Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah penting di
negara berkembang. Lingkungan tempat tinggal yang tidak
memadai, kumuh kepadatan penduduk tinggi, menjadi faktor
risiko terjadinya penyakit infeksi. Faktor penyebab dari infeksi
antara lain karena virus, bakteri, parasite, dan jamur. Infeksi
yang disebabkan jamur ini juga masih sering terjadi di Indonesia.
Hal ini dikarenakan banyak faktor yang menunjang untuk hidup
dan berkembang nya jamur, antara lain kondisi alam dan
lingkungan, iklim, suhu, kelembapan serta juga hal-hal yang
berhubungan
dengan
masyarakat
seperti
kurangnya
pengetahuan, sosial ekonomi rendah yang akan berdampak
menjadi keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kepadatan penduduk, kebersihan perorangan kurang baik serta
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik misalnya buang air besar
di sembarangan tempat, penggunaan air yang kurang baik untuk
mencuci alat makan maupun untuk diminum dll.
Infeksi jamur sistemik merupakan salah satu penyebab
utama sepsis dan kematian pada pasien yang dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Neonatus kurang bulan
(NKB) memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jamur
sistemik dibanding dengan neonatus cukup bulan. Insidens yang
dilaporkan bervariasi antara 1,6%-16%. Insidens infeksi jamur
sistemik pada neonatus semakin tinggi dengan berat lahir
neonatus yang semakin rendah. Insidens infeksi jamur sistemik
di Amerika pada bayi dengan berat lahir <1000 g (berat lahir
amat sangat rendah/BLASR) 26%, sedangkan pada bayi dengan
berat lahir <1500 g (berat lahir sangat rendah/BLSR) 10%.
Insidens yang lebih rendah ditemukan di Inggris, 2,1% pada bayi
BLASR dan 1% pada bayi BLSR. Wahyuningsih R dkk melaporkan
prevalens kandidemia tahun 2002 62,96% pada neonatus yang
mengalami kegagalan terapi antibiotik.
Data dari Divisi Perinatologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM), Jakarta tahun 2009 mendapatkan 161 neonatus
tersangka infeksi jamur sistemik, namun, hanya 26 yang
diperiksa kultur jamur dengan 5 diantaranya terbukti infeksi

jamur. Ozturk MA dkk melaporkan angka mortalitas yang tinggi


akibat infeksi jamur sistemik berkisar 25%-50%. Tindakan
pencegahan terhadap infeksi jamur pada neonatus akan
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Kolonisasi
Candida spp merupakan salah satu penyebab utama timbulnya
infeksi jamur sistemik. Kolonisasi dapat terjadi melalui dua cara
yaitu transmisi dari ibu ke bayi atau transmisi dari lingkungan ke
bayi. Kolonisasi dapat terjadi pada minggu pertama kehidupan
(10%) dan dapat meningkat hingga 50% pada neonatus yang
dirawat selama 1-3 bulan di NICU. Kolonisasi dapat terjadi di
beberapa lokasi, yang paling awal adalah di saluran pencernaan.
Manzoni P dkk melaporkan sekitar 23% kolonisasi berkembang
menjadi infeksi jamur sistemik pada neonatus BLSR. Terapi
profilaksis dengan antijamur oral dapat mencegah terjadinya
kolonisasi di saluran pencernaan sehingga menurunkan kejadian
infeksi jamur sistemik. Flukonazol oral telah terbukti menurunkan
kolonisasi kandida dan infeksi jamur sistemik pada NKB dan
neonatus dengan BLSR.
Efek samping pemakaian flukonazol berupa toksisitas di
hati dan kemungkinan terbentuknya galur yang resisten
terhadap flukonazol merupakan hal yang harus diperhatikan.
Nistatin oral merupakan terapi profilaksis alternatif yang lebih
murah dan tidak diabsorpsi (bersifat lokal) sehingga tidak
menimbulkan efek samping sistemik gangguan hati.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang infeksi jamur.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Mikologi berasal dari kata myces yang berarti jamur dan
logos berarti ilmu. Mikologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari tentang jamur. Jamur adalah jenis tumbuhan rendah
yang tidak memiliki khlorofil (pigmen hijau daun), sehingga tidak
mampu mensintesis zat-zat makanan sendiri dalam tubuhnya.
Untuk melangsungkan hidupnya, jamur mentergantungkan
dirinya pada organisme lain, sehingga jamur ini tergolong
organisme heterotrofik.
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama
kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur selama ini relative
jarang dibicarakan. Karena itulah seringkali pasien yang
terinfeksi jamur tidak terdeteksi, sehingga seringkali terjadi
keterlambatan pengobatan yang berakibat fatal. Oleh karena itu
untuk mencegah keterlambatan diagnosa infeksi jamur maka
hendaknya kita mengenali gejala, sifat dan efek dari infeksi yang
ditimbulkan oleh jamur dengan berbagai cara menggunakan
tekhnik yang tepat, bertambahnya kecepatan tumbuh jamur
sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan
antibiotic berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai
antibiotik ,penggunaan kortikosteroid dan obat imunosuppressif
lainnya
serta
penggunaan
sitostika,terdapatnya
factor
predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk penyakit
keganasan. Semakin tinggi umur harapan hidup akan
meningkatkan insiden penyakit jamur, mobilitas dari manusia
tinggi sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi
patogen semakin tinggi.
Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
berbagai species Candidi, terutama Candida albicans. Jamur ini
dapat ditemukan pada orang sehat sebagai saprofit di dalam alat
pencernaan, vagina, kecuali Candida albicans dapat ditemukan
ditempat lain. Candida albikans merupakan spesies candida
yang paling sering menyebabkan candidiasis pada manusia, baik
Candidiasis supesfisialis maupun sistemik. Candida dapat
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang
lemah atau system imunnya tertekan. Berbeda dengan

