NIM : 2153031
B. Klasifikasi
3
C. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik preeklampsi bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang –kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeclampsia ialah edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila
gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan
preeklampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan
nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini
sudah cukup lanjut.
Sedangkan eklampsia kasus akut pada penderita preeclampsia yang
disertai kejang dan koma, sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari
kedua masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
5
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-
kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan
oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edama
atau pendarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies arterial,
iskemia, dan edema rutina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan
oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda
subjektif ( Cuningham, 1995:767 ).
6
D. Prognosis
1. Kerusakan akibat preeklampsia antara lain sbb :
a. Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan
penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi
pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
b. Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan
bisa berakibat fatal.
c. Jantung
Terdapat payah jantung.
d. Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
e. Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan
bengkak maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat
sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup
lama.
f. Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat
pembekuan darah.
dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak
bisa ditolong lagi.
2. Pada eklamsi
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa
kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas,
usia dan keadaan saat masuk rumah sakit.
a. Kematian ibu
Disebabkan oleh pendarahan otak, kegagalan jantung, paru,
kegagalan ginjal, infeksi, kegagalan hepar, dan lain-lain.
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan
fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak
dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari
tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi
ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina,
gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
b. Kematian janin
Disebabkan hipoksia intrauterin dan prematuritas. Asfiksia
mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra
Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim.
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia
yang terdiri dari :
a. Koma yang lama
b. Frekuensi nadi diatas 120 kali permenit
c. Suhu 39,4 celcius atau lebih
d. Tekanan darah lebih dari 200 mmHg
e. Konvulsi lebih dari 10 kali
f. Proteinuria 10 gr atau lebih
g. Tidak ada oedema, oedema menghilang
Bila dijumpai salah satu tanda-tanda yang diatas maka disebut dengan
eklampsia ringan, bila dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan
prognosis akan lebih jelek
E. Etiologi
8
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
2. Peran faktor imunologis.
3. Adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
4. Peran faktor genetik/familial
5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
7. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
F. Patofisiologi
1. Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (KDM)
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah sakibat spasme
pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis yang
9
G. Komplikasi
1. Komplikasi preeklamsia :
12
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah :
a. Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia.
b. Hendaknya janin lahir hidup.
c. Trauma pada janin seminimal mungkin.
1. Preeklamsi
a. Medis
13
Penanganan umum
Pemberian IV
a) Dosis awal
Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
17
a)
b)
c) Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan
per rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
d) Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
e) Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan
kedalam rektum.
b. Keperawatan
1) Preeklamsia ringan dan sedang
a) Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah
baring.
b) Diet rendah garam dan tinggi protein.
c) Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila
penyakit membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika
penyakit menetap atau memburuk, kehamilan dapat diakhiri
pada usia kehamilan 37 minggu.
2) Preeklamsia Berat (PEB)
a) Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
Tirah baring.
Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
Pasang kateter tetap (bila perlu).
b) Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-
keadaan di bawah ini :
Umur kehamilan >36 minggu.
Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
Gawat janin.
18
Sindroma HELLP.
Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam
perawatan tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit.
3) Eklamsi
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera dilakukan
terminasi (diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang
dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka
terminasi kehamilan tersebut.
I. Penkes Diet
1. Tujuan Diet
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
b. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
c. Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
d. Mencapai keseimbangan nitrogen
e. Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
f. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit
baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
2. Syarat Diet
a. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan
diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima
makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan
atau diet sebelum hamil.
b. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam
atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah
1 Kg/minggu.
c. Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).
d. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan
lemak tdk jenuh ganda.
e. Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
f. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
g. Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
19
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu
proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam
pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul
20
B. Diagnosa Keperawatan
22
C. Rencana Keperawatan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnose dan intervensi keperawatan. Diagnose yang mungkin
ditemukan pada ibu hamil dengan pre eklamsia/ eklamsia adalah sebagai
berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasospasme pembuluh darah.
Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadarn membaik, tidak ada gerakan involunter.
Intervensi :
a. Monitor poerubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu
(cemas, bingung, letargi, pingsan).
b. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab,
cacat kekuatan nadi perifer.
23
5. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kejang pada
ibu.
Kriteria hasil :
25
Intervensi :
a. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
b. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
c. Kaji penyebab nyeri.
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan control nyeri masa lamapau
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan
dukungan.
g. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
h. Kurangi factor presipitasi.
i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal).
j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
k. Ajarkan tehnik relaksasi.
l. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m. Evaluasi keefektifan control nyeri.
n. Tingkatkan istirahat tidur.
o. Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan tindakan
yang tidak berhasil.
p. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
7. Risiko cidera ibu b/d oedema/ hipoksia jaringan.
Tujuan : Ibu tidak mengalami risiko cedera karena mengalami oedema.
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk
melindungi diri dan meningkatkan keamanan.
b. Bebas dari tanda-tanda iskemia serebral (gangguan penglihatan,
sakit kepala, perubahan pada mental).
c. Menunjukkan kadar factor pembekuan dan kadar enzim hepar
normal.
Intervensi :
27
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
41