Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah suatu proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan, menyusun
dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut
Perencanaan dapat dirumuskan sebagai penentuan serangkaian tindakan untuk
mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Tetapi secara lebih detail perencanaan dirumuskan
sebagai penetapan atau penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas pertanyaanpertanyaan berikut : apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut harus dicapai, dimana hal
itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab dan
bagaimana pelaksanaannya.
Perencanaan didasari oleh pilihan rasional dan melibatkan penilaian tentang
kemungkinan. Proses perencanaan menterjemahkan asesmen ke dalam pernyataan tujuan
yang menggambarkan hasil yang diinginkan. Perencanaan merupakan sebuah jembatan
antara asesmen dan aktivitas yang difokuskan untuk mencapai tujuan perubahan. Seringkali
hal ini terlihat sebagai suatu bagian dari proses asesmen.
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian seluruh
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis memahami tentang membuat
1.2.2

perencanaan dan pengorganisasian pelayanan kebidanan


Tujuan Khusus
a. Memahami tentang perencanaan
b. Memahami tentang pengorganisasian
c. Memahami tentang perencanaan dan pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2

2.1. Perencanaan
2.1.1. Definisi Perencanaan
Perencanaan (Planning) adalah fungsi manajemen yang harus bisa
menjawab rumus 5W+1H. What (apa) yang akan dilakukan, why (mengapa) harus
melakukan apa, when (kapan) melakukan apa, where (dimana) melakukan apa, who
(siapa) yang melakukan apa, how (bagaimana) cara melakukan apa (Syafrudi, 2011)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan unutk mencapainya. Rencana
merupakan suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu tujuan dengan
mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia. Perencanaan
adalah suatu proses penyusunan rencana yang menggambarkan keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu melalui suatu kegiatan dengan mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber yang tersedia (Mubarak, 2009).
Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah digariskan mencakup kegiatan
pengambilan keputusan (Ulfayani, 2012).
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa
luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan,

merumuskan

masalah-masalah

kesehatan

di

masyarakat,

menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut.
Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting

dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi


manajemen lainnya.
Dapat ditarik kesimpulan:
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisa dan pemahaman system dengan
baik
b. Perencanaan pada hakiaktnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari
depan yang lebih baik
2.1.2. Manfaat Perencanaan (Syafrudin, 2011)
a. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan dan cara
mencapainya
b. Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan
c. Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya
d. Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai
2.1.3. Jenis Perencanaan (Syafrudin, 2011)
a. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana (Syafrudin, 2011)
1. Rencana jangka panjang (long term planning) yang berlaku antara 10-25
tahun
2. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara
antara 5-7 tahun
3. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya berlaku hanya
untuk 1 tahun
b. Dilihat dari tingkatannnya (Syafrudin, 2011)
1. Rencana induk (master plan), lebih menitik beratkan uraian kebijakan
organisasi
2. Rencana operasional (operational planning), lebih menitik beratkan pada
pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program
3. Rencana harian (day to day planning), rencana harian yang bersifat rutin
c. Dilihat dari lingkupnya (Syafrudin, 2011)
1. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan
tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama
2. Rencana taktis (tactical planning), rencana yang berisi uraian yang bersifat
jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatan, asalkan tujuannya
tidak berubah
3. Rencana menyeluruh (comprehensive planning), rencana yang mengandung
uraian secara menyeluruh dan lengkap

4. Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana yang mengandung


uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain
diluar kesehatan
2.1.4. Proses Perencanaan
a. Analisa situasi
1. Metode SWOT
Dilakukan dengan pendekatan SWOT; strength, weakneeses, opportunity,
treath (Syafrudin, 2011):
Kekuatan yang dimiliki (Strength), berbagai kelebihan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan
akan berperanan besart tidak hanya dalam memperlancar berbagi
kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi, tetapi juga dalam mencapai

tujuan yang dimiliki organisasi.


Kesempatan (Opportunity), peluang yang bersifat positif yang dihadapi
oleh suatu oraganisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar

peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.


Kelemahan (Weaknesses), berbagai kekurangan yang bersifat khas yang
dimiliki suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperanan
besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang

dimiliki organisasi
Ancaman (Threat), kendala yang bersifat negatifyang dihadapi oleh suatu
organisas, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam

mencapai tujuan organisasi.


2. Analisa situasi dengan menggunakan diagram fishbone.
Pengertian Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya
seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau
Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas
dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita
ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama
ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005,
p. 247).
5

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah


dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan.
Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan
akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly
disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana
terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan (Purba, 2008, para. 16).
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial
dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui
sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori
yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur,
kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab

yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.


Manfaat Diagram Fishbone
Diagram Fishbone dapat digunakan

untuk

menganalisis

permasalahan baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat


banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini
dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut
antara lain:
a) Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan
utama.

Penggunaan

Diagram

dalam

tim/organisasi

untuk

menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam


menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.
b) Memudahkan
permasalahan

dalam

mengilustrasikan

tim/organisasi.

Diagram

gambaran
Fishbone

singkat
dapat

mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim


akan mudah menangkap permasalahan utama.
c) Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah.
Dengan menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan
memberikan sumbang saran mengenai penyebab munculnya
masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk
menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan
6

dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang


dominan.
d) Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi.
Setelah ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk
menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari
anggota tim.
e) Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone
akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat
dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah
ditentukan.
f) Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan
masalah. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram
Fishbone yang telah dibuat.
g) Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan
menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone


Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan
waktu sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang
kira-kira mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah
satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat yang
perlu disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau
spidol. Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Menyepakati pernyataan masalah.
Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement).
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai effect, atau

secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan.


Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah
paling kanan, misal: Bahaya Potensial Pembersihan Kabut
Oli.

Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan


masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke
arah kotak (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Pembuatan Fishbone Diagram Menyepakati


Pernyataan Masalah
b) Mengidentifikasi kategori-kategori

Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi


cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah
yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause, atau
secara visual dalam fishbone seperti tulang ikan.

Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian


rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini
antara lain:
o Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri
manufaktur:

Machine (mesin atau teknologi),

Method (metode atau proses),

Material (termasuk raw material, consumption, dan


informasi),

Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind


Power (pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),

Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan

Milieu / Mother Nature (lingkungan).

o Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

Product (produk/jasa),

Price (harga),

Place (tempat),

Promotion (promosi atau hiburan),

People (orang),

Process (proses),

Physical Evidence (bukti fisik), dan

Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).

o Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

Surroundings (lingkungan),

Suppliers (pemasok),

Systems (sistem),

Skills (keterampilan), dan

Safety (keselamatan).

Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan


kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan.
Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori.
Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.

CAKUPA
N D/S

Gambar 2. Pembuatan Fishbone Diagram Mengidentifikasi


Kategori-Kategori
c) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan


melalui sesi brainstorming.

Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana


sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu
tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus
ditempatkan, misal: Mengapa bahaya potensial? Penyebab:
Karyawan tidak mengikuti prosedur! Karena penyebabnya
karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah Man.

Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak


tulang kecil keluar dari garis diagonal.

