Anda di halaman 1dari 40

Nama : Hariyani Nim : PO7224111016

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI KEBIDANAN BALIKPAPAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2013

Deteksi dini dan komplikasi penyulit pada kehamilan


Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah : 1. 2. Mengupayakan Kehamilan Yang Sehat Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan

bila diperlukan 3. 4. Persiapan persalinan yang bersih dan aman Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi. URAIAN MATERI 1. Prinsip deteksi dini kelainan, komplikasi dan penyulit masa kehamilan 1. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early Anc Detection) Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda presumtif hamil seperti :

1. amenorhe 2. mual dan muntah 3. mengidam 4. pingsan 5. pembesaran payudara dan lain-lain. Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti : 1. pembesaran perut 2. tes kehamilan positif, 3. tanda hegar 4. tanda piscazek 5. tanda chadwik dan lain-lain diharapkan ibu tersebut segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan baik itu bidan maupun dokter. 1. Kontak Dini Kehamilan Trimester I Kebijakan program untuk kunjungan ante natal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari : 1. 1 kali pada trimester pertama 2. 1 kali pada trimester kedua 3. 2 kali pada trimester ketiga Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus mencakup 7 T 1. Timbang berat badan 2. Ukur Tekanan darah 3. Ukur Tinggi Fundus Uteri 4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap 5. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug). 6. Tes terhadap penyakit menular seksual 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Dengan adanya kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil dalam kehamilannya. 1. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu Penilaian Antenatal Riwayat kehamilan Riwayat kebidanan Riwayat kesehatan Riwayat sosial Pemeriksaan keseluruhan (umum) Pemeriksaan kebidanan (luar) Pemeriksaan kebidanan (dalam) Jika ada indikasi Jika ada indikasi Jika ada indikasi Cek kembali Hb dan pemerik saan Pemeriksaan laboratorium Pemberian TT Pemberian tablet Fe Konseling umum TT1(0,5 cc) 90 hari Jika ada Konseling khusus Perenc. Persalinan Perenc. Penanganan komplikasi indikasi Memperkuat Memperkuat Memperkuat Jika ada indikasi Jika ada indikasi Jika ada indikasi Jika ada indikasi TT2 (0,5 cc) Jika ada indikasi laborato rium lain jika ada indikasi. Kunjungan I Jika ada indikasi Jika ada indikasi Jika ada indikasi Kunjungan II Kunjungan III Kunjungan IV

Skrining untuk deteksi dini

1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

a. b. c.

Penapisan dan pengobatan anemia Perencanaan persalinan Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. 1. Kunjungan II (24 28 minggu), dilakukan untuk :

a. b. c.

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan Mengulang perencanaan persalinan 1. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :

a. b. c.

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan Mengulang perencanaan persalinan 1. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :

a. b. c. d.

Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi Memantapkan rencana persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan. Riwayat obstetric Riwayat sosial Riwayat penyakit ekonomi

Riwayat kehamilan ini

lalu

1. Usia ibu hamil 2. HPHT, siklus haid

1.

jumlah

1.Jantung

1. Status

kehamilan

2. tekanan darah perkawinan 2. respon ibu dan

3. perdarahan per vaginam 2. jumlah persalinan tinggi

3. jumlah persalinan 3. 4. 5. 6. keputihan mual dan muntah masalah/kelainan cukup bulan 4. 4. jumlah 5. operasi 5. hidup 6. jumlah 7. 8. 9. 10. 11. jumlah anak 6.

DM TBC Pernah

keluarga terhadap kehamilan3. jumlah keluarga di rumah yang membantu 4. Siapa pembuat

persalinan premature

pada kehamilan sekarang 7. pemakaian obat-obat

Alergi obat

/ makanan Ginjal

keputusan dalam keluarga 5. kebiasaan makan

(termasuk jamu-jamuan)

keguguran 7. 8. jumlah aborsi perdarahan

Asma Epilepsi Penyakit hati Pernah

dan minum 6. kebiasaan

pada kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu 9. adanya

merokok, menggunakan obatobat dan alkohol 7. kehidupan

kecelakaan hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu 10. berat bayi < 2,5

seksual 8. pekerjaan dan

aktivitas sehari-hari 9. pilihan tempat

kg atau berat bayi > 4 kg

untuk melahirkan 10.pendidikan

11.

Adanya 11.penghasilan

masalah-masalah selama kehamilan, persalin-an, nifas terdahulu Fisik umum

Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam Laboratorium Pada setiap Pada kunjungan per-tama Kunjungan pertamaDarah :

Kunjungan pertama :

kunjun-gan :

emeriksaan vulva/

tekanan darah suhu badan nadi berat badan tinggi badan muka : edema, pucat

mengukur TFU

perineum untuk :

Hemoglobin Glukosa VDRL

palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih dari 28 minggu)

Varises Kondiloma Edema Hemoroid Kelainan lain

Urin ;

Warna, bau, kejernihan

mulut & gigi : kebersihan, karies, tonsil

Auskultsi detak jantung janin

Pemeriksaan dengan speculum untuk menilai :


Protein Glukosa

tiroid / gondok tulang belakang / punggung : scoliosis

Serviks Tanda-tanda infeksi

payudara ; putting susu, tumor

Cairan dari ostium uteri

abdomen : bekas operasi Pemeriksaan untuk menilai :


ekstremitas : edema, varises, refleks patella

Serviks* Uterus* Adneksa* Bartolini Skene Uretra

costrovertebral angle tenderness (CVAT)

kulit : kebersihan, penyakit kulit

kunjungan berikutnya

* Bila usia kehamilan < 12 minggu

tekanan darah berat badan edema masalah dari

kunjungan pertama

1. 2.

Tanda-tanda kelainan, komplikasi dan penyulit pada kehamilan muda atau

trimester I Komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi selama kehamilan muda meliputi: 1. 1. Keluar darah dari jalan lahir (pendarahan pervaginam) Perdarahan pervaginam dalam kehamilan jarang yang normal/fisiologis. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan sedikit/spotting disekitar waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan itu normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan ringan mungkin pertanda dari serviks yang rapuh(erosi). Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda infeksi yang tidak membahayakan nyawa ibu hamil dan janinnya. Perdarahan pada Awal Masa Kehamilan Yaitu Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan pervaginam dikatakan tidak normal bila ada tanda-tanda :

Keluar darah merah Perdarahan yang banyak Perdarahan dengan nyeri

Perdarahan semacam ini perlu dicurigai terjadinya abortus, Kehamilan Ektopik, atau kehamilan Mola. 1. 2. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahyakan kehidupan. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan:

Tingkatan I - Muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita - Ibu merasa lemas - Nafsu makan tidak ada - Berat badan menurun dan merasa nyeri epigastrum - Nadi meningkat sekitar 100 per menit - Tekanan darah diastolik menurun - Tugor kulit mengurang - Lidah mengering - Dan mata cekung Tingkat II - Penderita tampak lebih lemah - Tugor kulit lebih mengurang - Lidah mengering dan nampak kotor - Nadi kecil dan cepat - Suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris - BB turun dan mata menjadi cekung - Tensi turun - Konstipasi Tingkat III

- Keadaan umum lebih parah - Muntah berhenti - Kesadaran menurun dari samnolen sampai koma - Nadi kecil dan cepat - Suhu meningkat dan tensi menurun Diagnosis hiperemesi gravidarum dapat ditegakkan, yaitu melalui beberapa gambaran klinis berikut: - amenore - mual muntah berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari - nyeri perut bagian bawah 1. 3. Nyeri Perut Yang Sangat Hebat Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti appendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, abruptio plasenta,infeksi saluran kemih atau infeksi lain 1. 3. Tanda-tanda kelainan, komplikasi dan penyulit pada kehamilan lanjut

atau trimester II & III 1. Perdarahan pada Masa Kehamilan Lanjut Yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum persalinan. Perdarahan tidak normal bila ada tanda-tanda : 1. Keluar darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan 2. Perdarahan banyak kadang-kadang / tidak terus menerus

3. Perdarahan disertai rasa nyeri Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solutio placenta, ruptur uteri. Selain itu perlu dicurigai adanya gangguan pembekuan darah. 1. Sakit Kepala Yang Hebat Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala preeclampsia 1. Masalah Penglihatan/Pandangan Kabur Penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandang kabur atau berbayang, melihat bintikbintik(spott), berkunang-kunang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda pre-eklampsia 1. Bengkak Pada Muka Dan Tangan Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak bisa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tnada-tanda antara lain : 1. jika muncul pada muka dan tangan 2. bengkak tidak hilang setelah beristirahat 1. bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti : sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia

1. Bayi Kurang Bergerak Seperti Biasa Ibu mulai merasakan gerak bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum Menurut Cardiff Count to ten,gerakan janin dikatakan berkurang bila, Dalam 10 jam terjadi gerakan janin < 10 gerakan 1. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini) - Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pd trimester III - Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung - Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37minggu) maupun pada kehamilan aterm.

DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1 , II , III

A.

ANEMIA KEHAMILAN Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglon < 11 gr/dL

pada trimester 1 dan 3, atau jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2. Tingkatan anemia 1) Anemia ringan : 9-10 gr/dL 2) Anemia sedang : 7-8 gr/dL 3) Anemia berat : < 7 gr/dL

Klasifikasi Anemia 1. ANEMIA DEFISIENSI BESI

Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi Patofisiologi a. Darah meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah tidak

sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%) b. c. d. e. Terjadi pengenceran darah Pembentukan sel darah merah terlalu lambat Volume darah bertambah sejak usia kehamilan 10 minggu Puncaknya penambahan darah pada usia kehamilan 32-36 minggu

Komplikasi : a. b. Trimester 1 : missed abortus, kelainan kongenital, abortus Trimester 2 : partus prematurus, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin

dalam rahim (PJT), asfiksia, gestosis/manifestasi keracunan karena kehamilan, IQ bayi rendah, dekompensasi kordis) c. Trimester 3 : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan dengan

tindakan tinggi, ibu cepat lelah. 2. ANEMIA MEGALOBLASTIK

Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat 3. ANEMIA HIPOPLASTIK Adalah anemia yang terajdi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, jarang dijumpai dalam kehamilan. Disertai dengan trombositopenia, dan leucopenia. Disertai kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi,

irradiasi, leukemia dan kelainan immunologik. Bisa juga trejadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah berulang kali 4. ANEMIA HEMOLITIK Adalah anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari pembentukannya. Hemolisis berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah bersalin. Penambahan darah tidak memberikan hasil. Transfusi darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia pada janin B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG) adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan dan keadaan umum menjadi buruk Dibagi menjadi 3 tingkatan menurut beratnya gejala yang timbul o HEG tingkat 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Muntah terus menerus Ibu merasa lemah Nafsu makan tidak ada Berat badan turun Nyeri epigastrium Nadi meningkat sekitar 100x/menit Tekanan darah turun Turgor kulit mengurang Lidah mengering

10. Mata cekung o HEG tingkat 2 1. Ibu lebih lemah dan apatis

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Turgor kulit lebih mengurang Lidah mengering dan nampak kotor Nadi rendah dan cepat Suhu tubuh kadang-kadang naik Mata cekung dan sedikit ikterus BB dan TD turun Hemokonsenterasi, oliguria dan konstipasi Ditemukan aseton pada air kencing

o HEG tingkat 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. C. Keadaan umum lebih parah Muntah berhenti Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma Nadi kecil dan cepat Suhu meningkat TD dan BB turun Ensepalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental ABORTUS adalah berhentinya kehamilan pada usia < 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin, dengan BBL <500 gram, PB <25 cm.m Batasan berbeda tentang abortus 18-24 minggu, WHO 22 minggu. Pembagian abortus: 1. ABORTUS IMMINENS

Tanda dann Gejala:

a)

Perdarahan bercak-sedang

b) Perdarahan ringan (lebih dari 5 menit basahi pembalut) c) Dilatasi serviks tertutup

d) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan e) Gejala/tanda : kram perut bawah uterus (hilang timbul)

f) USG, pengaruhi rencana tindakan g) Diagnosa banding : mola, KET

Penatalaksanaan a) Bed rest, tidak perlu pengobatan khusus ataupun tirah baring total

b) Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan c) Kurangi hubungan seksual

d) Tidak perlu terapi hormonal baik estrogen maupun progesteron e) Tidak perlu pemberian tokolitika ( salbutamol, indometasin)

f) Pemberian fenobarbital 330 mg/hari g) Pemberian papaverin 340 mg/hari

h) Observasi perdarahan (jika berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi. Jika terus berlangsung : nilai kondisi janin lewat uji kehamilan/USG, konfirmasi penyebab lain jika ditemukan ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan. 2. ABORTUS INSIPIEN (sedang berlangsung)

Tanda dan Gajala: a) Perdarahan sedang-banyak

b) Konsepsi dalam uterus c) Perdarahan berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut

d) Serviks terbuka e) Ukuran uterus sesuai usia kehamilan

f) Gejala/tanda ; kram/nyeri pada perut bagian bawah Penatalaksanaan Jika usia kehamilan < 16 minggu, evaluasi uterus dengan AVM, jika evaluasi tidak dapat dilakukan, segera lakukan : a) Pemberian ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu), atau

pemberian misoprostol 400 mg/oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu) b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus Jika usia kehamilan >16 minggu a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi

b) Jika perlu pasang infus 20 IU oksitosin dalam RL atau garam fisiologik 500 ml IV, dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan Pasang infus D5% = oksitosin 10 IU 3. ABORTUS INKOMPLETUS

Tanda dan gejala a. b. c. d. e. Perdarahan sedang-banyak Serviks terbuka Uterus sesuai usia kehamilan Gejala/tanda : kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit yang kuat Terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi

Penatalaksanaan a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan

hebat, syok, infeksi/sepsis) b. Keluarkan sisa konsepsi secara digital atau dengan menggunakan cunam ovum dan

evaluasi perdarahan c. d. e. f. g. Jika perdarahan berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg/oral Jika perdaraan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika profilaksis Jika terjadi perdarahan hebat dan < 16 minggu, segera evakuasi dengan AVM Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu (anemia

sedang ) atau transfusi darah (anemia berat) 4. ABORTUS KOMPLETUS

Tanda dan Gejala: a. Perdarahan bercak-sedang

Serviks tertutup atau terbuka Uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal Gejala/tanda : sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian bawah Riwayat ekspulsi hasil konsepsi Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun alat bantu Penatalaksanaan a. b. c. d. Tidak perlu evaluasi Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak Bila kondisi baik, cukup berikan ergometrin 31 tablet/hari selama 3 hari Tetap pantau kondisi ibu setelah penanganan

e.

Bila terjadi anemia sedang berikan sulfas ferrosus tablet 600 mg/hari selama 2 mingg dan

anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi f. g. Untuk anemia berat lakukan transfusi darah Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila

khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis h. 5. Lakukan konseling pasca abortus dan lakukan pemantauan lebih lanjut ABORTUS HABITUALIS adalah kejadian abortus berulang, umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus (mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan faktor-faktor immunologi. Idealnya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi 6. MISSED ABORTION adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi pada usia kehamilan 4 minggu atau lebih (beberapa buku 8 minggu). mBiasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan Pentalaksanaan a) Keluarkan jaringan konsepsi dengan laminaria, dan stimulasi kontraksi uterus dengan

oksitosin b) Jika diputuskan untuk melakukan tindakan kuretase, harus sangat berhati-hati karena jaringan telah mengeras dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia 7. ABORTUS THERAPEUTIK adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat

Syarat-syarat abortus therapeutic a) b) c) d) e) f) 8. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang Meminta pertimbangan ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi) Melakukan informed consent Saran kesehatan memadai Prosedur tidak dirahasiakan Dokumen medik harus lengkap ABORTUS SEPTIK adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus spontan/tidak aman. Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi Tindakan : resusitasi dan perbaiki keadaan umum ibu, berikan antibiotik spektrum luas dosis tinggi, keluarkan sisa konsepsi dalam 6 jam. PENATALAKSANAAN PASCA ABORTUS a) Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab aborts agar kejadian ini tidak

berulang pada kehamilan berikutnya b) c) d) e) f) Perhatikan involusi uterus dan kadar B-hCG selama 1-2 bulan Anjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan Anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil PRINSIP (perdarahan pervaginam pada kehamilan < 12 minggu) Jangan langsung lakukan kuretase, tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika

memungkinkan periksa dengan USG. Jangan terpengaruh dengan B-hCG yang positif, meski janin sudah mati, kadar B-hCG mungkin masih tinggi dan bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin

9.

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Akibat : perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan infeksi Cara umum : olah raga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun tangga, trauma. Cara lokal : menggunakan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina, alat memasang IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi jarum suntik. D. KEHAMILAN EKTOPIK

Patofisiologi a) uteri b) Gangguan interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium kavum

menuju kavum uteri c) Kemungkinan implantasi : paling sering di tuba falopii (90-95 %, dengan 70-80% di

ampula), serviks, ovarium, abdomen dan sebagainya. Etiologi a) Kelainan tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis

b) Riwayat operasi tuba, sterilisasi c) d) e) Riwayat penyakit radang panggul IUD Ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan

sebagainya Gejala a) Amenorhea

b) Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba c) Penderita bisa sampai pingsan dan syok

d) Perdarahan pervaginam biasanya berwarna hitam e) Pusing, perdarahan, berkeringat, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina

dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi BAK meningkat Diagnosis a) b) c) Pemeriksaan panggul, tentukan lokasi sakit Lakukan tes B-hCG Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui konsentrasi hormon progesterone

d) Pemeriksaan USG e) f) g) Diagnosis banding : usus buntu (apendisitis akut), radang panggul Penanganan : methotrexate Prognosis : HCG (kuantitatif) untuk melihat sisa jaringan

h) Kesempatan hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%, jika slauran satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik dan komservatif : 30%) E. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Tanda dan Gejala : a) b) c) d) e) f) g) h) Kolaps dan kelelahan Nadi cepat dan lemah (110x/menit atau lebih) Hipotensi Hipovolemia Abdomen akut dan nyeri pelvis Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas Nyeri lepas Pucat

Diagnosis a) Anamnesis : riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda

dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan/kiri bawah b) Pemeriksaan fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut abdomen, saat pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio c) Pemeriksaan penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum

douglasi), USG Penatalaksanaan KE dengan Ruptur Tuba a) Optimalisasi KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai adanya infeksi

diberikan juga antibiotika b) Hentikan sumber perdarahan segera dengan laparatomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang terganggu. F. MOLA HIDATIDOSA

Klasifikasi Mola Hidatidosa 1. Mola hidatidosa klasik/komplet

Ciri-cirinya : a) b) 2. Janin atau bagian tubuh janin tidak ada Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30%) Mola hidatidosa parsial/inkomplet

Ciri-cirinya : a) b) Janin atau bagian tubuh janin ada Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada

trimester pertama Tanda dan Gejala :

a) b) c) d) e) f) g) h)

Hiperemesis Hipertiroid Preeklampsia Anemia Uterus lebih besar dari umur kehamilan Tanda pasti kehamilan tidak ditemukan Perdarahan Bisa juga disertai preeklampsia/ eklampsia

Diagnosa a) b) c) d) e) f) Ditegakkan dengan USG Pengosongan jaringan mola dengan vakum kuret Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan Kadar hCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase Bila >8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif Anamnesis : hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan, perdarahan

pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa g) Pemeriksaan fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia kehamilan yang

sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang sonde tidak ada tahanan massa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion, uterus < gestasi h) Pemeriksaan penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada USG

gambaran seperti badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance) Penatalaksanaan a) Perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas,

hipertiroid/tirotoksikosis dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk

b)

Evakuasi jaringan mola : dengan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan sebagian

besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi, pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba c) G. Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi. Hipertensi karena Kehamilan Yang dimaksud dengan hipertensi karena kehamilan adalh hipertensi yang terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan atau dalam 48 jam pasca salin. Lebih sering terjadi pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi. Risiko meningkat pada : - massa plasenta besar (pada gemelli, penyakit trofoblast) - diabetes melitus - isoimunisasi rhesus - faktor herediter - masalah vaskuler Hipertensi karena kehamilan : - hipertensi tanpa protein atau edema - pre-eklampsia ringan (PER) - pre-eklampsia berat (PEB) - Eklampsia Hipertensi karena kehamilan dan PER sering ditemukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Terdapatnya proteinuria mengubah diagnosis hipertensi dalam kehamilan menjadi pre-eklampsia. Penanganan :

Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria : Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan - Pantau tekanan darah, proteinuria, kondisi janin setiap minggu - Apabila tekanan darah meningkat, tangani sebagai pre-eklampsia - Apabila kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat (PJT), rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan - Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal - Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan obat-obat pencegah hipertensi dalam kehamilan belum terbukti. Anti Hipertensi Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih, berikan obat antihipertensi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90 100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Obat pilihan adalah hidralazin. (a) Berikan hidralazin 5 mg I.V. pelan-pelan stiap 5 menit sampai tekanan darah turun. Ulang setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg I.M. setiap 2 jam (b) Jika hidralazin tidak tersedia, berikan : - labetolol 10 mg I.V. : i. Jika respons tidak baik (tekanan diastolik tetap > 110 mmHg), berikan labetolol 20 mg I.V. ii. Naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respons tidak baik sesudah 10 menit - Berikan nifedipin 5 mg sublingual. Jika tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual - Metildopa 3 x 250 500 mg/hari

Kehamilan-induced Hypertension (PIH) Hipertensi yang diinduksi kehamilan (PIH) adalah bentuk tekanan darah tinggi pada kehamilan. Hal ini terjadi di sekitar 5 persen sampai 8 persen dari seluruh kehamilan.. Jenis lain tekanan darah tinggi hipertensi kronis - tekanan darah tinggi yang hadir sebelum kehamilan dimulai. Kehamilan-induced hipertensi juga disebut toksemia atau preeklampsiaHal ini terjadi paling sering pada wanita muda dengan kehamilan pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, pada wanita dengan hipertensi kronis, diabetes yang sudah ada sebelumnya, dan pada wanita yang telah PIH pada kehamilan sebelumnya. karakteristik utama: Tekanan darah tinggi (tekanan darah membaca lebih tinggi dari 140/90 mm Hg, atau peningkatan yang signifikan dalam satu atau kedua tekanan) protein dalam urin edema (pembengkakan) Eklamsi adalah bentuk parah dari kehamilan yang disebabkan hipertensi.Wanita dengan eklampsia memiliki serangan yang dihasilkan dari kondisi tersebut. Eklampsia terjadi pada satu dari 1.600 kehamilan dan mengembangkan dekat akhir kehamilan, dalam banyak kasus. Sindrom HELLP merupakan komplikasi preeklampsia berat atau eklampsia. sindrom HELLP adalah sekelompok perubahan fisik termasuk kerusakan sel darah merah, perubahan dalam hati, dan platelet yang rendah (sel ditemukan dalam darah yang diperlukan untuk membantu darah untuk menggumpal dalam rangka untuk mengendalikan pendarahan). ETIOLOGI Penyebab PIH tidak diketahui.Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko pengembangan PIH, termasuk yang berikut: pra-hipertensi (tekanan darah tinggi) ginjal penyakit diabetes

PIH dengan kehamilan sebelumnya ibu usia muda dari 20 atau lebih dari 40 beberapa janin (kembar, kembar tiga) Dengan tekanan darah tinggi, ada peningkatan resistensi pembuluh darah. Hal ini dapat menghalangi aliran darah dalam banyak sistem organ yang berbeda pada ibu hamil termasuk hati, ginjal, otak, rahim, dan plasenta. Ada masalah lain yang mungkin berkembang sebagai akibat dari PIH. abruption plasenta (detasemen prematur dari plasenta dari rahim) dapat terjadi di beberapa kehamilan. PIH juga dapat menyebabkan masalah termasuk hambatan pertumbuhan janin intrauterin (pertumbuhan janin miskin) dan kelahiran mati. Jika tidak diobati, PIH parah dapat menyebabkan kejang berbahaya dan bahkan kematian pada ibu dan janin. Karena risiko ini, mungkin diperlukan untuk bayi yang akan disampaikan awal, sebelum kehamilan 37 minggu. Gejala Berikut ini adalah gejala yang paling umum tekanan darah tinggi pada kehamilan. Namun, setiap wanita mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejala bisa meliputi: tekanan darah meningkat protein dalam urin edema (pembengkakan) tiba-tiba berat badan naik perubahan visual seperti penglihatan kabur atau ganda mual, muntah sisi kanan perut bagian atas nyeri atau sakit di sekitar perut kencing dalam jumlah kecil perubahan hati atau tes fungsi ginjal

DIAGNOSA Diagnosis seringkali didasarkan pada peningkatan tingkat tekanan darah, tetapi gejala lain dapat membantu membangun PIH sebagai diagnosis. Tes untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan dapat mencakup hal berikut: pengukuran tekanan darah tes urine penilaian edema pengukuran berat sering pemeriksaan mata untuk memeriksa perubahan retina hati dan tes fungsi ginjal tes pembekuan darah Pengobatan dalam kehamilan Pengobatan spesifik untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan akan ditentukan oleh dokter Anda berdasarkan: Anda kehamilan, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis sejauh mana penyakit Anda toleransi untuk pengobatan spesifik, prosedur, atau terapi harapan untuk program penyakit Anda pendapat atau preferensi Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk dari dan untuk mencegah dari menyebabkan komplikasi lain. Pengobatan untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan (PIH) dapat meliputi: bedrest (baik di rumah atau di rumah sakit mungkin dianjurkan) rawat inap (sebagai personil dan peralatan khusus mungkin diperlukan)

magnesium sulfat (atau obat antihipertensi lain untuk PIH) pemantauan janin (untuk memeriksa kesehatan janin ketika ibu memiliki PIH) dapat meliputi: o menghitung gerakan janin - melacak janin menendang dan gerakan. Perubahan pada nomor atau frekuensi mungkin berarti janin berada di bawah stres. o pengujian non stres - tes yang mengukur detak jantung janin dalam tanggapan terhadap janin gerakan. o biophysical profile - a test that combines nonstress test with ultrasound to observe the fetus. biofisik profil - tes yang menggabungkan uji non stres dengan USG untuk melihat janin. o Studi aliran Doppler - jenis USG yang menggunakan gelombang suara untuk mengukur aliran darah melalui pembuluh darah. lanjutan laboratorium pengujian air seni dan darah (untuk perubahan yang mungkin sinyal memburuknya PIH) obat, yang disebut kortikosteroid, yang dapat membantu dewasa paru-paru janin (ketidakmatangan paru-paru merupakan masalah utama bayi prematur) pengiriman bayi (jika perlakuan tidak mengontrol PIH atau jika janin atau ibu berada dalam bahaya).bedah caesar mungkin dianjurkan, dalam beberapa kasus. Pencegahan Identifikasi awal perempuan berisiko untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan dapat membantu mencegah beberapa komplikasi dari penyakit ini. Pendidikan tentang gejala peringatan juga penting karena pengenalan awal dapat membantu perempuan menerima pengobatan dan mencegah memburuknya penyakit. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

H.

PRE EKLAMSIA Merupakan akibat langsung dari kehamilan (murni), sebagai kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria dan edema. Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah duertai dengan retensi garam dan air. Klasifikasi : Pre-eklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Pre-Eklampsia Ringan (PER) (a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam, (b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu, (c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream 2. Pre-Eklampsia Berat (PEB) (a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

(b) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter (c) Oligouria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam (d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium (e) Terdapat edema paru dan sianosis Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan : (1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan timbul proteinuria. Gejala subyektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium ; gangguan visus : penglihatan kabur, skotoma, diplopia ; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya : oyong, refleks meningkat dan tidak tenang. (2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan (PER) Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan : - Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondidi janin - Lebih banyak istirahat - Diet biasa - Tidak perlu diberi obat-obatan - Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit : - Diet biasa, - Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari,

- Tidak perlu obat-obatan, - Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut, - Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan : a. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda pre-eklampsia berat b. Kontrol 2 x seminggu c. Jika tekanan diastolik naik lagi maka rawat kembali - Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan maka tetap dirawat - Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan - Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai pre-eklampsia berat Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi : - Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin - Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley atau terminasi dengan seksio sesarea. I. EKLAMSIA

Eklampsia dalam bahasa Yunani berarti Halilintar karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. Pada ibu penderita PEB, risiko menjadi eklampsia sangat besar dan dapat diikuti dengan koma. Gejala gejala Eklampsia Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre-eklampsia berat. Serangan eklampsia dibagi dalam 4 tingakat : (1) Stadium Invasi (awal atau aurora)

Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik. (2) Stadium Kejang Tonik Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggemgam dan kaki membengkok ke dalam; pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20 - 30 detik. (3) Stadium Kejang Klonik Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1 - 2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur. (4) Stadium Koma Lamanya ketidajsadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40 0C. Komplikasi - Lidah tergigit - Terjadi perlukan dan fraktur - Gangguan pernafasan - Perdarahan otak - Solusio plasenta - Merangsang persalinan Prognosis Ibu : angka kematian sekitar 9,8 25,5 % untuk negara berkembang. Biasanya disebabkan oleh : perdarahan otak, kegagalan jantung paru, kegagalan ginjal, infeksi, kegagalan hepar, dll.

Bayi : angka kematian di negara berkembang berkisar antara 42,2 50 %. Terutama dikarenakan hipoksia intrauterin dan prematuritas. Kriteria Eden Adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri dari : (1) Koma yang lama (prolonged coma), (2) Frekuensi nadi di atas 120 kali permenit, (3) Suhu 103 0F atau 39,4 0C atau lebih, (4) Tekanan darah lebih dari 200 mmHg, (5) Konvulsi lebih dari 10 kali, (6) Proteinuria 10 gr atau lebih, (7) Tidak ada edema, edema menghilang. Eklampsia ringan jika tidak ada atau hanya 1 kriteria yang timbul. Eklampsia berat dan prognosis lebih jelek jika dijumpai 2 atau lebih kriteria. Penatalaksanaan Penatalaksanaan eklampsia sama dengan PEB. Dengan tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dn tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatanan sering tidak sahih.

Penanganan Kejang - Beri obat antikonvulsan (lihat pada keterangan) - Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker dan balon, oksigen) - Beri oksigen 4 - 6 liter per menit

- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan didikat terlalu keras - Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi - Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu. Penanganan Umum - Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi (lihat pada keterangan) sampai tekanan diastolik di antara 90 100 mmHg - Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar) - Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan - Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria - Jika jumlah urine kurang dari 30 ml per jam : a. Hentikan Magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per jam b. Pantau kemungkinan edema paru - Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin - Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam - Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru - Krepitasi merupakan tanda edema paru. Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg I.V. sekali saja jika ada edema paru - Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati. Keterangan : Antikonvulsan Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada PEB dan Eklampsia.

Cara Pemberian : 1. Dosis Awal - MgSO4 4 g I.V. sebagai larutan 20 % selama 5 menit - Diikuti dengan MgSO4 (50 %) 5 g I.M. dengan 1 ml lignokain 2 % (dalam semprit yang sama) - Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4. 2. Dosis Pemeliharaan - MgSO4 (50 %) 5 g + lignokain 2 % 1 ml I.M. setiap 4 jam - Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir 3. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : - Frekuensi pernafasan minimal 16/menit - Refleks patella (+) - Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir 4. Stop pemberian MgSO4 jika : - Frekuensi pernafasan < 16 /menit - Refleks patella (-) - Urin < 30 ml/jam 5. Siapkan antidotum : - Jika terjadi henti nafas : - Bantu dengan ventilator

- Beri kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10 %) I.V. perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi. Jika MgSO4 tidak tersedia, dapat diberikan diazepam, dengan risiko terjadinya depresi pernafasan neonatal. Dosis tunggal diazepam jarang menimbulkan depresi pernafasan neonatal. Pemberian terus-menerus secara intravena meningkatkan risiko depresi pernafasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplasenta dan persalinan prematur. Pengaruh diazepam dapat berlangsung beberapa hari. Cara pemberiannya : Pemberian Intravena : 1. Dosis awal - Diazepam 10 mg I.V. pelan-pelan selama 2 menit - Jika kejang berulang, ulangi dosis awal 2. Dosis pemeliharaan - Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer Laktat per infus - Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam - Jangan berikan > 100 mg/24 jam Pemberian melalui Rektum : - Jika pemberian I.V. tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml - Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam - Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukan ke dalam rektum. Catatan : Diazepam hanya dipakai jika MgSO4 tidak tersedia.

J.

DIABETES MELITUS

Pada Diabetes Melitus Gestasional, selain terjadi perubahan-perubahan fisiologis hormonal dan metabolic yang normal pada kehamilan, didapatkan keadaan jumlah/fungsi insulin ibu yang tidak optimal. Serta terjadi juga perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya adalah komposisi sumber energi dalam plasma ibu berubah (kadar gula darah tinggi, sementara itu kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membrane plasenta, pada sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energy yang abnormal yang dapat menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia, hipokolosemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya). Dalam hal ini terjadi berbagai kelainan yang menyebabkan pelbagai komplikasi pada ibu dan janin. Pada intinya, Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena proses kehamilan itu sendiri, Namun juga dapat terjadi karena Diabetes Melitus tipe 1 atau 2 yang baru diketahui pada saat hamil. Bila Diabetes Melitus terjadi karena proses kehamilan itu sendiri, setelah melahirkan kadar gula darahnya akan kembali menjadi normal dan dalam beberapa tahun kemudian kemungkinan baru akan benarbenar menetap menjadi Diabetes Melitus. Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena perubahan metabolik fisiologik yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Bila sel beta pankreas tidak dapat mengimbangi perubahan tersebut, maka akan terjadi Diabetes Melitus pada kehamilan. Setelah melahirkan, karena perubahan fisiologis pada saat hamil telah hilang, maka ibu akan menjadi normal kembali. Namun sebaliknya, bila ibu sebelumnya sudah menyandang Diabetes Melitus dan baru diketahui Diabetes Melitus pada saat hamil, maka setelah melahirkan ibu tetap akan menderita Diabetes Melitus.

Referensi: 1. saifudin, abdul bari.2002.Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.Jakarta:Yayasan bina pustaka sarwono prawiharjo 2. winkjasastro, hanifah.dkk.1999.Ilmu kebidanan.Jakarta:YBPSP 3. sulistyawati, ari.2010.asuhan kebidanan pada ibu bersalin.jakarta:salemba medika 4. pantikawati, ika.dkk.2010.asuhan kebidanan I (kehamilan).yogyakarta:mulia medika 5.nopiana, helse.2011.prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi, dan penyulit pada ibu hamil

Anda mungkin juga menyukai