kebanyakan jamur pada umumnya, maka Candida hidup


komensal di dalam rongga pipi (buccal cavity) manusia. Infeksi
pada manusia bila daya tahan tubuh menurun.
Sesuatu yang unik namun menarik perhatian ialah bahwa
meskipun spora jamur mudah menyebar kemana mana ,
namun sangat jarang terjadi penularan penyakit jamur dari
seseorang keorang lain. Candida albicans yang menyebabkan
Candidiasis bersifat parasitic obligatoir dan mengadakan
simbiose dengan tuan rumahnya sampai suatu saat terjadi atau
terdapat faktor factor predisposisi tertentu terutama proses
proses devitalisasi (mendapatkan terapi antibiotika, atau steroid
atau radiomimetic jangka panjang, ataupun menderita penyakit
penyakit kronis berat). Pada keadaan keadaan tersebut
mekanisme pertahanan tubuh yang dalam keadaan normal
mampu mengontrol pertumbuhan dan patogenitas jamur
menjadi berkurang ; dan dalam hal seperti ini jamur Candida
yang tadinya bersifat safrofit menjadi patogen, dan terjadilah
suatu infeksi opportunistic.
Telah di buktikan adanya antibody terhadap Candida albicans
dalam darh manusia sejak usia 6-8 bulan dan bahwa factor atau
antibody tersebut menurun pada keadaan leukemia akut,
stadium akhir leukemia kronik retikulosis maligna , multiple
myeloma dan mieiosis oritremik.
Klasifikasi Mikosis dibagi menjadi 3 pembagian utama jamur :
1. Infeksi jamur superficial (superfisialis mycoses), menyerang
kulit
dan
selaput
mukosa
(pityriasis
versicolor,
dermatophytosis,superficial candidiosis).
2. Infeksi jamur subkutan (subcutaneous mycoses),menyerang
jaringan subkutan dan struktur sekitarnya termasuk kulit dan
tulang (mycetoma,chromomycosis, sporotricosis ).
3. Infeksi jamur sistemik (systemic mycoses),menyerang
jaringan organ di dalam tubuh ( deep viscera ).
Infeksi jamur sistemik adalah infeksi jamur yang
menyerang organ dalam misalnya paru, hati, limpa, tractus
gastrointestinal dan menyebar lewat aliran darah atau getah
bening.
Mikosis yang biasanya menyerang lapisan superficial dari
kulit atau selaput lender yang secara klinis tidak Nampak

sebagai trush, intertrigo, vulvovaginitis, pronychia atau


onychomycosis. Ulkus atau pseudo-membran bias terbentuk di
esophagus, lambung atau usus. Candinemia paling sering terjadi
sebagai akibat dari kateterisasi intravaskuler dan bisa
menimbulkan lesi di berbagai organ tubuh seperti ginjal, limpa,
paru-paru, hati, mata, selaput otak, otak dan kelep jantung atau
sekitar katup jantung prostetik.
B. Jamur Kandidiasis
Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat
akut atau subakut disebabkan oleh spesies
candida, biasanya oleh spesies candida albicans
dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki atau paru, kadangkadang
dapat
menyebabkan
septikemia,
endokarditis, atau meningitis. Nama lain dari candidiasis adalah
kandidosis,
dermatocandidiasis,
bronchomycosis,
mycotic
vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis.
Kandidiasis Vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh
jamur, yang terjadi disekitar vagina. Umumnya menyerang
orang-orang yang imunnya lemah. Kandidiasis dapat menyerang
wanita disegala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya
berbeda antara satu wanita dengan wanita lain dan dari waktu
ke waktu pada wanita yang sama.
Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika,
sedangkan di Kanada, dan negara-negara di Eropa seperti Italia,
Perancis, dan Inggris menggunakan istilah Kandidosis, konsisten
dengan akhiran osis seperti pada histoplasmosis dan lain-lain.
1. Penyebab
Kandidiasis Vaginalis disebabkan oleh jamur candida
albicans. Selain di vagina dapat menyerang organ lain yaitu
kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus dll. Candida
biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Kandidiasis vagina lebih sering terjadi terutama karena
meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB, dan obat-obatan
lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina
sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis

2.

3.

4.

5.

vagina sering ditemukan pada wanita hamil atau wanita


dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.
Gejala Klinis
a. Mengenai mukosa vulva (labia minora) dan vagina.
b. Bercak putih, kekuningan, heperemia, leukore seperti susu
c. pecah, dan gatal hebat.
d. Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.
Diagnosa
Secret encer, berwarna kuning keabu-abuan, berbau
amis yang melekat pada daerah vagina. Selain itu diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroscopis
menggunakan sediaan apus dari secret yang dihasilkan
vagina.
Patogenesis
Infeksi Kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi
baik endogen maupun eksogen.
a. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologi, umur dan
imonologi. Perubahan fisiologi seperti kehamilan (karena
perubahan pH dalam vagina): kegemukan (karena banyak
keringat); debilitas; latrogenik; endokrinopati (gangguan
gula darah kulit); penyakit kronik seperti : tuberculosis,
lupus eritematosus dengan keadaan umum yang
buruk.Umur contohnya : orang tua dan bayi lebih mudah
terkena infeksi karena status imunologinya tidak
sempurna. Imunologi contohnya penyakit genetik.
b. Faktor eksogen meliputi : iklim, panas, dan kelembaban
menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit.
Pengobatan
a. Instatin : berupa cream, salep, emulsi.
b. Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak,
klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan cream,
tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1%
larutan, cream, antimikotin yang laen yang berspektrum
luas.
c. Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberiakan kontrimazol
500mg pervaginam dosis tunggal, sistemik diberikan
ketokonazol 2x200mg selam 5 hari atau dengan
intrakonazol 2x200mg dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150mg dosis tunggal.

d. Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis


dosis orang dewasa 2x100mg sehari, selama 3 hari.
6. Pencegahan
Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis.
Ada beberapa alasan :
a. Penyakit tersebut tidak begitu bahaya.
b. Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit
tersebut.
c. Ragi dapat menjadi kebal ( resistan ) terhadap obatobatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah cara
terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.
C. Aspek Klinis dan Laboratoris
Manusia terinfeksi jamur ini secara eksogen, misalnya
tertelan, kontak langsung pada kulit atau dengan suntikan
terutama terjadi pada bayi. Infeksi secara endogen terjadi pada
orang dewasa. Kandidiasis dapat timbul berdasarkan faktor
predisposisi pada seseorang. Factor predisposisi ini dapat berupa
keadaan lemah (bayi, lansia, penyakit menahun), defisiensi
vitamin terutama vitamin B-2, Diabetes Melitus, kehamilan,
penyakit darah, keadaan basah terus menerus pada suatu
tempat (keringatan, diare, kompres, tukang cuci, dan lainnya),
pemakaian obat antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik yang
berlebihan serta pil anti hamil. Gangguan kemampuan
mempertahankan
imunitas
(Hipoimunoglobulinenemia)
merupaka dasar Kandidiasis menahun.

D. Macam-Macam Kandidiasis
Terdapat beberapa bentuk gambaran klinik penyakit
Kandidiasis yang sering ditemui di daerah iklim trafis
berdasarkan lokasi diserang dan lokasi lesi ditemukan. Sebagai
berikut seperti kandidiasis yang menyerang kulit & selaput
lendir, kandidiasis bronkus, kandidasis peru-paru, kandidiasis
sistemik, kandidasis urogenitalis, serta karena reaksi alergi.
1. Kandidiasis Kulit dan Selaput Lendir.
Kelainan kulit biasanya mengenai lipatan-lipatan kulit
misalnya di bawah payudara, ketiak, lipatan paha serta selasela jari kaki dan tangan. Kelainan pada pantat dan daerah

urogenitalia pada bayi disebut diaper rash dimana kulit


biasanya berwarna merah (eritema), agak basah dan pada
bagian tepi tampak vesikel dan sisik halus. Batas kelainan
tegas, keluhan penderita terutama gata-gatal. Apabila
menyerang mulut terjadi stomatitis, bentuk khas disebut oral
thrush, keluhan lain adalah nyeri. Terutama waktu makan
atau minum. Pada vagina, jamur ini menyebabkan
vulvovaginitis dengan gejala Fluor albus dan rasa Diagnosa
dibuat dengan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium
maupun gejala klinis dari Candidiasis. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang paling penting ditemukan di bawah
mikroskop adanya pseudohyphae dan atau sel ragi pada
jaringan yang terinfeksi atau pada cairan tubuh.
2. Kandidiasis Bronkus (Bronchial Candidiasis).
Pada Candidiasis bronkus dinding mukosa bronkus
tampak diselaputi oleh plak plak sama seperti yang
menutupi mukosa mulut dan tenggorokan pada Candidiasis
mulut dan tenggorokan. Pasien mengeluh batuk batuk
keras , dahak sedikit dan mengental dan berwarna seperti
susu. Untuk menetapkan bahwa seseorang menderita
Candidiasis broncus harus diperiksa dan dijumpai kepositifan
organisme ini didahak secara berulang karena Candida dalan
keadaan normal ditemukan sebagai safrofit pada rongga
mulut dan pipi.
Jamur yang menginfeksi bronkus dan cabangcabangnya, dengan gejala yang menyerupai gejala infeksi
yang disebabkan oleh sebab lain. Pada bronkiektasis dapat
tejadi Kandidiasis sekunder.
3. Kandidiasis Paru (Pulmonary Candidiasis).
Kandidiasis paru, pasien biasanya tampak lebih sakit
mengeluh demam dengan pernafasan dan nadi yang cepat.
Batukbatuk,hemaptoe sesak dan nyeri dada . Pada foto dada
biasa tampak pengaburan dengan batas tidak jelas terutama
dilapangan bawah paru. Bayangan lebih padat atau bahkan
efusi pleura bisa juga terjadi atau dijumpai pada foto dada.
Diagnose dengan menemukan jamur Kandida di sputum serta
kultur yang positif dengan medium agar Sabouraund pada
pemeriksaan berulang ulang.

Jamur menginfeksi paru dan dapat menimbulkan


pneumoni lobaris dan keadaan umum pasien dapat
memburuk. Gejala klinik dan penyebaranya juga dapat
memyerupai Tuberkulosis Paru. Infeksi Candida dapat
merupakan infeksi sekunder
pada
Karsinoma
paru,
tuberculosis paru atau penyakit lain.
4. Kandidiasis Sistemik.
Kandidiasi dapat tejadi sebagai akibat terjadinya
penyebaran secara hematogen dari focus infeksi ke berbagai
alat organ dalam atau sebagai akibat pemasangan infus dan
suntikan.
5. Kandidiasis Urogenitalia.
Infeksi saluran kencing sebagai infeksi asendens dari
vagina, endoftalmia dan endokarditis, meningitis dan
septicemia.
6. Kandidi- id.
Candidi-id adalah kelainan pada kulit berdasarkan reaksi
dengan membentuk vesikel-vesikel bebas jamur, sedangkan
jamurnya (Candida) terdapat di bagian lain dari tubuh.
Lokalisasinya biasanya pada telapak tangan, kaki dan jari-jari
dengan gejala gatal-gatal.
E. Penyebab, Distribusi dan Cara Penularan Penyakit.
Kandidiasis atau Candidiasis disebabkan oleh jamur antara
lain Candida albicans, Candida tropicalis, Candida dubliniensis
dan kadang-kadang spesies lain dari Candida. Candida
(Torulopsis) glabrata dibedakan dari Candida lain penyebab
Candidiasis, yaitu infeksi dengan Candida torulopsis kurang
membentuk pseudohyphae pada jaringan.
1. Penyebaran Kandidiasis.
Jamur Candida tersebar di seluruh dunia. Jamur Candida
albicans kadang-kadang merupakan flora normal pada
manusia. Reservoir Candida adalah manusia.
2. Cara Penularan
Adapun cara penularan Candida karena kontak secret atau
ekskret dari mulut, kulit, vagina dan faeses, dari penderita
ataupun carrier, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat
bayi dilahirkan atau penularan endogen.
3. Masa Inkubasi.

Masa inkubasi atau masa sejak masuknya jamur Candida di


dalam tubuh sampai timbulnya gejala penyakit Candidiasis
adalah bervariasi antara 2 5 hari untuk lesi mulut pada
anak.
4. Masa Penularan Penyakit.
Masa penularan penyakit diasumsikan akan menular ketika
saat sudah ditemukan lesi.
F. Kekebalan dan Kerentanan.
Hampir selalu ditemukan spesies Candida di dalam dahak,
tenggorokan, faeses dan urine tanpa ada gejala klinis sebagai
bukti rendahnya pathogenesis candida tersebut dan sebagai
bukti adanya imunitas yang luas di kalangan masyarakat.
Lesi mulut banyak ditemukan, biasanya ringan dan muncul
pada minggu-minggu pertama sesudah kelahiran bayi. Gejala
klinis muncul pada saat daya tahan tubuh hospes rendah.
Kondisi local tertentu bagian tubuh turut mempengaruhi
munculnya candidiasis seperti interdigital intertrigo dan
paronikia pada tangan yang terkena banyak air (pekerjaan
tempat lembab) dan munculnya intertrigo pada kulit yang
lembab dari oarng-orang gemuk. Lesi berulang pada kulit dan
erupsi mukosa sering terjadi.
Diantara faktor sistemis mencolok yang menjadi dasar
munculnya candidiasis superfisialis adalah Diabetes Melitus,
pengobatan dengan antibiotic bersfektrum luas dalam jangka
waktu panjang dan infeksi HIV. Wanita pada kehamilan trimester
tiga lebih mudah terkena vulvovaginal candidiasis.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya candidiasis sistemik
antar lain: imunosupresi, pemasangan kateter intravena
permanent, netropenia, kanker darah, dan bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Candidasis pada saluran kencing biasanya
terjadi sebagai komplikasi dari penggunaan katetr jangka waktu
lama pada kandung kemih dan pelvis renalis.
G. INFEKSI JAMUR CANDIDA PADA PENDERITA HIV/AIDS
Infeksi oportunistik merupakan penyakit yang jarang
terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada

10

individu yang sistem imunnya terganggu, termasuk infeksi HIV.


Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh,
tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang
sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV/AIDS berkembang infeksi
oportunistik. Umumnya bagian intra oral yang paling banyak
dialami penderita AIDS yakni infeksi jamur Candida.
Terdapat 5 macam infeksi jamur Candida di rongga mulut
yaitu; acute pseudomembranous candidiasis, acute atrophic
candidiasis, chronic atrophic candidiasis, chronic hyperplastic
candidiasis, candida cheilosis yang mempunyai kebiasaan
menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang
kendur pada sudut mulut. Juga karena hilangnya dimensi vertikal
pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau
pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah.
Biasanya
dihubungkan
dengan
chronic
atrophic
candidiasiskarena pemakaian gigi tiruan.
1. Acute pseudomembranous candidiasis
Disebut juga oral thrush. Gejala klinis; tampak plak /
pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa
bukal, lidah dan permukaan oral lainnya. Pseudomembran
tersebut terdiri atas kumpulan hifa dansel yeast, sel radang,
bakteri, sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrolitik. Bila
plak diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau
mungkin berdarah dan terasa nyeri sekali.
2. Acute atrophic candidiasis
Disebut juga midline glossitis, antibiotic candidiasis,
glossodynia,antibiotic tongue,acute erythematous candidiasis
Mungkin merupakan kelanjutan kandidiasis pseudomembran
akut akibat menumpuknya pseudomembran. Daerah yang
terkena tampak khas sebagai lesi eritematosa, simetris, tepi
berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah,
sering hilangnya papila lidah dengan pembentukan
pseudomembran minimal dan ada rasa nyeri. Sering
berhubungan dengan pemberian antibiotik spektrum luas,
kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal
3. Chronic atrophic candidiasis
Disebut juga denture stomatitis,denture-sore mouth.
Bentuk tersering pada pemakai gigi tiruan (1 di antara 4
pemakai) dan 60% di atas usia 65 tahun, serta wanita lebih

11

sering terkena. Gambaran khas berupa eritema kronis dan


edema di sebagian palatum di bawah prostesis maksilaris.
Ada 3 stadium yang berawal dari lesi bintik-bintik (pinpoint)
yang hiperemia, terbatas pada asal duktus kelenjar mukosa
palatum.Kemudian
dapat
meluas
sampai
hiperemia
generalisata dan peradangan seluruh area yangmenggunakan
gigi tiruan. Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya terjadi
hiperplasia
papilar
granularis.
chronic
atrophic
candidiasissering
disertai
candida
cheilosis,
tidak
menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan. C.albicans
lebih sering ditemukan pada permukaan gigi tiruan daripada
di permukaan mukosa. Bila ada gejala, umumnya pada pasien
dengan peradangan granular atau generalisata, keluhan
dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri ringan sampai
berat.
4. Chronic hyperplastic candidiasis
Disebut juga candida leukoplakia. Gejala bervariasi dari
bercak putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar
yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa bukal.
Keluhan umumnya rasa kasar atau pedih di daerah yang
terkena.2 Tidak seperti pada kandidiasis pseudomembran,
plak disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan
leukoplakia oral oleh sebab lain yang sering dihubungkan
dengan rokok sigaret dan keganasan. Terbanyak pada pria,
umumnya di atas usia 30 tahun dan perokok. Candida
chelosis. Sinonim perleche, angular cheilitis, angular
stomatitis. Khas ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih
pada sudut mulut. Biasanya pada mereka yang mempunyai
kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan
kulit yang kendur pada sudut mulut. Juga karena hilangnya
dimensi vertikal pada 1/3 bawah muka karena hilangnya
susunan gigi atau pemasangan gigi palsu yang jelek dan
oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan dengan chronic
atrophic candidiasis karena pemakaian gigi tiruan.
5. Oropharyngeal candidiasis
Oropharyngeal candidiasis(OPC) sering manifestasi awal
infeksi HIV dan sekitar 80-90% pasien dengan AIDS akhirnya
mengembangkan OPC pada beberapa tahap penyakit mereka.
Candida albicansadalah spesies yang bertanggung jawab
12

untuk sebagian besar kasus OPC. Kemampuan C.


albicansuntuk melekat pada sel-sel epitel bukal sangat
penting dalam membangun kolonisasi oral. Setelah kolonisasi,
organisme tersebut dapat bertahan selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dalam jumlah yang rendah karena tidak
adanya peradangan. ukuran populasi kecil ini adalah hasil dari
mekanisme pertahanan host yang efektif dalam rongga
mulut. Genotip strain Candida yang diperoleh dari pasien
terinfeksi HIV dengan OPC menunjukkan frekuensi distribusi
genotipe yang sama dengan yang terlihat pada non HIV/AIDS,
menunjukkan bahwa HIV/AIDS tidak disebabkan oleh strain
Candida virulen yang khusus, tapi mungkin hasil dari defek
mekanisme pertahanan host.
Gejala OPC bisa sangat bervariasi dan dari lesi oral
asimtomatik, dengan mulut yang menyakitkan, rasa terbakar
di lidah dan terkait disfagia. Tanda-tanda klinis meliputi
eritema difus dan bercak putih yang muncul sebagai lesi yang
berlainan pada permukaan mukosa bukal, tenggorokan, lidah
dan gusi. OPC parah pada akhirnya dapat mengganggu
kualitas hidup dan menghasilkan pengurangan asupan cairan
atau makanan. Komplikasi yang paling serius dari OPC yang
tidak diobati adalah perpanjangan dari infeksi ke
kerongkongan, yang mengarah ke asupan gizi menurun.
H. PEMBAHASAN
AIDS merupakan penyakit sistem imun manusia yang
disebabkan oleh virus HIV. Defek imunitas seluler terkait dengan
AIDS dapat menjadikan orang yang terinfeksi beresiko terhadap
berbagai infeksi oportunistik. Infeksi yang disebabkan oleh jamur
Candida merupakan infeksi yang paling umum, yaitu jamur
dimorfik yang biasanya ada dalam rongga mulut dalam keadaan
nonpatogenik pada indivudu sehat, tetapi di bawah kondisi yang
menguntungkan jamur Candida memiliki kemampuan untuk
berubah menjadi bentuk hifa patogen (yang menyebabkan
penyakit).
Infeksi HIV mengarah pada hilangnya kompetensi imunitas,
gambaran yang paling mencolok adalah penurunan sel T CD4+.
Imunosupresi biasanya didahului oleh periode laten secara klinis
yang lama. Selama infeksi fase asimptomatik, jumlah sel T CD4+
13

masih mendekati normal tetapi fungsi sel T CD4+ tampaknya


terganggu, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan sel T CD4+
berproliferasi dalam respon untuk mengingat antigen, mitogens,
dan alloantigen HLA dan defek produksi sitokin T-helper 1 (Th1),
seperti interleukin-2 (IL-2) dan gamma interferon (IFN-). Hasil
proses patogen ini adalah kerusakan jaringan limfoid,
menyebabkan imunosupresi berat. Ketika jumlah sel T CD4+
jatuh di bawah 200 sel l darah, AIDS dapat didiagnosis. Respon
imun terhadap HIV dan patogen lainnya kolaps, dan pasien
sangat rentan terhadap infeksi oportunistik yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang biasanya dikendalikan dengan baik
oleh imunitas yang diperantarai sel, seperti jamur Candida.
Jamur Candida adalah organisme komensal dalam mulut dari
orang sehat, ada kemungkinan bahwa mekanisme pertahanan
membatasi proliferasi pada status carrier terganggu selama
proses multifase infeksi HIV. Namun, gangguan yang tepat yang
mendukung perkembangan Candida pada permukaan mukosa
pada urutan perkembangan infeksi HIV belum jelas. Meskipun
dari data klinis diketahui dengan baik faktor-faktor predisposisi
yang menyebabkan oral candidiasis bahwa keseimbangan antara
C. Albicans dan host melibatkan imunitas yang diperantarai sel
yang utuh, populasi sel dan mekanisme yang terlibat dalam
imunitas protektif terhadap mikroorganisme di lokasi mukosa.

14

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama
kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur selama ini relative
jarang dibicarakan. Karena itulah seringkali pasien yang
terinfeksi jamur tidak terdeteksi, sehingga seringkali terjadi
keterlambatan pengobatan yang berakibat fatal. Oleh karena itu
untuk mencegah keterlambatan diagnosa infeksi jamur maka
hendaknya kita mengenali gejala, sifat dan efek dari infeksi yang
ditimbulkan oleh jamur dengan berbagai cara menggunakan
tekhnik yang tepat, bertambahnya kecepatan tumbuh jamur
sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan
antibiotic berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai
antibiotik ,penggunaan kortikosteroid dan obat imunosuppressif
lainnya
serta
penggunaan
sitostika,terdapatnya
factor
predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk penyakit
keganasan. Semakin tinggi umur harapan hidup akan
meningkatkan insiden penyakit jamur, mobilitas dari manusia
tinggi sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi
patogen semakin tinggi.
Banyaknya kasus yang disebabkan jamur kandidiasis seiring
pemakaian obat obatan , dimana hal ini menyebabkan
pertumbuhan jamur yang safrofit menjadi pathogen. Selain
karena adanya penyakit yang berpengaruh terhadap penurunan
daya tahan tubuh yang juga seringkali diiringi dengan
pemakaian antibiotic berspektrum luas dalam jangka panjang.

15

Anda mungkin juga menyukai