Pertanyakan kembali Mengapa sebab itu muncul? sehingga


tulang lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi,
10

misal: Mengapa karyawan disebut tidak mengikuti prosedur?


Jawab: karena tidak memakai APD (lihat Gambar 3).

Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut


berhubungan dengan beberapa kategori.

Gambar 3. Pembuatan Fishbone Diagram Menemukan SebabSebab Potensial


d) Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin

Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin


di antara semua sebab-sebab dan sub-subnya.

Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori,
kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.

Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang


tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , Mengapa ini
sebabnya?

11

Pertanyaan Mengapa? akan membantu kita sampai pada sebab


pokok dari permasalahan teridentifikasi.

Tanyakan Mengapa ? sampai saat pertanyaan itu tidak bisa


dijawab lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah
terindentifikasi.

Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada


fishbone diagram (lihat Gambar 4).

Gambar
4. Pembuatan Fishbone Diagram Melingkari Sebab yang Paling Mungkin
Jika masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa
meninggalkan fishbone diagram di dinding selama beberapa hari untuk
membiarkan ide menetas dan membiarkan orang yang lalu lalang turut
berkontribusi. Jika fishbone diagram terlihat timpang atau sempit, kita bisa
mengatur ulang fishbone diagram dengan kategori sebab utama yang
berbeda. Kunci sukses fishbone diagram adalah terus bertanya Mengapa?,
lihatlah diagram dan carilah pola tanpa banyak bicara, dan libatkan orangorang di grass root yang terkait dengan masalah karena biasanya mereka
lebih mengerti permasalahan di lapangan.
12

b. Identifikasi masalah
7 langkah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan adalah (Syafrudin,
2011):
1. Apa masalah kesehatan yang sedang dihadapi?
2. Apa faktor-faktor penyebabnya?
3. Kapan kesalahan itu timbul?
4. Siapa kelompok masyarakat yang paling banyak menderita?
5. Dimana kejadian yang paling banyak ?
6. Apa kemungkinan dampak yang muncul, bila masalah kesehatan tersebut
tak tertangani?
7. Apa upaya program untuk mengatasi masalah tersebut?
Sumber masalahnya sendiri bisa diperoleh dari berbagai cara antara lain
(Syafrudin, 2011):
1. Laporan-laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada
2. Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
3. Survey kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan
4. Hasil kunjungan lapangan supervise, dan sebagainya
c. Menetapkan prioritas masalah
Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni (Syafrudin,
2011):
1. Melalui teknik skoring, yakni memberikan nilai (skor) terhadap masalah
tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara lain:
Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masyarakat tersebut
(severity)
Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need)
Keuntungan sosial yang diperoleh bila maslaah tersebut diatasi (social
benefit)
Teknologi yang tersedia dalam menyelesaikan masalah (technical
feasibility)
Sumber daya yang tersedia dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availability), termasuk tenaga kesehatan
2. Melalui teknik non scoring (Syafrudin, 2011)
Dengan melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu disebut juga
nominal group technique (NGT). Ada 2 NGT yaitu:
Dekan: oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama
13

Delbeq Tecnique: menetapkan prioritas dengan melakukan diskusi


kelompok dengan orang yang berbeda keahlian
d. Menetapkan tujuan program
Suatu tujuan operasional suatu manajemen harus mengandung unsur
(Syafrudin, 2011):
What: kegiatan apa yang akan dikerjakan harus jelas
Who: sasarannya harus jelas, siapa yang akan mengerjakan, berapa yang
ingin dicapai
When: kejelasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan
How: prosedur kerjanya jelas dan harus sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan
Why: mengapa kegaitan itu harus dikerjakan dengan penjelasan yang jelas
Where: kapan dan dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas
Jika perlu ditambah which: siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut
(lintas sektor maupun lintas program yang terkait)
e. Menetapkan rencana kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya
kegiatan mencakup tiga tahap pokok yaitu (Syafrudin, 2011):
Kegiatan pada tahap persiapan yaitu: kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya rapat-rapat koordinasi,
perizinan dan sebagainya
Kegiatan pada tahap pelaksanaan yaitu: kegiatan pokok program yang
bersangkutan
Kegiatan pada tahap penilaian yaitu: kegiatan untuk mengevaluasi seluruh
kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut (Syafrudin, 2011)

2.2. Pengorganisasian (Organizing)


2.2.1. Definisi
a. Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan
untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan (Syafrudin, 2011)

14

b. Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah personel yang dimiliki untuk


memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan
mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya (Syafrudin,
2011)
c. Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara rasional berbagai kegiatan
dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama, melalui
pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjenjangannya secara
bertanggung jawab (Syafrudin, 2011)
d. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka untuk mencapai tujuan organisasi (Syafrudin, 2011)
e. Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada di dalam institusi
tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana tersebut
dapat berjalan dengan baik yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai
(Syafrudin, 2011)
2.2.2. Unsur-unsur pokok pengorganisasian
a. Hal yang diorganisasikan ada dua macam (Syafrudin, 2011):
1. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan yang ada
dalam rencana sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu, secara
keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
2. Tenaga pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur
organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga
pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada tanggung jawabnya
b. Proses pengorganisasian
Proses yang dimaksudkan adalah yang menyangkut pelaksanaan, langkahlangkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang
akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan
pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannnya (Syafrudin, 2011)
c. Hasil pengorganisasian

15

Adalah terbentuknya suatu wadah (entity), yang pada dasarnya merupakan


perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut (Syafrudin, 2011).
2.2.3. Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat
mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan
organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang
dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
(Dewi, 2013)
2.2.4. Tahapan dalam pengorganisasian (Dewi, 2013)
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang (Dewi, 2013)
2.3. Perencanaan d
2.4. alam manajemen pelayanan kebidanan
2.3.1. Definisi
Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari
berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk
mencapai tujuan (Billy E. Goetz).
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan,
dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses
manajemen kebidanan
2.3.2. Langkah-langkah manajemen kebidanan (Syafrudin, 2011)
a. Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah identifikasi dan
analisis masalah. Didalam langkah pertama ini bidan sebagai tenaga profesional
tidak dibenarkan untuk menduga-duga masalah yang terdapat pada pasien atau
kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data/fakta dari pasien/klien,
keluarga, maupun anggota tim kesehatan lainnya, dan juga dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri (Syafrudin, 2011).
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis data/fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses
16

berpikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan
perumusan yang salah yang diderita oleh pasien/klien (Syafrudin, 2011).
1. Pengumpulan data/input
Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif termasuk biodata,
dan data objektif dari pasien atau klien (Syafrudin, 2011).
a) Data subjektif
Informasi yang termasuk dalam biodata adalah mencakup nama, umur,
tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan. Selain itu
informasi lainnya dalam bentu keluhan-keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasin/klien (anamnesa) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (aloanamnesa) pada waktu
mengumpulkan data subjektif, bidan harus (Syafrudin, 2011).:
1) Mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan
pasien/klien atau orang lain yang diwawancarai
2) Lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama
pasien/klien dan yang mencemaskan
3) Berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat bermakna dalam
kaitan dengan masalah pasien/klien
b) Data objektif
Meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium-laboratorium sederhana. Pada
pemeriksaan fisik bidan secara sistematis melakukan pemeriksaan
(pandang), palpasi (penekanan dan perabaan dengan tangan), perkusi
(petok) dan auskultasi (mendengarkan suara di dalam rongga tubuh
dengan stetoskop), sesuai dengan kebutuhan. Secara khusus bidan
melakukan periksa dalam (pervaginam). Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan oleh bidan mencakup pemeriksaan hemoglobin, kadar glukosa
dan protein di dalam urin, dan tes kehamilan. Pada waktu pengumpulan
data objektif bidan harus (Syafrudin, 2011).:
1) Mengamati ekspresi dan perilaku pasien/klien
2) Mengamati perubahan/kelainan fisik, pasien/klien
3) Perhatikan aspek sosial budaya pasien/klien
4) Menggunakan teknik pemeriksaan yang tepat dan benar
5) Melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan
pasien/klien
2. Pengolahan data (proses)

