INFERTILITAS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Infertilitas” ini dengan lancar.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pengertian Infertilitas.........................................................................................6
2.2 Macam-Macam Infertilitas.................................................................................6
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Infertilitas ...............................................................7
2.4 Cara Pencegahan Infertilitas.............................................................................10
2.5 Cara Mengatasi Infertilitas...............................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai infertilitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui macam-macam infertilitas
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab infertilitas
3. Untuk mengetahui cara pencegahan infertilitas
4. Untuk mengetahui cara mengatasi infertilitas
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Infertilitas
Ada 6 faktor penyebab infertilitas, yaitu:
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur
35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit.
Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan
optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Wanita yang berusia lebih dari sama dengan 35 tahun
meningkatkan risiko infertilitas 4.45 kali lebih tinggi daripada wanita
dengan usia kurang dari 35 tahun dan secara statistik signifikan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara usia dengan
infertilitas wanita. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan
pertambahan usia wanita (Hestiantoro, 2013).
2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari
50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat
dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang
makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stres
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi. Wanita dengan tingkat stres tinggi
(tidak normal) meningkatkan risiko infertilitas 3.89 kali lebih besar
daripada wanita dengan tingkat stres yang normal dan secara statistik
signifikan. Kesuburan wanita itu merupakan satu unit psikosomatis
yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan faktor
organis atau fisis.
7
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang
mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat
pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat
mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan
teh.
8
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kelainan
organ reproduksi dengan infertilitas wanita. Infertilitas lebih tinggi
terjadi pada wanita yang memiliki kelainan organ reproduksi (gangguan
ovulasi, gangguan tuba dan pelvis serta gangguan uterus) dibanding
wanita yang tidak memiliki kelainan organ reproduksi .
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang
hebat akanmenyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks,
endometrium bahkan sampai ke tubayang dapat menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi.
b. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium.
Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus.
Patologi tersebut antara lain polipendometrium, adenomiosis,
mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortusseptik.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan, nutrisiserta oksigenisasi janin (Wiknjosastro,
2002:509).
c. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam
proses kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran
reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan
ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat
implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi
merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan
tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahantuba atau adhesi
yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Infertilitas
yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol
adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul
(pelvic inflammatory disease – PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.
9
d. Ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk
menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada
hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang
telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat
mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit
ovarium polikistik, endometriosis,atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,terdapat
juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat
stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.
(Handersen C & Jones K,2006:86 ).
10
terhadap masingmasing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali
pasangan diperiksa bersamasama, karena dokter yang memeriksa
akan dapat menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya
lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
b. Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh
sperma dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak
boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium
dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam
didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk
pemeriksaan ulang. Tiadanya fruktosa didalam contoh semen
menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan vasa seminalis yang bersifat
congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis
berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen
ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
c. Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal,
maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah
semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama
senggama. UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan
ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal.
Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini
harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma perlapang pandang, harapan
untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang
pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua
keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik
senggama.
d. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang
sangat penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan
ovum. Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini.
11
Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur
dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5
hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus
anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa
illiaka untuk 12-24 jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin
bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ringan atau dengan suatu
peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandakan adanya
suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah
terjadi dalam siklus itu.
e. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan
pada obyek glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan
suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6
sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh
progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-23
hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke23 ini
menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga
dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil
yang salah sering dijumpai pada uji ini.
f. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase
progesterone dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan
apakah telah terjadi ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat
terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan
dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
erovulasi grafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas
(tipikal). Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi,
suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak
terjadi. SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari
ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam
praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya
(seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
12
g. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan
respon yang ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan
secara serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari
endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan pengambilan tunggal
(tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat indeks
kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
h. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa
anastesi, dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks.
Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid
berikutnya.
i. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara
endoskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik
ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi
diwaktu yang lebih dini dari siklus.
2. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab
infertilitas masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang
logis dan sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci
penanganan infertilitas yang tepat.
a. Obat infertilitas wanita
Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar
bertujuan untuk:
- Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel telur
wanita yang matang)
- Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur
oleh spermatozoa)
13
- Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam
tubuh ibu).
b. Inseminasi buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu
spermatozoa pria sampai pada tempat untuk membuahi sel telur
wanita dalam organ reproduksi wanita.
c. Fertilisasi In Vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In
vitro = di luar tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah
“bayi tabung” merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan
suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik ini, sel telur
matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa
dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan
yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang
terdapat pada tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana
pertemuan antara sel telur matang dan spermatozoa senormal
mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan
kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
d. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan
cara menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur.
Keistimewaan dari teknik ini adalah jumlah spermatozoa yang
dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di laboratorium
hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa
normal dan aktif.
e. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk membantu pembuahan
dengan cara mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan
dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan
alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah
14
dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui
irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas (mandul) adalah ketidakmampuan untuk hamil,
ketidakmampuan mempertahankan kehamilan, ketidakmampuan untuk
membawa kehamilan kepada kelahiran hidup. Infertilitas dibagi menjadi 2
yaitu infertilitas primer dan sekunder. Faktor- faktor penyebab infertilisasi
adalah umur, lama infertilitas, stres, lingkungan, hubungan seksual, dan
kondisi reproduksi wanita. Infertilitas dapat ditangani dengan berbagai
macam cara.
3.2 SARAN
Sebaiknya bagi keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
terkait dengan infertilitas, maka perlu dilakukannya pemeriksaan kedokter
untuk dilakukan uji lanjut (uji Laboratorium). Dan bagi para pembaca agar
lebih berhati-hati menjaga pola hidup untuk menghindari terjadinya
infertilitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Indarwati Ika , Retno Uki B.H , Lanti Retno, D. Analysis Of Factors Influencing
Female Infertility. 2017
17