dan ketentuan yang berlaku

b. Melakukan pembayaran iuran pertama setelah bayi lahir hidup

c. Melakukan perubahan data bayi selambatnya 3(tiga) bulan setelah

kelahiran

d. Mengulang proses pendaftaran apabila belum melakukan pembayaran iuran

pertama sampai 30 (tiga puluh) hari kalender sejak HPL

6. Bayi berjak memperoleh jaminan pelayanan kesehatan sejak iuran pertama

dibayar

7. Apabila calon bayi tidak didaftarkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari

kalender sebelum dilahirkan, maka berlaku masa tunggu 14 (empat belas) hari

untuk pembayaran iuran pertama dan kartu akan aktif setelah iuran dibayarkan

Pelayanan imunisasi dasar mencakup yaitu imunisasi dasar lengkap 0-11

bulan (BCG 1 kali, DPT HB 3 kali, Polio 4 kali, Campak 1 kali). Imunisasi HB-0

bayi baru lahir menjadi satu paket dengan layanan persalinan (retriksi bukan untuk

bayi berat badan rendah)

24
BAB III

KAJIAN KASUS

Hari/Tanggal : Senin/ 17 April 2017

Waktu : 11.00 WIB

Tempat : Ruang Poli Kebidanan RSUD Pariaman

No MR : 11.91.42

3.1 Pengumpulan Data Dasar

DATA SUBJEKTIF

A. Identitas Diri

Data Ibu Data Suami

Nama : Ny R Nama : Tn R

Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kuli Bangunan

Alamat : Batang Tapakis Alamat : Batang Tapakis

B. Alasan Datang ke Poli Kebidanan

Ibu Ny R datang ke poli kebidanan RSUD Pariaman, merupakan rujukan

dari puskesmas atas indikasi gawat janin

25
C. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : 04-07-2016

b. TP : 11-04-2017

c. ANC : teratur dilakukan dengan bidan di puskesmas

d. Gerakan janin : sudah dirasakan sejak usia kehamilan 20 minggu

D. Riwayat Penyakit yang Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti batuk

menahun, penyakit kuning; dan tidak pernah menderita penyait menahun

seperti jantung, asma, hipertensi, dll.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular

ataupun penyakit menahun

F. Riwayat Kehamilan, Persalinan yang Lalu

1. Anak Pertama

Anak pertama lahir pada tahun 2014, jenis kelamin laki-laki, lahir normal

di puskesmas, BB lahir 3100 gram.

2. Anak Kedua (Kehamilan ini)

26
G. Riwayat Psikososial

Ibu khawatir dengan keadaan janinnya

H. Riwayat Pemenuhan Nutrisi, Hidrasi, Eliminasi dan Istirahat

Ibu terakhir kali makan pagi tadi pukul 08.45 WIB dengan porsi 1 piring

lontong, BAB terakhir 1 hari yang lalu, BAK terakhir pukul 07.00 WIB, dan

ibu istirahat tadi malam lebih kurang 5 jam

DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum

a. KU : Baik

b. Kesadaran : CMC

c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 86 x/menit

e. Pernafasan : 27 x/menit

f. Tinggi Badan : 156 cm

g. Berat Badan : 67 kg

h. Lila : 26 cm

B. Pemeriksaan Fisik

a. Muka : tidak oedeme, pucat, tidak ada cloasma gravidarum

b. Mata : konjunctiva anemis, sclera tidak ikterik

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

27
d. Dada : payudara simetris, putting susu menonjol

e. Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas operasi,

terdapat linia, striae

f. Ekstremitas : tidak ada oedeme

C. Pemeriksaan Kebidanan

a. Palpasi Uterus

TFU pusat-px, presentasi kepala, punggung janin sebelah kiri, bagian

bawah sebagian sudah masuk PAP, tidak ada kontraksi, TFU 34 cm

b. Auskultasi

Frekuensi 172 x/menit, tidak teratur, intensitas kuat, kuadran kiri bawah

abdomen ibu

D. Pemeriksaan Penunjang

USG : usia kehamilan 38-39 minggu, TBBJ: 3450 gram, BPD: 9,52, AC:

33,58, FL: 7,47 dengan oligohidramnion

3.2 Assesment

Diagnosa

Ibu G2P1A0H1 gravid 41-42 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak

kepala, pu-ki, KU ibu baik, KU janin tidak baik dengan oligohidramnion

28
Masalah

1. Ibu tidak siap dengan proses persalinan SC yang dianjurkan oleh dokter

2. Ibu tidak mempunyai jaminan kesehatan untuk proses persalinannya

3. Ibu dan suami kesulitan dalam mengambil keputusan

Kebutuhan

1. Jelaskan kepada ibu bahwa kondisi janin dalam keadaan gawat karena

cairan ketuban tinggal sedikit dan bayi harus dilahirkan dengan cara

operasi sesar

2. Jelaskan kepada ibu dan suami bahwa keselamatan ibu dan bayi adalah

target utama kita

3. Jelaskan kepada ibu dan suami bahwa keputusan harus segera diambil

demi keselamatan ibu dan bayi. Ibu dan suami harus tegas dan bijak

dalam mengambil keputusan

3.3 Rencana Asuhan

1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami

2. Jelaskan kepada ibu dan suami mengenai tindakan persalinan yang harus

dilakukan

3. Jelaskan kepada ibu dan suami kemungkinan resiko yang akan terjadi jika

tidak segera dilakukan operasi caesar

29
4. Ajak ibu dan suami untuk menjadi pengambil keputusan yang bijak

dengan memikirkan keselamatan ibu dan bayinya

5. Berikan dukungan psikologis kepada ibu dan suami

6. Berikan informed consent atas keputusan yang diambil oleh ibu dan

suami

7. Kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn mengenai tindakan yang akan

dilakukan

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Ibu Ny.R G2P1A0H1 gravid 41-42 minggu datang ke poli kebidanan RSUD

Pariaman, merupakan rujukan puskesmas atas indikasi gawat janin. Ibu datang

bersama suami. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, dinyatakan bahwa gawat

janin disebabkan karena cairan ketuban yang sudah sedikit (oligohidramnion).

Oleh karena itu, ibu dianjurkan untuk dilakukan tindakan operasi caesar sesegera

mungkin demi keselamatan janin. Dokter menganjurkan agar ibu langsung

dirawat dan dilakukan operasi pada hari ini.

Ibu dan suami terkejut mendengarkan penjelasan dokter dan meminta

tenggang waktu selama 3 hari untuk memikirkan hal ini agar bisa dipersiapkan

segala sesuatunya dan dapat dimusyawarahkan dengan keluarga. Ibu mengatakan

bahwa tidak pernah terlintas dalam pikirannya akan bersalin dengan cara operasi

caesar, karena persalinan anak pertamanya berjalan lancar secara normal. Ibu

mengaku belum siap dengan proses operasi yang harus dijalaninya, selain itu ibu

belum menyiapkan pengasuh untuk anak pertamanya yang masih berusia 2,5

tahun, jika ibu harus dilakukan operasi caesar.

Ketidaksiapan ibu dan suami selain disebabkan oleh belum siap secara

psikologis, ibu dan suami juga menyatakan bahwa mereka belum siap secara

finansial karena mereka hanya mempersiapkan dana untuk biaya persalinan

normal dan tidak mempunyai jaminan kesehatan. Ibu dan suami menanyakan

31
kepada dokter, apakah bisa operasi dilakukan setelah dilakukan pengurusan

jaminan kesehatan BPJS.

Dokter mengatakan bahwa tindakan operasi caesar harus dilakukan sesegera

mungkin karena denyut jantung janin sudah tidak beraturan (janin dalam keadaan

gawat) dan cairan ketuban tinggal sedikit. Jika tidak dilakukan operasi caesar

dengan segera, dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi si janin. Dokter

bersama tenaga kesehatan lainnya mengatakan bahwa jaminan kesehatan bisa

digunakan 14 hari setelah pengurusannya selesai, sedangkan ibu memerlukan

tindakan operasi caesar hari ini sesegera mungkin demi keselamatan bayi.