17

Pengolahan data pada umumnya dilakukan di dalam kegiatan pelayanan


kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Pengolahan data disesuaikan
dengan kebutuhan. Kegiatan pengolahan mencakup menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta
(Syafrudin, 2011).
3. Analisis
Bidan melakukan analisis berdasarkan urutan sebagai berikut (Syafrudin,
2011):
a) Mencari hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya untuk
mencari sebab dan akibat
b) Menentukan masalah dan apa masalah utamanya
c) Menentukan penyebab utamanya
d) Menentukan tingkat resiko masalah
Hasil analisis merupakan langkah awal dari penentuan perumusan masalah
untuk menetapkan diagnose kebidanan.
b. Diagnosa kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan
merumuskan ke dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah,
penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud
mencakup masalah potensial dan prognosa. Hasil dari perumusan masalah
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnose
kebidanan.

Dalam

menentukan

diagnosa

kebidanan,

pengetahuan

keprofesionalan bidan diperlukan (Syafrudin, 2011).


Diagnosa kebidanan mencakup (Syafrudin, 2011).:
1. Kondisi pasien/klien yang terkait dengan masalah
2. Masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat risiko)
3. Masalah potensial
4. Prognosa
Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam
upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien/klien. Masalah
potensial dalam kaitannya dengan diagnose kebidanan adalah masalah yang
mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan
hidup pasien/klien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera diantisipasi,
dicegah dan diawasi dan segera dipersiapkan tindakan mengatasinya (Syafrudin,
2011).
c. Perencanaan
18

Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan


oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah
pasien/klien. Didalam kegiatan rencana kegiatan yang disusun, termasuk
rencana evaluasi. Berdasarkan dengan hal tersebut diatas maka langkah
penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut (Syafrudin, 2011).:
1. Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Di dalam tujuan tersebut dikemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2. Menentukan langkah-langkah tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan
yang akan dicapai
Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara
mandiri, kegiatan kolaborasi atau rujukan. Kegiatan kolaborasi adalah
kegiatan yang dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
3. Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan
Di dalam rencana kegiatan ditentukan juga kriteria evaluasi dan
keberhasilan tindakan (outcome/output). Kriteria evaluasi dan hasil tindakan
perlu ditentukan untuk mengukur keberhasilan dari pelaksanaan asuhan
yang dilakukan. Bila kegiatan asuhan mengikuti kriteria dan mencapai hasil
yang telah ditetapkan, maka masalah telah dapat diatasi dan bila terjadi
kesenjangan atau ketidaksesuaian maka bidan harus kembali ke langkah
pertama. Perencanaan yang disusun oleh bidan haruslah komprehensif
mencakup penanganan keseluruhan masalah termasuk masalah potensialnya
(Syafrudin, 2011).
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan dalam proses manajemen kebidanan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Bidan melakukan secara mandiri pada
pelaksanaan penanganan kasus-kasus yang didalamnya memerlukan tindakan
diluar kewenangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan,
dengan intervensi yang dilakukan kepada pasien. Selama melakukan intervensi,
bidan mengawasi dan memonitor kemajuan kesehatan pasien. Dilaksanakan
diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas
(Syafrudin, 2011).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Jadi tujuan evaluasi didalam manajemen kebidanan adalah untuk mengetahui

19

sejuah mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan. Evaluasi tidak


hanya dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan tindakan.
Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan langkahlangkah manajemen kebidanan lainnya. Hasil evaluasi merupakan langkah awal
dari langkah identifikasi dan analisis masalah selanjutnya bila diperlukan
(Syafrudin, 2011).
2.3.3. Unsur-unsur dalam perencanaan pelayanan kebidanan
a. Input
Merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas
yang meliputi (Syafrudin, 2011):
1. Man: tenaga yang dimanfaatkan. Contoh: staf atau bidan yang kompeten
2. Money: anggaran yang dibutuhkan atau dana untuk program
3. Material: bahan atau materi (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan
4. Metode: cara yang dipergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
5. Minute/time: jangka waktu pelaksanaan kegiatan program
6. Market: pasar dan pemasaran atau sarana program
b. Proses
Memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Meliputi manajemen
operasional dan manajemen asuhan (Syafrudin, 2011):
1. Perencanaan (P1)
2. Pengorganisasian (P2)
3. Penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian (P3)
c. Out-put
Cakupan kegiatan program (Syafrudin, 2011):
1. Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima layanan kebidanan
(numerator), dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran program kebidanan. (Denominator)
2. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
kebidanan (Mulai dari KIE, Asuhan Kebidanan, dsb).
Contoh: Untuk BPS: Out-putnya adalah:
Kesejahteraan ibu dan janin
Kepuasan pelanggan
Kepuasan bidan sebagai provider

d. Effect

20

Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang diukur dengan


peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang ada
disekitarnya (Posyandu, BPS, Puskesmas, dsb) yang tersedia (Syafrudin, 2011).
e. Out-come (Impact)
Dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu program,
perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan masyarakat
(Syafrudin, 2011).
2.3.4. Metode penilaian dan kriteria keberhasilan
Metode penilaian yang sebaik-baiknya berdasarkan data meliputi metode
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data serta interpretasi data yang
akan dipergunakan. Kriteria keberhasilan dikelompokkan dalam 3 macam
(Syafrudin, 2011).:
a. Kriteria keberhasilan unsur masukan yakni yang menunjuk pada terpenuhinya
unsur masukan. Misalnya tersedianya tenaga, dana dan sarana sesuai dengan
rencana
b. Kriteria keberhasilan unsur proses yakni yang menunjuk pada terlaksananya
unsur proses misalnya terselenggaranya penyuluhan kesehatan sesuai dengan
rencana atau terselenggaranya pertemuan dengan masyarakat sesuai dengan
rencana
c. Kriteria keberhasilan unsur keluaran yakni yang menunjuk pada tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan misalnya berhasil menurunkan angka komplikasi
sesaui dengan target yang telah ditetapkan (Syafrudin, 2011).
2.3.5. Menetapkan prioritas maslalah
Langkah-langkah yang sering dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran
pemecahan masalah (problem solving cycle). Adapun yang dimaksud dengan
masalah disini adalah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa
yang semestinya (what should be). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
dapat menetapkan prioritas masalah yaitu (Syafrudin, 2011).:
a. Melakukan pengumpulan data
Adapun yang dimaksud dengan data disini adalah hasil dari suatu pengukuran
dan atau pun pengamatan. Agar data yang dikumpulkan dapat menghasilkan
kesimpulan tentang prioritas masalah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
(Syafrudin, 2011).:
1. Jenis data
Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas 3 macam yaitu:

21

a) Data yang menunjuk status kesehatan penduduk seperti angka kematian


(umum, bayi, ibu, dan penyakit tertentu), angka harapan hidup rata-rata,
angka penyakit dan sebagainya.
b) Data yang menunjuk keadaan kesehatan lingkungan pemukiman seperti
persentase penduduk yang mempunyai sumber air bersih, mempunyai
jamban, mempunyai tempat sampah, mempunyai rumah sehat dan lain
sebagainya
c) Data yang menunjuk keadaan fasilitas dan pelayanan kesehatan seperti
rasio penduduk/sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedik,
jumlah kunjungan, luas cakupan, jumlah dan pemakaian tempat tidur
dan lain sebagainya (Syafrudin, 2011).
2. Sumber data
Ada 3 sumber data yaitu: sumber data primer (contohnya: hasil pemeriksaan
atau wawancara secara langsung dengan masyarakat), sumber data sekunder
(contohnya: laporan bulanan puskesmas dan kantor kecamatan), sumber data
tersier (contohnya hasil publikasi badan-badan resmi seperti kantor statistik,
dinas kesehatan dan kantor kabupaten) (Syafrudin, 2011).
3. Jumlah responden
Jika kemampuan tersedia dengan cukup, kumpulkan data dengan lengkap
dalam arti mencakup seluruh penduduk. Dalam praktek sehari-hari,
pengumpulan data secara total sulit dilakukan dan lazimnya diambil data
dari sebagian penduduk saja (Syafrudin, 2011).
4. Cara mengambil sampel
Jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara
pengambilan sampel. Ada 4 cara pengambilan sampel yang dikenal yaitu
cara simple random sampling, sistematik random sampling, stratified
random sampling dan kluster random sampling (Syafrudin, 2011).
5. Cara mengumpulkan data
Ada 4 macam yaitu: wawancara, pemeriksaan, pengamatan (observasi),
serta peran serta (partisipasi) (Syafrudin, 2011).
b. Melakukan pengolahan data
Yang dimaksud dengan pengolahan data disini adalah menyusun data yang
tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara
pengolahan data secara umum dibedakan 3 macam yaitu secara manual,
mekanikal dan elektrikal (Syafrudin, 2011).
22

c. Melakukan penyajian data


Menyajikan data yang telah diolah, ada 3 macam yaitu secara tekstular, tabular
dan grafikal (Syafrudin, 2011).
d. Memilih prioritas masalah
Hasil penyajian data menampilkan berbagai masalah dan berbagai masalah
tersebut tidak perlu diselesaikan karena pertama, antar masalah mungkin
terdapat keterkaitan sehingga yang dilakukan hanya menyelesaikan masalah
pokok saja. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki organisasi selalu bersifat
terbatas. Dalam keadaan seperti ini lanjutkan kegiatan dengan memilih prioritas
masalah. Cara yang dianjurkan adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam
bentuk matrik yang dikenal dengan teknik kriteria matrik (criteria matrix
technique) (Syafrudin, 2011).

23

2.5. Contoh kasus


Perencanaan dan Pengorganisasian Penanggulangan Masalah Kebidanan di RW 06
Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
A. Profil RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
1. Keadaan Umum Geografi
a. Lokasi
RW
Nama Kelurahan
Kecamatan
Kota

: 06
: Anduring
: Kuranji
: Padang

b. Data Geografis
1) Luas Daerah
2) Lokasi Daerah
3) Batas Daerah Wilayah
Utara
Selatan
Barat
Timur

: 1,74 Km
: RW 06
: RW 05
: RW 04
: RW 02
: RW 03

4) Jumlah Penduduk
5) Jumlah Keluarga
6) Sarana dan Prasana
Sarana

: 1492 jiwa
: 317 KK
: Roda empat
Roda dua
Sepeda
: Masjid

Prasarana

2. Struktur Organisasi Pemerintahan


Struktur Organisasi Rw 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
KETUA
RW
SEKRETA
RIS
BENDAHA
RA
Sei
Rohani

Sei KLH

Sei
Yanmas

Sei
Kesra

Sei
Kamtib

Sei PKK
24

KETUA
KETUA
02
01
3.RTLokasi
dan RT
Waktu

KETUA
RT 03

KETUA
RT 04

KETUA
RT 05

KETUA
RT 06

a. Lokasi
Lokasi pelaksanaan Praktek Kebidanan Komunitas, adalah di Kelurahan
Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
b. Waktu
Waktu Pelaksaan Praktek Kebidanan Komunitas adalah pada tanggal 12
Februari s/d 28 Februari 2016

B. REKAPITULASI RESPONDEN
Tabel 1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di RW 06
Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
No

Kelompok

Jenis Kelamin

Umur

Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0-1 Tahun
2-3 Tahun
4-5 Tahun
6-10 Tahun
11-15 Tahun
16-20 Tahun
21-25 Tahun
26-30 Tahun
31-35 Tahun
36-40 Tahun

1
1
2
1
2
3
-

3,23
3,23
6,45
3,23
6,45
9,68
-

2
3
1
2
1
1
2
2

6,45
9,68
3,23
6,45
3,23
3,23
6,45
6,45

3
4
3
3
1
3
5
2

9,68
12,91
9,68
9,68
3,23
9,68
16,13
6,45
25

11
12
13
14

41-45 Tahun
46-50 Tahun
51-55 Tahun
56-60 Tahun

1
1
1

3,23
3,23
3,23

2
1

6,45
3,23

1
2
1
2

3,23
6,45
3,23
6,46

15

>60 Tahun

3,23

3,23

Total

14

45,19

17

54,81

31

100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin adalah usia 31-35 tahun sebanyak
5 orang (16,13%), terdiri dari 3 jiwa (9,68%) berjenis kelamin laki-laki dan 2
jiwa (6,45%) berjenis kelamin perempuan dan minoritasnya pada usia 21-25
tahun sebanyak 1 jiwa (3,23%) berjenis kelamin perempuan dan usia >60 tahun
sebanyak 1 jiwa berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama
Di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Analisa Data:
No

Jumlah

Agama

Frekuensi
%
1
Islam
9
100
2
Kristen Protestan
3
Kristen Katolik
4
Budha
5
Hindu
6
Kong Hu Tzhu
Total
9
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi penduduk berdasarkan agama dari 9 KK ialah penduduk
yang beragama islam sebanyak 9 KK (100%).

Tabel 3
26

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa


di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Analisa Data:
Jumlah
No
Suku Bangsa
Frekuensi
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jawa
7
77,78
Batak Toba
Batak Karo
1
11,11
Nias
Padang
Melayu
Kalimantan
Simalungun
Mandailing
1
11,11
Tiong Hoa
Aceh
India
Lain-lain
Total
9
100
Berdasarkan tabel di atas mayoritas penduduk adalah suku jawa sebanyak 7 KK (77,78%), dan
minoritas penduduk suku Batak Karo sebanyak 1 jiwa (11,11%) dan suku Mandailing
sebanyak 1 KK (11,11%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang

No
1
2
3
4
5
6
7

Jumlah

Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
SD
SMP
SMU
PT
Baca Tulis
Buta Huruf
Total

Frekuensi
8
9
5
8
1
31

%
25,81
29,03
16,13
25,81
3,22
100

27

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas,diketahui bahwa dari 31 jiwa
mayoritas tingkat pendidikan masyarakat adalah SD dengan jumlah 9 jiwa
(29,03%) dan minoritas belum sekolah dan SMU sebanyak 8 jiwa (25,81%).

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Pekerjaan di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang

No
1
2
3
4
5
6
7

Pekerjaan
ABRI
PNS
Buruh
Pegawai Swata
Petani
Wiraswata
Tidak tetap
Total

Jumlah
Frekuensi
2
6
1
9

%
22,22
66,67
11,11
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas,diketahui bahwa dari 9 KK ,
mayoritas pekerjaan penduduknya adalah Wiraswasta dengan jumlah 6 KK
(66,67%) dan minoritasnya adalah tidak tetap dengan jumlah 1 KK (11,11%).

28

Tabel 6
Distribusi Anggota Keluarga yang Pernah Menderita Sakit di RW 06 Kelurahan
Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang

No

Jumlah

Jenis Penyakit

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

TBC
Hepatitis
Penyakit Jantung
DM
Hipertensi
Anemia
Influenza
Sakit Pinggang
Reumatik
Febris
Diare
Asam Urat
Total

Frekuensi
2
5
7

%
28,57
71,43
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi berdasarkan penduduknya yang
menderita sakit adalah asam urat sebanyak 5 jiwa (71,43%) dan minoritasnya
menderita hipertensi sebanyak 2 jiwa (28,57%).

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Peran Serta PUS Menjadi Akseptor KB
di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Peran Serta
Akseptor
Non Akseptor
Total

Jumlah
Frekuensi
4
2
6

%
66,67
33,33
100

Analisa Data:
29

Berdasarkan dapat ditabel distribusi frekuensi diketahui bahwa mayoritas PUS


menggunakan akseptor KB sebanyak 4 jiwa (66,67%) dan minoritas non
akseptor KB sebanyak 2 jiwa (33,33%).

Tabel 8
Distribusi Frekuensi PUS Menjadi Akseptor KB Berdasarkan Jenis
Alat Kontrasepsi di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Jenis Alat Kontrasepsi
PIL
Kondom
Suntik
Pantang Berkala
Coitus Interuptus
IUD
MOW / MOP
Implan
MAL
Total

Jumlah
Frekuensi
2
1
1
4

%
50
25
25
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
akseptor KB adalah PIL sebanyak 2 jiwa (50%) dan minoritas akseptor KB
adalah IUD dan implant sebanyak 1 jiwa (25%).

30

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Alasan PUS Tidak Aktif Menjadi Akseptor KB
di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Alasan
Takut
Dilarang
Tidak Cocok
Menyusui
Ingin Punya Anak
Kurang Informasi
Mengkonsumsi Jamu
Total

Jumlah
Frekuensi
2
2

%
100
42,86
100 %

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa mayoritas PUS
tidak aktif menjadi akseptor KB adalah karena ingin punya anak sebanyak 2
jiwa (100%).

.
Tabel 10
Distribusi Balita Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di RW 06 Kelurahan
Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Kelompok
Umur

Jenis Kelamin

Jumlah
31

0 12 bulan
13 24 bulan
25 36 bulan
37 48 bulan
49 60 bulan
Total

F
1
1

%
33,33
33,33

F
2
2

%
66,67
66,67

F
2
1
3

%
66,67
33,33
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diketahui bahwa mayoritas balita
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah balita berusia 13-24
bulan sebanyak 2 jiwa (66,67%) dengan jenis kelamin perempuan dan balita
berusia 25-36 bulan sebanyak 1 jiwa (33,33%) dengan jenis kelamin laki-laki.

Tabel 11
Distribusi Balita yang Mendapatkan Imunisasi Dasar di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Pemberian Imunisasi
Dasar
Ya
Tidak
Total

Jumlah
Frekuensi

2
1
3

66,67
33,33
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas mayoritas balita yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap adalah sebanyak 2 jiwa (66,67%) dan minoritas yang tidak diberikan
imunisasi dasar secara lengkap adalah sebanyak 1 jiwa (33,33%).
Tabel 12
Distribus Alasan Balita Tidak Mendapatkan Imunisasi di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
32

Alasan

Jumlah
Frekuensi
1
1

%
100
100

Takut anak demam


Kurang Informasi
Tidak ada waktu
Tidak ada dana
Dilarang suami
Total
Analisi Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan alasan balita tidak
mendapatkan imunisasi dasar karena dilarang oleh suami sebanyak 1 jiwa (100%).
Tabel 13
Distribusi Balita Menurut Kelengkapan Imunisasi di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Kelengkapan Imunisasi
Lengkap
Tidak Lengkap
Belum Pernah
Total

Jumlah
Frekuensi
2
1
3

%
66,67
33,33
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas balita yang menerima
imunisasi lengkap sebanyak 2 jiwa (66,67%) dan minoritas yang mendapatkan
imunisasi tidak lengkap sebanyak 1 jiwa (33,33%).
Tabel 14
Distribusi Bayi dan Balita yang Dilakukan Penimbangan Berat Badan di RW 06
Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Penimbangan
Teratur
Tidak Teratur
Tidak Sama Sekali
Total

Jumlah
Frekuensi
3
3

%
100
100

Analisa Data:

33

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa mayoritas bayi


dan balita yang melakukan penimbangan berat badan secara tidak teratur adalah
sebanyak 3 jiwa (100%).
Tabel 15
Distribusi Alasan Bayi dan Balita Tidak Dilakukan Penimbangan di RW 06 Kelurahan
Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Penimbangan
Informasi yang kurang
Fasilitas Kesh.yang jauh
Tidak sempat
Takut
Malas
Total

Jumlah
Frekuensi
3
3

%
100
100

Analisis Data :
Berdasarkan tabel alasan bayi dan balita tidak dilakukan penimbangan berat
badan secara teratur karena alasan malas sebanyak 3 jiwa (100%).

Tabel 16
Distribusi Frekuensi Status Gizi Bayi / Balita Menurut KMS di RW 06 Kelurahan
Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Kelompok
Umur

Status Gizi
Jumlah
Jumlah
34

0-12 bulan
13-24 bulan
25-36 bulan
37-48 bulan
49-60 bulan
Total

Buruk
F
%
-

F
2
2

Sedang
%
66,67
66,67

Baik
F
1
1

%
33,33
33,33

F
3
3

%
100
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa status gizi usia
bayi/balita menurut KMS mayoritas berstatus gizi sedang sebanyak 2 jiwa
(66,67%) dan minoritasnya berstatus gizi baik sebanyak 1 jiwa (33,33%).

