NIM : 2153031
1. Definisi
Pendarahan post-partum didefinisikan oleh The World Health Organization (WHO)
sebagai keadaan kehilangan darah >500 ml pada 24 jam setelah melahirkan.
Pendarahan post-partum didefinisikan sebagai kehilangan darah >500 ml melalui
persalinan normal, sedangkan >1000 ml untuk seksio- caesarean.
(Brian, 2010).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal
(Nugroho,2012)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan postpartum antara lain :
1. Atonia uteri
Atonia uteri didefinisikan sebagai berkurang/tidak adanya kontraksi uterus yang
efisien setelah lepasnya plasenta, merupakan penyebab umum pendarahan post-
partum dan komplikasi pada 1 di setiap 20 proses melahirkan. Atonia uteri bisa
disebabkan karena uterus yang over-distensi (polihydramnions, bayi kembar,
makrosomia), kelelahan (proses melahirkan yang lama), atau tidak bisa kontraksi
karena tokolitik atau anastesia general (Walfish, dkk, 2009)
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil
kembar, hidramnion atau janin besar
c. Multiparitas
d. Anestesi yang dalam
e. Anestesi lumbal
2. Trauma
Trauma berupa laserasi dan hematum karena melahirkan dapat menyebabkan
1
kehilangan darah yang signifikan, yang berkurang seiring waktu dan hemostasis
(Janice, 2007). Kebanyakan kasusnya minor, tetapi beberapa kasus disertai dengan
pendarahan yang signifikan, segera maupun tertunda. Tempat terjadinya trauma umumnya
pada perineum, vagina dan serviks. Penyebabnya dapat karena nul-paritas, episiotomy, ibu
yang lanjut usia, melahirkan dengan operasi, bayi kembar, dan makrosomia
3. Abnormal Plasentasi
Abnormal plasentasi diartikan sebagai penempelan abnormal plasenta pada dinding uterus.
Penempelan yang abnormal dapat menyebabkan pendarahan masif dan bersama dengan
atonia uteri merupakan penyebab umum dilakukannya histerektomi. Abnormal plasentasi
bisa disebabkan karena umur ibu yang lanjut, paritas yang tinggi, adanya riwayat invasive
plasenta atau melahirkan secara seksio, dan plasenta previa (terutama kombinasi dengan
riwayat seksio-cesarean, meningkat 67% dengan 4 atau lebih).
4. Gangguan pembekuan darah (Nugroho,2012)
3. Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan kurang dari 2
tahun,persalinan dengan tindakan : pertolongan dukung,tindakan paksa,dengan
narkosa,kelahiran sulit atau normal dari plasenta,penyakit yang diderita (penyakit
jantung,DM,dan kelainan pembekuan darah ) dapat menyebabkan terjadinya atonia
uteri,trauma genital (perineum,vulva,vagina,servik,atau uterus). Retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus tidak
berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implementasi
plasenta terbuka sehingga menyebabkan pendarahan. Pada genetelia terjadi robekan atau
luka episotomi, ruptur verikositis, inversi uterus menyebabkan pendarahan. Pada
retensio plasenta ditandai dengan plasenta belum lahir setelah 30 menit. Sisa plasenta
ditandai dengan palsenta atau selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan
robekan jalan lahir, jika ditangani dengan tidak baik dapat menimbulkan komplikasi :
dehidrasi,hivolemik, syok hipovolemik, anemia berat,infeksi dan syok septik,sepsis
purpuralis,emboli paru. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan,
hipoksia intra uterin, reterdasi pertumbahan intra uteri dan dampak terkahir
menimbulkan kematian (Maritalia D,2012).
4. Manifestasi Klinis
2
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat
hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan. Gambaran PPP
yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami
perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak
darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2006; Cunningham, 2005)
5. Kriteria Diagnosa
Kriteria diagnosa perdarahan postpartum, yaitu (Vicky, 2006)
1. Pemeriksaan fisik : pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak
darah keluar melalui vagina terus-menerus.
2. Pemeriksaan obstetri : uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi
uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi : dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan
retensi sisa plasenta.
6. Penatalaksanaan
a. Perdarahan post partum akibat atonia uteri
Pada atonia uteri, lakukan masase dan penyuntikan 0,2 ml ergometrin intravena
dan prostaglandin parenteral. jika tidak berhasil lakukan kompresi bimanual pada
uterus dengan cara memasukan tangan kiri kedalam vagina dan dalam posisi
mengepal diletakan diforniks anterior, tangan kanan diletakan didinding perut
memegang fundus uterui. bila tetap gagal dapat dipasang tampon uterovaginal
dengan cara mengisi kavum uteri dengan kasa sampai padat selama 24 jam, atau
dipasang kateter folley. bila tindakan tersebut tidak dapat menghentikan
perdarahan juga, terapi defenitif yang diberikan adalah histeroktom atau ligasi
uterine.
b. Perdarahan post partum akibat trauma (laserasi/ robekan jalan lahir).
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras,
bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan
penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahan maka
segera lakukan penjahitan menggunakan benang catgut dan jarum bulat. Untuk
robekan yang lokasinya dalama atau sulit dijangkau, beri tampon pada liang
3
senggama/ vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan
pemberian uterotonika intravena.
c. Pada abnormal plasentasi (retensio plasenta)
Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan plasenta
dengan plasenta manual. bila terdapat plasenta akreta, segera hentikan plasenta
manual dan lakukan histerektomi. Bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran
plasenta dengan digital/ kuratase, sementara infus oksitosin diteruskan.
d. Bila disebabkan ganguan pembekuan darah, berikan transfusi plasma segara Pada
perdarahan pasca persalinan sekunder : kompresi bimanual sedikitnya selama 30
menit antibiotik sprektum luas oksitosin 10 U intramuscular tiap 4 jam atau 10-20
U/IV dengan tetesan lambat 15 smetil PGF 0,25 mg IM tiap 2 jam atau ergot
alkalaoid tiap 6 jam sedikitnya selama 2 hari.
4
7. Bila perdarahan masih berjalan dan berat
- Dirumah sakit, pemindahan ibu ke kamar operasi untuk pengangkatan
manual plasenta dan kompresi bimanual
7. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2003) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan
inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
8. Pencegahan
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya. Kunjungan pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4 kali
kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester I, sekali trimester II, dan dua kali
pada trimester III. Anemia dalam kehamilan harus diobati karena perdarahan dalam
batas-batas normal dapat membahayakan penderita yang sudah anemia. Kadar
fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan yang banyak, kematian janin dalam uterus
dan solusio plasenta. Apabila sebelumnya penderita sudah mengalami perdarahan
postpartum, persalinan harus berlangsung di rumah sakit. Di rumah sakit diperiksa
keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah dan bila mungkin tersedia
donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan
obat-obatan penguat rahim (uterus tonikum). Setelah ketuban pecah kepala janin
mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan ampul
methergin atau kombinasi 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena) (Mochtar,
1995).
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas
dari dindingnya. Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan
postpartum. Sepuluh satuan oksitosin diberikan intramuskulus segera setelah anak
5
lahir untuk mempercepat pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya
diberikan 0,2 mg ergometrin intramuskulus. Kadang-kadang pemberian ergometrin,
setelah bahu depan bayi lahir dengan tekanan pada fundus uteri plasenta dapat
dikeluarkan dengan segera tanpa banyak perdarahan. Namun salah satu kerugian dari
pemberian ergometrin setelah bahu depan bayi lahir adalah kemungkinan terjadinya
jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada persalinan gemelli yang tidak diketahui
sebelumnya (Wiknjosastro, 2005).
9. Komplikasi
Komplikasi perdarahan postpartum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia
dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat
sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata
dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak (Chalik,
2000).
1. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dll.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah dll,
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuk mengenali tanda atau gajala yng
berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio
plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan
biasanya ibu Nampak perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa
menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan
psikososialnya. Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
6
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang
lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit
penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang
mempunyai riwayat yang sama. Adanya riwayat keluarga yang pernah atau
sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
e. Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
8
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Risiko Syok Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Shock NIC Label :
keperawatan terhadap Prevention Shock
pasien diharapkan kondisi 1. Monitor intake Prevention
pasien kembali stabil dan output 1. Untuk
dengan kriteria hasil : pasien. memantau
NOC Label : Vital Signs 2. Monitor suhu dan intake dan
1. Suhu tubuh pasien respirasi pasien. output pasien
berada dalam rentang 3. Monitor 2. Memantau
normal (36,5- ketakutan, suhu tubuh
37,5OC) (skala 5) kecemasan, dan dan
2. Respiratori rate perubahan dalam pernafasan
pasien berada dalam status mental pasien
rentang normal 4. Posisikan pasien 3. Memantau
(dewasa : 16-20 kali/ pada posisi tingkat
menit) (skala 5) supinasi dengan kecemasan
3. Tekanan darah sistol kaki elevasi dan perubahan
pasien berada dalam 5. Pertahankan jalan status mental
rentang normal napas pasien
(dewasa : 100-120 6. Berikan cairan IV 4. Untuk
mmHg) (skala 5) dan/atau oral kenyamanan
4. Tekanan darah posisi klien
9
diastol pasien dalam 5. Menjamin
rentang normal ventilasi
(dewasa : <85 adekuat
mmHg) (skala 5) 6. Memenuhi
5. Tekanan nadi pasien kebutuhan
berada dalan rentang cairan klien
normal (dewasa : 60- NIC Label : NIC Label :
100 x/menit) (skala Bleeding Reduction Bleeding
5) 1. Memantau ketat Reduction
untuk perdarahan 1. Memantau
NOC Label : Fluid pasien keadaan
Balance 2. Memantau volume darah
1. Turgor kulit elastis jumlah dan pasien
(skala 5) hakikat 2. Untuk
2. Intake dan output kehilangan darah memantau
pasien seimbang pasien perubahan
(skala 5) 3. Memonitor status tekanan darah
3. Membran mucus cairan, termasuk pasien
pasien lembab (skala intake dan output 3. Untuk
5) pasien mengetahui
cairan yang
NOC Label : masuk dan
Circulation Status keluar
1. Tekanan vena sentral
pasien berada dalam
rentang normal
(skala 5)
2. Saturasi oksigen
pasien berada dalam
rentang normal
(skala 5)
10
4. Evaluasi yang diharapkan
1. Risiko Syok
S :-
O :
Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal (36,5-37,5OC)
Respiratori rate pasien berada dalam rentang normal
Tekanan darah diastol pasien dalam rentang normal (dewasa :
<85 mmHg)
Tekanan nadi pasien berada dalan rentang normal (dewasa : 60-
100 x/menit)
Turgor kulit elastis
Intake dan output pasien seimbang
Membran mucus pasien lembab
Tekanan vena sentral pasien berada dalam rentang normal
Saturasi oksigen pasien berada dalam rentang normal (skala 5)
11
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNAI
PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS PROFESI NERS
RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
FORMAT PENDIDIKAN KESEHATAN
Janice M. Anderson, M.D. Duncan Etches, M.D., M.CL.SC. Prevention and Management of Postpartum
Hemorrhage. American Academy of Family Physicians. 2007
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Editor Sujono Riyadi. Yogyakarta:
PustakaBelajar.
Saifuddin, AB. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sheris, J. (2002). Out Look : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi Khusus. PATH.
Seattle.
Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta : EGC
Winkjosastro H, Hanada. (2005). Perdarahan Pasca persalinan. Diakses : 12 Maret 2014
dari : http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12.html [update : 1
Februari 2005].