Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PROLAPS TALI PUSAT

Diajukan Untuk Memenuhi Stase Keperawatan Maternitas


Profesi Ners

Disusun Oleh :
Cici Nia Guniawati

PROGRAM PROFESI NERS NUSANTARA

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dalam bidang
obstetri. Prolaps tali pusat merupakan penyulit di dalam persalinan. Prolaps tali pusat
adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping
atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran
darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar
diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin
dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia.
Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka
kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar 1:
3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1: 200 kelahiran. Keadaan prolaps tali
pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi
kepala 0,5% , letak sungsang 5%, presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolaps
tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah.
Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat melewati leher rahim pada saat yang
sama atau di muka dari bagian presentasi janin. Tali kemudian rentan terhadap
kompresi antara bagian janin presentasi dan jaringan lunak sekitarnya atau panggul
tulang, dapat menyebabkan terhentinya perfusi fetoplasenta yang dapat
mengakibatkan hipoksia pada janin yang juga dapat berujung pada mortalitas janin.
Menurut beberapa referensi diketahui bahwa prolaps tali pusat merupakan
keadaan kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera. Beberapa cara
dapat dilakukan dalam mengatasi keadaan tersebut seperti memposisikan ibu,
mengembalikan tali pusat pada posisi semula atau pilihan untuk dilakukan prosedur
operasi caesar untuk menyelamatkan janin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori prolaps tali pusat?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan prolaps tali pusat?

1
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep teori prolaps tali pusat
2. Memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan prolaps tali pusat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului
bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian
terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012). Prolaps tali pusat merupakan
keadaan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin
dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright,
2004).

Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah (Mansjoer Arif, 2000).
Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat
turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa
janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi
kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul.
Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada
asfiksia (Phelan, 2013).
Dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa prolaps tali pusat adalah
letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin
yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat sehingga fungsi tali pusat menjadi
terganggu.

Gambar 2.1 Gambar Prolaps Tali Pusat

2.2 Klasifikasi
1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis
tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.

3
2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian
besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian
bawah janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah.
3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau
berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali
pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban
pecah. (Winkjosastro, 2005)

Gambar 2.2 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat

2.3 Etiologi
1. Etiologi fetal
a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang, presentasi
bokong, terutama presentasi kaki.
b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang
salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk
aktif bergerak.
c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi
gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar,
kemungkinan presentasi yang tidak normal.
d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
e. Ruptur membran anion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut
membawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke
vagina.
2. Etiologi Maternal
a. Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun
dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.

4
b. Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun
panggul normal.
3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta
a. Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
b. Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian
terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.

2.4 Tanda dan Gejala


a. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina
b. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih
sempit dari vagina
c. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat
ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul
d. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler
e. Terdapat bradikardia janin (DJJ <100x/menit)
f. Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan lemah

5
2.5 Patofisiologi (Pathway)

-Plasenta previa Janin sulit beradaptasi terhadap


-Tali pusat Panjang panggul ibu
-Kehamilan kembar
-Faktor injuri, idiopatik
PAP tidak tertutupi bagian bawah janin
-Kehamilan prematur
Resiko infeksi
Resiko infeksi Tali pusat bergeser/turun

Tali pusat di luar vagina PROLAPS TALI PUSAT Pemeriksaan pervagina Bakteri masuk

Tali pusat menumbung Tali pusat terkemuka Tali pusat occult

Obstruksi lengkap Obstruksi sebagian Tali pusat melingkar pada Tekanan pada tali pusat bagian
kepala/bagian lain terendah dan jalan lahir
Deselerasi DJJ Akselerasi DJJ
Tertekan pada dinding pelvis Mengurangi sirkulasi plasenta
Hipoksia miokard Asidosis respiratorik
dan metabolic, O2 janin Aliran darah/O2 terhambat
berkurang, bradikardi Resiko ketidakseimbangan Hipoksia janin
Hipoksia janin yang menetap volume cairan
Hipoksia janin
Resiko cidera
Gangguan Hipoksia janin Syok hipovolemik pada janin
Gawat janin
pertukaran gas

Gerakan melemah Sectio cesaria Perdarahan masif

Ansietas 6Resiko infeksi


2.6 Prognosis
Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat
sesuai klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan
ditangani sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam
kandungan. Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin akan
membaik dengan secsio caesar (Prawirohardjo, 2012).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pada kasus prolaps tali pusat, pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:
a. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple.
b. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat, dapat terlihat dari
vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi terdengar jantung janin.
c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monitoring
DJJ.
d. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
janin, posisi dan formasi.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanan tali pusat bedasarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Prolaps tali pusat menumbung (prolapsus funikuli )
a. Posisiskan ibu pada posisi kneechest. Jika mampu kembalikan tali pusat ke
dalam vagina menggunakan tekanan ke atas menghadap bagian presentasi
untuk mengangkat janin jauh dari prolaps tali pusat. Hal ini dapat dilakukan
secara manual (bersarung tangan steril/2 jari mendorong ke atas terhadap
bagian presentasi atau sekali bagian presentasi di atas pinggir panggul,
menggunakan tekanan suprapubik terus menerus dalam arah ke atas).
b. Jika tali pusat tidak dapat dimasukkan ke dalam vagina, hindari memegang tali
pusat yang berada di luar vagina, karena hal ini menyebabkan vasospasme.
c. Tutupi tali pusat dengan kasa steril lembab yang dibasahi normal salin hangat
untuk menjaga agar tidak kering dan dingin.
d. Lanjutkan ke bagian darurat caesar sesegera mungkin.
e. Jika tersedia, memberikan terbutaline 0,25 mg subkutan untuk mengurangi
kontraksi ketika terdapat kelainan denyut jantung janin.
2. Prolaps occult

7
a. Tempatkan ibu dalam posisi lateral ataupun kneechest.
b. Jika denyut jantung janin normal, berikan ibu O2 dan denyut jantung janin
serta pulsasi tali pusat yang terus dipantau.
c. Jika denyut jantung janin tetap normal, persiapkan operasi Caesar yang cepat.
d. Persalinan normal hanya dapat dilakukan jika waktu persalinan sudah dekat,
serviks sepenuhnya melebar dan tidak ada kontra-indikasi.
3. Prolaps terkemuka
Penangannya sama seperti prolaps occult. Pantau denyut jantung janin serta
pulsasi tali pusat sambil mempersiapkan persalinan baik normal jika tidak ada
kontra indikasi maupun caesar.

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan prolaps tali pusat terdiri dari:
1. Identitas Klien
1) Identitas klien dikaji seperti biasa, meliputi nama, jenis kelamin, usia,
alamat, suku bangsa, dll.
2) Jenis kelamin : insidensi prolaps tali pusat hanya terjadi pada jenis kelamin
wanita dan terjadi pada wanita hamil.
3) Usia
4) Ras/ Etnis : insidensi prolaps tali pusat tidak dipengaruhi oleh ras/etnis.
5) Dx Medis : prolaps tali pusat/prolaps umbilical corda.
2. Status kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien dengan prolaps tali pusat memiliki keluhan tidak terdapat kontraksi
pada janin dikarenakan hipoksia pada bayi. Klien merasa cemas karena
terdapat tali pusat menonjol ke luar vagina
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa cemas karena terdapat tali pusat di luar vagina. Klien masuk
rumah sakit dikarenakan hipoksia yang terjadi pada bayi akibat prolaps tali
pusat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Trauma selama kehamilan, misalnya: dekompresi uterus pada hidroamnion
dan gemeli; kehamilan prematur; tarikan pada tali pusat yang pendek akibat

8
pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan; trauma langsung seperti jatuh dan lain-lain.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Belum ditemukan adanya hubungan antara faktor genetic/herediter dengan
kejadian prolaps tali pusat.
5) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan
sekarang.
6) Alergi
Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan, kerena berkaitan
dengan terapi (khususnya terapi medis dan pemberian diet) pada klien
selama dirawat di rumah sakit.
3. Riwayat psikososial terfokus:
1) Intra personal
Pada ibu hamil dengan prolaps tali pusat pada umumnya akan mengalami
kecemasan mengenai keadaan bayi nya maupun keadaan dirinya sendiri.
Apalagi pada klien yang mengalami kehamilan anak pertama. Tingkat
kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang
sakitnya. Pada tahap ini, perawat sangat dibutuhkan untuk memberikan
edukasi pada klien terkait prosedur kondisi penyakit dan juga prosedur
medis yang akan dijalani oleh klien, perawat juga perlu memperkuat koping
klien serta memberi motivasi untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan
klien.
2) Inter personal
Perawat mengkaji peran klien dalam keluarga dan dalam masyarakat, serta
kebiasaan kehidupan sehari-hari klien dalam keluarga maupun masyarakat.
Hubungan klien dengan suami dan anggota keluarga lainnya, dukungan
yang diberikan pada klien baik dari keluarga maupun sosial masyarakat.
4. Pemeriksaan Fisik Terfokus
1) Tanda-tanda vital
Pada prolaps tali pusat yang disertai ketuban pecah dini lebih dari satu jam
dimungkinkan adanya tanda gejala infeksi seperti adanya perubahan tanda-
tanda vital berupa kenaikan suhu tubuh, pola nafas.

9
2) Sirkulasi
Terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ke tali
pusat. DJJ tedengar lemah dan denyut tali pusat teraba lemah.
3) Eleminasi distensi usus dan kandung kemih mungkin ada akibat prolaps tali
pusat.
4) Genetalia: Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali
pusat. Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang
sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin
yang terlalu kecil, atau kejadian ketuban pecah dini.
5. Pemeriksaan diagnostik
1) Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi
multipara.
2) Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat.
3) Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau
monotoring DJJ.
4) Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis,
presentasi janin, posisi dan formasi.

II. Analisa Data


Dalam analisa data perawat harus membuat keputusan terkait dengan hasil dari
pengkajian. Mengkaitkan serta menghubungkan data dengan konsep dan prinsip
yang relevan.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah melalui
tali pusat (prolaps)
2. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan hipoksia janin
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terpaparnya tali pusat dengan udara luar
4. Ansietas berhubungan dengan situasi tali pusat di luar vagina, ancaman yang
dirasakan oleh ibu atau janin

10
IV. Perencanaan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah melalui
tali pusat (prolaps)
Tujuan:
1) Respon ventilasi membaik
2) DJJ dalam batas normal
Intervensi:
1) Perhatikan maturasi janin, berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus.
2) Lakukan manuver leupold dan pemeriksaan vaginal steril, perhatikan
presentasi dan posisi janin.
3) Posisikan ibu terlentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari
panggul ibu (trendelenburg).
4) Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi
Rasional:
1) Usia janin harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan.
2) Menentukan kelainan pada letak janin apakah persentasi vertex, persentasi
bokong dan lain lain.
3) Membantu pemantauan janin dan mencegah prolaps lebih parah.
4) Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia.
Rentang normal DJJ adalah 120-160x/menit.
2. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan hipoksia janin
Tujuan:
1) Lilitan tali pusat dapat terlepas
2) Saluran dan O2 pada janin kembali normal
Intervensi:
1) Kaji DJJ, perhatikan variabilitas perubahan periodik dan frekuensi dasar
2) Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui
kateter tekanan intrauterus bila ada
3) Perhatikan kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau
kurang.
4) Perhatikan bau dan perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban
lama. Ambil kultur bila terdapat temuan abnormal.

11
5) Siapkan untuk kelahiran secara cesarea bila presentasi bokong terjadi, janin
gagal turun, kemajuan persalinan berhenti.
Rasional:
1) Untuk mendeteksi respon abnormal seperti bradikardi dan takikardi yang
mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis.
2) Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi >50
mmHg
3) Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan
oksigenasi adekuat.
4) Infeksi asendens dan sepsis disertai dengan takikardi dapat terjadi pada
pecah ketuban lama.
5) Melahirkan pervagina meningkatkan mortalitas dan morbiditas janin.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terpaparnya tali pusat dengan udara luar
Tujuan:
1) Tidak ada tanda infeksi seperti terdapat cairan amniotic pekat berbau dari
vagina
2) TTV dalam rentang normal
Intervensi:
1) Lakukan pemeriksaan vagina awal
2) Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat
3) Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina
4) Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik
5) Pantau TTV dan sel darah putih
6) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional:
1) Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens.
2) Menurunkan resiko yang memerlukan/menyebarkan agen
3) Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
4) Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan
bau.
5) Dalam 1 jam setelah ruptur membran amnion, insiden korioamnionitis
meningkat secara progresif yang ditunjukkan dengan peningkatan TTV dan
leukosit.

12
6) Antibiotik diberikan sebagai profilaksis, mencegah terjadinya infeksi akibat
prolaps tali pusat yang disertai pecahnya ketuban.
4. Ansietas berhubungan dengan situasi tali pusat di luar vagina, ancaman yang
dirasakan oleh ibu atau janin
Tujuan:
1) Klien merasa nyaman
2) Klien memahami tindakan yang akan dilakukan kepadanya
3) TTV dalam rentang normal
Intervensi:
1) Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi urgensi dan
kemungkinan dilakukan secsio caesar dengan klien dan pasangan.
2) Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan
sebanyak mungkin.
3) Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.
4) Anjurkan klien teknik distraksi relaksasi seperti nafas dalam atau berdo’a.
5) Lakukan pemeriksaan TTV sebelum dilakukan tindakan secsio caesar.
Rasional:
1) Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2) Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi,
sehingga dapat menurunkan rasa cemas.
3) Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan
rasa kontrol terhadap situasi.
4) Nafas dalam dan berdo’a dapat mengurangi rasa cemas.
5) Mengetahui apakah klien mengalami kecemasan atau tidak.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Prolaps tali pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian
terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat
sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu.
2. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu tes prenatal, pemeriksaan
vagina, fundoskop, dan ultrasound atau pelvimetri sinar x.
3. Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat
sesuai klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan
ditangani sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam
kandungan. Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin akan
membaik dengan secsio caesar.

DAFTAR PUSTAKA
14
Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedoktera Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.
Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar: Keprerawatan Ibu-Bayi Baru
Lahir.
Jakarta: EGC.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBBSP.

15

Anda mungkin juga menyukai