Tabel 17
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Menarche di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Usia Menarche
<10 Tahun
10 20 Tahun
>20 Tahun
Total

Jumlah
F
2
1
3

%
66,67
33,33
100

Analisa Data:
Berdasarkan data dari tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa
mayoritas usia menarche terjadi pada saat usia 10-20 tahun yaitu sebanyak 2
jiwa (66,67%) dan minoritasnya pada usia >20 tahun sebanyak 1 jiwa
(33,33%).

35

Tabel 18
Distribusi WUS Berdasarkan Status Pernikahan di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Kelompok Umur

Status Pernikahan
Jumlah

Juml
ah

Belum
Menikah
F
%
2
20
1
10
3
30

Menikah
f
1
1
1
2
1
6

%
10
10
10
20
10
60

Janda
f
1
1

%
10
10

F
2
1
1
2
2
2
10

%
20
10
10
20
20
20
100

15 20 Tahun
21 25 Tahun
26 30 Tahun
31 35 Tahun
36 40 Tahun
41 45 Tahun
46 50 Tahun
Total
Analisa Data:
Berdasarkan tabel di atas mayoritas WUS berdasarkan status pernikahan
sebanyak 2 jiwa (20%) pada usia 36-40 tahun dengan status sudah menikah dan
pada usia 15-20 tahun dengan status beum menikah. Minoritasnya pada usia
21-25 tahun dengan status sudah menikah, usia 26-30 tahun dengan status
sudah menikah, usia 31-35 tahun dengan status belum menikah dan sudah
menikah, usia 46-50 dengan status sudah menikah dan janda sebanyak 1 jiwa
(10%)

36

Tabel 19
Distribusi Wanita Menurut Usia Menopouse di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan
Kuranji, Kota Padang
Usia Menopouse

Jumlah
Frekuensi

<40 Tahun
41 45 Tahun
46 50 Tahun
1
50
51 55 Tahun
>55 Tahun
1
50
Total
2
100
Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi wanita menurut usia menopause sebanyak 1 jiwa
(50%) pada usia 46-50 tahun dan usia >55 tahun.

Tabel 20
Distribusi Wanita Berdasarkan Keluhan Menopouse di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
No

Keluhan

1
2
3
4
5
6

Haid Tidak Teratur


Susah Tidur
Dispareumia
Har Fluses
Fluor Albus
Tidak Ada Keluhan
Total

Jumlah
F
1
1
2

%
50
50
100

37

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa wanita
berdasarkan keluhan menopause sebanyak 1 jiwa (50%) dengan keluhan hiad
tidak teratur dan 1 jiwa (50%) dengan mengatakan tidak ada keluhan.

Tabel 21
Distribusi Kesehatan Lingkungan Jenis Rumah di RW 06 Kelurahan Anduring,
Kecamatan Kuranji, Kota Padang
No

Jenis Rumah

1
2
3

Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen
Total

Jumlah
Frekuensi
5
4
9

%
55,56
44,44
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi kesehatan lingkungan dan jenis rumah adalah jenis
rumah permanen sebanyak 5 KK (55,56%) dan jenis rumah semi permanen
sebanyak 4 KK (44,44%).
Tabel 22
Distribusi Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Sumber Penerangan di RW 06
Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Analisa
No
1
2

Sumber
Penerangan
PLN
Non PLN
Total

Data:

Jumlah
Frekuensi
9
9

%
100
100
38

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kesehatan lingkungan


berdasarkan sumber penerangan dr 9 KK semuanya menggunakan PLN
(100%).
Tabel 23
Distribusi Kesehatan Lingkungan Keluarga Berdasarkan Dari Hasil Sumber Air Bersih
di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang

No

Sumbe Air Bersih

1
2

PAM
Sumur
Total

Jumlah
F
9
0

%
100
100

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dari 9 KK dapat diketahui bahwa seluruh masyarakat
menggunakan sebagai sumur sumber air bersih yaitu sebanyak 9 KK (100%).
Tabel 24
Distribusi Kesehatan Lingkungan Keluarga Berdasarkan Pekan Tempat Pembuangan
Air Limbah di RW 06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang

No
1
2
3

Tempat Pembuangan
Limbah
SPAL
Non SPAL
Sembarangan
Total

Jumlah
f
9
9

%
100
100

Analisa Data:
Berdasarkan data dari tabel distribusi frekuensi dapat diketahui bahwa seluruh
masyarakat tidak menggunakan Sistem Pembuangan Air Limbah atau Non
SPAL lebih besar sebanyak 9 KK (100 % ).
Tabel 25
Distribusi Kesehatan Lingkungan Keluarga Berdasarkan Tempat Pembuangan di RW
06 Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
No
1
2
3
4

Tempat Pembuangan
Sampah
Di bakar
Di tanam
Di angkat
Sembarangan
Total

Jumlah
Frekuensi
9
9

%
100
100

39

Analisa Data:
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diketahui seluruh masyarakat tempat
pembuangan sampahnya yaitu dengan di di bakar sebanyak 9 KK (100%).
Tabel 26
Distribusi Kesehatan Lingkungan Keluarga Berdasarkan Pembuangan Tinja di RW 06
Kelurahan Anduring, Kecamatan Kuranji, Kota Padang
No

Pembuangan Tinja

Jumlah

Frekuensi
%
Septik tank
9
100
Cemplung Tutup
Cemplung Terbuka
Sungai
Total
9
100
Analisa Data:
Berdasarkan dari tabel distribusi frekuensi dari 9 KK dapat diketahui bahwa
1
2
3
4

seluruh masyarakat menggunkaan sepsi tank untuk pembuangan tinja yaitu


sebanyak 9 KK (100 %).
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Jumlah KK
: 9 KK
Jumlah Masyarakat
: 31 jiwa
Jumlah Penduduk Laki-laki : 14 jiwa
Jumlah Penduduk Perempuan : 17 jiwa
Jumlah Bayi
:Jumlah Balita
: 3 jiwa
Jumlah WUS
: 10 jiwa
Jumlah PUS
: 6 jiwa
Jumlah Akseptor KB
: 4 jiwa
Jumlah menopause
: 2 jiwa

40

1.

Rumusan Masalah dan Analisa Masalah


Rumusan Masalah
: Bayi/Balita tidak mendapat imunisasi dasar lengkap.
Masalah
: Ibu dilarang oleh suaminya membawa anaknya imunisasi.
Analisa Masalah
:

Data Subyektif

untuk membawa ananknya imunisasi.


Data Obyektif
: Berdasarkan tabel distribusi frekuensi

: Ibu mengatakan dilarang suaminya

balita menurut kelengkapan imunisasi dapat diketahui bahwa


dari 3 jiwa balita di Dusun Simpang Pekan terdapat balita
yang tidak mendapat imunisasi lengkap sebanyak 1 jiwa
(33,33%).
2.

Rumusan Masalah

: Ibu menopause yang mengeluh susah tidur dan haid tidak

teratur.
Masalah
Analisis Masalah

: Kurangnya pengetahuan ibu tentang gejala-gejala menopause.


:

Data Subyektif

: Ibu mengatakan haid tidak

teratur.
Data Obyektif

Berdasarkan

tabel

distribusi

frekuensi keluhan wanita menopause di Dusun Simpang


Pekan dapat diketahui dari 2 jiwa terdapat 1 jiwa mengeluh
haid tidak teratur (50%) dan 1 jiwa tidak ada keluhan.
3. Rumusan Masalah

Bayi/Balita

tidak

dilakukan

Malasah

penimbangan berat badan secara teratur.


: Kurangnya pengetahuan ibu tentang penimbangan berat badan

Analisa Masalah

secara teratur kepada bayi dan balitanya.


:
41

Data Subyektif :

penimbangan berat badan secara teratur.


Data Obyektif : Berdasarkan tabel distribusi bayi/balita

Ibu

mengatakan

tidak

melakukan

yang dilakukan penimbangan berat badan dapat diketahui


bahwa dari 3 jiwa balita di Dusun Simpang Pekan terdapat
balita yang tidak dilakukan penimbangan berat badan
secara teratur sebanyak 3 jiwa (100%).

C. DIAGNOSA DAN PRIORITAS MASALAH KEBIDANAN KOMUNITAS


3.3 Skala Prioritas
1. Ibu dilarang oleh suaminya membawa anaknya imunisasi.
No

Kriteria Masalah

Perhitunga

Skor

1.

Sifat Masalah

n
2/3x1

2/3

Pembenaran
Ancaman kesehatan,
karena anak yang tidak
mendapat imunisasi
42

akan mudah terkena


2.

Kemungkinan

1/2x2

suatu penyakit tertentu


Hanya sebagian dapat

masalah dapat

diubah, dengan

diubah

memberitahuan kepada
keluarga manfaat
pemberian imunisasi
serta dampak yang

3.

Potensi masalah

2/3x1

ditimbulkan
Cukup dengan

2/3

dapat dicegah

memberitahukan
kepada orang tua balita
tentang pentingnya

4.

Menonjolnya

2/2x1

pemberian imunisasi
Masalah yang harus

masalah
Total

segera ditangani
3 1/3

2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gejala-gejala menopause


No

Kriteria Masalah

Perhitunga

Skor

1.

Sifat Masalah

n
1/3x3

Pembenaran
Tidak mengurangi derajat
kesehatan, karena tidak
berpengaruh terhadap

2.

3.

Kemungkinan

2/2x2

kondisi kesehatan ibu


Dengan mudah dapat

masalah dapat

diubah, karena cukup diberi

diubah

penyuluhan tentang

Potensi masalah

menopause
Dengan memberitahukan

3/3x1

43

dapat dicegah
4.

Menonjolnya

kepada ibu tentang gejala0/2x1

masalah
Total

gejala menopause
Masalah tidak dirasakan

0
4

3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang penimbangan berat badan secara teratur kepada
bayi dan balitanya.
No
1.

Kriteria Masalah

Perhitunga

Skor

Sifat Masalah

n
2/3x1

2/3

Pembenaran
Ancaman kesehatan,
karena bayi dan balita
yang tidak melakukan
penimbangan berat badan
secara teratur dan tidak
mengetahui batas normal
perkembangan berat

2.

Kemungkinan

2/2x2

badan si anak
Dengan mudah dapat

masalah dapat

diubah, karena cukup

diubah

diberikan penyuluhan
tentang pentingnya
dilakukan penimbangan

3.

Potensi masalah

3/3x1

berat badan secara teratur


Dengan memberitahukan
44

dapat dicegah

keuntungan dilakukan
penimbangan berat badan

4.

Menonjolnya
masalah
Total

0/2x1

secara teratur
Masalah tidak dirasakan

3 2/3

3.4 Urutan Prioritas Masalah


1. Ibu dilarang oleh suaminya membawa anaknya imunisasi dengan skor : 3 1/3
2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gejala-gejala menopause dengan skor :4
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang penimbangan berat badan secara teratur
kepada bayi dan balitanya dengan skor : 3 2/3

45

D. PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


POA (Planning OF Action) Imunisasi pada Bayi
No Jenis
Kegiatan
1 Sosialisasi

Tujuan

Strategi

Kegiatan

Metoda

Media

Fasilitator

Waktu

Agar ibu

Melakukan

Bersama

LCD,

Petugas dari

dan

memahami

kerjasama dengan

petugas dari

Ceramah
Diskusi/Tan

Puskesmas

penyuluhan

akan

para kader,

puskesmas dan

Laptop
Leaflet,

Kamis
18-02-

tentang

pentingnya

puskesmas dan

para kader

imunisasi

imunisasi

pejabat

melakukan

dasar

pada bayi

pemerintahan

sosialisasi dan

setempat tentang

penyuluhan

pelaksanaan

tentang

sosialisasi imunisasi

imunisasi pada

lengkap

2.

ya Jawab

video,

dan para
kader

dll

Mengadaka

Agar para

pada bayi
Mengajak seluruh

bayi
Bersama

Praktik

Timban

Para kader,

n kegiatan

bayi dan

warga dengan

petugas dari

langsung ke

gan,

dan petugas

posyandu,

balita

dibantu oleh kader

puskesmas dan

lapangan

vaksin,

puskesmas

dan

mendapatka

atau tokoh

para kader

jarum

pemberian

n imunisasi

masyarakat setempat

melaksanakan

suntik,

bubur

secara

untuk dapat hadir

kegiatan

dll

kacang padi

lengkap

pada kegiatan

imunisasi dan

posyandu

memberikan

secara gratis sesuai

2016

46

dengan

kacang padi

usia.

kepada ibu
secara gratis.

3.

Mengadaka

Agar ibu

Mengajak seluruh

n kegiatan

termotivasi

penimbanga

untuk

Bersama

Praktik

Timban

Para kader,

warga yang memiliki petugas dari

langsung ke

dan petugas

bayi dan balita

lapangan

gan
Buku

puskesmas dan

n berat

menimbang

dengan dibantu oleh

para kader

badan pada

bayi dan

kader untuk dapat

melaksanakan

bayi dan

balita secara hadir pada kegiatan

kegiatan

balita serta

rutin

penimbangan berat

penimbangan

memberika

badan pada bayi dan

berat badan

n informasi

balita

pada bayi dan

pentingnya

balita serta

tumbuh

pemberian

kembang

informasi

bayi dan

pentingnya

balita

tumbuh

puskesmas

KMS

kembang bayi
dan balita

47

E. POA (Planning Of Action) Pra Menopause


No Jenis
Kegiatan
1

Tujuan

Strategi

Kegiatan

Metoda

Media

Sosialisasi

Agar para ibu

Mengikut

Bersama

dan

memahami

sertakan para

petugas dari

penyuluhan

tentang

kader,

puskesmas dan

Ceramah
LCD,
Diskusi/Ta
Laptop
nya Jawab Leaflet,

tentang

menopause,

puskesmas

para kader

menopause

gejala dan cara

setempat

melakukan

para

dan gejala-

menanggulang

tentang

sosialisasi dan

kader

gejalanya

i keluhannya

pelaksanaan

penyuluhan

dan mampu

sosialisasi

tentang

mempersiapka

menopause

menopause

n diri

dan gejala-

dan gejala-

menjelang

gejalanya

gejalanya

video, dll

Fasilitat
or
Petugas
dari
Puskesm

Waktu
Jumat
19-022016
1 Hari

as dan

48

menopause
2.

Mengadaka

Agar para ibu

Mengajak

Bersama

Praktik

Tensimet

Instruktu

n kegiatan

lebih sehat,

seluruh warga

petugas dari

langsung

er,

senam

dan

dengan dibantu puskesmas dan

ke

Timbang

r senam
Para

lansia dan

mengetahui

oleh kader atau para kader

lapangan

pemeriksaa

mengenai

tokoh

melaksanakan

an,
Gluco

n kesehatan

informasi

masyarakat

kegiatan

(tekanan

kesehatan

setempat untuk

senam lansia

darah, cek

dirinya.

dapat hadir

dan

gula darah

pada kegiatan

pemeriksaan

BB, dll)

senam lansia

kesehatan

dan

(tekanan

pemeriksaan

darah, cek gula

kesehatan

darah, BB, dll)

Dr,
Sound
System

kader,
dan
petugas
puskesm
as,

(tekanan
darah, cek gula
darah, BB, dll)

49

F. PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


NO
1.

Kegiatan
Hari/Tanggal
Selasa / 16
Februari

Tiba di puskesmas andalas


Berkenalan dengan petugas puskesmas dan meminta izin untuk
dapat mengikuti kegiatan posyandu yang di adakan puskesmas

2016

setempat
Perkenalan diri kepada ketua RT, RW, Rumah Tigo Ruang,
Kelurahan Anduring dan meminta izin untuk melakukan

2.

Rabu/ 17

pendataan dan promosi kesehatan.


Perkenalan kepada para kader setempat dan mengajak bekerja

sama selama pelaksanaan kegiatan penyuluhan


Pembagian batas wilayah pendataan individu
Melakukan pendataan ke rumah penduduk (door to door )
Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat
Merencanakan kegiatan promkes dan memberikan pelayanan

kebidanan komunitas di masyarakat


Bersama kader mempersiapkan kegiatan promkes tentang

imunisasi dan timbang berat badan pada bayi dan balita


Melakukan penyuluhan dan promkes mengenai pentingnya

imunisasi bagi anak


Membantu petugas puskesmas melakukan kegiatan penimbangan

berat badan pada bayi dan balita


Membantu petugas puskesmas melakukan pemberian imunisasi

pada bayi dan balita


Bersama kader mempersiapkan kegiatan promkes mengenai

Februari
2016

3.

Kamis/ 18
Februari
2016

4.

Jumat /19
Februari

persiapan ibu ibu dalam memasuki memasuki masa pra

2016

menopause
Melakukan penyuluhan dan promkes mengenai gejala dan cara

menanggulangi gejala yang di rasakan


Bersama dengan kader dan petugas puskesmas mengadakan senam

lansia
Membantu petugas puskesmas melakukan pemeriksaan kesehatan
pada ibu antara lain pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah,
penimbangan berat badan dan lainnya.
50

2.6. Telaah Jurnal


Judul :
Outcomes Of Planned Home Births With Certified Professional Midwives: Large
Prospective Study In North America
(Outcome dari Perencanaan Persalinan Di Rumah Dengan Bidan Profesional
Bersertifikat : Studi Prospektif Besar Di Amerika Utara)
Penelitian pada jurnal ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dari persalinan di
rumah di Amerika Utara yang melibatkan bidan langsung, dimana secara hukum praktik
tersebut tidak terintegrasi dengan baik ke dalam sistem kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini ,terdapat 12,1% perempuan yang melahirkan di
rumah dirujuk ke rumah sakit. Intervensi medis yang dilakukan dirumah sakit termasuk
epidural (4,7%), episiotomi (2,1%), forsep (1,0%), ekstraksi vakum (0,6%), dan operasi
caesar (3,7%). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan perempuan US yang bersalin di
rumah sakit . Resiko kematian intrapartum dan neonatal dianggap rendah pada awal
51

persalinan , termasuk kematian karena anomali kongenital , yaitu sebesar 1,7 kematian per
1000 persalinan di rumah yang direncanakan. Hal ini sama dengan beberapa penelitian lain
tentang rendahnya risiko persalinan di rumah di Amerika Utara, bahwa tidak ada ibu yang
meninggal. Tidak ada perbedaan yang ditemukan untuk outcomes perinatal secara
independen divalidasi.
Perencanaan persalinan di rumah bagi wanita berisiko rendah di Amerika Utara yang
dilakukan oleh bidan profesional bersertifikat berhubungan dengan rendahnya intervensi
medis, Selain itu, resiko kematian intrapartum dan kematian neonatal juga rendah
dibandingkan persalinan di rumah sakit di Amerika Serikat.
Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian
pelayanan kebidanan, terutama perencanaan pelayanan saat kehamilan. Dimana bidan harus
dapat mengidentifikasi ibu hamil yg tidak beresiko/ beresiko rendah dan menjalin kontak
dengan ibu tersebut agar ibu tersebut mau bersalin di rumah, yang tentunya dilakukan oleh
bidan yang sudah bersertifikat dan dilakukan di rumah ibu yang memenuhi standar untuk
bersalin. Semakin banyak bidan yang terampil melakukan persalinan di rumah, maka
intervensi medis terhadap ibu bersalin akan berkurang yang secara tidak langsung
menyebabkan kematian maternal dan neonatal dapat diminimalisir.
Dalam pelaksanaan pelayanan persalinan di rumah tentunya banyak ancaman dan
kelemahan yang ditemui, seperti peralatan yang kurang memadai, tempat yang tidak
memadai, letak geografis rumah ibu yang akan bersalin dan sebagainya. Jika kelemahan
dan ancaman tersebut tidak di antisipasi dari awal tentunya pelaksanaan persalinan di
rumah tidak akan berhasil, bahkan mungkin akan meningkatkan angka kematian ibu dan
neonatal.
Jika kita lihat dari hasil/outcome dari pelaksanaan persalinan di rumah di Amerika
Utara tersebut, tentu hasilnya sudah cukup memuaskan. Dimana intervensi medis dapat
ditekan dan kematian ibu serta bayi juga dapat dikurangi. Namun tentunya perencanaan dan
pengorganisasian mereka sudah cukup maksimal dalam pelayanan kebidanan, khususnya
pelayanan saat kehamilan dan persalinan,dimana dapat kita lihat bidan yang boleh
melakukan persalinan di rumah adalah bidan yang sudah memiliki sertifikat. Semoga
kedepannya di Indonesia juga dapat diterapkan hal tersebut.

52

BAB III
KESIMPULAN
1. Perencanaan harus didasarkan kepada analisa dan pemahaman sistem yang baik
2. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan dan misi organisasi
3. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang
lebih baik
4. Pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu
institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan, dilakukan
melalui suatu proses yang disebut dengan langkah-langkah atau proses manajemen
kebidanan yang meliputi identifikasi dan analisis masalah, perumusan masalah (diagnosa),
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan atau intervensi dan evaluasi hasil tindakan.

53

Anda mungkin juga menyukai