PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah penting di
negara berkembang. Lingkungan tempat tinggal yang tidak
memadai, kumuh kepadatan penduduk tinggi, menjadi faktor
risiko terjadinya penyakit infeksi. Faktor penyebab dari infeksi
antara lain karena virus, bakteri, parasite, dan jamur. Infeksi
yang disebabkan jamur ini juga masih sering terjadi di Indonesia.
Hal ini dikarenakan banyak faktor yang menunjang untuk hidup
dan berkembang nya jamur, antara lain kondisi alam dan
lingkungan, iklim, suhu, kelembapan serta juga hal-hal yang
berhubungan
dengan
masyarakat
seperti
kurangnya
pengetahuan, sosial ekonomi rendah yang akan berdampak
menjadi keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kepadatan penduduk, kebersihan perorangan kurang baik serta
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik misalnya buang air besar
di sembarangan tempat, penggunaan air yang kurang baik untuk
mencuci alat makan maupun untuk diminum dll.
Infeksi jamur sistemik merupakan salah satu penyebab
utama sepsis dan kematian pada pasien yang dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Neonatus kurang bulan
(NKB) memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jamur
sistemik dibanding dengan neonatus cukup bulan. Insidens yang
dilaporkan bervariasi antara 1,6%-16%. Insidens infeksi jamur
sistemik pada neonatus semakin tinggi dengan berat lahir
neonatus yang semakin rendah. Insidens infeksi jamur sistemik
di Amerika pada bayi dengan berat lahir <1000 g (berat lahir
amat sangat rendah/BLASR) 26%, sedangkan pada bayi dengan
berat lahir <1500 g (berat lahir sangat rendah/BLSR) 10%.
Insidens yang lebih rendah ditemukan di Inggris, 2,1% pada bayi
BLASR dan 1% pada bayi BLSR. Wahyuningsih R dkk melaporkan
prevalens kandidemia tahun 2002 62,96% pada neonatus yang
mengalami kegagalan terapi antibiotik.
Data dari Divisi Perinatologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM), Jakarta tahun 2009 mendapatkan 161 neonatus
tersangka infeksi jamur sistemik, namun, hanya 26 yang
diperiksa kultur jamur dengan 5 diantaranya terbukti infeksi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Mikologi berasal dari kata myces yang berarti jamur dan
logos berarti ilmu. Mikologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari tentang jamur. Jamur adalah jenis tumbuhan rendah
yang tidak memiliki khlorofil (pigmen hijau daun), sehingga tidak
mampu mensintesis zat-zat makanan sendiri dalam tubuhnya.
Untuk melangsungkan hidupnya, jamur mentergantungkan
dirinya pada organisme lain, sehingga jamur ini tergolong
organisme heterotrofik.
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama
kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur selama ini relative
jarang dibicarakan. Karena itulah seringkali pasien yang
terinfeksi jamur tidak terdeteksi, sehingga seringkali terjadi
keterlambatan pengobatan yang berakibat fatal. Oleh karena itu
untuk mencegah keterlambatan diagnosa infeksi jamur maka
hendaknya kita mengenali gejala, sifat dan efek dari infeksi yang
ditimbulkan oleh jamur dengan berbagai cara menggunakan
tekhnik yang tepat, bertambahnya kecepatan tumbuh jamur
sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan
antibiotic berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai
antibiotik ,penggunaan kortikosteroid dan obat imunosuppressif
lainnya
serta
penggunaan
sitostika,terdapatnya
factor
predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk penyakit
keganasan. Semakin tinggi umur harapan hidup akan
meningkatkan insiden penyakit jamur, mobilitas dari manusia
tinggi sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi
patogen semakin tinggi.
Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
berbagai species Candidi, terutama Candida albicans. Jamur ini
dapat ditemukan pada orang sehat sebagai saprofit di dalam alat
pencernaan, vagina, kecuali Candida albicans dapat ditemukan
ditempat lain. Candida albikans merupakan spesies candida
yang paling sering menyebabkan candidiasis pada manusia, baik
Candidiasis supesfisialis maupun sistemik. Candida dapat
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang
lemah atau system imunnya tertekan. Berbeda dengan
2.
3.
4.
5.
D. Macam-Macam Kandidiasis
Terdapat beberapa bentuk gambaran klinik penyakit
Kandidiasis yang sering ditemui di daerah iklim trafis
berdasarkan lokasi diserang dan lokasi lesi ditemukan. Sebagai
berikut seperti kandidiasis yang menyerang kulit & selaput
lendir, kandidiasis bronkus, kandidasis peru-paru, kandidiasis
sistemik, kandidasis urogenitalis, serta karena reaksi alergi.
1. Kandidiasis Kulit dan Selaput Lendir.
Kelainan kulit biasanya mengenai lipatan-lipatan kulit
misalnya di bawah payudara, ketiak, lipatan paha serta selasela jari kaki dan tangan. Kelainan pada pantat dan daerah
10
11
14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama
kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur selama ini relative
jarang dibicarakan. Karena itulah seringkali pasien yang
terinfeksi jamur tidak terdeteksi, sehingga seringkali terjadi
keterlambatan pengobatan yang berakibat fatal. Oleh karena itu
untuk mencegah keterlambatan diagnosa infeksi jamur maka
hendaknya kita mengenali gejala, sifat dan efek dari infeksi yang
ditimbulkan oleh jamur dengan berbagai cara menggunakan
tekhnik yang tepat, bertambahnya kecepatan tumbuh jamur
sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan
antibiotic berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai
antibiotik ,penggunaan kortikosteroid dan obat imunosuppressif
lainnya
serta
penggunaan
sitostika,terdapatnya
factor
predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk penyakit
keganasan. Semakin tinggi umur harapan hidup akan
meningkatkan insiden penyakit jamur, mobilitas dari manusia
tinggi sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi
patogen semakin tinggi.
Banyaknya kasus yang disebabkan jamur kandidiasis seiring
pemakaian obat obatan , dimana hal ini menyebabkan
pertumbuhan jamur yang safrofit menjadi pathogen. Selain
karena adanya penyakit yang berpengaruh terhadap penurunan
daya tahan tubuh yang juga seringkali diiringi dengan
pemakaian antibiotic berspektrum luas dalam jangka panjang.
15