Ibu dan suami mengatakan masih belum siap dan berjanji akan datang

kembali ke rumah sakit besok untuk memastikan tindakan medis yang akan

dijalani ibu karena ibu harus membicarakan hal ini dengan kakak laki-laki dan

orangtuanya agar dapat mengambil keputusan dengan matang. Dokter telah

menjelaskan bahwa dalam hal ini pengambil keputusan yang bijak adalah ibu

bersama suami karena ini menyangkut keselamatan ibu dan bayi mereka, namun

ibu dan suami tetap menyatakan bahwa hal ini harus mereka musyawarahkan

dirumah bersama keluarga besar. Dokter bersama petugas kesehatan lainnya telah

menjelaskan kepada ibu dan suami mengenai berbagai kemungkinan resiko yang

akan terjadi jika tindakan operasi caesar tidak segera dilakukan. Ibu dan suami

menyatakan telah paham dengan penjelasan tersebut. Dokter bersama petugas

kesehatan lainnya mengatakan bahwa jika ibu menolak untuk dilakukan operasi

sesar hari ini, dan jika terjadi segala sesuatu yang tidak diinginkan mengenai

kondisi ibu dan janin, maka hal tersebut diluar tanggungjawab petugas kesehatan

32
RSUD Pariaman. Ibu dan suami menyatakan bersedia untuk menandatangani

informed consent penolakan tindakan operasi caesar.

Setelah informed consent ditulis oleh dokter, ketika ibu dan suami dimintai

tanda tangan, mereka meminta waktu untuk menelpon pihak keluarga besar dari si

ibu untuk meminta pendapat agar bisa diputuskan hari ini untuk tindakan medis

selanjutnya. Ibu mengatakan sebenarnya khawatir dengan kondisi bayinya, namun

ibu tidak mempunyai persiapan biaya untuk operasi. Dokter dan petugas

kesehatan mengizinkan ibu dan suami untuk menelpon pihak keluarga. Setelah ibu

dan suami menelpon keluarga, atas persetujuan keluarga, ibu dan suaminya

bersedia untuk dirawat hari ini dan dilakukan tindakan operasi

Berdasarkan kasus diatas dapat dinyatakan bahwa ibu tidak siap dalam

menghadapi persalinan. Menurut Sujiyatiningsih (2011), ada beberapa komponen

penting dalam persiapan persalinan yaitu membuat rencana persalinan, membuat

rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan,

mempersiapkan sistem transportasi, persiapan biaya dan mempersiapkan langkah-

langkah yang diperlukan untuk persalinan.

Berdasarkan kasus pada Ny.R, ketidakmatangan persiapan persalinan

terdapat pada membuat rencana pengambilan keputusan, persiapan biaya dan

membuat langkah-langkah yang diperlukan untuk persalinan.

Ibu Ny.R dan suami tidak bisa mengambil keputusan secara cepat, tegas dan

bijaksana. Mereka harus menunggu dan menginformasikan kepada keluarga besar,

sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara itu, belum tentu

keluarga yang dihubungi paham dengan kondisi pasien (Ny.R dan bayinya).

33
Banyaknya anggota keluarga yang dimintai pendapat, terkadang membuat pasien

bingung dan akhirnya bisa menyebabkan keterlambatan dalam pengambilan

keputusan. Seharusnya suami yang bertanggungjawab terhadap istri dan anaknya

secara tegas mampu mengambil keputusan demi keselamatan istri dan calon bayi

mereka. Pada kasus ini, pasien menghubungi keluarga melalui telepon, dan

keputusan bisa diambil setelah pembicaraan dengan keluarga lebih kurang 45

menit. Olehkarena itu, diperlukan konseling yang berkualitas selama kehamilan

kepada ibu dan suami, bahwa harus ada seseorang yang menjadi pengambil

keputusan dalam keadaan gawat darurat agar ibu mendapatkan tindakan medis

secepatnya. Sangat dianjurkan pengambil keputusan itu adalah ibu bersama suami,

karena suamilah yang bertanggungjawab terhadap istrinya dan suamilah orang

yang paling dekat dan tahu keadaan ibu.

Kekhawatiran ibu dengan biaya operasi yang harus dijalaninya merupakan

salah satu penyebab dalam persiapan persalinan yang tidak matang. Ibu dan suami

harus memikirkan kemungkinan terburuk untuk biaya persalinan, karena

komplikasi dalam kehamilan bisa saja terjadi tanpa mengenal waktu. Selain itu,

bidan harus memberikan konseling kepada ibu mengenai persiapan biaya ini dan

juga memberikan informasi kepada ibu dan suami bahwa sekarang sudah tersedia

jaminan kesehatan nasional yang bisa digunakan oleh semua warga indonesia,

sehingga ibu dan suami tidak perlu khawatir dengan pembiayaan persalinan jika

telah menjadi anggota dari JKN-KIS BPJS Kesehatan. Bidan harus menawarkan

jaminan kesehatan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap warga Indonesia terutama

34
ibu hamil karena ibu hamil berisiko untuk terjadinya komplikasi kehamilan dan

membutuhkan dana untuk biaya persalinan.

Proses pengurusan JKN-KIS BPJS Kesehatan harus dilakukan jauh sebelum

perkiraan tanggal lahir karena kartu JKN-KIS BPJS Kesehatan baru bisa

digunakan 14 hari setelah pengurusan. Olehkarena itu, bidan dan tenaga kesehatan

lainnya harus memberikan informasi tersebut kepada semua pasien agar pasien

tidak lalai dalam pengurusan JKN-KIS BPJS Kesehatan. Seyogyanya setiap

warga dijamin kesehatannya dengan cara mendaftar sebagai peserta JKN-KIS

BPJS Kesehatan.

Persiapan persalinan tidak hanya terkait persiapan ibu dan calon bayi. Ibu

merupakan seseorang yang mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah

keluarga harus mendiskusikan dengan suami bagaimana solusi untuk anak-

anaknya ketika si ibu akan menjalani proses persalinan. Hal tersebut harus

dipikirkan beberapa waktu sebelum hari perkiraan lahir sehingga ketika si ibu

diharuskan meninggalkan rumah untuk proses persalinan, ia bisa fokus dengan

persalinannya. Hal ini tidak dipersiapkan oleh Ny.R dan suami, karena mereka

meminta waktu untuk ditunda operasi sesar karena ingin mencari solusi dengan

siapa anak pertamanya akan ditinggalkan dirumah ketika si ibu akan menjalani

proses persalinan di rumah sakit.

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh pasangan

suami istri. Persiapan yang matang dalam proses persalinan merupakan hal yang

bijak demi kesejahteraan ibu dan bayi. Banyak suami istri yang fokus dengan

persiapan kelengkapan ibu dan bayi saja seperti pakaian ibu, pakaian bayi ketika

35
proses persalinan, sementara ada beberapa poin yang harus disiapkan agar proses

persalinan berjalan dengan lancar. Hal yang sering terlupakan oleh pasangan

suami istri dalam mempersiapkan persalinan adalah pengambil keputusan jika

terjadi kegawatdaruratan sehingga tidak menunggu lama untuk memutuskan

persetujuan suatu tindakan medis, jaminan kesehatan dalam proses persalinan,

transportasi jika terjadi kegawatdaruratan, dan hal-hal lain yang perlu disiapkan

ketika ibu meninggalkan rumah untuk proses persalinan. Oleh karena itu bidan

perlu memberikan konseling yang lengkap mengenai persiapan persalinan agar

proses persalinan dapat berjalan dengan optimal

36
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian analisis persiapan persalinan pada ibu Ny.R gravid 41-

42 minggu dengan oligohidramnion di ruang poli kebidanan RSUD Pariaman,

dapat disimpulkan bahwa persiapan persalinan ibu kurang optimal

5.2 Saran

5.2.1 Saran Praktis

Sebaiknya disediakan media yang bisa dibaca oleh ibu, suami dan keluarga

mengenai poin-poin penting dalam persiapan persalinan. Tenaga kesehatan bisa

menggunakan media tersebut dalam konseling dan mengatakan bahwa ibu, suami

dan keluarga harus memahami poin-poin dalam persiapan persalinan sehingga

tidak terjadi kelalaian bagi dari ibu maupun dari petugas kesehatan

5.2.2 Saran Akademis

Penulis selanjutnya disarankan untuk melakukan pengkajian kasus tentang

media yang paling efektif digunakan dalam konseling persiapan persalinan

37
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan, 2016. Ini Strategi Kepatuhan dan Pemantapan Layanan.


Jakarta: BPJS Kesehatan
Gulay Y, Sahin, Agapinar, S. 2014. Comparison Of Public Midwives Practices
During The Preparation Of The Labor And The Birth With Practices State In
Modern And Ancient Medicine Resource. 103(13): 20-31
Hidayat, A. 2010. Psikologi Dalam Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Manuaba, 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
Nichols, F.H. & Humenick, S.S. (2000). Childbirth Education: practice research
and theory. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Company
Ningsih & Arifah, 2012. 9 Bulan yang Sangat Menakjubkan. Yogyakarta:
Penerbit Buku Biru
Sofie, R. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika Aditama
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sunaryo, 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai