Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

INFERTILITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan


Perencanaan Keluarga

DOSEN: Rizki Muji Lestari, SST.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

DESI LARASANTY 2018.A.09.0752


DEWI PUSPITASARI 2018.A.09.0754
JUMIATI 2018.A.09.0761
LELY WULAN PURNAMASARI 2018.A.09.0763
YULI KARTIKA 2018.A.09.0786

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

PALANGKA RAYA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Infertilitas” ini dengan lancar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan
baik.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang  jauh  lebih baik.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai Infertilitas, khususnya bagi penulis.

Palangka Raya , Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pengertian Infertilitas.........................................................................................6
2.2 Macam-Macam Infertilitas.................................................................................6
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Infertilitas ...............................................................7
2.4 Cara Pencegahan Infertilitas.............................................................................10
2.5 Cara Mengatasi Infertilitas...............................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


. .Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam
dunia kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil
menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di
masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan
mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya
dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan
mutlak untuk memiliki keturunan. Menurut catatan WHO, diketahui
penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,adalah: faktor tuba
fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%,dan
hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar
masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ
reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.Di Indonesia terdapat
sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan
dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas.
Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah
memperoleh anak. Sebetulnya 1diantara 10 pasang akan mengalami
hambatan untuk mempunyai anak. Sekitar 40 % kasus infertilitas
disebabkan oleh kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan
pria dan 30% oleh keduanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2. Apa saja macam-macam infertilitas?
3. Apa saja faktor penyebab infertilitas?
4. Bagaimana cara pencegahan infertilitas?
5. Bagaimana cara mengatasi infertilitas?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai infertilitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui macam-macam infertilitas
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab infertilitas
3. Untuk mengetahui cara pencegahan infertilitas
4. Untuk mengetahui cara mengatasi infertilitas

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interfetilitas


Menurut WHO (2012), infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
hamil, ketidakmampuan mempertahankan kehamilan, ketidakmampuan
untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup. Adapula pengertian
lain yaitu, infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alatkontrasepsi tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000).
Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami istri dikatakan infertil jika
tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3
kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari
34 tahun. Tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan intim
secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan bebas kontrasepsi bila
perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa hamil
namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).Pada
dasarnya infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang
laki-laki atau seprang perempuan untuk menghasilkan keturunan.

2.2 Macam-Macam Infertilitas


Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Infertilitas Primer
Disebut Infertilitas primer jika seorang wanita yang telah
berkeluarga belum pernah mengalami kehamilan meskipun hubungan
seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk
selang waktu paling kurang 12 bulan.
2. Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah kehamilan dalam waktu 1 tahun
atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan berusaha
berhubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi,
tetapi sebelumnya pernah hamil.

6
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Infertilitas
Ada 6 faktor penyebab infertilitas, yaitu:
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur
35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit.
Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan
optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Wanita yang berusia lebih dari sama dengan 35 tahun
meningkatkan risiko infertilitas 4.45 kali lebih tinggi daripada wanita
dengan usia kurang dari 35 tahun dan secara statistik signifikan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara usia dengan
infertilitas wanita. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan
pertambahan usia wanita (Hestiantoro, 2013).

2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari
50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat
dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang
makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.

3. Stres
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi. Wanita dengan tingkat stres tinggi
(tidak normal) meningkatkan risiko infertilitas 3.89 kali lebih besar
daripada wanita dengan tingkat stres yang normal dan secara statistik
signifikan. Kesuburan wanita itu merupakan satu unit psikosomatis
yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan faktor
organis atau fisis.

7
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang
mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat
pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat
mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan
teh.

5. Hubungan seksual (waktu, frekuensi)


Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual
meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang
dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma.
Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi
waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu
dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan
tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga
sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang
“menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang
(ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara
posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah
wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1
jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran
telur untuk bertemu sel telur.

6. Kondisi reproduksi wanita


Wanita dengan kelainan organ reproduksi (gangguan ovulasi,
gangguan tuba dan pelvis serta gangguan uterus) meningkatkan risiko
infertilitas 11.67 kali lebih besar daripada wanita yang tidak memiliki
kelainan organ reproduksi dan secara statistik signifikan. Hasil

8
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kelainan
organ reproduksi dengan infertilitas wanita. Infertilitas lebih tinggi
terjadi pada wanita yang memiliki kelainan organ reproduksi (gangguan
ovulasi, gangguan tuba dan pelvis serta gangguan uterus) dibanding
wanita yang tidak memiliki kelainan organ reproduksi .
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang
hebat akanmenyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks,
endometrium bahkan sampai ke tubayang dapat menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi.
b. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium.
Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus.
Patologi tersebut antara lain polipendometrium, adenomiosis,
mioma uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortusseptik.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan, nutrisiserta oksigenisasi janin (Wiknjosastro,
2002:509).
c. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam
proses kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran
reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan
ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat
implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi
merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan
tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahantuba atau adhesi
yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi. Infertilitas
yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol
adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul
(pelvic inflammatory disease – PID). PID ini menyebabkan
jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.

9
d. Ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk
menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada
hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang
telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat
mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit
ovarium polikistik, endometriosis,atau riwayat pembedahan yang
mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,terdapat
juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat
stress diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.
(Handersen C & Jones K,2006:86 ).

2.4 Cara Pencegahan Infertilitas


a. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang
atau minumminuman beralkohol.
b. Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dapat
mengganggu kesuburan.
c. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan
terlalu kurus.
d. Jangan stress berlebihan.
e. Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan dengan dokter
ahli.
f. Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital,
langsung periksakan ke dokter.

2.5 Cara Mengatasi Infertilitas


Cara mengatasi infertilitas terbagi menjadi 2 tahap yaitu:
1. Pemeriksaan infertilitas
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat
penyakit, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pemeriksaan

10
terhadap masingmasing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali
pasangan diperiksa bersamasama, karena dokter yang memeriksa
akan dapat menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya
lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
b. Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh
sperma dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak
boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium
dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam
didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk
pemeriksaan ulang. Tiadanya fruktosa didalam contoh semen
menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan vasa seminalis yang bersifat
congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis
berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen
ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
c. Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal,
maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah
semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama
senggama. UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan
ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal.
Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini
harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma perlapang pandang, harapan
untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang
pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua
keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik
senggama.
d. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang
sangat penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan
ovum. Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini.

11
Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur
dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5
hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus
anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa
illiaka untuk 12-24 jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin
bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ringan atau dengan suatu
peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandakan adanya
suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah
terjadi dalam siklus itu.
e. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan
pada obyek glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan
suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6
sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh
progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-23
hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke23 ini
menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga
dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil
yang salah sering dijumpai pada uji ini.
f. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase
progesterone dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan
apakah telah terjadi ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat
terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan
dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
erovulasi grafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas
(tipikal). Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi,
suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak
terjadi. SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari
ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam
praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya
(seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).

12
g. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan
respon yang ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan
secara serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari
endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan pengambilan tunggal
(tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat indeks
kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
h. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa
anastesi, dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks.
Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid
berikutnya.
i. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara
endoskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik
ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi
diwaktu yang lebih dini dari siklus.

2. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab
infertilitas masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang
logis dan sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci
penanganan infertilitas yang tepat.
a. Obat infertilitas wanita
Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar
bertujuan untuk:
- Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel telur
wanita yang matang)
- Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur
oleh spermatozoa)

13
- Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam
tubuh ibu).
b. Inseminasi buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu
spermatozoa pria sampai pada tempat untuk membuahi sel telur
wanita dalam organ reproduksi wanita.
c. Fertilisasi In Vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In
vitro = di luar tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah
“bayi tabung” merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan
suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik ini, sel telur
matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa
dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan
yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang
terdapat pada tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana
pertemuan antara sel telur matang dan spermatozoa senormal
mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan
kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
d. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan
cara menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur.
Keistimewaan dari teknik ini adalah jumlah spermatozoa yang
dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di laboratorium
hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa
normal dan aktif.
e. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk membantu pembuahan
dengan cara mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan
dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan
alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah

14
dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui
irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik.

f. Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT)


ZIFT merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang
telah dibuahi). Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel
telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya.
Kemudian setelah dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopii
melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik.
Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan GIFT.
(Reeder, dkk. 2012).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Infertilitas (mandul) adalah ketidakmampuan untuk hamil,
ketidakmampuan mempertahankan kehamilan, ketidakmampuan untuk
membawa kehamilan kepada kelahiran hidup. Infertilitas dibagi menjadi 2
yaitu infertilitas primer dan sekunder. Faktor- faktor penyebab infertilisasi
adalah umur, lama infertilitas, stres, lingkungan, hubungan seksual, dan
kondisi reproduksi wanita. Infertilitas dapat ditangani dengan berbagai
macam cara.

3.2 SARAN
Sebaiknya bagi keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
terkait dengan infertilitas, maka perlu dilakukannya pemeriksaan kedokter
untuk dilakukan uji lanjut (uji Laboratorium). Dan bagi para pembaca agar
lebih berhati-hati menjaga pola hidup untuk menghindari terjadinya
infertilitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Indarwati Ika , Retno Uki B.H , Lanti Retno, D. Analysis Of Factors Influencing
Female Infertility. 2017

Muslimin Yusriani, Arif Wahyuni, Ryadinency Resty , Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Infertilitas Pada Wanita Usia Subur Di Rsu
Sawerigading Palopo, 2016

Novrika Bri. Hubungan Budaya Masyarakat Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasangan Infertil Di Rsia Annisa Jambi 2015

Saraswati Andini, Infertility. Faculty Of Medicine. Universitas Lampung, 2015

Reeder, dkk. Keperawatan Maternitas. 2012. Jakarta : EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai