Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori

2.1.1. Pengertia Atonia Uteri

Atoni Uteri adalah pendarahan yang timbul dari bekas implantasi placenta karena uterus tidak
mampu berkontraksi dan beretraksi dengan baik setelah plascenta lahir.(Fadlan,2011)

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilkukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).(Depkes Jakarta ; 2005 ).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir. ( Prawirohardjo,2007)

Atonia uteri adalah uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan. ( Wiknojosastro,2010)

2.1.2. Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :

1. Placenta yang baru lepas sebagian

Bila seluruh bagian placenta masih melekat, biasanya tidak terjadi pendarahan, tetapi bila sebagian
placenta sudah terlepas, maka akan terjadi robekan pada sinus-sinus meternalis, sedangkan
sebagian plasenta yang masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dan otot-otot
uterus sehingga menyebabkan pendarahan.

2. Tertinggalnya kotiledon, sebagian placenta serta selaput ketuban akan mengganggu aktivitas
otot-otot uterus untuk dapat berkontraksi dan beretraksi secara efisien sehingga pendarahan akan
terus terjadi

3. Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitalis)

Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan
(kontraksi yang hipertonik maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi
setelah bayi lahir.

4. Persalinan lama

Dapat menyebabkan terjadinya inertia uteri karena kelelahan pada otot-otot uterus.

5. Polihidramon dan kehamilan kembar

Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi
akan menjadi tidak efesien
6. Placenta previa

Pada placenta previa, sebagian atau seluruh tempat melekatnya placenta adalah pada segmen
bawah uterus, di mana lapisan ototnya amat tipis dan hanya mengandung sedikit serat otot oblik.
Hal ini menyebabkan kontrol terhadap pendarahan di bagian ini amat buruk.

7. Solusio placenta

Bila terjadi solusio placenta maka darah di dalam rongga uterus dapat meresap menjadi tidak efektif.
Solusio placenta yang berat dapat mengakibatkan terjadinya uterus souveilaire.

8. Anestesi umum

Beberapa otot anestesi merupakan relaksasi otot yang amat kuat, rnisalnya halotan dan siklopropan.

9. Penanganan yang salah pada persalinan kala III

Kebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada daerah fundus atau manipulasi pada uterus,
dapat menimbulkan terjadinya kontraksi yang tidak teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja
dari placenta yang terlepas dan hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi

10. Kandung kemih yang penuh

Bila kandung kemih penuh, maka letaknya yang amat berdekatan dengan uterus di rongga abdomen
pada akhir kala II akan mempengaruhi kontraksi dan retraksi uterus. Kandung kemih yang penuh
juga dapat menyebabkan kesalahan dalam menatalaksana persalinan kala III karena kesulitan untuk
menilai uterus

11. Nutrisi

Bila ibu mengalami kekurangan gizi maka kemampuan otot uterus berkurang.

12.Penyebab lain yang belum diketahui

Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi-kondisi seperti di atas sehingga faktor
penyebabnya tetap tidak diketahui.

2.1.3 Faktor-Faktor Predisposisi

1. Riwayat post partum atau retensi placenta pada persalinan terdahulu

Pada kondisi ini akan timbul resiko terjadi hal yang sama pada persalinan sekarang.

2. Paritas tinggi

Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut oto menjadi jaringan ikat pada
uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit melakukan
penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang terbuka setelah lepasnya placenta. Resiko
terjadinya hal ini akan meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih.
3. Mioma uteri

Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.

4. Anemia

Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar Hb yang rendah (dibawah 10 g/dl), akan cepat
terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan
dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung dan Atonia Uteri.

5. Ketosis

Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian menunjukkan bahwa 40 % wanita
mengalami ketonuria pada suatu saat selama persalinannya. Bila persalinan berjalan baik maka
keadaan tersebut tidak mempengaruhi kondisi ibu maupun jariin. Di dapatkan hubungan bermakna
antara ketosis dengan kebutuhan akan akselerasi oksitosin persalinan baru berakhir setelah lebih
dan 12 jam. Maka dianjurkan melakukan korelasi terhadap ketosis.

2.1.4. Tanda dan gejala.

1. Gejala yang jelas adalah pendarahan tampak banyak dan terus mengalir

beberapa saat setelah anak lahir, darah merah tua dan terjadinya syok pada ibu.

2. Gejala lain yang dapat diawasi meskipun tidak tampak pendarahan

yang nyata/ hanya sedikit pendarahan adalah: Ibu mengeluh mengantuk, pusing, lemak/mual

3. Banyak keringat/ keringat dingin.

4. Tampak pucat.

5. Frekuensi nadi meningkat.

6. Tekanan darah menurun.

7. Uterus teraba membesar, lunak dan kehilangan tonusnya.

2.1.5. Penanganan

1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia uteri.

2. Sementara dilakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan kompresi


bimanual.

3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggai lakukan
evakuasi sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.

4. Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.


5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi sistem pembekua darah.

6. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi,perdarahan lakuke tindakan
spesifik (lihat bagian Prosedur klinik) sebagai berikut:

ü Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar .

- Kompresi bimanual eksternal

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatka kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uterus. Pantau, aliran darah yang ke luar. Bila perdarahan berkurang,

kompresi diteruskan, pertahankan hingm uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual internal.

- Kompresi bimanual internal

Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebap pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan
perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu
hing:uterus berkontraksi kembali. Apabilaperdarahan tetap terjadi, cobakan kompres aorta
abdominalis

- Kompresi aorta abdominalis

Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebu Genggam tangan
kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak luna dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis: Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi
denyut arteri femoralis. Lira hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

- Pada rumah sakit rujukan

o Ligasi arteri uterina dan ovarika,

o Histerektomi

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI


Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia Uteri

No.

Langkah

Alasan

Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)

Masase merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan masase sekaligus dapat dilakukan penilaian
kontraksi uterus.

Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks

Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalangi
kontraksi uterus secara baik.

Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan katerisasi
menggunakan teknik aseptik

Kandung kemih yang penuh akan menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit


Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,
diperlukan tindakan lain.

Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal

Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama penolong melakukan
langkah-langkah selanjutnya.

Keluarkan tangan perlahan-lahan

Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1000 mcg

Ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus berkontraksi

Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500cc pertama secepat mungkin.

Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau untuk transfusi darah. Ringer
Laktat akan membanu memulihkan volum cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin IV
dengan cepat merangsang kontraksi uterus.

Ulang kompresi bimanual internal

KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misoprostol akan membuat
uterus berkontraksi.

10

Rujuk segera

Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawatdarurat di fasilitas yang mampu melaksanakan tindakan bedah dan
transfusi darah.

11

Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI.


Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan
merangsang miometrium untuk berkontraksi.

12

Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500/jam hingga
tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika
tidak tersedia cairan yang cukup, berikan SOOcc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan
minimum untuk rehidrasi.

Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin
IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus.

2.1 Pendokumentasian SOAP

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat secara
benar, jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada


orang lain mengenai asuhan yang telah diberikan pada seorang klien, yang didalamnya tersirat
proses berfikif yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-
langkah dalam proses menajemen kebidanan.

Menurut Hellen Varney (2007), alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk orang
lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,
didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :

S = SUBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan, data klien melalui anamnesa sebagai


langkah I Varney

O = OBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan test
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I
Varney.

A = ASSESMENT

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data sumbektif dan data objektif
dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa/masalah

2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.


3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi daan atau rujukan
sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.

P = PENATALAKSANAAN

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan


Assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.

Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :

1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi yang sistematis yang
mengorganisasi penemuan dan konklusi anda menjadi suatu rencana.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan untuk tujuan mengadakan
pendokumentasian asuhan.
4.1 Subyekti

Berdasarkan asuahan kebidanan pada Ny “R” telah dilakukan Anamnesa dilahan sesuai
dengan pedoman anamnesa dan telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan data dasar dalam
asuhan kebidanan. Factor predisposisi dari atonia salah satunya adalah riwayat post partum dengan
atonia uteri

4.2 Obyektif

Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan data obyektif dari hasil pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang untuk
memantau keadaan ibu dan telah dilkukan sesuai dengan prosedur yang ada baik dipendidikan
maupun dilahan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

4.3 Analisa

Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny “R” didapatkan diagnosa yaitu setelah plsenta lahir
uterus tidak berkontraksi selama 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri. Menurut fadalan
2011 Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilkukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Sehingga antara teori dan praktik tidak ada
kesenjangan.

4.4 Penatalaksanaan

Berdasarkan asuhan kepada Ny “R” mahasiswa telah mampu melakukan


penatalaksanaan pada ibu post partum dengan atonia uteri yaitu dengan cara masase pundus uteri
dan melakukan kontraksi bimanual interna sehingga perdarahan bias teratasi. Menurut teori Masase
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik), Bersihkan bekuan darah dan/atau
selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh
dan dapat dipalpasi, lakukan katerisasi menggunakan teknik aseptic, Lakukan kompresi bimanual
internal selama 5 menit, dan pertahankan selama 2 menti jika uterus berkontrksi. Sehingga antara
teori dan praktik tidak terjadi kesenjangan.

Anda mungkin juga menyukai