PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes
Jakarta, 2002).
2.2 Etiologi
Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin
L. Pernoll (2009), di antaranya :
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan
atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
a. Fundus uteri naik
b. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
c. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
d. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
e. pucat
f. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
g. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
h. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran urine yang sedikit (<
30 cc/ jam)
2.4 Patofisiologi
2.5 Pencegahan
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan: Melakukan secara
rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah bayi
lahir (Prawiroharjo, 2011).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi kebetulan obat tersebut
sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang
cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani
seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah
atonia uteri. Pada menejemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin
setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus
atau 10-20 unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum dini.
Karbetosin merupakan obat obat long-action dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian oksitosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi
11
2.6 Penatalaksanaan
Penanganan umum
Penanganan khusus
Uterotonika:
1.Oksitosin
2) Metilergonovin maleat
3) Prostaglandin (Misoprostol)
1. Massage fundus uteri segera setelah lahirnya Massage merangsang kontraksi uterus,s
plasenta (maksimal 15 detik) dimassage dapat dilakukan penila
kontraksi uterus
2. Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban Bekuan darah dan selaput ketuban dal
dari vagina dan lubang servik vagina dan saluran serviks akan da
menghalang kontraksi uterus secara baik
3. Pastikan bahwa kantung kemih kosong, jika Kandung kemih yang penuh akan dapat
penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menghalangi uterus berkontraksi secara b
menggunakan teknik aseptik
11 Dampingi ibu ketempat rujukan . teruskan Kompresi uterus ini memberikan tekan
melakukan KBI langsung pada oembuluh darah didnd
uterus dan merangsang uterus berhenti
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC,
1998.