Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ATONIA UTERI

OLEH

NAMA : MISSELIN N. S. SAMARA

KELAS :A

SEMESTER : IV

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
A. Definisi
Autonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah perdarahan pasca persalinan dimana
akibat dari kegagalan tersebut serabut-serabut otot uterus terjadi perdarahan postpartum
di mana terjadi setelah plasenta lahir atau 4 jam setelah plasenta lahir.
Autonia uteri adalah sebuah kondisi serius yang dapat terjadi setelah seorang
wanita melahirkan bayi. Kondisi ini terjadi saat uterus atau rahim gagal mengalami
kontraksi setelah melahirkan bayi lahir. Atonia uteri adalah sebuah kondisi serius yang
dapat terjadi saat setelah seorang wanita melahirkan bayi. ( Depkes 2020 ). Atonia uteri
adalah keadaan lemahnya ronus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak m ampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir.( Sylvi Wafda,2019 ).
Autonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi
dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta
menjadi tidak terkendali ( Manuaba, 2012 )
B. Etiologi
Faktor-faktor predisposisi autonia uteri meliputi :
1. Regangan rahim yang berlebihan dikarenakan polihidramnion, kehamilan
kembar, makrosemia atau janin besar
2. Persalinan yang lama,persalinan yang lama dimaksud merupakan persalinan
yang memanjang pada kala satu dan kala dua yang terlalu lama
3. Persalinan yang terlalu cepat atau persalinan spontan
4. Persalinan yang dilindungi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Multiparitas yang sangat tinggi
6. Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua serta keadan umum ibu yang
jelek ,anemis, atau menderita penyakit menahun. Terjadinya peningkatan
kejadian autonia uteri sejalan dengan meningkatnya usia ibu yang diatas 35
tahundan usia yang seharusnya belum siap untuk dibuahi. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu, maka tinggi frekuensi perdarahan
yang terjadi ( Prawihardjo, 2010 ).
7. Jarak kehamilan yang dekat ( kurang dari dua tahun ).
8. Bekas operasi caesar.
9. Pernah abortus ( keguguran ) sebelumnya. Bila terjadi riwayat persalinan
kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan di rumah sakit, dan jangan di rumah
sendiri.
10. Dapat terjadi akibat melahirkan plasenta dengan memijat dan mendorong
uterus ke bawah sementara uterus belum terlepas dari tempat implannya atau
uterus. Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat diketahui.
Tetapi,bila perdarahan sedikit dalam waktu banyak tanpa disadari, pasien ( ibu
) telah kehilangan banyak darah sebelum ibu tampak pucat dan gejala lainya.
Perdarahan karena autonia uteri, uterus tampak lembek membesar ( Anik-
Yulianingsih 2010 ).
C. Patofisilogi
Perdarahan post partum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti.
Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia uteri
dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan post partum. Sekalipun pada
kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri
sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak hal harus
menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.
D. Patway Atonia Uteri

E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang ada pada perdarahan post partum akibat atonia uteri adalah :
1. Perdarahan segera setelah anak lahir
2. Pada palpasi, meraba fundus uteri disertai perdarahan yang memancur dari
jalan lahir
3. Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
4. Perut terlihat membesar
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada atonia uteri penting untuk memantau keadaan umum
dan mewaspadai terjadinya syok dan komplikasi lainya, pemeriksaan diantaranya :
 Pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan untuk pencobaan silang bila
sewaktu waktu pasien memerlukan tranfusi darah. Pemeriksaan darah lengkap
dilakukan untuk mengetahui bila ada penurunan hemoglobin ataupun
hematokrit, juga bila terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
 Waktu pembekuan darah dan waktu perdarahan penting untuk menyingkirkan
diagnosis faktor trombin sebagai penyebab timbulnya perdarahan pasca
persalinan. Pemeriksaan ini dapat juga digunakan untuk melihat adanya
komplikasi koagulopati intravaskular diseminata.
 Melakukan pengecekan terhadap faktor koagulasi seperti trombosit dan
fibrinogen. Klinisi perlu berhati-hati bila ditemukan peningkatan degradasi
produk fibrin. Penurunan kadar fibrinogen dapat menunjukan masa
tromboplastin parsial diaktivasi.
G. Penatalaksanaa medis
Banyak darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa
masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai syok berat
hipovolomia. Tindakan pertama yang dilakukan harus bergantung pada keadaan
klinisnya. Pada umumnya dilakukan simultan bila pasien syok, dapat dilakukan:
1. Sikap trendelenburg, memasang venous line dan memasang oksigen
2. Merangsang uterus dengan cara :
 Merangsang fundus uteri dengan merangsang puting susu
 Pemberian misoprosol 800-100 ug per-rectal
 Kompresi bimanual interna minimal selama 7 menit. Apabila tidak
berhasil lakukan tindakan selanjutnya yaitu kompresi bimanual
eksternal selama 7 menit. Lakukan kompresi aorta abdominalis.
 Bila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
( mempertahankan uterus ) atau melakukan histerokomi. Alternatifnya
berupa : ligasi arteria uterine atau arteria ovarika. Histerektommi total
abdominal.
Langkah-langkah rinci penatalaksanaan atonia uteri pasca persalinan :

1. Lakukan massage fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan :


Massage merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan massage sekaligus
dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput
ketuban atau gumpalan darah dalam vakum uteri akan dapat menghalangi
kontraksi uterus secara baik.
3. Mulai melakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
teruskan kompresi bimanual interna hingga 5 menit : sebagian besar atonia
uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimanual tidak berhasil
setelah 5 menit, dilakukan tindakan lain
4. Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna : bila penolong
hanya seorang diri, keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual
secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
5. Berikan metal ergometrin 0,2 mg intra muskular / intavena : metilergometrin
yang diberikan secara intramuskular akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan
akan menyebabkan kontraksi uterus. Pemberian intravena bila sudah terpasang
infuse sebelumnya.
6. Berikan infuse cairan larutan ringer laktak dan oksitosin 20 IU/500 ml :
Oksitosin intravena akan bekerja segera untuk menyebabkan uterus
berkontraksi. Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama atonia.
7. Mulai lagi kompresi bimanual interna atau pasang tampon uterovagina.
8. Teruskan cairan intervena hingga ruang operasi siap.
9. Lakukan lapartomi : pertimbangkan antara tindakan mempertahankan uterus
dengan ligasi arteri uterine/hipogastrika atau histerektomi : pertimbangkan
antara lain paritas, kondisi ibu,jumlah perdarahan.

H. Pengkajian dan Fokus Data


1. Pengkajian
a. Identitas klien : Nama, Usia, Pekerjaan, Agama, Alamat,
b. Keluhan utama
Perdarahan dari jalan lahir.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, apakah klien pernah mengalami
obsetrik operatif sebelumnya, atau ada penyulit persalinan
sebelumnya seperti hipertensi, kelainan uterus sperti mioma
uteri,dll.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Atonia uteri sering dijumpai pada multi para dan grade multi
para kala 1 atau kala 2 yang memenjang persalinan cepat dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan
darah,eklamsi dan pre eklamsi.
d. Pemeriksaan fisik tanda vital, fundus uteri, kulit, pervaginam, kandung
kemih
1) Kepala
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis
3) Thorak
Inpeksi Pernapasa : Frekuensi, kedalam, Jenis pernapasan
denyut Jantung : Frekuensi, karakteristik ( nadi biasanya cepat,
TD cendrung menurun )
4) Abdomen
Kaji karakteristik uterus ( kekuatan, frekuensi, lama ) biasanya
his kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat
persalinan, lakukan prabaab pada simpisis biasanya blas
penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi kandung
kemih.
5) Vulva dan Vagina
Biasanya terdapat perdarahan dan pervaginadan biasanya darah
berwarnah merah tua
6) Integument / Kulit
Kemungkinan akral teraba dingin turgor kulit > 1 ketik, CRT >
2 detik.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhungan dengan kehilangan cairan aktif ( D.0023 )
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( D.0077 )

J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Hipovolemia berhubungan Seteleah dilakukan Manajemen
dengan kehilangan cairan tindakan keperawatan 1x34 Hipovolemia ( I.
aktif ( D. 0023 ) jam diharapkan status 03116 )
cairan membaik ( L. Observasi :
03028 ) dengan kriteria  Periksa tanda
hasil : dan gejala
1. Kekuatan nadi hipovolomia
meningkat ( misalnya :
2. Urine output frekuensi nadi
meningkat meningkat,na
3. Membran mukosa di teraba
lembap meningkat lemah,
4. Dysponea menurun tekanan darah
5. Oedem anasarka menurun,
menurun tekanan nadi
6. Oedem perifer menyempit,
menurun turgor kulit
7. Frekuensi nadi menurun,
membaik membran
8. Tekanan darah mukosa
membaik kering,
9. Turgor kulit volume urine
membaik menurun,
10. Hemoglobin hematokrit
membaik meningkat,
11. Hemotokrit haus, lemah )
membaik  Monitor
12. Intake cairan intake dan
membaik output cairan
13. Suhu tubuh Terapeutik :
membaik  Hitung
kebutuhan
cairan
 Berikan posisi
trendenlenbur
g
 Berikan
asupan cairan
oral
Edukasi :
 Anjurkan
memperbanya
k asupan
cairan oral
 Anjurkan
menghindari
perubahan
posisi
mendadak
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Isotonik
( mis : NaCl,
RL )
 Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Hipotonis
( misal :
glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
 Kolaborasi
pemberian
cairan koloid (
misal :
albumin,
plasmanate )
 Kolaborasi
pemberian
produk darah.

K. Implementasi dan Evaluasi

 Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah disusun pada tahap perencanaan.
Setiadi ( 2012 ), konsep & penulisan asuhan keperawatan, yogyakarta: Graha
ilmu.
 Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
Hidayat A. Aziz Alimul ( 2007 ), pengantar konsep dasar keperawatan, jakarta :
salemba medika.

DAFTAR PUSTAKA

Anik, yulianingsih. 2019. Asuhan kegawadaruratan Dalam kebidanan. Jakarta :


CV. Trans info media cuningham, F. G. 2016. Wiliam Obsetrics 21 th
Edition. Jakarta : EGC. Depkes, RI. 2012.

Atonia uteri. http://www.litbang.depkes.go.id/lanjut/ibu/atonia.htm.Diakes oleh


Diana Aryani tanggal 21 april 2021 pukul 15.00 wib

Diro, As. 2019. Pengelolaan khusus Atonia Uteri.


http//ww.uteri.go//sax.10prh//al.Diakes oleh Dina Aryani tanggal 21 April
2021 pukul 16.00 wib
Notoadmodjo, Soekidjo. 2015. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : CV.
Sagung seto.

Pengaruh Atonia Uteri pada Ibu perdarahan post partum. http: //depkominfo.go.id.
Diakes oleh Dina Aryani tanggal 21 April 2021 pukul 16.30 wib

Prahardina, dr. 2019. Buku pintar kehamilan & persalinan. Jakarta : GM.

Prawirohardjo, S. 2018. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka


Sarwono Prawihardjo

Saptandari, p. 2017. Tindakan yang diberikan pada Ibu Atonia Uteri.


http://dady.blogspirit.com/archive/2006/04/11/perdarahan-pasca-persalinan-1.
htm. Diakses oleh Dina Aryani tanggal 21 April 2021 pukul 19.30 wib

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,edisi I


Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, edisi I
Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, edisi I
Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai