Anda di halaman 1dari 2

.......................................................

Semua terasa sangat asing. Setelah 3 tahun aku tak mengunjungi tempat ini. Sejujurnya tak
ada yang benar-benar berubah. Buku-buku lama yang sering kami baca dulu masih ada di
tempatnya. Meja langganan kami pun tak berubah posisinya. Bedanya sekarang sudah semakin
banyak buku-buku terbaru dan buku-buku best seller disini.

3 tahun aku tak mengunjungi pustaka ini, tapi tetap saja, tak ada 1 detik kenangan pun yang
aku lupakan disini. Gadis kutu buku itu. Dasar nerd. Kemana gadis bodoh itu sekarang? Bukankah
dia yang dulu bersikeras menyuruhku datang pada hari ulang tahunnya yang ke 18 ini? Dan
bukankah dia selalu berjanji sepanjang tahun 2015 akan hal ini? Lalu kemana gadis bodoh itu
sekarang?

"Okazaki, hei, kau Okazaki kan? Jangan melamun nak, tak baik." Ku dengar suara alto pelan
milik BuSof penjaga pustaka itu. Sudah sekian tahun sejak kami pertama ke tempat ini, tapi petugas
pustakanya tak juga berganti.

Air mata mengalir di pelupuk mata kiri ku. Segera ku hapus, agar tak terlihat oleh BuSof.
"Sudah lama sekali kau tidak kesini nak. Mana temanmu si kutu buku itu.?" Tanya BuSof akrab.

Aku menggeleng pelan. Tanganku bergetar. "Hum" BuSof bergumam, sembari melanjutkan,
"Tampaknya cita-citanya masuk STAN tercapai juga." Ungkap BuSof mamastikan. Aku menggeleng
pelan. Air mata ku berlinang lagi. Segera lagi ku hapus. Ku pastikan jika ini terlihat oleh si kutu buku
nan nerd itu, dia akan menertawai ku, memanggil ku hufflepuff dan menayakan tentang kepastian
alat kelamin ku.

Tak peduli apa yang akan diungkapkannya, aku hanya ingin dia disini sekarang. Menepati
janjinya, di ulang tahunnya yang ke 18 ini. Akupun tak mengerti kenapa dia terlalu mencintai angka
18. Yang penting, aku tak butuh traktiran lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku butuh dia.
Hanya dia!

"Okazaki, kau ini tidak berubah sedikit pun ya. Jangan melamun lagi nak. Jadi kemana si
kutu buku mu itu? BuSof kalian ini merindukannya. Pustaka sepi semenjak kalian pergi 3 tahun
lalu."

Aku terkekeh pelan. Apa sebegitu sedikitnya, para kutu buku kota yang 'katanya'
metropolitan ini?

"Baiklah jika kamu tak mau membertitahu dimana gadis nerd itu. BuSof tau, kamu hanya
bisa berbicara dengan gadis nerd mu itu. Yah, semoga saja dia kembali mengunjungi pustaka ini
secepatnya." Aku hanya tersenyum kecil, BuSof pun begitu. Lalu berlalu.

Bukannya aku tak ingin berbagi kisah tentang gadis nerd itu. Hanya saja aku belum siap. Aku
belum siap untuk memberitahu semua orang bahwa gadis itu telah pergi. Benar-benar pergi. Aku
berani bertaruh apapun untuk itu. 'Kau takkan pernah menemuinya lagi.' Ya, dia telah wafat.
Siapa yang membunuhnya? Kau kah?

Bukan, tentu saja bukan aku yang membunuhnya. 'Bagaimana mungkin aku
membunuhnya? Sedang aku untuknya.'

12.37. 'Cukup untuk hari ini, Okazaki.' Pikirku lalu berlalu. Tentunya aku berpamitan pada
BuSof seperti biasa. I mean seperti saat gadis bodoh itu masih bersamaku. Memasukkan tanganku
ke dalam sakuku dengan ransel yang tersadang hanya di sebelah kanan. Lalu tersenyum kecil tanda
berpamitan, dan pergi.

Menyakitkan melakukannya sendiri. Mungkin aku masih bisa mendengar suara gadis bodoh
itu. 'BuSof, Oly pulang dulu ya BuSof yaa... Oly pulang bareng Okaaz... Arigato BuSoof... Jumpe lagi
neee?'. Tapi tak nyata. Sama sekali dan sedikitpun tak nyata. Yang aku dengar hanya suara bayangan
masa lalu.

Aku terus berjalan makin jauh meninggalkan pustaka bersejarah itu. Hingga tanpa disadari,
aku sampai di tempat ini.

Taman bunga tulip.

Tempat terakhir yang kami kunjungi sebelum semuanya berakhir. 3 tahun lalu kami
mengunjunginya bersama. Dan sekarang, 27 November 2018, aku mengunjunginya lagi. Tempat
yang sama dengan situasi yang berbeda. 'Tak ada lagi gadis bodoh nan nerd itu disisiku kini.'

Aku menyesal, kenapa aku harus lalai dalam menjaga kesehatan ku saat itu. Aku menyesal,
kenapa aku harus tak ada pada masa-masa tersulit dalam hidupnya. Bukan tak ada, tapi tak bisa.
Tak bisa hadir. Aku menyesal, bagaimana mungkin aku sempat mengabaikannya? Sedang aku tahu
dia tak bisa tanpa aku.

Dan aku menyesal, kenapa pada akhirnya dia mengambil jalan tengah. Bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai