Anda di halaman 1dari 5

BAB IITINJAUAN TEORI

1.Fetal distress

Fetal distress terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup, sehinggamengalami hipoksia.Situasi ini
dapat terjadi kronik (dalam jangka waktulama) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh
normal, denganusia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapun janin yang beresiko tinggiuntuk
mengalami kegawatan (hipoksia) adalah :

Janin yang pertumbuhannya terhambat

Janin dari ibu dengan diabetes

Janin dengan kelainan letak

Janin kelainan bawaan atau infeksiGawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :

Persalinan berlangsung lama

Induksi persalinan dengan oksitosin

Ada perdarahan atau infeksi

Insufisiensi plasenta : post term, preeklamsia

a.Bradikardia

Selama trimester ketiga, rata-rata denyut jantung janin basal normalyang telah umum diterima
berkisar antara 120 dan 160 kali/menit.Bawah batasnormalnya masih diperdebatkan secara
internasional, beberapa penelitimerekomendasikan 110 kali/menit. Praktisnya, laju antara 100 dan
119denyut/menit tanpa adanya perubahan-perubahan lain, biasanya tidakdianggap mewakili
gangguan janin. Denyut jantung basal yang rendah tapinormal juga telah dikaitkan dengan tekanan
pada kepala pada posisi oksiput posterior atau posisi melintang, terutama selama persalinan
kaladua.Bradikardia ringan seperti itu diamati pada 2 persen kehamilan terpantaudan rata-rata
berdurasi sekitar 50 menit.Bradikardia dalam kisaran 80 sampai120 denyut/menit dengan
variabilitas yang baik tidaklah bermasalah.Masalah

timbul jika interpretasi kecepatan kurang dari 80 denyut/menit dan kecepatanitu umumnya
dianggap bermasalah (Cunningham, 2016).

b.Takikardia

Takikardia pada janin didefinisikan sebagai denyut jantung basal yangmelebihi 160 denyut/menit.
Peneybab paling umum untuk takikardia janinadalah demam pada ibu yang disebabkan korioamnitis,
meskipun demam darisumber lain juga dapat meningkatkan denyut jantung janin basal.
Penyebablain takikardia janin meliputi gangguan janin, aritmia jantung, dan pemberianobat-obatan
parasimpatik atau simpatomimetrik pada ibu. Pertolongan cepatuntuk kondisi yang mencurigakan
seperti koreksi hipotensi ibu yangdisebabkan oleh analgesia epidural,dapat membantu pemulihan
janin(Cunningham, 2016).
2.Prolaps Tali PusatA.

Pengertian Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapidapat mengakibatkan tingginya
kematian janin.Prolaps tali pusat didefinisikansebagai kehadiran tali pusat di antara bagian
presentasi janin dan leher rahim,terlepas dari selaput ketuban utuh atau pecah.Penurunan tali pusat
melaluileher rahim sangat penting untuk mendiagnosa prolaps tali pusat. Hal ini dapatterjadi secara
jelas (melewati bagian terendah janin) atau okultisme (bersama bagian terendah janin) (RCOG,
2014).Menurut Sarwono (2009), prolaps tali pusat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janindan ketuban masih
intak.

b.Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan
turun ke vagina.

c.Occult prolapse,tali pusat berada di samping bagian terendah janin turunke vagina. Tali pusat
dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atautidak.

B.Insiden Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat merupakan kejadian kegawatdaruratan obstetri yang jarang terjadi tetapi
berpotensi signifikan pada hasil neonatal yang buruk.Kejadian keseluruhan dilaporkan 0,1% –

0,6% dengan insiden yang lebihtinggi dalam presentasi bebas-sepalika, kehamilan kembar, dan
trimester awalkehamilan. Namun, baru-baru ini dilaporkan insiden yang lebih rendah(0.018%) dan
ada kecenderungan insiden mengalami penurunan sepanjangtahun: 0,6% di 1932, 0,2% di 1990, dan
0.018% di 2016 ( International Journal of Women’s Health , 2018)Menurut Royal College of
obstetricians and Gynaecologists (2014), bahwa kejadian keseluruhanprolaps tali pusatberkisar dari
0,1 – 0,6% dandalam kasus presentasi sungsang mengalami insiden prolapse tali pusat
lebihtinggi1%. Kejadian ini dipengaruhi oleh karakteristik populasi dan akanmeningkat pada kasus
kehamilan multiple .Sedangkan dalam penelitian Gannard et al (2012), kejadian prolapsetali pusat
adalah 0.18%. Itu terjadi pada 66,7% kasus pasien multipara, 19.4%dalam kasus kehamilan kembar,
41.9% dalam kasus presentasi sungsang,34.4% dalam kasus usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Persalinan yangterjadi melalui vagina adalah 33,3% kasus dengan interval waktu secarasignifikan
kurang untuk melahirkan secara Caesar . Pada kasus dengan dilatasiserviks lengkap, lebih dari tiga
perempat pasien mengalami persalinan melaluivagina.

C. Etiologi Prolaps Tali Pusat

Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusatadalah tidak terisinya secara
penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagianterendah janin. Factor-faktor etiologi prolapse tali
pusat meliputi beberapafactor yangs erring berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali
pusat,iatrogenik (Sarwono, 2009) :

a.Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsangterutama presentasi kaki

b.Prematuritas
c.Kehamilan ganda

d.Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yangtidak engage

e. Disproporsi jnin-panggul

f.Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin

g.Tali pusat abnormal panjang (>75 cm)

h.Plasenta letak rendah

i.Ketuban pecah dini

j.Amniotomi

D.Patofisiologi Prolaps Tali Pusat

Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akanmengurangi atau
menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi,komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian
janin.Obstruksi yang lengkapdari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak
jantung janin(deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan
kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya menetap terjadilahdeselerasi yang dilanjutkan
dengan hipoksia langsung terhadap miokardsehingga mengakibatkan deselerasi yang lama.Bila
dibiarkan, terjadi kematian janin.Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi
detak jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yangmenghasilkan
hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin.Gangguan aliran darah yang lama
melalui tali pusat menghasilkanasidosis respiratoir dan metabolic yang berat, berkurangnya
oksigenasi janin, bradikardia yang menetap, dan akhirnya kematian janin (sarwono, 2009).

E.Diagnosa Prolaps Tali Pusat

Menurut Sarwono (2009), diagnosa prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara, yaitu:

1.Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.

2.Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam.

3.Auskultasi terdengar jantung janin yang irregular, sering dengan bradikardi yang jelas, terutama
berhubungan dengan kontraksi uterus.

4.Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkanadanya deselerasi


variabel.

5.Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap pintu atas panggul
menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali
pusat.Diagnosis dini sangat penting untuk kehidupan janin.Meskipundemikian keterlambatan
diagnosis adalah biasa.Pada setiap gawat janin harussegera dilakukan pemeriksaan dalam.

F.Pengelolaan Prolaps Tali Pusat


Pengelolaan prolapse tali pusat menurut Buku Acuan Nasional PelayananKesehatan Maternal dan
Neonatal (2009) adalah sebagai berikut :

a.Bila tali pusat tidak berdenyut lagi tunggu partus spontan

b.Bila tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan, beri oksigen 4-6
liter/menit dengan masker atau kanulahidung.

Pembukaan belum lengkap :

Jika pembukaan belum lengkap tindakan hanya ada 2 pilihan yaitu:-Reposisi tali pusat, atau-

Seksio sesarea

Jika reposisi berhasil, tekan fundus uteri agar bagian terdepan/terbawah janin turun kalau perlu
berikan oksitosin drips dan tunggu partus spontan

Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusattidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi trendelenburg atau esaggratedsims position dengan menaruh bantal di
bawah perut/pinggul dan segeradibawa ke rumah sakit untuk seksio sesarea dengan tangan
tetapdipertahankan di dalam vagina sampai bayi lahir.

Pemberian tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol dengan dosis 0,5 mgIV dapat menolong
mengurangi kontraksi uterus.

Pembukaan sudah lengkap :

Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinansegera diselesaikan sesuai
dengan presentasi janin-Presentasi kepala :Pimpin mengedan dan ekstrasi vakum.Bila janin telah
meninggal biarkan partus spontan.-Presentasi bokong/kaki :Reposisi tali pusat dan usahakan
persalinan pervaginam dengansegera.Jika reposisi gagal lakukan ekstrasi bokong atau seksio
sesarea.-Letak lintang :Pertahankan posisi trendelenburg dan dorong bahu janin ke atas dansegera
lakukan seksio sesarea.

G.Komplikasi Prolaps Tali Pusat

Komplikasi prolapse tali pusatmenurut Buku Acuan Nasional PelayananKesehatan Maternal dan
Neonatal (2009) antara lain :

Gawat janin atau bayi mati

Infeksi intrapartum

Partus prematurus
2.MasalahBradikardia

3.KebutuhanOksigenasiResusitasi cairan (2 jalur)SC Emergency

4.Diagnosa PotensialIUFD, IPFD, perdarahan post partum

5.Kebutuhan Tindakan Segera

a.Kolaborasi dengan dokter SpOG

b.Rehidrasi cairan, Oksigenasi, SC Emergency

D.Penatalaksanaan

1.Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital , KU ibusedang, TD : 90/60 mmHg,
Nadi : 98 kali/menit, RR : 24 kali/menit, Suhu 36 C, DJJ 70 kali/menit, lemah, Kontraksi (+).

Evaluasi : Ibu menerima hasil pemeriksaan dan tampak tegang

2. Melakukan pemasangan nasal canul6 Lpm dan pemasangan infus RL 500 cc jalur ke-2 guyur.
Evaluasi : Ibu terpasangnasal canul6 Lpm dan 2 jalur infus RL 500 ccguyur.

3.Melakukan persetujuan tindakan SC emergency kepada keluarga.

Evaluasi : Keluarga Ny. M menandatangani inform concent.

4. Melakukan persiapan SC EmergencyEvaluasi : Mendaftarkan Ny. M ke ruang OK, mempersiapkan


pemasanganDC, pemberian antibiotik dan skin test Cefotaxime 1 gr secara IC.

5. Melakukan pemantauan DJJ setiap 10 menit.

Anda mungkin juga menyukai